BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bahan Abrasif
2.1.1 Pengertian Abrasif
Abrasi adalah suatu proses untuk pelepasan suatu bahan yang dikenakan pada permukaan suatu bahan oleh bahan yang lain dengan penggosokan, pencungkilan, pemahatan, pengasahan atau dengan caxra mekanis lainnya secara berulang ulang oleh suatu gesekan (Anusavice, 2004).
2.1.2 Macam-macam Bahan Abrasif
Ada beberapa jenis bahan abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas, kapur, korundum, intan, akik, pumis dll.
Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak (Naibaho, 2004).
2.1.2.1 Bahan Abrasif Alami
Bahan Abrasif Alami menurut Anusavice tahun 2004 yaitu : 1. Batu Arkansas.
Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda dan semi transluler yang ditambang di Arkansas.
2. Kapur.
Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.
3. Korundum.
Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya berwarna putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-aluminium, yang sudah banyak menggantikan korundum dalam aplikasi dental.
4. Intan.
Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut super abrasif karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun.
5. Amril.
Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran.
6. Akik.
Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.
7. Pumis.
Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silica berwarna abu- abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet.
2.1.2.2 Jenis Bahan Abrasif Buatan
Bahan Abrasif Buatan menurut Anusavice tahun 2004 yaitu : 1. Silikon karbid
Abrasif yang sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yang pertama kali dibuat. Silikon tersebut sangat keras dan rapuh.
Partikel-partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel baru yang tajam. Ini menghasilkan efesiensi pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai bahan termasuk, keramik, dan bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai bahan abrasif pada disk dan instrumen bonding vitraus serta karet.
2. Oksida Alumunium
Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan sesudah silikon karbid.
Oksida aluminium sintetik ( alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih keras daripada korundum (alumina alami) karena kemurnianya. Oksida ini dipakai untuk oksida bonding, abrasif berbentuk lapisan. White stone dibuat dari oksida aliminium yang disintering untu merapikan email gigi, logam campur, maupun bahan keramik.
3. Rouge
Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam rouge, bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.
4. Oksida timah
Abrasif yang sangat halus ini digunakan sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mlut. Bahan ini dicampur dengan air, alkohol, atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.
5. Abrasif intan sintetik
Intan buatan digunakan khusus sebagai bahan abrasif yang memiliki lima kali tingkat abrasif dibandingkan intan alami.
Digunakan pada gergaji intan, bur intan(Anusavice, 2004).
2.1.2.3 Macam-Macam Bahan Abrasif Berdasarkan Kegunaannya a. Bahan Abrasif Finishing
Merupakan bahan abrasif yang umumnya keras, kasar yang digunakan pada permulaan untuk menghasilkan suatu kontur/bentuk dari sebuah restorasi tau preparasi gigi dan untuk membuang segala komponen permukaan yang tidak teratur.
Contoh : sand/pasir, carbides, zirconium silikat, emery.
b. Bahan Abrasif Polishing
Mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dan bahan abrasi yang digunakan umumnya kurang kekerasannya daripada bahan abrasi yang digunakan untuk finishing. Bahan abrasi polishing ini digu nakan untuk permukaan yang lebih halus yang telah diasah terlebih dahulu oleh bahan abrasi finishing.
Contoh : aluminium oksid, garnet, pumice, kalsit, dll.
c. Bahan Abrasif Cleansing
Merupakan bahan yang halus dengan partikel yang berukuran kecil, dan diharapkan mampu menghilangkan deposit-deposit halus yang melekat di enamel atau pada suatu bahan restorasi.
Contoh : kaolin, kieselguhr (Naibaho, 2004)..
1. Berdasarkan Jenis dan Komposisi yang Dinilai Menurut Kekerasan dan Ukuran dari Partikel Bahan Abrasif
a. Bahan Abrasif Keras 1. Diamond
2. Carbides : boron, tungsten, silikon 3. Oxide : aluminium, cornundum b. Bahan Abrasif Sedang
1. Silikat : magnesium, pumice, tripoli 2. Zircates : zirconium silikat
3. Kieselguhr (Naibaho, 2004).
2.1.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya abrasi Pembersih Gigi Menurut Anusavice tahun 2004 faktor- faktor yang mempengaruhi daya abrasi pembersih gigi yaitu :
1. Faktor- Fakor Ekstraoral
a. Jenis,Ukuran, dan Jumlah partikel pada pembersih gigi.
Jenis partikel bahan abrasif yang mempunyai tepi tajam akan lebih efisien daripada partikel yang bersudut tumpul,ukuran partikel bahan abrasif lebih besar atau lebih lebar akan
menghasilkan goresan yang lebih dalam daripada bahan abrasif yang lebih kecil dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi.
b. Jumlah pembersih yang digunakan
Pembersih yang banyak digunakan adalah pasta dan pasta gigi, ini disebabkan karena konsentrasi bahan abrasif pada pasta dan pasta gigi berbentuk gel adalah 50-75 % lebih rendah daripada bubuk.Oleh karena itu,bubuk lebih jarang digunakan karena lebih memungkinkan terjadinya abrasi dentin dan sensitivitas pulpa.
c. Jenis sikat gigi
Jenis sikat gigi yang mempunyai bulu-bulu lebih lentur akan lebih mudah menekuk dan membawa lebih banyak partikel abrasif untuk berkontak dengan struktur gigi dengan tekanan yang relatif lebih ringan daripada jenis sikat gigi yang lebih kasar.
d. Metode penyikatan gigi dan tekanan yang digunakan selama penyikatan
Kecepatan gerakan menggosok selama penyikatan partikel abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih dalam dan tekanan yang diberikan selama penyikatan,tekanan yang terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan meningkatkan panas yang timbul karena gesekan.
e. Frekuensi dan Lama penyikatan
Yang terpenting didalam penyikatan gigi tidak perlu kuat tetapi lama minimal 2 menit setiap kali menyikat gigi,ini adalah salah satu cara untuk mengurangi daya abrasi.
f. Kemampuan koordinasi pasien
Kemampuan koordinasi pasien misalnya dengan menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat mengikis email gigi, seperti menggigit pensil pulpen atau korek gigi dan tusuk
gigi, Meskipun gigi bagian terkeras, tapi gigi juga rentan terhadap kekuatan lemah yang dilakukan secara konstan.
2. Faktor Intraoral
a. Konsistensi saliva dan jumlahnya (variasi normal).
b. Xerostomia akibat obat, patologi kelenjar saliva, dan terapi radiasi.
c. Keberadaan, jumlah, dan kualitas deposit gigi yang ada (pelikel, plak, kalkulus).
d. Permukaan akar gigi yang terbuka
Adanya bahan restorasi, protesa gigi, dan alat ortodonsi.
2.1.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Abrasif A. Kelebihan Bahan Abrasif
1. Ekonomis
2. Mudah digunakan 3. Estetika baik.
4. Kesehatan Oral (Vanable dan Lopresti, 2005).
B. Kekurangan Bahan Abrasif
1. Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan potongan yang lebih dalam pada area tersebut, menyebabkan kekasaran permukaan yang berisiko menempelnya plak dan permukaan terlihat kusam
2. Menggunakan bahan abrasif yang lebih lunak dari pada permukaan akan merusak bahan abrasif tersebut
3. Luka pada pulpa gigi dikarenakan menggosok material terlalu cepat 4. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis terhadap
partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu tindakan pencegahan harus selalu dilakukan. Misalnya: Kieselguhr, karena bahan yang paling halus (Vanable dan Lopresti, 2005).
2.1.3 Manfaat Bahan Abrasif
Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi yakni: kesehatan mulut, fungsi, dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi. Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan. Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Naibaho, 2004).
2.2 Bahan Polish
2.2.1 Pengertian Bahan Polish
Polishing merupakan rangkaian prosedur yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan yang terjadi dari proses pekerjaan sebelumnya. Pekerjaan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan permukaan restoratif yang mengkilat (Dwitanti, 2011).
2.2.2 Fungsi Bahan Polish
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan :
1. Meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi.
Permukaan yang lebih halus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari- hari karena dental flos dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi.
2. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipolis dengan baik sisa makanan tidak mudah melekat pada permukaan restorasi selama proses mastikasi. Yang terpenting, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun antagonisnya. Hal ini terjadi pada restorasi porselen yang mempunyai kekerasan yang lebih dibanding email dan dentin.permukaan yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan yang tinggi pada gigi sehingga dapat menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilitas antar gigi (Dwitanti, 2011).
2.2.3 Macam-macam Bahan Abrasif yang digunakan dalam proses Polishing di Kedokteran Gigi
Kapur
Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. digunakan