• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan

2.1.1 Definisi Peramalan

Menurut Arman Hakim (2003:25): “Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa mendatang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa”.

2.2 Pergudangan 2.2.1 Definisi Gudang

Gudang adalah penyimpanan, pemenuhan pemesanan, dan persiapan untuk pengiriman dari beberapa produk. Pemenuhan pemesanan adalah bagian pekerjaan yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja dan sangat berpengaruh terhadap tata letak gudang. (Stephens & Mayers, 2010, p. 239).

Gudang dapat didefinisikan sebagai tempat menyimpan bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi sampai bahan baku tersebut menjadi produk jadi, serta menjadi tempat penyimpanan produk jadi, sebelum didistribusikan ataupun dijual. Gudang selain sebagai tempat penyimpanan, juga memiliki fungsi pokok lainnya, yaitu receiving (penerimaan) dan shipping (pengiriman), identifying and sorting (identifikasi, dan penyaringan), dispatching ke penyimpanan, picking the order (pemeliharaan pemesanan), storing (penyimpanan), assembling the order (perakitan pesanan), packaging (pengepakan), dispatching the shipment, maintaining record (perawatan produk). (Luftimas, Mustofa, & Susanty, 2014)

2.2.2 Fungsi dan Peran Gudang

Terdapat tiga fungsi utama gudang, antara lain: 1. Untuk menjaga produk akhir agar tetap terjaga.

2. Untuk mempertahankan beberapa stok dari setiap produk yang terjual oleh perusahaan

3. Untuk mempersiapkan pemesanan pelanggan untuk pengiriman (Stephens & Mayers, 2010, p. 239)

Gudang memiliki peranan penting. Mengirimkan produk yang tepat dalam jumlah yang tepat bergantung pada pemilihan dan pengiriman produk di gudang secara akurat. Mengirimkan kepada pelanggan yang tepat di tempat yang tepat, tepat waktu, membutuhkan produk yang diberi label dengan benar dan dimuat ke kendaraan yang tepat dengan waktu yang cukup untuk memenuhi batas waktu pengiriman. Gudang juga harus memastikan produk yang berada dalam gudang bersih dan bebas dari kerusakan. Oleh karena itu, gudang juga penting dalam mengirimkan pesanan yang sempurna yang dapat dilakukan dengan banyak cara. (Richards, 2014, p. 5-6)

Kompleksitas dari tugas dan kondisi pasar yang dinamis adalah penggerak utama dalam manajemen gudang. Hal-hal ini diukur dengan planning extensiveness, decision rules complexity, dan control sophistication. Perbedaan antara gudang produksi dan distribusi ditemukan terhadap hubungan antara perubahan yang beraneka ragam dan planning extensiveness. (Faber, M.B.M, & Smidts, 2013).

(2)

2.2.3 Jenis Operasional Gudang

Ada banyak peranan yang berbeda untuk gudang di rantai pasokan saat ini. Gudang ini memenuhi peran sebagai berikut:

1. Penyimpanan bahan baku

Gudang menyimpan bahan baku dan komponen baik dekat dengan titik pengambilan atau dekat dengan titik produksi. Bahan baku harus diadakan untuk memastikan produksi yang berkesinambungan. Bahan-bahan ini termasuk plastik, logam mulia, pasir, kerikil, dan lain-lain. 2. Intermediate, penundaan, penyesuaian atau fasilitas sub-perakitan

Gudang ini digunakan untuk menyimpan produk sementara pada tahapan yang berbeda dalam produksi. Pusat-pusat ini juga digunakan untuk menyesuaikan produk sebelum pengiriman akhir ke pelanggan. Kegiatan penundaan dan sub-perakitan dapat mencakup sebagai berikut:

a. Kemasan spesifik atau label yang berubah atau ditambahkan, misalnya untuk menyimpan barang jadi atau mencetak ke dalam bahasa yang berbeda;

b. Perakitan komputer untuk memasukkan kartu grafis yang berbeda, chip memori, perangkat lunak, dan lain-lain.

c. Produk bundling untuk kegiatan promosi;

d. Produk negara tertentu yang ditambahkan seperti colokan listrik; dan e. Pesan khusus yang ditambahkan, misalnya membuat pesan salam pada

ponsel.

3. Penyimpanan barang jadi

Gudang ini menyimpan produk yang siap dijual, atas nama produsen, grosir, dan pengecer. Mereka menyediakan buffer atau safety stock untuk perusahaan, memungkinkan mereka untuk membangun persediaan dalam persiapan untuk peluncuran produk baru, peningkatan yang diharapkan dalam permintaan dan untuk menangani perubahan trend.

4. Pusat konsolidasi dan transit gudang

Pusat konsolidasi menerima produk dari sumber yang berbeda dan menggabungkan mereka untuk pengiriman selanjutnya ke pelanggan atau ke jalur produksi. Hal ini dapat mencakup titik pusat just-in-time dimana komponen otomotif yang dikirim ke sebuah gudang dimana mereka dibawa bersama-sama dan diurutkan untuk pengiriman ke lini produksi.

Mereka juga bisa menggabungkan stok gudang retail dimana produk dari pemasok yang berbeda digabungkan untuk pengiriman selanjutnya ke toko. Daripada memberikan bagian muatan ke Retail Distribution Centres (RDC), produsen memberikan fasilitas ini dimana persediaan mereka di gabungkan dengan pemasok lain untuk pengiriman selanjutnya ke RDC. Ini berbeda dari pusat cross-dock dalam produk yang dapat tetap di tengah untuk jangka waktu menunggu panggilan dari tujuan akhir. Banyak dari pusat konsolidasi ini dioperasikan oleh pihak ketiga.

5. Pengangkutan atau break-bulk centres

Pusat pengangkutan menerima produk dalam jumlah besar dari pemasok dan memecahkannya ke dalam jumlah yang dikelola untuk selanjutnya dikirimkan ke berbagai lokasi.

6. Cross-dock centres

Cross docking membutuhkan pengiriman ke pusat-pusat yang akan sudah diberi label dan siap untuk selanjutnya pengiriman. Berikut produk yang diidentifikasikan dan dikonsolidasikan dengan pengiriman lainnya,

(3)

siap untuk pengiriman. Produk harus tetap di gudang untuk waktu yang sesingkat mungkin. Penerimaan pada hari yang sama dan pengiriman adalah target.

7. Pusat penyortiran

Pusat penyortiran digunakan melalui surat, paket, dan distribusi palet perusahaan. Barang yang dikumpulkan dari seluruh bagian negara, diserahkan ke penghubung atau pusat penyortiran, diurutkan berdasarkan pos atau kode pos, konsolidasi, dan disampaikan semalaman untuk wilayah distribusi masing-masing untuk pengiriman selanjutnya.

8. Pusat pemenuhan

Gudang ini telah dirancang dan dilengkapi khusus untuk mengelola volume besar dari pesanan kecil. Pusat-pusat ini juga dapat digandakan sebagai pusat pengolahan kembali sebagai e-commerce memiliki persentase lebih besar dari keuntungan dari kegiatan pengecer normal. 9. Reverse logistics centres

Saat ini, perusahaan mengakui bahwa pengembalian produk untuk persediaan atau pembuangan dengan cepat secara positif dapat mempengaruhi arus kas. Akibatnya, sejumlah gudang telah dibentuk khusus untuk menangani barang-barang yang dikembalikan. Kontraktor pihak ketiga menyediakan layanan kepada pengecer dimana pelanggan mengembalikan barang yang tidak diinginkan atau rusak ke toko-toko; barang-barang tersebut dikonsolidasikan dan dikirim ke pusat pengembalian, dimana mereka diperiksa dan dikemas, diperbaiki, didaur ulang atau dibuang.

10. Pergudangan sektor publik

Gudang sektor publik akan menyimpan persediaan untuk fasilitas pemerintah daerah seperti sekolah dan kantor. Produk akan mencakup alat tulis, seragam, furniture, hardware, dan software komputer, dan lain-lain. Gudang dioperasikan oleh pihak penyedia ketiga logistik khusus dioperasikan atas nama satu pelanggan atau bisa pembagian user atau gudang umum dimana sejumlah pelanggan yang berbeda berbagi sumber daya dan ditampung di bawah satu atap. (Richards, 2014, p. 7-12)

2.2.4 Tata Letak Gudang

Tata letak gudang merupakan pertimbangan penting bagi seorang desainer fasilitas karena biaya sewa maupun biaya pembelian tanah yang semakin meningkat. Sebuah tata letak gudang yang baik seharusnya menggunakan ruang yang tersedia dengan efektif untuk mengurangi biaya penyimpanan dan biaya material handling. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan di dalam perancangan gudang adalah bentuk dan ukuran gang, ketinggian gudang, lokasi dan orientasi daerah terkait, jenis rak yang akan digunakan untuk penyimpanan, dan tingkat otomatisasi yang terlibat dalam penyimpanan dan pengambilan komoditas.

(Heragu, 2008, p. 10)

Metode yang mudah untuk mengembangkan tata letak gudang adalah untuk mengembangkan skala tata letak alternatif. Tahap-tahap yang dibutuhkan untuk mengembangkan skala tata letak adalah:

1. Menggambar area keseluruhan untuk skala.

2. Termasuk semua hambatan tetap (kolom, elevator, tangga, dan lain-lain). 3. Cari daerah penerima dan pengiriman.

(4)

4. Cari berbagai jenis penyimpanan.

5. Menetapkan bahan-bahan untuk lokasi penyimpanan. 6. Cari semua lorong untuk peralatan dan akses.

(Tompkins, 2010, p.432)

Ada dua kriteria perancangan yang penting terhadap tata letak gudang, yaitu:

1. Fixed locations: setiap produk harus ditetapkan pada lokasi yang telah ditentukan sehingga karyawan gudang dapat mencari produk dengan cepat. Penempatan produk di dalam bagian jumlah pemesanan adalah cara yang paling mudah, tetapi bukan yang paling efisien. Untuk meningkatkan produktivitas, produk yang paling populer harus berada di lokasi yang paling nyaman.

2. Small amount of everything: merupakan hasil langsung dari kriteria perancangan yang pertama. Dengan hanya mempertahankan sejumlah kecil dari segalanya ke dalam lokasi yang tetap.

(Stephens & Mayers, 2010, p. 239)

2.3 Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement)

2.3.1 Penjelasan Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) Pengukuran waktu metoda yang dalam istilah asingnya lebih dikenal sebagai Methods-Time Measurement adalah suatu sistem penerapan waktu awal (predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisis setiap operasi atau metoda kerja (manual operation) ke dalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan standar waktu dari masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja masing-masing yang ada.

Pengukuran waktu metoda membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen gerakan menjangkau (reach), mengangkut (move), memutar (turn), memegang (grasp), mengarahkan (position), melepas (release), lepas rakit (dis-assemble), gerakan mata (eye movement), dan beberapa gerakan anggota badan lainnya. Waktu untuk setiap elemen gerakan ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang disebut “kelas-kelas”. Kelas-kelas ini dapat mengangkut keadaan-keadaan perhentian, keadaan obyek atau kondisi-kondisi lainnya. Unit waktu yang bisa digunakan pada metode MTM adalah TMU (Time Measurement Unit). Disini 1 TMU adalah sama dengan 0,00001 jam atau 0,0006 menit. (Wignjosoebroto, 2003, p. 251)

2.3.2 Gerakan-Gerakan Dasar Pada Pengukuran Waktu Metoda Menjangkau (Reach)

Menjangkau adalah elemen gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk gerakan menjangkau ini bervariasi dan tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan atau kondisi tujuan, panjang gerakan dan macam gerak jangkauan yang dilakukan. Ada 5 macam kelas menjangkau yang mana waktu untuk melaksanakan masing-masing gerakan menjangkau tersebut akan dipengaruhi oleh keadaan obyek yang akan dijangkau. Kelima kelas menjangkau tersebut adalah sebagai berikut:

(5)

Menjangkau kelas A: Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu tempat yang pasti, atau ke suatu obyek di tempat lain.

Menjangkau kelas B: Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya berada pada jarak “kira-kira” tapi tertentu dan diketahui lokasinya. Menjangkau kelas C: Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang bercampur aduk dengan banyak obyek lain.

Menjangkau kelas D: Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu obyek yang kecil sehingga diperlukan alat pemegang khusus.

Menjangkau kelas E: Adalah gerakan menjangkau ke arah suatu tempat yang sasarannya tidak pasti.

Mengangkut (Move)

Mengangkut adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu obyek dari suatu lokasi ke lokasi tujuan tertentu. Disini ada tiga kelas mengangkut, yaitu:

Mengangkut kelas A: Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek dari suatu tangan ke tangan yang lain atau berhenti karena suatu alasan.

Mengangkut kelas B: Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya tidak pasti atau mendekati.

Mengangkut kelas C: Adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya sudah tertentu/tetap.

Memutar (Turn)

Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik dalam keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan di sini berputar pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan yang ada. Menekan (Apply Pressure)

Tabel 2.1 Data Waktu Menekan

Full Cycle Components

Symbol TMU Description Symbol TMU Description APA 10,6 AF+DM+RLF AF 3,4 Apply Force

APB 16,2 APA+G2 DM 4,2 Dwell, Minimum

RLF 3 Release Force

Sumber: Wignjosoebroto, 2003, p. 256 Memegang (Grasp)

Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menguasai/mengontrol sebuah atau beberapa obyek baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Di antara hal-hal yang mempengaruhi lamanya gerakan ini adalah mudah atau sulitnya obyek dipegang, bercampur tidaknya obyek lain, bentuk obyek, dan lain-lain.

Mengarahkan (Position)

Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu obyek dengan obyek lainnya. Gerakan yang ada di sini cukup sederhana sehingga tidak diklasifikasikan seperti elemen-elemen gerakan dasar yang lain.

Melepas (Release)

Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada 2 klasifikasi gerakan melepas ialah

(6)

gerakan melepas kontrol yaitu secara sederhana jari-jari tangan bergerak membuka dan gerakan kedua yaitu: gerakan melepaskan sentuhan yaitu dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau dimulai tanpa waktu idle sesaatpun. (Wignjosoebroto, 2003, pp. 252-258)

2.4 Quantitative Flow Measurement 2.4.1 Analisis From-to-Chart

From-to-chart mirip dengan grafik jarak tempuh yang muncul di bagian bawah dari banyak peta jalan dan memberikan jarak tempuh antara pasangan yang dipilih dari beberapa kota. From-to-chart digunakan untuk menganalisis aliran bahan antar departemen. Dua bentuk yang paling umum adalah grafik yang menunjukkan jarak antara departemen dan grafik yang menunjukkan jumlah perjalanan materials handling per hari antar departemen. Sebuah from-to-chart didasarkan pada tata letak tertentu. Ini adalah cara mudah untuk merangkum data aliran yang sesuai dengan tata letak yang diberikan. (Nahmias & Olsen, 2015, p. 600)

Sebuah from-to-chart dibangun sebagai berikut:

1. Daftar semua departemen bawah baris dan seluruh kolom mengikuti pola aliran keseluruhan.

2. Menetapkan ukuran aliran untuk fasilitas yang dengan akurat menunjukkan volume aliran setara. Jika perpindahan barang menghargai penyetaraan untuk memudahkan gerakan, jumlah pergerakan dapat dicatat dalam from-to-chart.

3. Berdasarkan arah aliran untuk barang menjadi berpindah dan menetapkan pengukuran dari aliran, catat volume aliran ke dalam from-to-chart. (Tompkins, 2010, p.116)

Model metode business process yang ada sekarang dari operations management (OM) and service operations management (SOM) diklasifikasikan dan berhubungan dengan persyaratan untuk model industrial services. Metode modeling yang direncanakan diadaptasikan dengan kebutuhan dari perusahaan yang sudah disertifikasi. Keuntungan praktis dari metodologi ini tereksplorasi sebagai contoh studi kasus produsen alat mesin. Transisi dari produksi barang modal untuk penawaran seluruh solusi dengan menguraikan persyaratan khusus dari struktur proses dalam perusahaan manufaktur ternyata menjadi solusi bagi penyedia. (Beige, Lay, & Buschak, 2012)

2.5 Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 2008, p.60). Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya. Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal perancangan area kerja (workstation, interior mobil, dan lain-lain), perancangan peralatan kerja (seperti mesin, equipment, perkakas dan lain-lain), perancangan produk-produk konsumtif (seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan lain-lain), dan perancangan lingkungan kerja fisik. Dengan demikian, dapat

(7)

disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. (Wignjosoebroto, 2008, p.60)

Data antropometri yang digunakan untuk memenuhi analisis ergonomi, sehingga perancangan yang dihasilkan dapat menyesuaikan suasana lingkungan dengan aktivitas pengunjung. Ergonomi sendiri digunakan sebagai dasar pengukuran antropometri terhadap fungsi-fungsi tubuh manusia, kaitannya dengan lingkungan agar tercapainya kenyamanan fungsional suatu sarana.(Restantin, Ushada, & Ainuri, 2012)

2.5.1 Prinsip Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2008, p.67):

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Pada prinsip ini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu:

a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya. b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas

dari populasi yang ada).

Agar biasa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara:

1. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th persentil.

2. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang paling rendah seperti 1-st, 5-th atau 10-th persentil dari distribusi data antropometri yang ada.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.

Disini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini, maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang 5-th sampai dengan 95-th percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Dengan prinsip ini produk dirancang dan dibuat untuk manusia yang berukuran rata-rata. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran atau rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah:

a. Terlebih dahulu tetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

(8)

b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut. c. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan

menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti .

e. Pilih presentase populasi yang harus diikuti.

f. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan dengan faktor kelonggaran (allowance).

Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur:

Dengan membagi permukaan badan menjadi bagian-bagian dengan menggunakan feature lines sebagai batasan-batasan. Tubuh manusia bisa direkonstruksi dengan mudah menggunakan jumlah minimal dari segitiga selagi mempertahankan bentuk asli. Metode pengukuran yang sudah direncanakan dapat diterapkan dengan banyak pengukuran manual di industri garmen. (Leong, Fang, & Tsai, 2013)

2.5.2 Data Antropometri dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, antara lain (Wignjosoebroto, 2008, p.61):

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring bertambahnya umur semakin dewasa. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahun.

2. Jenis kelamin (sex)

Dimensi ukuran tubuh laki-laki pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

3. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku, bangsa ataupun kelompok akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi tubuh (posture). Sikap (posture) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Untuk mengukur posisi tubuh dapat digunakan 2 cara, yaitu:

a. Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)

Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “static anthropometry”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th dan 95-th persentil. b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension)

Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan

(9)

yang harus dilakukan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan–kegiatan tertentu. Cara pengukuran metode ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang “dinamis”. Cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data “dynamic anthropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh melakukan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.

Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti

(Wignjosoebroto, 2008, p.65):

1. Cacat tubuh, dimana data antropometri ini akan diperlukan untuk merancangan produk bagi orang – orang cacat (kursi roda, kaki atau tangan palsu, dan lain-lain).

2. Tebal atau tipisnya pakaian yang digunakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian faktor iklim.

3. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan).

Faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan dapat digunakan untuk mengidentifikasi segmentasi ukuran tubuh dari populasi dengan sangat baik, namun variasi ukuran tetap dapat ditemukan. Permasalahan variasi ukuran dapat diatasi dengan merancang produk yang sesuai dalam suatu rentang dimensi ukuran pemakainya.

2.5.3 Persentil

Persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel distribusi normal. Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan presentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau lebih rendah dari nilai tersebut. Sebagai contoh 90-th persentil akan menunjukkan 90% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran tersebut. Dalam antropometri, 95-th persentil menunjukkan ukuran terbesar manusia, sedangkan 5-th persentil menunjukkan ukuran terkecil. Jika diinginkan ukuran yang dapat mengakomodasi 95% dari suatu populasi, maka dapat digunakan rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas ruang yang dapat dipakai. (Wignjosoebroto, 2008, p.66)

Sebelum mencari nilai persentil yang diinginkan, terlebih dahulu harus mencari nilai mean dan standar deviasi dari data antropometri populasi yang diteliti. Untuk mencari nilai mean, dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Untuk menentukan standar deviasi, pertama–tama harus dicari dahulu nilai varians-nya menggunakan rumus berikut:

(10)

Setelah varians-nya ditemukan, nilai standar deviasi dapat ditentukan menggunakan rumus berikut:

Berikut ini adalah pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri.

Tabel 2.2. Perhitungan Persentil Persentil Perhitungan 1 – st – 2.325 x 2.5 – th – 1.96 x 5 – th – 1.645 x 10 – th – 1.28 x 50 – th 90 – th + 1.28 x 95 – th + 1.645 x 97.5 – th + 1.96 x 99 – th + 2.325 x Sumber: (Wignjosoebroto, 2008, p.67)

Gambar

Tabel 2.2. Perhitungan Persentil Persentil  Perhitungan          1 – st   – 2.325   x       2.5 – th   – 1.96   x          5 – th   – 1.645   x        10 – th      – 1.28   x        50 – th        90 – th   + 1.28   x        95 – th   + 1.645   x     97.5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam beberapa literatur yang membahas tentang imu hadis dan juga ilmu ilmu yang lain yang berorientasi keIslaman tidak ditemukan secara rinci tentang kehidupan Nuruddin ‘Itr,

Tujuan yang ingin dicapai dalam penetapan Peraturan Daerah tentang RPJPD Tahun 2005 – 2025 adalah untuk (a) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian

ke 3 : ” Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya disitu tidak diketahui atau tidak

sosial, tetapi dalam perkembangan sangat dipengaruhi oleh pemimpin sebagai sosok kharismatik, hal ini mengakibatkan adanya ketergantungan dari para anggotanya pada sosok

Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manunsia yang mendidik untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan melatih kemampuan diri

Hasil ini sesuai dengan yang telah dilakukan oleh Lu dan Hsieh (2012) yang menyatakan bahwa keberhasilan tahap isolasi selulosa dari jerami dilihat dari warna

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a) Secara umum, kualitas pelayanan BP4 dalam penasehatan perkawinan di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU

0ernia o$turatoria mun,ul #engan gejala klinik o$struksi usus #isertai nyeri perut #an muntah  muntah&Pa#a "J kasus #itan#ai #engan o$struksi intestinal