HUKUM
HAK ASASI MANUSIA
(SEBUAH PENGANTAR)
SILABUS UKD I
Pengantar – Pemahaman –
Perkembangan – Jenis/Kategori
Filosofi dan teori HAM
Pandangan HAM
Pengertian/definisi HAM
Sifat dasar dan ciri-ciri
Hukum dan HAM
Sejarah Dinamika dan perkembangan konsep
HAM
SILABUS UKD II
Instrumen Hukum HAM Internasional
Deklarasi Universal HAM
Konvenan Internasional Hak Sipil dan Politik
Konvenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Konvenan Regional
Konvenan Sektoral
Isue strategis HAM internasional
SILABUS UKD III
Instrumen Hukum HAM Nasional
HAM dalam Konstitusi R.I.
HAM dalam Peraturan Perundang-undangan R.I.
UU No. 39 Tahun 1999
Jenis hak yg diatur
Pendalaman yg khusus dan aktual
UU No. 26 Tahun 2000
Kedudukan pengadilan HAM
UU lainnya. (Kapita Selecta)
SILABUS UKD IV
Pengadilan HAM
Pengadilan HAM internasional
ICC
Ad hoc
Hybrid
Pengadilan HAM Nasional
Pengadilan HAM ad hoc
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi/Studi Kasus
LITERATUR
Majda El-Muhtaj.2009. Dimensi-Dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Majda El-Muhtaj.2005. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia dari UUD 1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002. Jakarta: Kencana
Eddy O.S. Hiariej. 2010. Pengadilan atas Beberapa Kejahatan serius terhadap HAM.
Jakarta:Erlangga
Ham dalam Dimensi/Dinamika Yuridis,Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/Aplikasi HA-Kham (Hukum Hak asasi Manusia) dalam Masyarakat.
Bogor: Ghalia Indonesia
Andrey Sujatmoko. 2005. Tanggungjawab Negara Atas Pelanggaran Berat HAM:
Indonesia, Timor Leste dan Lainnya. Jakarta: Grasindo
Muladi. 2002. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia.
Jakarta : The Habibie Center.
Romli Atmasasmita. 2006. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Bandung : PT Refika Aditama.
R. Wiyono. 2006. Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Titon Slamet Kurnia. 2005. Reparasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Soedjono Dirdjosisworo, 2002. Pengadilan Hak Asasi Manusia Indonesia, Jakarta:
Citra Aditya Bakti.
Theo Van Boven, 2002. Mereka yang Menjadi Korban, Hak Korban Atas Restitusi, Kompensasi, dan Rehabilitasi, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM).
Muladi, 2002. Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta: The Habibie Centre.
T. Mulya Lubis (penyunting) Penterjemah A. Setiawan. Hak-hak Asasi Manusia
dalam Masyarakat Dunia-Isu dan Tindakan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
Rhoda E. Howard. HAM: Penjelajahan Dalih Relativisme Budaya. Penerjemah Nugraha Kantjasungkana, Jakarta: Grafiti, 2000.
Hayner, Priscilla B., 2001. Setelah Otoritarianisme Berlalu, Esai-esai Keadilan di Masa Transisi, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat.
Ifdal Kasim (ed.), 2000. Statuta Roma, Mahakamah Pidana Internasional. Mengadili Genocida, Kejahatan terhadap Kemanusiaa, Kejahatan Perang, Agresi, Jakarta:
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM).
Peter Davies. Hak-hak Asasi Manusia: Sebuah Bunga Rampai, Penerjemah A.
Rahman Z, Jakarta: Yayasan Obor, 1994.
M. Afif Hasbullah, 2005. Politik Hukum Ratifikasi Konvensi HAM di Indonesia. Upaya Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gudmundur Alfredsson dan Asbjorn Eide (ed) The Universal Declaration of Human Rights: A Common Standard of Achievement, London: Martinus Nijhoff Publisher, 1999.
David P. Forsythe. Hak-hak Asasi Manusia dan Politik Asasi Manusia dan Politik Dunia. Penerjemah Tom Gunadi, Bandung: Angkasa, 1993
Cees de Rover, 2000. To Serve and To Protect, Acuan Universal Penegakan HAM, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arie Siswanto, 2005. Yurisdiksi Material Mahakamah Kejahatan Internasional, Bogor: Ghalia Indonesia
Absjom Eide & Allan Rossas. Economic, Social, and Cultural Rights: A Universal Challenge dalam Eide, Krause & Rossas . London: Martinus Nijhoff Publisher. 1995.
Adolf Huala, 1991. Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, Jakarta:
Rajawali Press.
Allan Rosas. So Called Rights of Third Generation dalam Asbjorn Eide, Catarina Krause and Allan Rosas' (ed) Economic, Social, and Cultural Rights, London:
Martinus Nijhoff Publisher. 1995.
Tinjauan Filosofis
Hukum Alam
Rasio Manusia
Keadilan dan Kebenaran
Socio Legal Justice
Standart Norma
Positivisme
Ide dan standar norma tersebut akan efektif
berlaku dalam masyarakat jika dituangkan dalam
ketentuan hukum tertulis
Teori Pemikiran
Teori Hukum Alam, atau Hak Alami (Natural Rights) HAM adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia pada segala waktu dan tempat, berdasarkan takdirnya
sebagai manusia.
Doktrin Marxist
Menolak teori hak-hak alami, karena nagara atau
kolektivitas suatu masyarakat adalah sumber galian
seluruh hak (repositiory of all rights). Tidak ada hak
individual, yang ada hak legal yang diberikan oleh
negara untuk menjamin eksistensi manusia sbg
makhluk sosial
Teori Positivis
Karena hak baru dituangkan ke dalam hukum yang riil, maka dipandang sebagai hak melalui adanya jaminan konstitusi.
Teori Relativitas Kultural
Menganggap hak itu bersifat universal adalah
pelanggaran satu dimensi kultural terhadap dimensi kultural yang lain (imperialisme cultural) Manusia
merupakan interaksi sosial dan kultural, yang memiliki
perbedaan dalam tradisi, budaya dan peradaban dalam
memandang soal “kemanusiaan”.
EMPAT PANDANGAN HAM
UNIVERSAL ABSOLUT
UNIVERSAL RELATIF
PARTIKULARISTIK ABSOLUT
PARTIKULARISTIK RELATIF
PANDANGAN UNIVERSAL ABSOLUT
Melihat HAM sebagai nilai-nilai universal
Tidak menghargai sama sekali profil sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa
Penganutnya adalah negara maju,sedangkan bagi negara berkembang dianggap sebagai alat penekan atau unsur penilai (tool of
judgement)
PANDANGAN UNIVERSAL RELATIF
Menurut pandangan ini HAM selain sebagai
masalah universal, namun perkecualian dan
pembatasan yang berdasarkan asas-asas
Hukum Internasional tetap diakui
keberadaannya.
PANDANGAN PARTIKULARISTIS ABSOLUT
Pandangan ini melihat HAM sebagai
persoalan masing-masing bangsa, tanpa memberikan alasan yang kuat khususnya dalam melakukan penolakan terhadap
berlakunya dokumen-dokumen Internasional.
Sifatnya Egois, Defensif dan Pasif
PANDANGAN PARTIKULARISTIS RELATIF
melihat HAM disamping sebagai masalah universal juga masalah nasional masing-masing negara.
Berlakunya dokumen HAM harus
diselaraskan,diserasikan, dan diseimbangkan serta memperoleh dukungan dan tertanam dalam budaya bangsa
Sifatnya tidak sekedar defensi, tapi aktif juga mencari perumusan dan pembenaran tentang Karakteristik HAM
Diantara keempat pandangan tsb, pandangan mana yg cocok
dg Indonesia?
PENGERTIAN HAM
Hak adalah kekuasaan atau wewenang
yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi
menunjukkan bahwa kekuasaan atau
wewenang yang dimiliki seseorang tersebut bersifat mendasar, pemenuhannya bersifat imperatif (perintah yang harus dilakukan).
Artinya hak-hak itu wajib dipenuhi karena
hak-hak ini menunjukkan nilai subjek hak.
DEFINISI HAM
.HAM adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan penindasan, pemasungan dan atau pembatasan ruang gerak warganegara oleh negara
(Hendarmin Ranadireksa).
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya, atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat (Tilaar, 2001).
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah SWT (Mustafa Kemal Pasha).
HAM Adl sebagai hak yg melekat pada martabat manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan , dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati).
(Mahmud MD)
Hak-hak asasi merupakan suatu perangkat asas-asas yang timbul
dari nilai-nilai yg kemudian menjadi kaidah-kaidah yg mengatur
perilaku manusia dlm hubungan dg sesama manusia (Antony
Flew)
UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Ciri pokok HAM
1. Hak asasi itu tdk diberikan/diwariskan melainkan melekat pd martabat kita sbg manusia.
2. Hak asasi itu berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal-usul, ras,
agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi itu tidak boleh dilanggar. Tidak
seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melangar hak orang lain. Orang tetap
memiliki HAM meskipun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi bahkan
melanggar hak asasi manusia.
Sifat HAM
Individual: ‘melekat erat pada kemanusiaan seseorang’, bukan kelompok.(Generasi keempat HAM cenderung ke arah penekanan pada hak kelompok/hak kolektif).
Universal: dimiliki oleh setiap orang lepas dari suku, ras, agama, negara, dan jenis kelamin yg dimiliki seseorang.
Supralegal: tidak tergantung pada negara, pemerintah, atau undang-undang yang mengatur hak-hak ini.
Kodrati: HAM bersumber dari kodrat manusia.
Kesamaan derajat: kesamaan sebagai ciptaan Tuhan
maka harkat dan martabat manusia pun sama.
UNIVERSALITAS HAM LOKALITAS
ISI HAM
LAKS SIKON
SOSBUDPOL
Hubungan HAM, Negara, Demokrasi dan Hukum
HAM
Negara
Demokrasi
Hukum
Manusia sbg Mahluk TYMEmemiliki hak dan mempunyai kedudukan yg sederajat dg yg lainnya. hak inilah yg disebut dg “HAM”
Krn kodrat mns sbg mahluk sosial/komunitas sos-
mengorganisir dirinya dlm “Negara”. Tujuan neg.adl melindungi HAM warganya (John Locke Th.1632-1704) .
Untuk memperoleh kekuasaan dg berbagai cara
terakhir berkembang melalui Teori Kontrak Sosial (JJ Roussseau) yg melahirkan konsep “Demokrasi”.
Dlm perjanjian antara penguasa dan rakyat maka disepakati bhw negara tidak boleh melanggar hak-hak individu dan harus memerintah atas dasar Konstitusi.
melahirkan ajaran tentang “Negara Hukum”
Dalam Hukum dituangkan apa yg merupakan hak-hak
rakyat untuk menjamin kepastian hukum.
KONSTITUSI DEMOKRASI
Definisi: konstitusi yg mengandung prinsip dasar demokrasi
Konstitusi : media untuk menciptakan demokrasi bagi WN.
Dalam negara demokrasi, konstitusi demokrasi merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi, shg melahirkan pemerintahan yang demokratis pula.
Prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara :
Menempatkan WN sbg sumber utama kedaulatan
Mayoritas berkuasa dan terjamin hak minoritas
Pembatasan pemerintahan
Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara *
pemisahan wewenang kekuasaan bdsrkan Trias Politika * kontrol & keseimbangan lembaga pemerintahan * proses hukum * adanya pemilu sbg mekanisme peralihan
kekuasaan
Prinsip-prinsip dasar demokrasi : Refleksi dari nilai dasar HAM:
Hak-hak dasar, kebebasan mengeluarkan pendapat, hak
individu, keadilan, persamaan, dan keterbukaan.
Sejarah perkemb perjuangan HAM
Inisiatif manusia thdp harga diri & martabat sbg akibat kesewenangan penguasa, penjajah.
Perkemb perj HAM kontekstual, meski HAM universal, corak dan hasil berbeda
Inggris 1215 (Magna Charta: pembatasan
kekuasaan Raja John), 1628 (Petition of Rights:
Hak rakyat berikut jaminannya), 1679 (Habeas
Corpus Act: pengaturan penahanan seseorg), Bill
of Rights: UU ttg kebebasan memilih, berbicara,
berpendapat dan beragama
Lanj...
Perancis, 1789 (liberte, egalite, fraternite) menghasilkan Declaration des Droits de L’homme et du Citoyen (pernyataan
mengenai hak-hak Asasi manusia & warga negara)
Amerika, 4 Juli 1776 Declaration of
Independence dipelopori John Locke (life, liberty, property), 1941 Atlantic Charter – F.D.Roosevelt : the four freedom
(beragama,berbicara&berpendapat, takut,
miskin)
Universal Declaration of Human Rights 10 desember 1948
Hak utk berpikir & mengemukakan pendapat,
Hak memiliki sesuatu,
Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
Hak menganut aliran kepercayaan / agama,
Hak untuk hidup,
Hak untuk kemerdekaan hidup,
Hak untuk memperoleh nama baik,
Hak untuk memperoleh pekerjaan
Covenants on Human Rights 1966
diratifikasi negara-negara anggota PBB
The International on Civil and Political Rights (Konvensi tentang hak-hak sipil dan politik),
The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (Konvensi tentang hak
ekonomi, sosial, dan budaya), serta
Optional Protocol yakni adanya kemungkinan seorang warga negara yang mengadukan
pelanggaran HAM kepada The Human Rights
Commitee PBB setelah melalui upaya pengadilan
di negaranya.
Beberapa deklarasi lain mengenai HAM di dunia,
Declaration on the Rights of People to Peace (Deklarasi Hak Bangsa atas Perdamaian) tahun 1984 oleh negara dunia ketiga.
Declaration on the Rights to Development (Deklarasi Hak Atas Pembangunan) tahun 1986 oleh negara dunia ketiga.
African Charter on Human and Peoples, yang sering pula disebut dengan Banjul Charter, oleh negara-negara Afrika yang
tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU) tahun 1981.
Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam tahun 1990.
Bangkok Declaration tahun 1993.
Deklarasi Wina tahun 1993 yang merupakan deklarasi universal
dari negara-negara yang tergabung dalam PBB.
Berdasarkan perkembangannya
terdapat 3 generasi perjuangan HAM
Pertama yang memperjuangkan hak-hak sipil & politik, umumnya bermula dari negara di Eropa Barat yang bersifat liberal, spt hak atas hidup, kebebasan & kemanan, kesa’maan, hak atas
kebebasan berpikir, hak berkumpul, dll
Kedua yang memperjuangkan hak ekonomi, sosial & budaya yang umumnya diperjuangkan oleh negara Eropa Timur yang bersifat sosialis, spt hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak kesehatan, hak membentuk serikat pekerja, hak atas jaminan sosial, dll.