• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LIKUIDITAS DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP YIELD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LIKUIDITAS DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP YIELD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LIKUIDITAS DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP YIELD SUKUK

(Studi Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

Siti Sholikhah (sholikhah021@gmail.com)

Dwi Irawati Mahendra Galih Prasaja

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas dan tingkat hutang terhadap yield sukuk pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Likuiditas diukur dengan Current Ratio (CR), tingkat hutang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan yield sukuk dengan Yield To Maturity (YTM).

Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan non keuangan yang menerbitkan sukuk di Bursa Efek Indonesia. Sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling sebanyak 11 perusahaan non keuangan dengan jumlah data sebanyak 55 data. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara mengunduh laporan tahunan dan laporan sukuk. Anaisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS versi 19.0 for windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap yield sukuk pada perusahaan non keuangan. Selanjutnya tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap yield sukuk pada perusahaan non keuangan.

Kata Kunci : yield sukuk, likuiditas, tingkat hutang

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya, perusahaan dapat memilih beberapa alternatif sumber dana tambahan yang ada, yaitu obligasi. Obligasi merupakan utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Nilai utang dari obligasi tersebut dinyatakan dalam surat utangnya (Hartono, 2016:230). Obligasi terdiri atas dua macam, yaitu obligasi konvensional dan obligasi syariah atau sukuk.

Obligasi syariah yang lebih dikenal dengan sukuk merupakan efek syariah yang berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atas kepemilikan aset berwujud tertentu, nilai

(2)

manfaat dan aktivitas investasi tertentu, serta kepemilikan atas aset proyek tertentu.

Sukuk pada prinsipnya sama dengan obligasi konvensional, dengan perbedaan penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya underlying transaction berupa sejumlah aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad antara pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Soemitro, 2014:131).

Tujuan utama seorang investor dalam menginvestasikan dananya adalah untuk memperoleh hasil (yields) dari investasi tersebut. Dimana yield sukuk merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian sukuk sebagai instrumen investasinya. Ukuran yield yang sering digunakan adalah YTM (Yield to Maturity) karena hasil yang investor terima, apabila membeli obligasi pada harga saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga akhir jatuh tempo (Rahardjo, 2003:71).

Dalam prakteknya investor belum mengetahui sepenuhnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi yield sukuk. Sehingga, informasi yang harus dipertimbangkan investor ketika berinvestasi pada obligasi syariah yaitu dengan mengetahui kesehatan perusahaan melalui rasio keuangan. Menurut Brigham dan Houston (2006:95) terdapat faktor internal yaitu likuiditas dan tingkat hutang yang memiliki hubungan dengan imbal hasil sukuk.

Sumber: Data diolah dari laporan keuangan Gambar 1

Grafik Rata-rata Pertumbuhan Yield Sukuk, Likuiditas, dan Tingkat Hutang Perusahaan Non Keuangan Periode 2013-2017

Dari grafik rata-rata pertumbuhan yield sukuk, likuiditas, dan tingkat hutang pada perusahaan non keuangan periode 2013-2017 mengalami fluktuasi. Rata-rata Pertumbuhan yield sukuk pada perusahaan non keuangan periode 2013-2017 mengalami tren kenaikan. Nilai rata-rata pertumbuhan likuiditas perusahaaan non keuangan pada periode 2013-2017 mengalami tren kenaikan. Selanjutnya rata-rata pertumbuhan tingkat hutang pada periode 2013-2017 mengalami tren penurunan.

0 5 10 15

2013 2014 2015 2016 2017

Yield Sukuk Likuiditas Tingkat Hutang

(3)

Tabel 1

Rata-rata Pertumbuhan Yield Sukuk, Likuiditas, dan Tingkat Hutang Perusahaan Non Keuangan Periode 2013-2017

Perusahaan Periode Yield Sukuk Likuiditas Tingkat Hutang

Perusahaan Non Keuangan

2013 8,67 1,22 2,35

2014 10,17 1,31 2,51

2015 9,27 1,25 2,07

2016 10,06 1,25 1,91

2017 11,82 1,28 1,78

Sumber: Data diolah dari laporan keuangan

Berdasarkan Tabel 1 likuiditas perusahaan non keuangan periode 2013 sampai dengan 2017 mengalami kenaikan, artinya dengan semakin tingginya likuiditas perusahaan, aktiva lancar yang diubah menjadi kas dapat digunakan untuk memenuhi finansial jangka pendeknya. Likuiditas yang tinggi mengakibatkan yield sukuk tinggi. Dimana imbal hasil yang berupa fee/nisbah sifatnya fixed return (tetap) yang sudah ditentukan pada awal perjanjian dari kedua belah pihak, sehingga besar return yang diberikan sama sepanjang tahun selama sukuk masih berlaku (Sartono 2010:116).

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pelaku pasar dalam pasar sekunder sukuk adalah kurangnya likuiditas perdagangan sukuk di pasar sekunder.

Hal ini disebabkan oleh kecenderungan pemegang sukuk untuk melakukan hold to maturity atas sukuk yang dimilikinya. Sementara itu, dari sisi penerbit sukuk terdapat kekhawatiran tidak terserapnya sukuk oleh pasar (Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan, 2015:67). Selanjutnya tingkat hutang pada perusahaan non keuangan periode 2013 sampai dengan 2017 mengalami penurunan. Dikarenakan memiliki risiko gagal bayar yang rendah dan semakin kecil tingkat kerugian yang dialami perusahaan jika terjadi likuidasi dengan risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan. Tingkat hutang yang rendah akan dikompensasi oleh obligator dengan menjanjikan yield sukuk yang lebih tinggi untuk investor (Bodie, kane, dan Marcus, 2014:480).

Penelitian yang pernah dilakukan tentang pengaruh likuiditas dan tingkat hutang terhadap yield sukuk, hasilnya tidak selalu konsisten. Seperti yang dilakukan oleh Nurfaiza dan Adestien (2004), Yan He, et al. (2005) serta Oktavian, Haryeti, dan Sjahruddin (2015) terdapat hubungan positif antara likuiditas terhadap yield obligasi.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamida (2017) bahwa likuiditas

(4)

berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Khurana dan Raman (2003), Surya dan Teguh (2011) terdapat hubungan positif antara debt to equity ratio terhadap yield obligasi. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavian (2015) dan Hamida (2017) bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.

Perbedaan dari beberapa penelitian yang disebutkan menarik untuk diuji kembali mengenai yield sukuk melalui rasio likuiditas dan tingkat hutang. Dari pertimbangan tersebut maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas dan Tingkat Hutang terhadap Yield Sukuk (Studi Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013- 2017)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap yield sukuk?

2. Apakah tingkat hutang berpengaruh positif terhadap yield sukuk?

C. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIIKIRAN 1. Kajian Teori

a. Obligasi Syariah

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo (Muhammad, 2014:602). Menurut Rahardjo (2003:141) pendapatan bagi hasil dibayarkan setiap periode tertentu (3 bulan, 6 bulan atau setiap satu tahun).

b. Yield Sukuk

Menurut Samsul (2015:267) yield adalah keuntungan investasi sukuk yang yang dinyatakan dalam persentase. Risiko perusahaan tercermin dari daya tahan perusahaan dalam menghadapi siklus ekonomi serta faktor

(5)

makro ekonomi dan mikro ekonomi. Merujuk teori tersebut maka dapat dipastikan imbal hasil (yield) obligasi syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Brigham dan Houston (2006: 95) menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi yield sukuk diantaranya adalah likuiditas dan tingkat hutang.

c. Likuiditas

Weygandt (2013:793) mengatakan bahwa likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dalam membayar kewajiban yang jatuh tempo dengan kas yang dapat ditagih segera. Dengan semakin tingginya likuiditas perusahaan, menunjukkan aktiva lancar yang diubah menjadi kas yang dimiliki perusahaan mampu untuk memenuhi finansial jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menggambarkan kinerja perusahaan yang baik dan mengakibatkan yield sukuk tinggi. (Sartono, 2010:116).

d. Tingkat Hutang

Menurut Kasmir (2016:151) tingkat hutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Perusahaan yang memiliki rasio utang yang tinggi akan memiliki risiko yang tinggi dalam pengembalian investasinya. Dimana obligator atau perusahaan penerbit obligasi menawarkan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi untuk menarik investor, sehingga dapat mengumpulkan dana yang lebih banyak untuk mendanai perusahaannya (Brigham dan Houston, 2006:104).

2. Kerangka Pemikiran

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Likuiditas

(X1)

Tingkat Hutang (X2)

Yield Sukuk (Y) H1+

H2+

(6)

D. HIPOTESIS

1. Likuiditas dan pengaruhnya terhadap yield sukuk

Menurut Weygandt (2013:793) likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dalam membayar kewajiban yang jatuh tempo dengan kas yang dapat ditagih segera. Dengan semakin tingginya likuiditas perusahaan, aktiva lancar yang diubah menjadi kas yang dimiliki perusahaan mampu untuk memenuhi finansial jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi menggambarkan kinerja perusahaan yang baik dan mengakibatkan yield sukuk tinggi. Dimana imbal hasil (yield) yang diterima investor berdasarkan fee/nisbah yang sifatnya tetap dan dibayarkan secara periodik (Sartono, 2010:116).

Penelitian yang dilakukan Nurfauzia dan Adistien (2004), Yan He (2005) bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi.

Selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap yield sukuk

2. Tingkat hutang dan pengaruhnya terhadap yield sukuk

Tingkat hutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Kasmir, 2016:151). Brigham dan Houston (2006:104) mengatakan bahwa perusahaan memiliki rasio utang yang tinggi akan memiliki risiko yang tinggi dalam pengembalian investasinya. Dimana obligator atau perusahaan penerbit obligasi menawarkan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi untuk menarik investor, sehingga dapat mengumpulkan dana yang lebih banyak untuk mendanai perusahaannya (Hapsari, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Teguh (2011), Kurana dan Khuman (2003) menunjukkan bahwa debt to equty ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Tingkat hutang berpengaruh positif terhadap yield sukuk

(7)

E. METODE PENELITIAN

1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya a. Yield sukuk

Menurut Samsul (2015:267) yield adalah keuntungan investasi sukuk yang yang dinyatakan dalam persentase. Yield diukur menggunakan yield to maturity (YTM). Yield to maturity (YTM) bisa diartikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli sukuk pada harga pasar saat ini dan menahan sukuk tersebut hingga jatuh tempo (Tandelilin, 2010:260).

YTM = C +F − P F + Pn

2

× 100 %

Keterangan:

YTM = yield to maturity

C = kupon*

n = sisa waktu jatuh tempo F = face value (nilai nominal) P = harga obligasi pada saat t = 0

* Untuk kupon pada sukuk didasarkan pada imbal hasil yang berupa fee/nisbah.

b. Likuiditas

Weygandt (2013:793) menggambarkan kemampuan jangka pendek perusahaan dalam membayar kewajiban yang jatuh tempo dengan kas yang dapat ditagih segera. Untuk mengukur likuiditas perusahaan digunakan current ratio atau rasio lancar.

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 c. Tingkat Hutang

Tingkat hutang menggambarkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Ukuran yang digunakan untuk mengukur leverage perusahaan adalah debt to equity ratio, yang berguna untuk proporsi hutang yang

(8)

digunakan perusahaan (Kasmir, 2016:157). Rumus yang digunakan sebagai berikut:

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Data

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan sukuk periode 2013-2017. Dari populasi yang ada, dipilih sampel dengan menggunakan metode purposive sampling dengan berdasarkan pertimbangan tertentu, sehingga seluruh sampel yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel yaitu 11 perusahaan non keuangan.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji normalitas

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) α Kesimpulan

0,655 0,05 Residual mengikuti pola distribusi normal Sumber: Output SPSS, 2019 (data diolah)

Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan bahwa variabel pengganggu atau residual dalam model persamaan regresi dari data yang digunakan telah berdistribusi normal, karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari uji normalitas lebih besar dari alpha (0,655 > 0,05).

(9)

2) Uji Multikolonieritas

Tabel 3

Hasil Uji Multikolonieritas Model Collinearity Statistics

Kesimpulan Tolerance VIF

Likuiditas (X1) 0,885 1,130 Tidak terjadi multikolonieritas Tingkat Hutang (X2) 0,855 1,130 Tidak terjadi

multikolonieritas Variabel Dependen : Yield Sukuk

Sumber: Output SPSS, 2019 (data diolah)

Dari Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat korelasi antar variabel independen karena semua nilai tolerance sebesar 0,885 (> 0,10) dan memiliki nilai VIF sebesar 1,130 (< 10), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas pada kedua variabel independen tersebut.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi pada penelitian menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Berikut ini hasil uji autokorelasi dengan uji DW.

Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

Kesimpulan

1 0,076 9,31560 1,155 Tidak ada autokorelasi positif dan negatif Sumber: Output SPSS, 2019 (data diolah)

Nilai DW sebesar 1,155, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel menggunakan nilai 5 %, jumlah sampel 55 (n), dan jumlah variabel indepeden 2 (k). Dari tabel tersebut, nilai DW lebih kecil dari batas atas (dU) dan kurang dari batas bawah (dL). Artinya tidak ada autokorelasi positif dan negatif.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji hetroskedastisitas pada penelitian menggunakan uji glejser.

Berikut ini hasil uji autokorelasi dengan uji DW.

(10)

Tabel 5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model Sig. Kesimpulan

Likuiditas (X1) 0,115 Tidak terjadi heteroskedastisitas Tingkat Hutang (X2) 0,413 Tidak terjadi heteroskedastisitas Variabel Dependen : Abs_Res_1

Sumber: Output SPSS, 2019 (data diolah)

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansi untuk semua variabel lebih besar dari 5% (> 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 6

Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Dependen:

Yield Sukuk Coefficient Sig. Keterangan

Constant 2,961 0,515 Tidak Signifikansi

Likuiditas (X1) 5,394 0,019 Signifikansi Tingkat Hutang (X2) 0,108 0,927 Tidak Signifikansi Sumber: Output SPSS, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 6 tersebut, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 2,961 + 5,394 X1 + 0,108 X2

1) Nilai konstanta (a) adalah 2,961. Besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabel independen (likuiditas dan tingkat hutang) diasumsikan konstan, maka variabel dependen (yield sukuk) sebesar 2,961.

2) Nilai koefisien regresi variabel likuiditas bernilai positif (5,394) dengan nilai signifikansi 0,019 (<0,05). Artinya likuiditas berpengaruh terhadap yield sukuk.

3) Nilai koefisien regresi variabel tingkat hutang bernilai positif (0,108) dengan nilai signifikansi 0,927 (>0,05). Artinya tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap yield sukuk.

2. Pembahasan

a. Pengaruh likuiditas terhadap yield sukuk

Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial pada Tabel 6, likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield sukuk. Artinya semakin tinggi

(11)

likuiditas, maka semakin tinggi pula yield sukuk. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan perusahaan non keuangan yang memiliki likuiditas tinggi, yang mana semakin likuid perusahaan non keuangan dan perusahaan tersebut mampu untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendek dan aktiva lancar yang tersedia mampu menutupi utang pada saat ditagih. Hal ini baik bagi perusahaan non keuangan agar tidak dilikuidasi akibat ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Selain itu, seorang investor akan memilih untuk menanamkan investasinya pada perusahaan non keuangan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi dan dianggap memiliki dana yang lebih. Sehingga, likuiditas perusahaan non keuangan tinggi akan lebih cepat dalam hal pembayaran kewajiban pada saat jatuh tempo. Dimana imbal hasil berupa nisbah yang telah ditentukan pada awal perjanjian dari kedua belah pihak (Sartono, 2010:116). Kemudian besar imbal hasil yang diberikan sama sepanjang tahun selama sukuk masih berlaku serta imbal hasil yang tidak berubah sepanjang periode, tingkat imbal hasil sukuk akan sama dengan imbal hasilnya (Bodie, Kane, dan Marcus, 2014:479).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nurfauzia dan Adistien (2004), dan Yan He (2005) bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield sukuk. Dan bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamida (2017) bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap yield sukuk.

b. Pengaruh tingkat hutang terhadap yield sukuk

Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial pada Tabel 6, tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap yield sukuk. Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial pada Tabel 6, tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap yield sukuk.

Artinya tinggi atau rendah tingkat hutang tidak mempengaruhi yield sukuk. Hal tersebut dikarenakan seorang investor tidak menjadikan tingkat hutang di perusahaan non keuangan sebagai salah satu pertimbangan untuk membuat keputusan dalam berinvestasi pada pasar sukuk serta menganggap bahwa sukuk merupakan investasi yang berisiko rendah (Hartono, 2009:170).

Sementara yield sukuk pada perusahanaan non keuangan sudah diketahui sejak awal dimana didasarkan pada imbal hasil berupa fee/nisbah yang sifatnya

(12)

fixed retrun atau tetap serta besar imbal hasil yang diberikan sama selama sukuk tersebut masih berlaku (Nariman, 2016).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Oktavian (2015) dan Hamida (2017) bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap yield sukuk. Namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Teguh (2011), Kurana dan Khuman (2003) menunjukkan bahwa debt to equty ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi.

G. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menguji pengaruh likuiditas dan tingkat hutang terhadap yield sukuk dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Likuiditas berpengaruh terhadap yield sukuk.

2. Tingkat hutang tidak berpengaruh terhadap yield sukuk.

DAFTAR PUSTAKA

Bodie, Zvi, Kane, Alex dan Marcus, Alan J. 2014. Investasi. Edisi 9. Buku 2. Jakarta:

Salemba Empat.

Brigham, EF dan Houston, JF. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerjemahan:

Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Direktorat Pasar Modal Syariah Otoritas Jasa Keuangan. Roodmap Pasar Modal Syariah.

Artikel diakses tanggal 2 April 2019, dari

http://www.ojk.go.id/Files/box/roadmap-pms_2015-2019.pdf.

Hamida, Laely. 2017. Pengaruh Likuiditas dan Leverage Terhadap Yield Sukuk dengan Peringkat Sukuk sebagai Variabel Intervening Pada perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia. EKOBIS, 18 (1): 71-78.

Hapsari, Riska Ayu. 2013. Kajian Yield to Maturity (YTM) Obligasi Pada Perusahaan Korporasi. Accountig Analysis Journal, ISSN 2252-6765. Universitas Negeri Semarang.

Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam.

Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khurana, Inder K dan K Raman. 2003. Are Fundamentals Priced in The Bond Market?.

Contemporary Accounting Research, 20 (3): 465-494.

(13)

Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh & Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Nariman, Augustpaosa. 2016. Pengaruh Faktor internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Yield To Maturity Obligasi Korporasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, 2: 238-253.

Nurfauzia dan Adistien, Fatma Setyarini. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Yield Obligasi Perusahaan (Studi Pada Industri Perbankan dan Industri Finansial). Jurnal Siasat Bisanis, 2 (9): 241-256.

Oktavian, Oky, Haryetti, dan Sjahruddin. 2015. Pengaruh Tingkat Inflasi, Debt to Equity Ratio, Likuiditas Obligasi, dan Rating Obligasi terhadap Yield Obligasi Korporasi yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2012. JOM FEKON, 2 (1).

Rahardjo, Sapto. 2003. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: Erlangga.

Samsul, Muhammad. 2015. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.

Yogyakarta: BPFE.

Soemitra, Andri. 2014. Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia. Edisi Pertama.

Jakarta: Kencana.

Surya, Artha Budhi dan Teguh Gunawan Nasher. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Exchange Rate, Ukuran Perusahaan, Debt to Equity Ratio, dan Bond terhadap Yield Obligasi Koorporasi di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.

Yogyakarta: PT Kanisius.

Weygandt, Kimmel, dan Kieso. 2013. Financial Accounting IFRS Edition. United States of American: Pearson.

Yan, He et al. 2005. Liquidity, Information Risk, and Asset Pricing: Evidence from the U.S.

Government Bond Market. SSRN 687523.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara, terlihat bahwa siswa menghapal Hukum-hukum tentang pembiasan, tetapi tidak memahami bahwa ketika medium suatu benda kurang rapat maka

Dengan mengamati tayangan PPT, siswa mampu menyebutkan 2 isi teks yang ditayangkan berkaitan dengan lingkungan tidak sehat menggunakan bahasa lisan (dapat dibantu

10.4.1 Penilaian Mangan Khas bagi sesuatu kursus yang diambil pada semester terakhir pengajian boleh diberikan kepada pelajar yang memerlukan kurang daripada

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini melakukan pengenalan telinga untuk mengidentifikasi pribadi seseorang dengan ekstraksi ciri ZMI dan metode pengenalan

mengimplementasikan, mengendalikan dan mengevaluasi capaian program dan kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD. Berdasarkan Permendagri No.54 Tahun 2010 tentang

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, disimpulkan bahwa: 1) Aktivitas belajar berguling senam lantai (berguling ke depan dan berguling ke belakang) meningkat

Dalam rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kota Manado, perlu ada keselarasan dan

Penyebab kesalahan-kesalahan berdasarkan prosedur Newman ditinjau dari gaya kognitif adalah tidak dapat memahami soal dengan baik, kurangnya penguasaan materi, masih bingung