• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication yang asalnya dari bahasa Latin communis berarti “sama” dan communicatio artinya “membuat sama”. Dapat dikatakan komunikasi ini dapat menimbulkan suatu kebersamaan antara dua atau lebih individu yang menjalin komunikasi tersebut.

Pengertian komunikasi menurut Aristoteles, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama : Pembicara (speaker), Pesan (message), dan Pendengar (listener). Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker) dan bicara (speech) karena pembicara dipandang sebagai pihak yang aktif dan berperan penting dalam proses public speaking yaitu mengirimkan pesan kepada khalayak.

Dalam model ini, khalayak digambarkan bersifat pasif dalam menerima pesan. Oleh karena itu, proses komunikasi dalam model Aristoteles berlangsung secara satu arah atau linier yakni dari pengirim ke penerima.

Proses komunikasi menurut Aristoteles dimulai dari pembicara (speaker) yang mengutarakan pesan (speech) dalam suatu situasi (occasion) kepada khalayak (audience) yang kemudian menimbulkan dampak atau pengaruh (effect).

(2)

7 2.1.2 Konteks Komunikasi Antar Manusia

Konteks komunikasi antar manusia ada 6, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi ini merupakan komunikasi yang dilakukan oleh individu itu sendiri dengan disadari ataupun tidak. Dimana komunikasi ini sebagai dasar utama dari komunikasi interpersonal dan komunikasi dengan berbagai konteks yang lain. Dengan demikian, komunikasi ini melibatkan interaksi daari 2 atau lebih individu, sebab sebelummelakukan komukasi dengan orang lain, maka individu tersebut akan berkomunikasi langsung dirinya sendiri, namun caranya terkadang tidak disadari oleh pelakunya.

Komunikasi yang terjalin antara individu dengan individulain akan berjalan dengan baik apabila individunya mampu berkomunikasi secara efektif dengan dirinya sendiri.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi yang terjadi dengan melibatkan dua individu atau lebih dengan face to face, sehingga masing-masing pihak yang berkomunikasi tersebut dapat bereaksi secara langsung baik dengan verbal ataupun non-verbal. Bentuk khusus dari komunikasi ini adalah dyadic Communication yang melibatkan hanya dua orang. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya.

3. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya

(3)

8 keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, dan lain sebagainya. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan oleh kelompok kecil.

4. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti struktur organisasi, yakni komunikasi secara vertikal dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat.

5. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak dapat dikenali satu persatu. Ciri-ciri komunikasi publik adalah : terjadi ditempat umum (public), misalnya auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan; terdapat agenda;

beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.

6. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di berbagai tempat, anonim, dan campur. informasinya bersifat general, dimana dalam

(4)

9 penyemapiannya dilakukan secara cepat dan serentak jika dengan menggunakan media online.

2.1.3 Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak

Kemampuan komunikasi pertama bagi perkembangan anak yaitu berasal dari lingkungan keluarganya. Proses komunikasi yang dilakukan keluarga ini menjadi penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut anak (Shinta, 2000).

Pada dasarnya, proses tumbuh kembang anak sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungannya terutama kondisi keluarganya. Hal ini dikarenakan keluarga menjadi wadah untuk berkomunikasi pertama bagi anak. Oleh karena itu, anak adalah salah satu aset milik keluarga yang harus dikembangkan kemampuannya. Anak-anak tersebut menjadi aset berharga bagi suatunegara, karena perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi penerusnya. Dengan demikian, anak-anak harus dibimbing dan diarahkan agar menjadi penerus bangsa yang berkualitas dan matang secara fisik maupun psikis. Sebelum anak masuk ke dunia pendidikan, maka peran orang tua sangatlah mempengaruhi perkembangan anak (Kuntaraf, 1999). Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kualitas komunikasi interpersonal yang dikaitkan dengan peningkatan pengetahuan anak (Joseph., 2010) yaitu:

1. Transparansi

Kualitas transparansi harus memenuhi tiga faktor dari komunikasi interpersonal, yaitu: 1) Pihak komunikator harus memiliki sikap keterbukaan dengan pihak yang diajak berkomunikasi, pada dasarnya kedua pihak harus saling terbuka terkait berbagai hal atau informasi yang perlu diketahui oleh lawan bicaranya. 2) pihak komunikator harus merespons secara jujur atas rangsangan yang diterimanya. Kedua pihak yang

(5)

10 melakukan komunikasiini harus saling aktif dan tanggap agar proses komunikasi berjalan secara efektif. Pada dasarnya, semua individu mengharapkan respons yang baik dari lawan bicaranya tersebut. 3) mengacu pada “kepemilikan” perasaan hati dan pikiran. Keterbukaan ini diartikan sebagai segala hal yang dirasakan dan pikirkan merupakan kemauan dan kesadaran kita, selain itu hal tersebut dapat dipertangungjawabkan oleh kita. Transparansi yaitu pengakuan atas perasaan dan pikiran yang disampaikan kepada orang lain sebenernya milik pribadi dari individu tersebut (Salim, 1991).

2. Kesetaraan

Indvidu yang melakukan komunikasi menyadari dan mengakui bahwasannya masing-masing dirinya sama-sama berharga.

3. Sikap mendukung

Sikap ini adalah suatu pandangan guna membantu secara bersama-sama (Salim, 1991). Hubungan interpersonal dapat berjalan dengan baik apabila disertao dengan sikap salingmendukung antar individunya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jack Gibb. Keterbukaan dan empati dalam berkomunikasi terjadi dalam kondisi yang mendukung. Setiap individu dapat bersikap mendukung melalui:

a. Deskriptif, adalah suatu persepsi bahwa komunikasi yaitu suatu kebutuhan atas informasi, yang tidak bertujuan guna mengevaluasi, sebab hal ini dapat menyebabkan individu bersikap defensif.

b. Spontan, hal ini dapat menciptakan suasana yang mendukung. Individu yang spontan untuk berkomunikasi, jujur dan terbuka dalam menyampaikan informasi maka komukasisi yang dilakukannya akan jujur dan terbuka. Dan apabila individu yang menyembunyikan perasaannya dapat diperkirakan

(6)

11 bahwa individu tersebut mempunyai rencana terselubung, sehingga perlu adanya reaksi defensif.

c. Profesionalisme, yaitu sikap tentatif, berpikiran terbuka dan mau memahami kemauan dan perspektif dari individu lain, dan terkadang mau mengubah perspektifnya apabila diharuskan.

4. Empati

(Henry, 1976), dikutip dalam buku komunikasi interpersonal (Joseph., 2010) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang itu”. Pengertian empati ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Langkah pertama dalam mencapai empati adalah menahan diri untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan mengkritik, karena hal tersebut dapat menghambat pemahaman dalam berkomunikasi. Langkah kedua, semakin banyak anda mengenal keinginan, pengalaman dan kemampuan seseorang, maka anda akan mampu melihat apa yang dilihat dan dirasakan oleh orang tersebut. Langkah ketiga, cobalah merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Wilbur Scramm juga mengemukakan bahwa setiap orang yang melakukan komunikasi interpersonal harus dapat menyesuaikan dirinya melalui empati dengan orang lain agar tidak terjadi jurang komunikasi (Djamadin, 2004).

5. Sikap positif

Sikap ini merupakan perspektif yang baik terkait suatu hal (Salim, 1991). Sikap positif ini dapat diungkakan melalui 2 cara, antara lain:

(7)

12 a. Dengan menunjukkan ketertarikannya terhadap topik pembahasan yang sedang dibahas antara dua individi atau lebih tersebut.

b. Mendorong individulaian agar bersikap dan berkomunikasi secara positif. Dorongan ini perlu dilakukan dalam menganalisa interaksional dan interaksi antar individu. Tindakan mendorong ini dapat menjadi nilai tambah bagi individu, dan dapat menjadikan individu tersebut merasa lebih baik. Maka dari itu, dalah hal ini anak usia dini harus memperoleh dorongan dari orang-orang sekitarnya terutama dari ornag tuanya.

Dengan adanya dorongan yangditerima anak tersebut, maka individunya akan merasa termotivasi untuk bersikap dan berpandangan positif terhadap segala hal.

Hubungan interpersonal dapat berkembang jika setiap individu bersikap dan berperilaku sesuai dengan harapan dan tuntutan dari individu lain, mempunyai kemampuan dalam berperan, serta terhindar dari permasalahan dan kerancuan peranan. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membuat komunikasi yang efektif dengan anaknya dalam mendampingi proses belajar anak (Ekomadyo, 2005), meliputi:

1. Menstimulus munculnya sikap berempati, dimana orangtua harus mampu memahami komunikasi yang dilakukan anaknya, mendengarkan cerita dan keluhan anknya, dan menjalin kedekatan dengannya.

2. Menciptakan kedekatan antara Orang Tua dengan anak melalui penerapan suasana belajar yang kondusif dan tidak membosankan dengan menggunakan metode persuasif dan menyarankan.

(8)

13 3. Menciptakan rasa memiliki, dimana orangtua membebaskan anaknya dalam berekspresi. Dalam pembelajaran ini orang tua akan mengaitkan topik pembahasan dengan kehidupan keseharian anaknya.

4. Pendampingan perlu dilakukan agar anak merasa lebih nyaman dalam belajarnya, sebab kehadiran orang tua akan menimbulkan persepsi anak bahwa orang tuanya akan melindungi mereka, dan orang tua menjadi wadah untuk mencurahkan segala rasa penasarannya sehingga anak dapat bertanya mengenai segala hal kepada orang tuanya.

Orang tua harus mempunyai peran dan pengaruh terbesar pada proses komunikasi interpersonal terhadap anaknya.

Dengan menerapkan pendekatan personal ini maka orangtua akan lebih mengetahui dan memahami perkembangan anak. Hal ini dikarenakan, orang tua merupakan orang yang dapat memahami keinginan anaknya.

Sebagai proses pengungkapan diri yang mendorong kemajuan hubungan antara orang tua dan anak. Teori yang digunakan sebagai model dalam pengajaran mengenai hubungan interpersonal dan sebagai kerangka kerja dalam mempertimbangkan pengembangan hubungan adalah model teori penetrasi sosial yang merupakan perkembangan hubungan yang bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal menuju ke tingkatan yang terdalam atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Berdasarkan uraian tersebut, maka teori penetrasi sosial yaitu suatu model yang mengindikasikan perkembangan hubungan pengenalan antara individu satu dengan individu lainnya melalui proses pengungkapan informasi.

Terdapat beberapa tahapan Proses Penetrasi Sosial yaitu:

(9)

14 1. Tahap Orientasi: yaitu tahap awal pengenalan dengan memberikan informasi secara bertahap, dimana tahapan ini terjadi di tingkat publik, maka informasi mengenai personal individu sangat sedikit yang diekspose keada orang lain atau publik. Proses komunikasi ini bersifat non personal. Apabila dalam tahapan ini individu mendapatkan feedback yang positif dari orang lain maka individu tersebutdapat mengungkapkan informasi lainnya.

2. Tahap Pertukaran Penjajakan Afektif: yaitu suatu perluasan area publik dari diri dan terjadi pada saat ada kaitannya dengan personal individu tersebut. Dimana yang mulanya bersifat personal berubah menjadi publik.

Apabila pada tahapan orientasi, individu bersikap hati- hati untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya maka pada tahapan ini individu akan menginformasikan personalnya secara publik. Tahapan ini menjadi tahap penentu keberlanjutan suatu hubungan.

3. Pertukaran Afektif: Komitmen dan Kenyamanan dalam berinteraksi secara santai, dimana komunikasi inidilakukan secara spontan dan pelakunya memutuskan keputusan secara cepat, seringkali dengan sedikit memberikan perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahapan ini ditandai munculnya hubungan persahabatan yang dekat atau hubungan antara individu yang lebih intim. Tahapan ini memunculkan sikap kritis dan menilai secara mendalam. Hal ini menimbulkan komitmen yang lebih besar dan perasaan yang lebih nyaman terhadap pihak lainnya juga menjadi ciri tahap ini.

4. Pertukaran Stabil adalah Kejujuran dan Keintiman yang berkaitan dengan penyampaian pikiran, perasaan dan

(10)

15 tingkah laku secara terbuka yang menimbulkan suatu spontanitas dan kekhasan interaksi. Individu menunjukkan perilaku yang dekat dan intim, ini artinya perilaku dari kedua individu seringkali berulang, dan perilaku yang berulang itu dapat diantisipasi atau diperkirakan oleh pihak lain secara cukup akurat. Dapat disimpulkan bahwa “teori penetrasi sosial individu telah membangun sistem komunikasi personal mereka yang menurut Altman dan Taylor akan menghasilkan komunikasi yang efisien”. Dapat dinyatakan bahwa dalam tahapan ini, makna ditafsirkan secara jelas dan tanpa adanya keraguan.

2.2 Teknik Edukatif Dalam Komunikasi Orang Tua dengan Anak

a. Definisi Komunikasi Edukatif

Komunikasi edukatif ialah salah satu komunikasi yang bertujuan untuk mendidik. Jika dikaitkan dengan bidang pendidikan, maka berbagai aktivitas pembelajaran terutama di sekolah bahwa komunikasi merupakan hal utama untuk melaksanakan pembelajaran. Komunikasi edukatif ini dapat mengarahkan proses edukasi itu sendiri.

Menurut Suryosubroto komunikasi eduktif dimaknai sama dengan interaksi edukatif. Komunikasi edukatif ialah hubungan feedback antara guru dengan siswanya dalam sebuah proses pengajaran (Suryosubroto, 2002).

Komunikasi edukatif dinilai penting dalam proses pembelajaran agar terbentuknya suasana pembelajaran yang mendukung. Dengan adanya komunikasi edukatif ini maka tujuanpembelajaran dapat terwujud secara efektif dan efisien.

(Yusuf, 2010) mengungkapkan bahwa “Komunikasi pendidikan adalah komunikasi yang merambah atau menyentuh dunia pendidikan”.

Komunikasi pendidikan berfungsi guna mengoptimalkan potensi para siswa diberbagai bidang. Komunikasi yang diterapkan dibidang pendidikan harus

(11)

16 ditujukan untuk mendidik dan mengarahkan siswa ke hal-hal yang positif.

Adapun menurut (Surakhmad, 1998), menjelaskan bahwa “Interaksi yang terjadi dalam situasi edukatif, yakni interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan”.

(Djamarah, 2005), menjelaskan pengertian komunikasi pendidikan bahwa ” hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan”. Adapun (Naim, 2011) menjelaskan bahwasannya “komunikasi pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Dengan demikian, komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan”.

Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa aktivitas komunikasi dibidang pendidikan ditujukan guna mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa. Informasi yang diberikan ini bersifat edukatif, dimanadalam pembelajaran tersebutpara siswa akan diajarkan dan dikenalkanmengenai berbagai hal untuk mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan sosial.

Pendidikan sering dimaknai sebagai suatu bentuk transmisi nilai atau budaya dari guru (pendidik) kepada peserta didik (terdidik) atau dari orang tua kepada anak-anaknya. Pendidikan sebagai suatu upaya transmisi nilai dari seseorang kepada orang lain. Proses transmisi nilai tersebut terjadi melalui komunikasi antara pendidik (guru) dan peserta didik atau antara orang tua dan anak-anaknya. Komunikasi yang terjadi dalam rangka transmisi nilai ini sesungguhnya merupakan suatu komunikasi edukatif.

Tidak semua bentuk komunikasi merupakan komunikasi edukatif atau komunikasi pendidikan. Aspek yang paling substansial dalam komunikasi pendidikan yaitu terjadinya transmisi nilai.

Selama kegiatan belajar mengajar guru tidak akan pernah terlepas dari proses komunikasi. Komunikasi yang terjadi tersebut diharapkan tidak

(12)

17 hanya sebatas proses penyampaian materi pelajaran saja, melainkan juga adanya proses transmisi nilai. Ketika proses kegiatan belajar mengajar, penerapan komunikasi edukatif menjadi penting dan memegang peran yang signifikan guna tercapainya tujuan pembelajaran. Nilai-nilai yang disampaikan oleh seorang pendidik merupakan salah satu dari komponen komunikasi, yaitu merupakan komponen pesan. Efektivitas komunikasi edukatif ditandai oleh adanya kesesuaian antara nilai-nilai sebagai isi pesan dan dampak yang diinginkan oleh pendidik. Semakin sesuai nilai- nilai yang diterima oleh peserta didik dan semakin jelas dampak yang diinginkan oleh pendidik, maka semakin efektif komunikasi edukatif yang terjadi.

Komunikasi edukatif yang berjalan secara efektif akan memungkinkan terserapnya makna pendidikan secara lebih utuh dan mendalam. Dengan demikian, komunikasi edukatif merupakan suatu hal yang sangat penting dan signifikan dalam menunjang keberhasilan pembelajaran.

b. Komponen-komponen Dasar Komunikasi Edukatif

Komunikasi ini selalu berhubungan dengan berbagai komponen penyusunnya. Tanpa adanya komponen komunikasimaka komunikasi tidak dapat dijalankan secara utuh (Djamarah, 2005). Terdapat beberapa komponen dalam komunikasi edukatif, diantaranya:

1. Tujuan

Tujuan memiliki makna yang penting pada aktivitas interaksi edukatif. Dengan adanya tujuan ini maka pendidikan akan memiliki arah yang jelas. Disetiap tujuan pembelajaran mencakup nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri siswa. Pengukuran tujuan pembelajaran dinilai berdasarkan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru selama pembelajaran.

(13)

18 2. Bahan pelajaran

Bahan yaitu komponen yang diberikan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus menyusun dan menyiapkan bahan ajar sebelum disampaikan kepada para siswa di kelas. Bahan ajar menjadi unsur utama dalam aktivitas komunikasi edukatif. Olehkarena itu, para siswa harus menguasainya.

3. Aktivitas pembelajaran

Aktivitas pebelajaran adalah segala hal yang dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini mencakup berbagai komponen pengajaran dalam prosesnya, meliputi: guru dan siswa yang melakukan aktivitas belajar dan mengajar secara bersama-sama secara interaksi normatif guna mewujudkan tujuan pembelajaran.

4. Metode

Metode yaitu cara yang digunakan dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Dibidang pendidikan, metode harus dipersiapkan dan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Biasanya guru akan menggunakan perpaduan beberapa metode pembelajaran.

5. Alat

Alat yaitu berbagai hal yang dipakai guna mencapai tujuan pembelajaran. Alat bukan hanya sebagai pelengkap, namun sebagai pembantu untuk mempermudah jalannyapembelajaran. Pelaksanaan interaksi edukatif ini umumnya menggunakan alat non- material dan alat material.

6. Sumber

Sumber belajar dalam interaksi edukatif sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya,

(14)

19 serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

7. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrumen penggali data seperti tes perbuatan, tertulis, dan tes lisan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai sebuah sistem tentu saja komunikasi edukatif mempunyai komponen-komponen pendukung. Dengan adanya komponen-komponen tersebut maka komunikasi edukatif dapat berjalan dengan baik, sehingga akan mendukung pula bagi keberlangsungan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

c. Ciri-ciri Komunikasi Edukatif

Pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik. Perubahan- perubahan yang dialami oleh peserta didik itu menunjukkan suatu proses yang harus dilalui. Tanpa adanya proses-proses, maka tujuan tidak dapat tercapai. Proses yang dimaksud dalam hal ini yaitu proses pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran merupakan suatu proses yang berfungsi membimbing peserta didik dalam menjalani kehidupan, yaitu berkaitan dengan membimbing pengembangan diri peserta didik sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh peserta didik. Tugas perkembangan tersebut mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai bagian dari masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dalam hal ini perlunya sosok gambaran seorang guru yang dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal yang berguna, serta guru bertugas untuk

(15)

20 menciptakan situasi interaksi atau komunikasi edukatif. Melalui komunikasi edukatif tersebut guru harus mampu memberikan motivasi bagi peserta didik selama peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Ciri-ciri dari komunikasi edukatif dalam kegiatan belajar mengajar (Sardiman, 2011), yaitu:

1. Ada tujuan yang ingin dicapai. Dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya guru memahami tujuan yang akan dicapai, yaitu untuk membantu peserta didik dalam perkembangannya. Sehingga inilah yang dikatakan bahwa suatu interaksi atau komunikasi edukatif merupakan suatu kegiatan yang sadar tujuan, dengan menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian.

2. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi. Bahan atau pesan dalam proses komunikasi edukatif merupakan suatu unsur terpenting. Bahan atau materi harus dipersiapkan dan didesain sedemikian rupa sehingga sesuai untuk pencapaian tujuan dari komunikasi edukatif dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Ada pelajar yang aktif mengalami. Pelajar atau peserta didik dalam pelaksanaan komunikasi edukatif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan sentral atau pusat perhatian, maka aktivitas peserta didik merupakan hal yang penting bagi keberlangsungan komunikasi edukatif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga komunikasi edukatif tidak dapat berjalan secara efektif jika dalam kegiatan belajar mengajar hanya guru yang aktif melakukan komunikasi edukatif sedangkan peserta didik hanya pasif. Hal ini disebabkan peserta didik merupakan komponen yang belajar, maka peserta didik juga harus aktif melakukan.

(16)

21 4. Ada guru yang melaksanakan. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan suasana pembelajaran dan memberikan motivasi kepada peserta didik agar dapat menciptakan proses komunikasi edukatif yang kondusif. Guru sebagai seorang komunikator dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh peserta didik.

5. Ada metode untuk mencapai tujuan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan komunikasi edukatif perlu adanya suatu metode. Melalui metode yang tepat maka ketercapaian tujuan dari komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar akan semakin baik.

6. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Situasi yang kondusif, interaktif dan komunikatif akan mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Situasi yang demikian dapat diwujudkan dengan adanya komunikasi edukatif. Sehingga, dengan situasi yang kondusif dan interaktif maka kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan baik.

7. Ada penilaian terhadap hasil interaksi. Penilaian terhadap hasil dari interaksi edukatif ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana peran komunikasi edukatif dalam mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar. Melalui penilaian seorang guru dapat mengevaluasi kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung.

Selain itu, (Djamarah, 2005), menjelaskan sebagai interaksi yang bernilai normatif, interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(17)

22 1. Interaksi edukatif mempunyai tujuan

Tujuan dalam interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi edukatif sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.

2. Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau langkah- langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda-beda.

3. Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus Dalam hal materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen pengajaran yang lain.

materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif.

4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan sentral, maka aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif. Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.

5. Guru berperan sebagai pembimbing Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif, sehingga guru akan sebagai tokoh akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (lebih baik bersama anak didik)

(18)

23 sebagai desainer akan memimpin terjadinya interaksi edukatif.

6. Interaksi edukatif membutuhkan disiplin

Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik. Sehingga, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti sudah indikator pelanggaran disiplin.

7. Mempunyai batas waktu

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan harus sudah dicapai.

8. Diakhiri dengan evaluasi

Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan bagian penting yang tidak dapat diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam pelaksanaan interaksi atau komunikasi edukatif mengandung ciri- ciri yang melekat. Sehingga dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan suatu komunikasi yang terjadi sebagai komunikasi edukatif. Dari ciri-ciri tersebut dapat dilihat pula komunikasi edukatif yang terjadi sudah berjalan secara baik atau sebaliknya. Ciri-ciri tersebut menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menerapkan suatu komunikasi edukatif dengan baik.

(19)

24 d. Pola Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar

Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk mencapai suatu komunikasi belajar mengajar diperlukan adanya komunikasi yang jelas dan terarah antara guru dan peserta didik, sehingga terwujud sinergitas antara kegiatan mengajar yang dilakukan seorang guru, dan kegiatan belajar peserta didik guna mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Kegagalan pengajaran sering kali disebabkan oleh kelemahan sistem komunikasi yang terjadi. sehingga seorang guru perlu mengembangkan pola komunikasi edukatif yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut (Sudjana, 2002), ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi yang dinamis antara guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:

1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik sebagai penerima aksi. Guru aktif peserta didik pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan kegiatan belajar peserta didik.

2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah Pada komunikasi ini guru dan peserta didik dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima. Komunikasi ini

(20)

25 lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan peserta didik relatif sama.

3. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi Yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan peserta didik tetapi juga melibatkan interaksi aksi dinamis antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan peserta didik yang optimal, sehingga menumbuhkan belajar aktif bagi peserta didik.

Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.

Pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengangkat harkat, martabat dan kesiapan manusia dalam menghadapi masa depannya yang penuh dengan tantangan, serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan.

Komunikasi edukatif dalam pembelajaran menjadi faktor yang juga berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Proses komunikasi berlangsung pada suatu komunitas baik umum maupun khusus, termasuk pada kegiatan pembelajaran yang terjadi di rumah antara orang tua dengan anak yang mengkomunikasikan pesan berupa ide atau gagasan. Proses komunikasi tersebut diharapkan dapat berimplikasi pada kemampuan anak untuk mentransfer pengetahuan yang dikomunikasikan orang tua. Oleh karena itu, komunikasi merupakan faktor penting dalam lingkungan pendidikan.

Pendidikan seks bukanlah tentang mendukung anak untuk melakukan hubungan seksual, tapi menjelaskan fungsi alami seks sebagai bagian dari diri mereka serta konsekuensinya jika disalahgunakan. Pendidikan seks usia dini memang sudah perlu diterapkan melihat kondisi dan perubahan zaman yang begitu cepat, sebagai orang tua harus banyak menanamkan filter supaya anak terhindar dari pengaruh dari pergaulan bebas, dengan diterapkannya pendidikan seks diusia dini diharapkan bisa

(21)

26 memperkuat perkembangan moral anak sehingga terhindar dari perilaku yang menyimpang.

e. Gaya Penyampaian Pesan kepada Anak Usia Dini

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi edukatif yaitu berupa isi atau ajaran atau nilai-nilai yang dituangkan dalam proses pembelajaran antara guru dan peserta didik. Pendidikan sering dimaknai sebagai suatu bentuk transmisi nilai atau budaya dari pendidik kepada peserta didik atau dari orangtua kepada anak- anaknya. Pendidikan sebagai suatu upaya transmisi nilai dari seseorang kepada orang lain. Proses transmisi nilai tersebut terjadi melalui komunikasi antara pendidik (guru) dan peserta didik atau antara orangtua dan anak-anaknya. Komunikasi yang terjadi dalam rangka transmisi nilai ini sesungguhnya merupakan suatu komunikasi edukatif. Tidak semua bentuk komunikasi merupakan komunikasi edukatif atau komunikasi pendidikan. Aspek yang paling substansial dalam komunikasi pendidikan yaitu terjadinya transmisi nilai yang berisikan pesan-pesan dengan nilai-nilai yang bersifat mendidik dan adanya perubahan persepsi dan perubahan sikap dari proses komunikasi yang dilakukan.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seksual (Gunarsa, 2002) :

1. Cara penyampaian harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.

2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak.

3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.

(22)

27 4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap- tahap perkembangan tidak sama bagi setiap anak.

5. Usahakan diulang-ulang (repetitif) untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu dapat diserap oleh anak juga untuk memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

2.3 Komunikasi Edukasi Seksual Orangtua Kepada Anak 2.3.1 Pendidikan Seksual

Edukasi mengenai seksual termasuk hal yang penting bagi anak.

Pola asuh yang baik dari orang tua, salah satunya dengan memberikan edukasi seksual kepada ank-anaknya, dimana orang tua dapat berperan sebagai edukator dan teman berdiskusi bagi anak terkait pendidikan seksual. Hal ini dilakukan guna membekali agar mereka lebih memperhatikan dan menjaga anggota tubuhnya. Dengan demikian, orang tua akan ikut andil dalam mendidik anak-anaknya terkait seksuaalitas.

Seringkali pendidikan seksual hanya berkaitan dengan hubungan seks antara pria dan wanita, sehinggal pebahasan mengenai seksualitas sering dianggap tabu oleh masyarakat umum jika topik tersebut dibicarakan dengan anak usia dini. Pada dasarnya pembahasan mengenai seksualitas lebih kompleks yang mencakup biologis, psikologis, dan sosial. Ketiga unsur tesebut saling berhubungan dalam membentuk filosofi edukasi seks itu sendiri. Dengan adaya pemahaman yang benar terkait seks maka halini akan menjadi dasar anak untuk memustuskan segal hal terkait seksualitas dikemudian hari.

Dalam edukasi seksualitas diajarkan mengenai sopan santun dan berbagai hal yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan. Dengan demikian, masing-masing individu dapat menghargai dirinya sendiri maupun individu lain. Dalam edukasi seksualitas tidak diajarkan

(23)

28 mengenai cara berhubungan seksual atau yang dikonotasikan dengan hal-hal yang berbau pornografi. Edukasi seksual yang tepat dapat menanamkan moral dan agama dalam diri anak sejak dini sehingga dimasa mendatang anak akan lebihberhati-hati dalam bertindak dan terhindar dari risiko kejahatan seksual akibat ketidaktahuannya.

2.3.2 Komunikasi Interpersonal Orang Tua Kepada Anak

Pemilihan komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak tentang pendidikan seks didasarkan pada pentingnya pendidikan seks pada anak.

Memberikan pendidikan seks pada anak sangat penting, bahkan meski anak tidak bertanya soal itu. Seiring perkembangan zaman, anak bisa mendapatkan informasi seks dari mana saja. Jangan sampai menerima informasi yang salah, karena konsepnya berbeda dan pendidikan seks itu pertama harus dimulai dari keluarga karena orang tua adalah yang paling efektif memberikan pendidikan seksual pada anak usia 3-6 tahun.

Dalam memberikan pendidikan seks terhadap anak sejak dini, orang tua dituntut untuk dapat membina tumbuh kembang anak agar anak tidak mengalami berbagai masalah akibat kurang nya pengetahuan tentang seks seperti penyimpangan dan kelainan seksual,menyimpangnya nilai-nilai moral,dan gangguan psikis. Karena orangtua merupakan orang pertama yang dikenal oleh anak dan yang paling dekat, yang selalu ada dalam keseharian anak. Orang tua juga lebih mengenal semua sisi yang ada pada diri anak, lebih mudah bagi orang tua untuk menjalin hubungan komunikasi interpersonal dengan anak terutama dalam memberikan pendidikan seksual dengan cara dan bahasa yang sesuai dengan usia anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas komunikasi interpersonal dalam kaitannya dengan peningkatan pengetahuan anak adalah keterbukaan (openness), kesetaraan (equality), sikap mendukung (supportiveness), empati (empathy), dan sikap positif (positiveness). Pada umumnya, setiap anak pasti menginginkan kedekatan dengan orangtuanya. Agar bisa mengobrol berkomunikasi dengan orang tuanya. Komunikasi yang buruk dapat mengakibatkan perilaku menyimpang pada anak

(24)

29 2.3.3 Unsur message teknik edukatif tentang pendidikan seks orang tua

kepada anak

Pemahaman pendidikan seks di usia 3-6 tahun diharapkan agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik. Cara yang dapat digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain melalui media gambar atau poster, lagu dan permainan.

Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini orangtua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kritis dan ingin tahu tentang segala hal. Jika menunda memberikan pendidikan seks pada saat anak mulai memasuki usia remaja, maka itu sudah terlambat. Karena pada zaman sekarang informasi mudah didapat dari internet dan teman sebaya, maka saat anak usia remaja mereka telah mengetahui lebih banyak tentang seks dan kemungkinan besar dari sudut pandang yang salah.

Komunikasi orangtua dengan anak, yang didefinisikan sebagai pertukaran ekspresi verbal atau nonverbal ide dan perasaan antara anak dan orang tua atau wali, dapat memiliki signifikan berdampak pada kesehatan anak-anak dan kesejahteraan teori ini dikemukakan oleh George Herbert Mead pada teori interaksi simbolik.

Orang tua adalah sumber utama untuk penyampaian informasi, termasuk tentang seksual. Bahkan jika seksualitas tidak dibahas dalam sebuah keluarga, orang tua mulai berkomunikasi (secara langsung atau tidak langsung) tentang sikap dan moral mereka tentang identitas gender, perilaku yang tepat menurut jenis kelamin, dan nilai-nilai moral dalam masa awal hidup anak mereka. Orang tua juga mempengaruhi perilaku seksual dan

(25)

30 keyakinan anak-anak melalui bagaimana orangtua mereka berperan, menyediakan lingkungan yang stabil, dan mengkomunikasikan perilaku seksual normatif.

Membicarakan seks secara terbuka bagi masyarakat timur masih dianggap hal yang tabu. Namun mengingat ini merupakan salah satu bagian kehidupan manusia maka harus mendapat perhatian yang serius agar tidak terdapat salah pengertian tentang seks. Komunikasi orang tua dan anak mengenai seksualitas bertujuan untuk memberikan pengetahuan, pandangan seluas-luasnya dari berbagai sudut pandang serta memberikan informasi yang benar kepada anak mengenai hal seksualitas sehingga anak memiliki pengetahuan yang lengkap tentang seksualitas dan tidak terjerumus dalam kekerasan seksual, penyimpangan seksual maupun perilaku seks pranikah.

Aspek komunikasi seksual orangtua untuk anak antara lain pesan seksual dari orang tua untuk anak-anak, intensitas komunikasi seksual dari orang tua ke anak-anak, sikap orangtua tentang perilaku seksual dan peraturan dari orangtua. komunikasi seksual orangtua-anak meliputi frekuensi, konten, pemicu, faktor yang terkait dengan komunikasi, gaya komunikasi dan nada diskusi, preferensi dan hambatan.

Pada hubungan dialogis yang terjalin antara orangtua dan anak usia dini makna yang dihasilkan tercipta dari proses komunikasi yang telah dilakukan, makna tersebut yang merupakan cerminan dari bentuk pertukaran pesan yang terjadi antara orangtua dan anak. Bila makna merupakan topik yang berkaitan dengan seksualitas, maka apa yang diinterpretasikan orangtua dan anak akan tercipta ketika individu-individu tersebut telah melakukan proses dialog mengenai pendidikan seks.

Pada teori Dialog terdapat dua tipe yang menjadi titik fokus dari teori tersebut yaitu: I-Thou dan I-It (Littlejohn, 2009). Dalam I-Thou relationship Buber menjelaskan sikap dan perilaku setiap individu yang berkomunikasi tidak lepas dari kejujuran, keterusterangan, spontanitas, dan tanggung jawab bersama. Individu dalam hubungan dialogis tidak berusaha

(26)

31 untuk memaksakan pandangan mereka sendiri satu sama lain, dan setiap orang menerima yang lain tanpa syarat, tanpa upaya untuk mengubah yang lainnya. Pada I-It relationship, pelaku komunikasi memandang lainnya sebagai obyek dan berusaha memanipulasi yang lain untuk tujuan yang mementingkan diri sendiri (Littlejohn, 2009).

Cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak anak usia dini :

1. Luangkan waktu untuk membuat dialog atau diskusi tentang seks dengan anak. Orang tua harus menyediakan waktu, ia mampu memanajemen waktunya, kualitas waktu bagi anak. Kasih sayang nya tidak hanya berupa materi, tapi juga kebutuhan psikis anak dan ajaran-ajaran fundamental dari orang tua anak, khususnya seperti pendidikan tentang seks ini.

2. Sikap terbuka, informatif, dan yakin. Orang tua harus mampu memberikan penjelasan dengan terang, bermakna dan mampu meyakinkan anak. Sehingga anak dapat yakin memahami apa yang telah diajarkan kepadanya.

3. Siapkan materi dan penyampaian disesuaikan dengan usia anak.

Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan materi tentang seks harus sesuai dengan tingkat kemampuan anak, usia anak.

4. Gunakan media atau alat bantu konkret seperti boneka, gambar, binatang untuk memudahkan anak menyerap informasi. Hal ini untuk menyesuaikan bahwa anak masih dalam tahapan pemikiran yang konkret. Mereka akan mudah mengerti dengan contoh-contoh nyata yang dapat mereka lihat dengan jelas.

5. Membekali diri dengan wawasan cukup untuk menjawab pertanyaan anak. Sebelum menjelaskan kepada anak orang tua dituntut untuk mempersiapkan wawasan seluas-luasnya. Agar anak memahami secara utuh tentang kuriositasnya.

6. Menjawab pertanyaan dengan jujur dan dengan bahasa yang lebih halus. Jawaban yang jujur dan halus merupakan bentuk pendidikan seks dengan memasukkan nilai-nilai moral. Hal ini dapat membuat

(27)

32 anak dengan tenang memahami dan meneladani sikap-sikap positif terhadap penjelasan dan sikap orang tuanya. Pada usia tertentu anak- anak memasuki lingkungan sosial baru yang lebih luas. Mereka akan mengembangkan minat dan mengkonstruksi identitas diri dan pemahaman nilai-nilai yang menghubungkan anak dengan lingkungannya.

7. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain. dalam hal ini sudah tentu seorang anak memiliki sikap melindungi diri, melindungi fisik mereka dari orang lain. dengan demikian anak juga dilarang untuk tidak mengeksplor milik orang lain.

8. Mendiskusikan kepada ahli atau psikolog apabila ada hal-hal yang masih ragu atau bingung dalam memberikan informasi. Ini merupakan salah satu cara bagi orang tua yang kewalahan, atau tidak mampu menangani sendiri memberikan ajaran bagi anaknya.

9. Meyakinkan diri bahwa pendidikan seks pada anak adalah penting dan bermanfaat.

2.4 Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah unsur penelitian yang menjelaskan tentang karakteristik sesuatu masalah yang hendak diteliti. Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas, dapat dikemukakan definisi konseptual dari masing masing variabel, sebagai berikut:

a. Pendidikan Seksual

Pengertian Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2001). Seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek

(28)

33 anatomi dan biologis juga menerangkan aspek-aspek psikologis dan moral.

Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur unsur hak asasi manusia. Adanya pendidikan seksual bertujuan untuk memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada anak sampai remaja, mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab), membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua bentuk yang bervariasi, memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang fundamental untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual, memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya, untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan dan memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai suami istri/suami, orang tua, anggota masyarakat.

b. Komunikasi Interpersonal Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Usia Dini Komunikasi interpersonal yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi. Komunikasi interpersonal yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat sekali.

Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga.

Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Interaksi orang tua dengan anak dipengaruhi oleh waktu kebersamaan keduanya. Kedua orang tua bekerja menyebabkan waktu kebersamaan anak dengan orang tua menjadi minim, kesibukan orang tua yang bekerja mempengaruhi pola asuh terhadap si anak sehingga akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Usia 0-72 bulan merupakan periode usia yang krusial

(29)

34 dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Masa kanak kanak merupakan masa keemasan, jendela kesempatan, dan masa kritis bagi perkembangan otak anak. Namun, pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal membutuhkan lingkungan yang dapat menstimulasi, nutrisi yang cukup, dan interaksi sosial yang diberikan dengan penuh perhatian (UNICEF, 2013).

c. Komunikasi Edukatif

Komunikasi edukatif merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih didalamnya terdapat nilai-nilai edukatif yang bersifat mendidik atau proses komunikasi yang dilakukan demi terwujudnya tujuan yang hendak dicapai yaitu dalam hal yang bersifat mendidik. Pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengangkat harkat, martabat dan kesiapan manusia dalam menghadapi masa depannya yang penuh dengan tantangan, serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dilihat dari pesan yang ada di dalamnya, maka pesan yang disampaikan dalam komunikasi edukatif adalah pesan-pesan yang berisi ajaran atau penanaman nilai-nilai antara satu manusia kepada manusia lainnya,baik komunikasi yang dilakukan antara guru dengan muridnya maupun komunikasi antara orangtua dan anaknya.

d. Teori Penetrasi sosial

Menurut Irwin Altman & Dalmas Tylor teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan yaitu proses dimana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi. Dalam penelitian ini hubungan tersebut merupakan hungan antara ibu dan anak guna mengedukasi anak terkait pendidikan seksualitas.

Referensi

Dokumen terkait

pembentukan kokas melalui reaksi (6) dan (9) menjadi semakin penting pada suhu yang lebih tinggi dan Tergantung sifat pakannya (7), bisa cepat.. nonaktifkan katalis dan

1. Model yang dikembangkan mampu menganalisa kondisi eksisting sistem transportasi kota Surabaya. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh

Maka tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang peran pesantren melalui santri dan kyai dalam mengkampanyekan islam moderat ke tingkat dunia, dan berusaha

Nilawati Pramuniaga (Pakaian Bayi).. 6 Bedbeda dengan ibu Yuni dan ibu Yulia, ibu Sri tidak pernah menghubungi anak di rumah selama bekerja di Supermarket karena ibu Sri

Perlakuan tingkat keasaman (pH) limbah industri teh pada pH 8 dan pH 7 sebelum pelapukan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan miselium jamur tiram cokelat

Sınıf düzeyi değişkenine bakıldığında üçüncü sınıf öğrencilerinin Eğlence için Okuma ve Akademik Okuma tutumlarının dördüncü sınıf öğrencilerine

penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota;. penetapan persetujuan harga jual

Selain itu juga beberapa pasar tradisional di kota Solo seperti Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Triwindu sudah menjadi ikon kota Solo sehingga sudah banyak dikenal