• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA KARO DENGAN BAHASA PAKPAK: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SKRIPSI OLEH : Demi Brusuka Atejadi Ginting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEKSIKOSTATISTIK BAHASA KARO DENGAN BAHASA PAKPAK: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SKRIPSI OLEH : Demi Brusuka Atejadi Ginting"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA KARO DENGAN BAHASA PAKPAK:

KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF SKRIPSI

OLEH :

Demi Brusuka Atejadi Ginting 170701018

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2022

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Demi Brusuka Atejadi Ginting NIM : 170701018

Jurusan : Sastra Indonesia Fakultas : Ilmu Budaya

Judul : Leksikostatistik Bahasa Karo Dengan Bahasa Pakpak: Kajian Linguistik Historis Komparatif

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya kutip dalam naskah ini dan dituliskan di dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Januari 2022

Penulis,

Demi Brusuka Atejadi Ginting

NIM 170701018

(5)

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA KARO DENGAN BAHASA PAKPAK : KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

OLEH :

DEMI BRUSUKA ATEJADI GINTING

NIM : 170701018

ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan metode leksikostatisik. Leksikostatistik merupakan suatu teknik pengelompokan bahasa yang mengutamakan aspek kata-kata (leksikon)atau membandingkan kosakata secara statistik dan berusaha menetapkan pengelompokan berdasarkan persentase kesamaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Teori yang digunakan yaitu teori-teori yang berkaitan dengan Linguistik Historis Komparatif. Dalam Linguistik Historis Komparatif dibicarakan kekerabatan bahasa berdasarkan sejarah timbulnya bahasa-bahasa tersebut. Dalam hal ini, konsep bahasa purbayang dianggap sebagai bahasa asal bahasa-bahasa turunan tentulah menjadi hal yang sangat berperan dalam penetapan keluarga bahasa. Karena itulah, suatu telaah atau kajian historis juga membicarakan kesamaan bentuk bahasa secara fonetis serta perubahan- perubahannya lewat korespondensi bunyi dan variasi-variasi bunyi yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang berkerabat. Jumlah data yang digunakan yaitu 200 jumlah kata dari Morris Swadesh. Hasil yang ditemukan adalah tingkat kesamaan antara kosakata dasar bahasa Karo dengan bahasa Pakpak yaitu 63% kata kerabat. Hasil kedua, bahasa Karo dan bahasa Pakpak merupakan bahasa tunggal pada 1.064 ± 106 tahun yang lalu atau 1.064 -1.170 tahun yang lalu dan berpisah dari bahasa proto antara 851-957 sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2021).

Kata kunci : Leksikostatistik, Kekerabatan, Waktu Pisah, Bahasa Karo, Bahasa Pakpak

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini pada Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Leksikostastik Bahasa Karo dengan Bahasa Pakpak:

Kajian Linguistik Historis Komparatif”.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini yaitu Bab I pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sejarah singkat Kabupaten Dairi,penggunan bahasa di Desa Kalang. Bab II tinjuan pustaka,berisi kepustakaan yang relevan, landasan teori, dan leksikostatistik.

Bab III metode penelitian, berisi metode dasar, lokasi dan sumber data, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab IV pembahasan, berisi menghitung kata kerabat, menghitung waktu pisah, dan menghitung jangka kesalahan. Bab V kesimpulan dan saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. OIeh sebab itu,penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Januari 2022 Penulis,

Demi Brusuka Atejadi Ginting NIM : 170701018

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis tiada hentinya mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan.

Begitu juga ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua orang yang sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan, motivasi, bimbingan, dan semangat maupun saran sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Dr. Dra. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Wadek I, Wadek II, Wadek III, dan seluruh pegawai di jajaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Dwi Widayati, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan merangkap sebagai Dosen Penguji I yang sudah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.

3. Dr. Dardanila, M.Hum., selaku dosen pembimbing saya yang sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta memberikan bimbingan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga menjadi lebih baik lagi.

(8)

4. Dra. Rosliana Lubis, M.Si., sebagai dosen penguji II yang sudah meluangkan waktu dan memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.

5. Dr. Ida Basaria, M.Hum., sebagai dosen pembimbing akademik yang sudah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.

6. Dosen-dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan ikhlas menyajikan pelajaran yang baik buat penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

7. Orang tua tercinta, bapak (Jusmin Ginting) dan mamak ( Nurlina Pasaribu) yang penulis cintai dan sayangi yang telah memberikan dukungan, doa, dan segalanya kepada penulis.

8. Kakak tersayang Santa Fredalita Ginting, S.pd., Meresatty Putrision Suka, S.H., Ledi Inusuka Ginting S.P., dan abang Preddy Baringbing S.T., atas doa dan dukungannya kepada penulis.

9. Keponakan tergemes, Yudika Perwira Agung Sitepu, Davin Elkana Ekinata Sitepu, Rebecca Aloyna Baringbing, Dimitri Young Makabegina Sitepu, Ivana Nethania Baringbing yang sudah selalu menghibur dikala penulis sedang letih.

10. Keluarga besar Ginting Suka dan Pasaribu, terima kasih atas semua dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

11. Singkat Nababan selaku Kepala Desa Kalang yang telah memberikan izin untuk meneliti kepada penulis, serta seluruh staf yang sudah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa penelitian.

(9)

12. Sobat-sobatku dan stambuk 17 yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang telah memberikan dukungan dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

13. Bapak Joko Santoso sebagai staf pekerja di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan kelengkapan penyusunan skripsi dan telah memberikan saran-saran yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Untuk semua itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang sedalam-dalamnya.

14. Terima kasih kepada semua saudara, sahabat, dan teman-teman yang sudah mendukung penulis dalam doa. Terima kasih atas segala bentuk bantuan yang pernah ada. Penulis tidak dapat menyebutkannya satu per satu namun penulis akan mengenang semua kebaikan ini.

Akhir kata, dalam usaha penyelesian skripsi ini, penulis telah berusaha sungguhsungguh, namun demikian, jika ada kekurangan dan kelemahan, penulis bersedia menerima saran yang bersifat membina, demi sikap ilmiah dan perbaikan bagi penulis pada masa mendatang. Semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi dunia sastra Indonesia. Semoga kiranya kasih setia-Nya selalu beserta kita sepanjang waktu.

Medan, Januari 2022

Penulis

Demi Brusuka Atejadi Ginting

170701018

(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………...i

ABSTRAK…...………...ii

KATA PENGANTAR………..……….iii

UCAPAN TERIMAKASIH………...iv

DAFTAR ISI………...……..vii

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Rumusan Masalah………..4

1.3 Tujuan Penelitia……….4

1.4 Manfaat Penelitian……….5

1.4.1 Manfaat Teoritis………….………...5

1.4.2 Manfaat Praktis……….……….………5

1.5 Anggapan Dasar………5

1.6 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..………….10

2.1 Kepustakaan Yang Relevan………..……….10

2.2 Tinjauan Pustaka………...………….11

2.3 Teori Yang Digunakan………...13

2.4 Korespondensi Fonemis……….15

2.5 Asumsi Dasar Leksikostatistik………...18

2.6 Teknik Leksikostatistik………..22

(11)

BAB III METODE PENELITIAN………..30

3.1 Metode Dasar………..………...30

3.2 Lokasi Penelitian………...……….31

3.3 Sumber Data………...………31

3.4 Metode Pengumpulan Data………31

3.5 Metode Analisis Data……….33

BAB IV PEMBAHASAN………...………..34

4.1 Menghitung Kata Kerabat………...………...34

4.2 Menghitung Waktu Pisah………...37

4.3 Menghitung Jangka Kesalahan………..40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..………...43

5.1 Simpulan………...……….43

5.2 Saran………...………44

DAFTAR PUSTAKA………....45

LAMPIRAN………..48

Persentase Kata Kerabat………...………48

Data Informan………..………59

Surat Ijin Penelitian Desa Kalang………..…..63

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang tersebar di tanah air. Tiap etnik mempu- nyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi baik sesama etnis maupun antaretnik. Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur ke- budayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. Jadi, baha- sa senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa khu- susnya usur-unsur bahasa, fonem, morfem, kata, kalimat dan hubunganantara unsur-unsur itu (struktur) termasuk hakikat dan pembentukan unsur-unsur itu (Nababan, 1993 : 53).

Pendapat lain mengatakan bahwa lingustik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai bagian kebudayaan yang berdasarkan struktur ba- hasa tersebut (Parera 1986 : 190). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan bagian kebudayaan dan hasil dari kebudayaan itu sendiri. Bahasa perlu dihargai karena bahasa menunjukkan berbagai budaya manusia. Bahasa dapat mencerminkan ciri khas pemakai bahasa tersebut.

(13)

Di Indonesia, di samping terdapat bahasa Indonesia yang dipakai sebagai bahasa resmi negara, terdapat juga beraneka ragam bahasa daerah seperti baha- sa Batak, Melayu, Jawa, Sunda, dan lain-lain. Bahasa daerah dipakai sebagai bahasa pengantar dan bahasa pergaulan yang mendukung bahasa nasional, yang dipakai oleh penutur suku-suku bangsa Indonesia.

Pembinaan bahasa yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat dalam UUD 1945, Bab XV, pasal 36 ayat 2, yang mengatakan, di samping bahasa resmi negara, bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara”.

Dan dalam penjelasan UUD 1945 disebut bahwa bahasa di daerah-daerah yang mempunyai bahasa daerah sendiri dipelihara oleh rakyatnya dengan baik. Ba- hasa-bahasa itu merupakan sebahagian dari kebudayaan Indonesia.

Secara umum kedudukan dan fungsi bahasa daerah telah dirumuskan da- lam seminar bahasa Nasional yang diselenggarakan pada bulan Februari 1975 di Jakarta. Kesimpulan seminar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahasa-bahasa seperti bahasa Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makasar, Batak, serta bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indone- sia, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 36 BAB XV, UUD 1945, yang mengatakan bahwa bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayaan Nasional yang hidup dan dilindungi negara.

2. Bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Bali,Madura, Makasar, Batak, dan bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia, da- lam kedudukannya sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai:

(14)

a. Lambang kebanggaan daerah b. Lambang identitas daerah

c. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah

Di dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi se- bagai :

a. Pendukung pengantar di sekolah dasar (SD) tingkat permula.

b. Bahasa pengantar disekolah dasar tingkat permulaan untuk mempelancar pengajaran bahasa Indonesia dan Mata Pelajaran lainnya.

c. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan Daerah.

Pada kesempatan ini penulis membatasi pembahasan dengan membedakan sedikitnya dua cabang bahasa yaitu bahasa Karo dan bahasa Pakpak. Bekenaan dengan hal tersebut penulis untuk melihat kekerabatan bahasa, masa pisah ba- hasa, dan sekaligus prediksi usia bahasa antara kedua cabang bahasa Batak ter- sebut dengan menggunakan kajian leksikostatistik.

Di samping istilah leksikostatistik ada juga istilah lain yaitu glotokronologi (glottocchronology). Pengertian keduanya pada dasarnya agak berlainan. Na- mun mengingat bahwa kenyataan kedua istilah saling melengkapi, maka sering pula keduanya disamakan saja.

Kajian glotokronologi lebih mengutamakan perhitungan waktu sedangkan kajian leksikostatistik merupakan bagian linguistik historis komparatif yakni

(15)

bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa serta menyelidiki perbandingan suatu bahasa lain, (Ridwan,1995: 3).

Linguistik historis komparatif dapat menentukan hubungan kekerabatan antara bahasa-bahasa yang seasal. Dalam hal ini penulis memilih bahasa Karo dan bahasa Pakpak Dairi yang berasal dari rumpun Utara. Kemudian penulis tertarik untuk mengangkat masalah kekerabatan bahasa Batak Karo dengan ba- hasa Pakpak yang dikaji berdasarkan kajian leksikostatistik. Karena ada isu yang mengatakan bahwa kedua bahasa ini tidak berkerabat dan karena hal ter- sebut peneliti ingin mengadakan penelitian untuk membuktikan isu tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, yang menjadi masalah da- lam penelitian ini ialah :

1. Seberapa besar tingkat kesamaan antara kosa kata dasar bahasa Karo dengan bahasa Pakpak sebagai dasar kekerabatan?

2. Kapan kira-kira waktu pisah bahasa Karo dengan bahasa Pakpak?

3.Berapa tahun prediksi usia bahasa Karo dengan bahasa Pakpak?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah :

1. Mendeskripsikan kosakata bahasa Karo yang berkerabat dengan bahasa Pakpak.

2. Mengetahui waktu pisah antara bahasa Karo dengan bahasa Pakpak.

3. Mengetahui prediksi usia bahasa Karo dengan bahasa Pakpak.

(16)

1.4 Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi banyak manfaat,baik berupa manfaat secara teoretis maupun manfaat secara praktis yang dijabarkan sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu, untuk memberikan informasi serta mengembangkan ilmu yang bersi- fat interdisipliner terutama linguistik historis komparatif dan leksikostatistik, yang menjadi referensi bagi peneliti atau peminat yang tertarik mengkaji leksikostatistik, dan sebagai pendokumenta-sian kekerabatan bahasa Karo dan bahasa Pakpak sehingga dapat mendukung pelestarian dan kelangsungan hidup kebudayaan setempat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi masyarakat umum penelitian ini diharapkan dapat memberi penge- tahuan tentang kekerabatan bahasa Karo dan bahasa Pakpak. Bagi mahasiswa diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan terutama tentang Linguistik Historis Komparatif. Kemudian bagi para ahli, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penulisan karya tulis yang berhub- ungan.

1.5 Anggapan Dasar

Adapun anggapan dasar penulis simpulkan adalah, kedua bahasa yakni bahasa Batak Karo dengan bahasa Pakpak Dairi benar-benar berkerabat.

Kekerabatan ini perlu diteliti secara komparatif. ”

(17)

1.6 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi I. Sebelum Penjajahan Belanda

Pemerintahan di daerah Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjaja- han Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan wilayah/daerah otonom, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap Raja-raja Adat.

Pemerintahan pada masa itu dikendalikan oleh raja ekuten/takal aur/suak dan Pertaki sebagai raja-raja adat merangkap sebagai kepala pemerintahan.

Adapun struktur pemerintahan masa itu diuraikan sebagai berikut:

a. Raja ekuten, sebagai pemimpin suatu wilayah (suak) atau yang terdiri dari beberapa suku/kuta/kampung. Raja ekuten disebut juga takal aur,yang merupa- kan kepala negeri.

b. Pertaki, sebagai pemimpin satu kuta atau kampung, setingkat di bawah Raja ekuten.

c. Sulang Silima, sebagai pembantu Pertaki pada setiap kuta (kampung) II. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et Impera, maka nilai-nilai, pola, dan struktur pemerintahan di Dairi mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan mengacu pada sistem dan pembagian wilayah kerajaan Belanda, maka Dairi saat itu ditetapkan sebagai suatu Onder Afdeling yang dipimpin seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan diban-

(18)

tu oleh seorang Demang dari penduduk pribumi/bumi putra. Kedua pejabat ter- sebut dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi Landen.

Selama penjajahan Belanda inilah daerah Dairi mengalami sangat banyak penyusutan wilayah, karena politik penjajahan kolonial Belanda yang membat- asi serta menutupi hubungan dengan wilayah-wilayah Dairi lainnya yaitu:

1. Tongging, menjadi wilayah Tanah Karo

2. Manduamas dan Barus, menjadi wilayah Tapanuli Tengah 3. Sienem Koden (Parlilitan), menjadi wilayah Tapanuli Utara

4. Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Gelombang, Runding, dan Singkil menjadi wilayah Aceh.

Setelah kolonial Belanda menguasai daerah Dairi, maka untuk kelancaran pemerintahan Hindia membagi Onder Afdeling Dairi menjadi tiga Onder Dis- tric,yaitu:

1. Onder Distric Van Pakpak, meliputi tujuh kenegerian yakni:

Kenegerian Sitellu Nempu

Kenegerian Siempat Nempu Hulu

Kenegerian Siempat Nempu Kenegerian Silima Pungga-pungga Kenegerian Pegagan Hulu

Kenegerian Parbuluan

(19)

Kenegerian Silalahi Paropo

2. Onder Distric Van Simsim, meliputi enam kenegerian yakni:

Kenegerian Kerajaan Kenegerian Siempat Rube

Kenegerian Mahala Manjanggut Kenegerian Setellu Tali Urang Jehe

Kenegerian Salak

Kenegerian Ulu Merah dan Salak Pananggalan

3. Onder Distric Van Karo Kampung, meliputi lima kenegerian yakni:

Kenegerian Lingga (Tigalingga) KenegerianTanah Pinem

Kenegerian Pegagan Hilir

Kenegerian Juhar Kedupan Manik Kenegerian Lau Juhar

III. Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang

Setelah jatuhnya Hindia Belanda atas pendudukan Dai Nippon, maka pemerintahan Belanda digantikan oleh Militerisme Jepang. Secara umum pemerintahan Bala Tentara Jepang membagi wilayah Indonesia dalam tiga ba- gian yaitu:

(20)

1. Daerah yang meliputi Jawa, berada di bawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Jakarta;

2. Daerah yang meliputi pulau Sumatera, berada di bawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Bukit Tinggi;

3. Daerah-daerah selebihan berada di bawah kekuasaan angkatan laut, yang berkedudukan di Makasar.

Pada masa itu pemerintahan Militerisme Jepang di Dairi memerintah cukup kejam dengan menerapkan kerja paksa membuka jalan Sidikalang sepanjang lebih kurang 65 km, membayar upeti, dan para pemuda dipaksa ma- suk Heiho dan Giugun untuk bertempur melawan militer sekutu.

IV. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945, maka pasal 18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah, sehingga sebelum undang-undang tersebut dibentuk, oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tang- gal 19 Agustus 1945 menetapkan daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi atas 8 (delapan) provinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang gubernur.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Untuk menulis suatu karya ilmiah, bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Seorang penulis harus mencari dan mengumpulkan data-data yang akurat serta buku-buku acuan yang relevan, atau yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat dari beberapa peneliti. Menurut Mahsun,(1995:115) “Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat (kerabat)”.

Leksikostatistik adalah suatu teknik yang memungkinkan kita untuk menentukan tingkat hubungan diantara dua buah bahasa dengan menggunakan cara yang paling mudah, yaitu dengan membandingkan kosakata pada bahasa- bahasa tersebut yang kemudian dapat dilihat dan ditentukan tingkat kesamaan di antara kosakata kedua bahasa (Crowley, 1992:168).

Menurut Keraf (1984:121),leksikostatistik merupakan suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu ba- hasa dengan bahasa lain. Dari konsep di atas, Keraf kemudian menjabarkan metode kerja dalam leksikostatistik yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian kekerabatan bahasa.

(22)

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan Linguistik Historis Komparatif. dalam Linguistik Historis Komparatif dibicarakan kekerabatan bahasa berdasarkan sejarah timbulnya ba- hasa-bahasa tersebut. Dalam hal ini, konsep bahasa purbayang dianggap se- bagai bahasa asal bahasa-bahasa turunan tentulah menjadi hal yang sangat ber- peran dalam penetapan keluarga bahasa. Karena itulah, suatu telaah atau kajian historis juga membicarakan kesamaan bentuk bahasa secara fonetis serta peru- bahan-perubahannya lewat korespondensi bunyi dan variasi-variasi bunyi yang terdapat dalam bahasa-bahasa yang berkerabat.

2.2 Tinjauan Pustaka

Dardanila (2016) dalam disertasinya “Kekerabatan Bahasa Karo, Bahasa Alas dan Bahasa Gayo” dengan menggunakan metode komparatif dengan cara membandingkan data swadesh dan Holle yang dialihbahasakan ke dalam BK, BA, dan BG secara kuantitatif dan perkiraan waktu pisah ketiga bahasa itu dari bahasa protonya, bagaimanakah sistem fonem proto bahasa Karo, Alas, dan Gayo, baik secara linear maupun perubahannya. Hasil penelitian ini menunjuk- kan secara kuantitatif diperlihatkan bahwa relasi kekerabatan yang erat diper- lihatkan pada persentase kognat sebesar 73% tingkat kekerabatan antara BK dengan BA, 43,5% tingkat kekerabatan antara BK dengan BG, 52,5% tingkat kekerabatan antara BA dengan BG. Perhitungan waktu pisah BK dan BA ada- lah 0,729 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BK dan BA adalah 0,729 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BK dan BA dapat dinyatakan satu bahasa tunggal sekitar 0,926 ribuan tahun yang lalu. Perhitungan waktu pisah BK dan BG ada-

(23)

lah 1,926 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BK dan BG dapat dinyatakan satu bahasa tunggal sekitar 1,926 ribuan tahun yang lalu. Perhitungan waktu pisah BA dan BG adalah 1,484 ribuan ta- hun yang lalu. Atau dengan kata lain, perhitungan waktu pisah BA dan BG dapat dinyatakan satu bahasa tunggal sekitar 1,484 ribuan tahun yang lalu.

Penelitian Dardanila memberikan kontribusi dari segi metode yang menggunakan metode komparatif dengan hasil menunjukkan secara kuantitatif memperlihatkan relasi kekerbatan dari ketiga bahasa tersebut. Selanjutnya, penelitian ini memberikan sumbangan bagi penulis dalam memahami cara ker- ja tingkat kekerabatan bahasa dan mengetahui kapan waktu pisah dari bahasa tersebut.

Rosni (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Kekerabatan bahasa Batak Mandailing, bahasa Batak Toba, dan bahasa Karo Kajian Linguistik Historis Komparatif” penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kekera- batan bahasa Batak Mandailing, bahasa Batak Toba, dan bahasa Karo,dan Korespondensi Fonemis. Penelitian ini menggunakan teori linguistik historis komparatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, metode wa- wancara dengan teknik sadap dan teknik rekam. Kemudian dalam mengkaji da- ta digunakan metode leksikostatistik dan metode komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerabatan bahasa Batak Mandailing, Batak Toba, dan Karo bahwa: 1) korespondensi fonemis antara BBM-BBT sebanyak 8 kata yang berkorespondensi, BBM-BK sebanyak 20 kata yang berkorespondensi fonemis, sedangkan BBT-BK sebanyak 21 kata yang berkorespondensi fone- mis. 2) Dari 200 kosakata dasar hanya terdapat 125 kata yang identik antara

(24)

BBM-BBT, 29 kata yang identik antara BBM-BK, dan 26 kata yang identik antara BBT-BK. Satu fonem yang berbeda antara BBM dan BBT sebanyak 11 kata, BBM dan BK sebanyak 19 kata, selanjutnya BBT dan BK sebanyak 21 kata. Tingkat kekerabatan antara BBM dan BBT menghasilkan persentase 62,5% masuk kedalam tingkat bahasa keluarga (family). Tingkat kekerabatan antara BBM dan BK menghasilkan persentase 14,5% masuk kedalam tingkat bahasa rumpun (stock). Tingkat kekerabatan antara BBT dan BK persentase 13% masuk kedalam tingkat bahasa rumpun (stock).

Keraf,(1984) Dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan Histor- is, dia mengatakan bahwa leksikostatistik itu adalah suatu teknik dalam penge- lompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata- kata secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.

Ika (2007) dalam skripsinya yang berjudul "Leksikostatistik Bahasa Ba- tak Toba dengan Bahasa Pakpak Dairi". Penulis menyimpulkan bahwa bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya.

2.3 Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam me-

(25)

mecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi arahan dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Adapun sebagai acuan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah buku Keraf yang berjudul Linguistik Bandingan Historis . Artinya, dalam pembahasan penulis menggunakan semua prosedur yang ter- dapat dalam buku tersebut. Untuk daftar pertanyaan atau kuisioner, penulis ju- ga menggunakan daftar yang telah disusun rapi oleh Morris Swadesh yang berisi sekitar 200 kata. Penulis menganggap daftar tersebut adalah daftar yang universal artinya kata-kata yang diperhitungkan bisa terdapat pada kedua baha- sa, sehingga penulis tidak perlu menggunakan daftar kosa kata dasar yang disusun oleh para sarjana lain.

Teknik leksikostatistik yaitu:

1. Mengumpulkan kosa kata 2. Menghitung kata kerabat

3. Menghitung waktu pisah 4. Menghitung jangka kesalahan

Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasar- kan prosentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain (Keraf : 1984 : 121).

(26)

Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.

2.4 Korespondensi Fonemis

Perubahan-perubahan bunyi yang dibandingkan disusun dalam perangkat korespondensi bunyi. Korespondensi merupakan perubahan bunyi yang mun- cul secara teratur dalam bahasa yang diperbandingkan. Dari aspek linguistik, perubahan bunyi yang disebut korespondensi terjadi karena persyaratan ling- kungan linguistik tertentu (Mahsun, 1995: 2829). Untuk menyusun korespon- densi bahasa yang diperbandingkan digunakan metode perbandingan. Keraf (1984:34) mendefinisikan metode perbandingan sebagai alat untuk menyusun perangkat ciri-ciri yang berkorespondensi dari unsur-unsur yang diperbanding- kan dengan macam-macam bahasa. Abstraksinya adalah berupa perangkat korespondensi fonemis.

a. Vokal

Bunyi vokal dihasilkan dengan adanya pelanggaran udara yang keluar dari dalam paru-paru tanpa mendapatkan halangan.

Berdasarkan gerak lidah maju mundur (horizontal), vokal dibedakan atas:

vokal depan, vokal pusat, dan vokal belakang. Contoh vokal depan adalah [i], [e], dan [ε] ; vokal pusat adalah [a]; dan vokal belakang adalah [u], [o], [Ο]

Berdasarkan gerak lidah naik turun, yaitu jarak lidah dengan langit-langit (gerakan vertical), vokal dibedakan atas: vokal tinggi, vokal sedang, dan vokal rendah. Contoh vokal tinggi adalah [i]; vokal sedang adalah [e], [ε],[∂], dan

(27)

[o]; vokal rendah adalah [a] Selain kriteria gerak maju mundur lidah, dan naik turun lidah, vokal juga ditentukan berdasarkan posisi bibir vokal itu dihasilkan.

Berdasarkan posisi bibir, vokal dapat dibedakan atas: vokal bundar dan vokal tak bundar. Contoh vokal bundar adalah [u], [o], dan [∂]; sedangkan vokal tak bundar adalah [i], [e], [ε], [e], dan [a] Berdasarkan tiga kriteria penghasilan vokal itu dapat dibuat denah atau diagram vokal:

Denah Vokal

Depan Tengah Belakang

Tinggi Bundar U

Tak Bundar i

Sedang Bundar O

Tak Bundar e, ə ə

Rendah Bundar

Tak Bundar A

b. Konsonan

Dalam penghasilan bunyi konsonan, arus udara dari paruparu mendapat hambatan di rongga mulut oleh artikulasi.

Berdasarkan titik artikulasi, berikut jenis konsonan:

(1) Bilabial : [b], [p], [m], [w] 11 (2) Labiodental : [v], [f], [w]

(3) Apikodental : [e], [a]

(4) Apiko alveolar : [a], [t], [L], [n], [r]

(5) Apiko palatal : [d], [v], [t]

(28)

(6) Lamino alveolar : [z], [s]

(7) Madio palatal : [i], [c], [n], [y]

(8) Darso velar : [g], [k], [j]

(9) Uvular : [R]

(10) Laringal : [h]

(11) Faringal : [ h ] (12) Glotal : [?]

(29)

Denah Konsonan

Tempat Artikulasi

Bilabial Labiodenda l

Apiko dental

Laminoav eolar

Lamino palatal

Dorsovela r

Faringal Glottal Cara

Artikulasi

Hambat p b t d k g ?

Geseran f v s z } x H

Paduan c

j

Sengau M n

ñ

Getaran r

Sampingan l

Hamparan W y

2.5 Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya dan bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123)

Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya. Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar ada- lah kosa kata dasar yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam ke- hidupan bahasa sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa. Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian- pengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya

(30)

kosa kata yang dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya.

Kosa kata dasar itu meliputi : 1. Bagian tubuh

2. Kata ganti, sapaan, dan acuan 3. Sistem kekerabatan

4. Kehidupan desa dan masyarakat

5. Rumah dan bagian-bagiannya 6. Peralatan dan perlengkapan

7. Makanan dan minuman

8. Tumbuh-tumbuhaan, bagian, buah, dan hasil olahannya

9. Binatang dan bagiannya

10. Waktu, musim, keadaan alam, benda, alam dan arah 11. Gerak dan kerja

12. Perangai, sifat, dan warna 13. Penyakit

14. Pakaian dan perhiasan

15. Bilangan dan ukuran

(31)

2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa. Asum- si dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1.000 ta- hun. Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 200 kosa kata, sesudah 1.000 tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah 1.000 tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama.

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama. Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan dengan angka-angka rata-rata 80,5%. Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahan- an) kosa kata dasar kedua bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus : 80.5% x N. di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 200 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah 1000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 200 kata = 161 kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 161 kata = 129,605 kata atau dibulatkan menjadi 130 kata. Selanjut- nya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar yang tinggal adalah 80,5% x 130 kata = 104,65 kata atau dibulatkan menjadi 105 kata.pada 1000 tahun keempat kosa kata dasar tinggal 80,5% x 104 kata = 83,72 kata atau dibulatkan menjadi 84 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000 tahun kelima maka kosa kata dasarnya tinggal 80,5% x 84 kata = 67,62 kata atau dibulatkan menjadi 68 kata dan seterusnya.

4. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat di- hitung waktu pisah kedua bahasa tersebut. Berdasarkan asumsi dasar yang

(32)

kedua, ketiga, keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa itu. Dan karena dalam 1000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing- masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam persentase yang sama, maka waktu pisah antara kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya persen- tasi kata kerabatnya adalah 80,5 %, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu. Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kera- bat dengan persentasi kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini :

Jumlah kata kerabat antara Bahasa Karo dengan Baha-

sa Pakpak

Persentase Kata Kerabat Usia (waktu pisah) antara Ba- hasa Karo dengan Bahasa Pak-

pak

200-162

162-132

132-106

106-86

86-70

70-56

56-44

44-36

36-30

30-24

100-81

81-66

66-53

53-43

43-35

35-28

28-22

22-18

18-15

15-12

0-500

500-1000

1000-1500

1500-2000

2000-2500

2500-3000

3000-3500

3500-4000

4000-4500

4500-5000

(33)

24-19

19-15

15-12

12-10

10-8

8-6

6-5

5-4

12-10

10-8

8-6

6-5

5-4

4-3

3-2

2-1

5000-5500

5500-6000

6000-6500

6500-7000

7000-7500

7500-8000

8000-8500

8500-9000

Persentase retensi kata kerabat setiap seribu tahun dibulatkan menjadi 81%. Usia pisah dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masing-masing bahasa dalam seribu tahun akan kehilangan 19 %.

2.6 Teknik Leksikostatistik

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil langkah yang merupakan teknik metode leksikostatistik seperti :

a. Mengumpulkan Kosa Kata Dasar

Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang diteliti.

Pada kesempatan ini penulis menggunakan daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata.

b. Menghitung Kata Kerabat

(34)

Untuk menghitung persentase kata kerabat digunakan rumus (Keraf:1984:127)

c= k

×100 % g

c = kognates atau kata yang berkerabat k = jumlah kosakata berkerabat

g = jumlah glos

c. Menghitung Waktu Pisah

Kemudian menghitung waktu pisah kedua bahasa tersebut dengan cara menghitung mempergunakan rumus yang dikemukakan oleh (Crowley, 1992:178; Keraf, 1984:130).

w = 𝑙𝑜𝑔𝑐 2𝑙𝑜𝑔𝑟 Keterangan :

w : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.

r : Retensi, atau persentase konstan dalam 1000 tahun c : Prosentase kerabat

log : logaritma dari

d. Menghitung jangka keselahan

Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya digunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar di- perhitungkan dengan rumus berikut ini (Keraf: 1984:132):

(35)

𝑆 = √𝑐 (1 − 𝐶) 𝑛

Keterangan :

s = Kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = Prosentase kata kerabat

n = Jumlah kata yang diperbandingkan

Hasil dari kesalahan ini jumlahkan dengan prosentase kerabat untuk mendapatkan c baru. Dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan mempergunakan rumus waktu pisah pada teknik c.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah adalah metode. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan metode leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat (Mahsun, 1995 : 115). Kosa kata yang menjadi dasar perhitungan adalah kosa kata dasar (basic vocabulary) yang meliputi kata-kata ganti, kata-kata bilangan, sistem kekerabatan, anggota badan, alam dan sekitarnya, serta alat perlengkapan sehari-hari yang sudah ada sejak permulaan. Penerapan metode leksikostatistik bertumpu pada asumsi dasar ( Keraf , 1984 : 123) yaitu :

a. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.

b. Retensi (ketahanan) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

c. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama.

d. Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahsa tersebut. Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu diambil langkah-langkah tertentu.

Langkah-langkah tersebut sekaligus merupakan teknik-teknik leksikostatistik.

(37)

Di antara langkah-langkah yang sangat diperlukan adalah : 1. Mengumpulkan kosa kata dasar kata kerabat.

2. Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa yangberkerabat.

3. Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa.

4. Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih cepat.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kalang, Kecamatan Sidikalang Ka- bupaten Dairi, Sumatera Utara.

3.3 Sumber Data

Data penelitian ini ada dua yaitu, data lisan dan data tulis. Data lisan diperoleh dari penutur bahasa Karo dan Pakpak dan data tulis diperoleh dari buku Bahasa Karo (Henry&Djago:1979) dan buku Fonologi Bahasa Pakpak/Dairi (Herliana,Asriaty,flausius:1993)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, digunakan metode cakap (Sudaryanto, 1988:7) . Disebut metode cakap atau percakapan, karena dalam hal ini dil- akukan percakapan dan memang terjadi kontak antara peneliti selaku peneli- ti dan penutur selaku narasumber. Ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau interviu. Metode cakap ini mencakup kegiatan bertanya kepada informan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, tentu saja percakapan

(38)

dikendalikan oleh si peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya. Oleh Sudaryanto, metode cakap seperti ini disebut teknik cakap semuka karena memang dilakukan secara langsung dan lisan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menuliskan daftar kosakata Swadesh dalam lembar kerja yang akan diisi oleh peneliti.

Dalam hal ini peneliti sekaligus menggunakan teknik wawancara yang berguna untuk menentukan lambang fonetis yang tepat untuk setiap bunyi yang diucapkan oleh informan. Dalam setiap wawancarapeneliti akan melakukan pencatatan. Penulis menetapkan tiga informan untuk masing- masing bahasa yang dilakukan secara terpisah dengan pertimbangan ketiga informan tersebut akan saling melengkapi. Informan adalah penutur bahasa asli dari ketiga bahasa yang menjadi objek penelitiannya.

Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut Mahsun (1995 :106) ada- lah:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita.

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun).

3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu ser- ta jarang atau tidak pernah meninggalkan desa itu.

4. Berstatus sosial menengah.

5. Pekerjaannya bertani dan buruh.

(39)

6. Dapat berbahasa Indonesia.

7. Sehat jasmani dan rohani.

3.5 Metode Analisis Data

Tahap untuk menyelesaikan data yang terkumpul adalah menganalisisnya. Sehubungan dengan teknik yang penulis gunakan yakni teknik leksikostatistik, maka untuk menganalisis data dilakukan dengan menerapkan prosedur yang sudah ada. Adapun prosedur yang harus diikuti sebagai analisis data adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa kerabat yaitu melalui penyebaran kuesioner pengumpulan data atau daftar pertanyaan

b. Menghitung kata kerabat, yakni dengan mengikuti prosedur yang sudah ditentukan seperti :

1. Glos yang tidak diperhitungkan 2. Pengisolasian morfem terikat

3. Penetapan kata kerabat c. Menghitung waktu pisah.

d. Menghitung jangka keselahan

(40)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Menghitung Kata Kerabat

Setelah dilalui penelitian analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Karo dan bahasa Pakpak benar-benar seperti contoh berikut ini:

a. Pasangan itu identik

Pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama betul, misalnya :

Tabel 1

No Glos Bahasa Karo Bahasa Pakpak

1/3 atas babo babo

2/5 kalian kena kena

3/14 kapan ndigan ndigan

b. Pasangan itu Memiliki Korespondensi Fonemis

Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, secara tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat.

(41)

Tabel 2

c. Kemiripan Secara Fonetis

Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan itu ternyata mengan- dung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat. Pasangan berikut mem- perlihatkan hal tersebut :

Tabel 3

No Glos Bahasa Karo Bahasa Pakpak

1/154 laut lawit laut

2/199 kanan kemuhen kamuhen

d. Satu Fonem Berbeda

Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, maka pasangan itu dapat ditetatapkan sebagai kata kera-

NO GLOS BK BP

1/110 bunuh munuh bunuh

2/147 matahari matawari mataniari

(42)

bat. Misalnya dalam pasangan kata Bahasa Karo dan Bahasa Pakpak berikut ini :

Tabel 4

NO GLOS BK BP

1/34. sempit picet pecet

2/36. perempuan diberu daberu

3/50. cacing gaya goya

Setelah diketahui pasangan-pasangan kata berkerabat pada setiap pasangan bahasa selanjutnya akan ditentukan tingkat kekerabatan setelah terlebih dahulu menghitung persentase kekerabatan. Untuk menghitung presentase kata kerabat digunakan rumus

(Keraf:1984:127)

c= k

×100 % g

c = kognates atau kata yang berkerabat k = jumlah kosakata berkerabat

g = jumlah glos

Persentase tingkat kekerabatan BK dan BP berdasarkan data yang di- peroleh dan ketentuan rumus yang digunakan untuk mendapatkan persen- tase kekerabatan diperoleh hasil sebagai berikut:

Persentase Tingkat Kekerabatan BK-BP

(43)

𝑐 = 𝑘

𝑔× 100% =126

200× 100% = 63%

Berdasarkan tingkat kekerabatan BK dan BP dengan menggunakan rumus di atas menghasilkan persentase 63%. Tingkat kekerabatan kedua bahasa ada- lah keluarga dan rumpun, seperti tabel di bawah ini.

NO Tingkat Bahasa Persentase Kata Kerabat BK-BP

1. Bahasa

(Language)

100 – 81

2. Keluarga

(Family)

81 – 36

3. Rumpun

(Stock)

36 – 12

4. Mikrofilium 12 – 4

5. Mesofilium 4 – 1

6. Makrofilium 1 – kurang dari 1%

4.2 Menghitung Waktu Pisah

Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata kerabatnya ,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus (Crow- ley,1992:178, Keraf, 1984:130) berikut :

(44)

w = 𝑙𝑜𝑔𝑐 2𝑙𝑜𝑔𝑟 Keterangan :

w : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.

r : Retensi, atau prosentase konstan dalam 1000 tahun c : Prosentase kerabat log : logaritma dari

Rumus di atas dapat diselesaikan dengan mengikuti tahap-tahap berikut : 1. Mencari logaritma c dan r.

N 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

-2,303 -1,609 -1,204 -0,916 -0,693 -0,511 -0,357 -0,223 -0,105

-2,207 -1,561 -1,171 -0,892 -0,673 -0,494 -0,342 -0,211 -0,094

-2,120 -1,514 -1,139 -0,868 -0,654 -0,478 -0,329 -0,198 -0,083

-2,040 -1,470 -1,109 -0,844 -0,635 -0,462 -0,315 -0,186 -0,073

-1,966 -1,427 -1,079 -0,821 -0,616 -0,446 -0,301 -0,174 -0,062

-1,897 -1,386 -1,050 -0,799 -0,598 -0,432 -0,288 -0,163 -0,051

-1,833 -1,347 -1,022 -0,777 -0,580 -0,416 -0,274 -0,151 -0,041

-1,772 -1,309 -0,994 -0,755 -0,562 -0,400 -0,261 -0,139 -0,030

-1,715 -1,272 -0,968 -0,734 -0,545 -0,368 -0,248 -0,128 -0,020

-1,661 -1,238 -0,942 -0,713 -0,528 -0,371 -0,236 -0,117 -0,010

Untuk menentukan dari log c yaitu log 63 maka diambil dari tabel log- aritma 0,6 dan 0,03 yaitu -0,462. Dan untuk mencari r yaitu log 0,805 maka diperlukan mencari selisih dari log 80 dengan log 81 untuk mencari 0,5 dari log 0,805 yaitu:

Log 80 = -0,223

Log 81 = -0,211 –

(45)

= -0,012 Selisihnya dibagi 2 menjadi

= -0,012 : 2 = -0,06

Dengan demikian log. 0,805 adalah -0,217 yaitu : -0,211+ (-0,006 ) = -0,217

-0,223- (-0,006) = -0,217 2. Logaritma r dikalkan dengan 2

3. Hasil logaritma c dibagi dengan hasil dari (2)

4. Hasil dari pembagian dalam (3) menunjukakan waktu pisah dalam suatu ribuan tahun. Hasil terakhir ini dapat diubah menjadi tahun biasa setelah dikalikan dengan 1000. Tetapi karena perpisahan itu tidak terjadi dalam sa- tu tahun tertentu lebih baik dipertahankan dalam bentuk satuan ribuan tahun (millennium).

Dengan mempergunakan data-data dari hasil perbandingan antara Karo dengan bahasa Pakpak sebagai sudah dikemukakan dalam langkah-langkah penetapan kata kerabat di atas, maka perhitungan waktu pisah menurut ru- mus di atas adalah sebagai berikut :

W = log 63

2𝑋𝐿𝑜𝑔 0,805+ −0,462

2𝑋 − 0,217=−0,462

−0,434= 1,064

W = 1,064 dikalikan 1000 tahun

W = 1.064 tahun

(46)

Jadi, perhitungan waktu pisah bahasa Batak Karo dengan bahasa Pak- pak adalah 1.064 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain perhi- tungan waktu pisah bahasa Karo dan bahasa Pakpak dapat dinyatakan se- bagai berikut :

1. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak diperhitungkan merupakan satu bahasa tunggal sekitar 1,1 ribuan tahun yang lalu.

2. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak diperkirakan mulai berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad II sebelum masehi.

Karena mustahil bahwa perpisahan antara dua bahasa terjadi dalam satuan tahun tertentu yakni 1.064 ribuan tahun lalu, tetapi harus terjadi berangsur- angsur, maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi.

Untuk maksud tersebut harus diadakan perhitungan tertentu untuk menghindarkan kesalahan semacam itu. Sebab itu masih diperhitungkan teknik statistik berikut :

4.3 Menghitung Jangka Kesalahan

Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar di- perhitungkan dengan rumus berikut (Keraf: 1984:132):

𝑆 = √𝑐 (1 − 𝐶) 𝑛

Keterangan :

(47)

s = Kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = Prosentase kata kerabat

n = Jumlah kata yang diperbandingkan Perhitungan dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut :

1. 1 dikurangi c;

2. c dikalikan dengan hasil dari (1)

3. Hasil dari (2) dibagi dengan n ; 4. Menarik akar atas hasil dari (3)

5. Hasil dari (4) merupakan jangka kesalahan dari persentase kata kerabat atas dasar 0,7 perkiraan mengenai kebenaran yang sesungguhnya.

Bila rumus di atas kita terapkan dalam bahasa Karo dan bahasa Pak- pak, maka kesalahan standar bagi kedua bahasa itu adalah :

𝑆 = √0,63 (1 − 0,63)

200 = √0,63 𝑋 0,37

200 = √ 0.1468

200 = √0,00073

S = 0,027 (dibulatkan menjadi 0,03)

Hasil dari kesalahan standar ini (0,03) dijumlahkan dengan prosentase kerabat untuk mendapatkan c baru: 0,63 + 0,03 = 0,66. dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan menggunakan rumus waktu pisah pada teknik no. C :

(48)

W = log 𝑐

2𝑋 log 𝑟= log 0,66

2𝑋 log 0,805= −0,416

−0,434

= 0.958 atau dibulatkan menjadi 958 tahun.

Seperti sudah dikemukakan di atas untuk memperoleh jangka kesala- han, maka waktu yang lama (1.064) dikurangi dengan waktu yang baru (958) = 106 angka inilah yang harus ditambah dan dikurangi dengan waktu yang lama untuk memperoleh usia atau waktu pisah kedua bahasa itu.

Jadi, dengan memperhitung angka dalam jangka kesalahan standar (0,7 dari keadaan sebenarnya), maka umur atau usia bahasa Karo dan bahasa Pakpak dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak merupakan bahasa tunggal pada 1.064

± 106 tahun yang lalu.

2. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak merupakan bahasa tunggal pada 1.064- 1.170 tahun yang lalu

3. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 851-957 sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2021)

(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab akhir dari skripsi ini penulis akan mencoba menarik kes- impulan yang didasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya dan mencoba memberikan saran sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca khususnya bahasa Karo dan bahasa Pakpak pada bagian Leksikostatistik.

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian teoriris yang dikemukakan pada Leksikostatistik memberi perbandingan antara bahasa Karo dan bahasa Pakpak yang di- peroleh dari objek penelitian yaitu di desa Kalang, Sidikalang Dairi maka, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dari 200 kosakata untuk bahasa Karo dan bahasa Pakpak terdapat 126 pasangan kata kerabat, atau hanya 63% kata kerabat.

2. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak diperkirakan merupakan satu bahasa tunggal sekitar 1,1 ribuan tahun yang lalu dan bahasa Karo dan bahasa Pakpak diperkirakan mulai berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad II sebelum masehi.

3. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak merupakan bahasa tunggal pada 1.064 ± 106 tahun yang lalu dan mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara 851- 957 sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2021)

(50)

5.2 Saran

Pada akhirnya setelah memperhatikan dan menganalisa mengenai Leksiokostatistik bahasa Karo dan bahasa Pakpak di desa Kalang, penulis dapat memberi saran :

1. Melihat pentingnya fungsi bahasa di Indonesia agar dapat di perhatikan bagi pendidikan terutama peneliti dan pembaca yang bertujuan sebagai pengembangan bahasa khususnya bahasa daerah.

2. Di era globalisasi ini bahasa daerah sudah semakin terkikis oleh sebab itu kita sebagai bangsa Indonesia yang beragam suku harus melestarikan budaya dan bahasa ibu (basic vocabulary) agar terpelihara dan tidak punah.

3. Kiranya skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis sendiri.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Damanik, Rizky.2019.Leksikostatistik Bahasa Batak Simalungun

Dengan Bahasa Batak Mandailing Kajian Linguistik Historis Komparatif" (Skripsi). Medan : Fakultas Ilmu Budaya Pro- gram Studi Sastra Batak Universitas Sumatera Utara.

Dardanila. 2016. Kekerabatan Bahasa Karo, Bahasa Alas dan Bahasa Gayo. Medan: Disertasi S-3 Universitas Sumatera Utara.

Dardanila. 2018. Leksikostatistik Bahasa Karo dan Bahasa Gayo. Medan : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Herlina, Asriaty dkk. 1993. Fonologi bahasa pakpak/dairi. Medan: Uni- versitas Sumatera Utara

Tarigan, Djago. 1979. Bahasa Karo. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Ke- budayaan Jakarta.

Indriani, Ika H. 2007. Leksikostatistik Bahasa Batak Toba Dengan Baha- sa Pakpak Dairi. Medan : FIB USU.

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.

Yogyakarta: Carasvatibooks.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

(52)

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Mbete, Aron Meko. 2002. Metode Linguistic Diakronis. Denpasar: Uni-

versitas Udayana.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Pateda, Mansyur. 1988. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung:

Angkasa.

Pohan, Rosni. 2017. Kekerabatan bahasa Batak Mandailing, bahasa Ba- tak Toba, dan bahasa Karo Kajian Linguistik Historis Komparatif. Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

Surbakti, Ernawati. 2014. Kekerabatan antara bahasa Karo, bahasa Minang dan bahasa Melayu Kajian Linguistik Historis Komparatif. Aceh : Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Sari, Kurnia N. 2012. Leksikostatistik Bahasa Aceh, Bahasa Alas, dan Bahasa Gayo: Kajian Linguistik Historis Komparatif.

(Skripsi). Semarang : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Di- penogoro.

Sitorus, Verawati. 2002. Kajian Leksikostatistik Bahasa Toba dan Bahasa Karo. Medan: Skripsi sarjana. Fakultas Ilmu Budaya USU.

(53)

Sinaga, Fitriana. 2007. Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo. Medan : USU

Nababan, P. W. J. 1993. Sosioliguistik Suatu Pengantar. Jakarta : PT.

Gramedia.

(54)

LAMPIRAN

Persentase Kata Kerabat

BAHASA INDONESIA BAHASA KARO BAHASA PAK- PAK

KET- ERANGAN

1 saya

2 kamu

3 Atas

4 kami/kita

5 kalian

6 mereka

7 ini

8 itu

9 sini

10 situ/sana

11 siapa

12 apa

13 di mana

14 kapan

15 bagaimana

Aku

kam

babo

kami, kita

kena

kalak, kalak ena

enda

ena

ijenda

ijena

ise

kai

ija

ndigan, katawari

uga

Diri

kono

babo

Kita

kena

Kalakai

En mo

Adonang

I sen

Isadonang

Ise

Kade

Idike

Ndigan, dahari

Kune, katera

X

X

X

X

X

X

X

X

X

(55)

16 bukan/tidak

17 semua

18 banyak

19 beberapa

20 sedikit

21 lain

22 satu

23 dua

24 tiga

25 empat

26 lima

27 besar

28 panjang

29 lebar

30 tebal

31 berat

32 kecil

33 pendek

34 sempit

35 tipis

lang, la, labo

kerina

melala, mbue

piga-piga, deba-deba

sitik

lain

sada

dua

telu

empat

lima

galang, mbelin

gedang

mbelang

mekapal

mberat, mehangat

kitik

gendek

sempit, picet

menipes

Oda, ndak

Karina

Mbue

Sadike

Cituk

Oda ia

Sada

Dua

Telu

Empat

Lima

Mbelgah

Gedang

Mbelang

Ngkapal

Mbotong

Kedek

Joppok

Pecet

Menipes

X

X

X

X

X

X

X

X

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem informasi data sekolah pada Sekolah Menengah Kejuruan Xaverius Palembang ini terdapat tiga users , yaitu admin, alumni, dan calon siswa baru dimana

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa hasil Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan matematika realistik memberikan pengaruh sedang (ES

Sampel dari penelitian ini adalah bagian dari jumlah populasi perusahaan yang pernah dan sedang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index periode 2007-2009 berjumlah 6

Pada bab II dijelaskan mengenai definisi graf, incident dan adjacent, derajat titik dari graf, subgraf, graf beraturan- r, graf komplit, graf bipartisi, graf bipartisi komplit,

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik simpulan bahwa otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan yang luas kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Makna terminologi istilah yang digunakan dalam pembahasan fiqh Islam- adalah “mengeluarkan sebagian dari harta tertentu yang telah mencapai nishab (takaran tertentu

Informasi harus dapat disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti, dapat disajikan secara detail atau ringkasan, dapat diatur dalam urutan tertentu, dapat

\DQJ GLEDKDV GDODP EHUEDJDL NLWDE ILNLK 6\DIL¶L NODVLN \DLWX VDODK VDWXQ\D LDODK NLWDE Kanz al- Râghibîn yang penulis gunakan untuk membandingkan dengan jual beli dengan hak membeli