Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada zaman sekarang ini, banyak sekali kita dengar permasalahan dikalangan remaja diantaranya penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, mulai mengikuti gaya hidup ke barat-baratan, hedonis dan banyak lagi pelanggaran yang dilakukan oleh para remaja, sehingga jika kita tutup mata atau tidak peduli pada fenomena remaja saat ini dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Berkurangnya pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme, spiritual, kreativitas, inovasi, keaktifan, kedisiplinan, tanggung jawab, kemampuan untuk hidup mandiri yang terjadi dikalangan generasi muda dalam pemikiran cinta terhadap kemajuan bangsa dan negara yang ditunjukan oleh kaderisasi dan pembinaan yang baik akan mengalami hambatan akibat pergaulan yang salah.
Fenomena seperti ini menjadikan masyarakat Indonesia termotivasi untuk sama-sama terjun berperan aktif dalam pencegahan, menanggulangi, memberikan solusi, meningkatkan kualitas nilai kecintaan akan bangsa dan negara, salah satunya melalui pendidikan yang diselenggarakan baik formal maupun non formal demi membentuk jiwa para generasi muda yang cinta akan kemajuan tanah airnya. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Seperti yang diungkapkan dari pernyataan di atas bahwa pendidikan itu jangan hanya sekedar materi pelajaran yang diterima melalui transfer ilmu dari guru kepada siswa melalui pembelajaran di dalam kelas, tapi perlunya media sebagai pembentukan watak, karakter,
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 sikap, tata perilaku dan nilai-nilai kecintaan kepada negara, diantaranya dengan mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka sebagai implementasi kurikulum 2013. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kehidupan generasi muda.
Adapun menurut Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan itu mempunyai pengertian:
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (UU Sikdiknas No. 20 tahun 2003).
Oleh karena itu dalam membentuk watak dan kepribadian bangsa Indonesia, serta sebagai media penanaman nilai-nilai nasionalisme yang mampu membangun bangsa kearah yang lebih baik lagi perlu adanya peran dari lembaga-lembaga pendidikan khususnya jalur pendidikan formal. Pendidikan dituntut dapat menjadikan para peserta didik memiliki civic disposition yaitu watak kewarganegaraan untuk membentuk sikap peserta didik cinta tanah air.
Tujuan dan fungsi pendidikan nasional tersebut tidak begitu saja akan mudah tercapai. Pengembangan diri dan kualitas pribadi siswa ternyata tidak cukup melalui proses pembelajaran formal di dalam kelas saja, akan tetapi perlu dikembangkan dalam kegiatan luar kelas, seperti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai apa yang dijelaskan oleh Hidayat (2014, hlm. 19) bahwa “ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan minat dan bakat siswa dalam berorganisasi”.
Pernyataan Hidayat di atas menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler itu mempunyai peran penting untuk meningkatkan minat dan bakat siswa dalam berorganisasi tentu saja ini untuk mewujudkan terbentuknya sikap cinta terhadap negara atau nilai-nilai nasionalisme.
Menurut Suryosubroto (2009, hal. 287) bahwa “kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa”. Nilai-nilai kebaikan dari mengikuti ektrakurikuler akan lebih menjurus kepada
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 salah satunya dengan mengikuti ekstarakurikuler pramuka. Masih pendapat dari Suryosubroto (2002, hlm. 272) bahwa ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat mendukung program intrakurikuler yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa, keterampilan melalui hobi dan minat serta perkembangan sikap yang ada pada program intrakurikuler.
Pernyataan Suryosubroto di atas merupakan sebagian pendapat yang dapat dibenarkan karena saat diberlakuakannya kurikulum 2013 tentang ekstrakurikuler wajib, pramuka salah satu dari sebagian ekstrakurikuler yang ada di sekolah yang diwajibkan dan penilaiannya menjadi pertimbangan bagi kelulusan siswa.
Pernyataan menurut Suryosubroto lebih diuraikan lagi oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Popi Supiatin (2010, hlm. 99):
Ekstrakurikuler adalah menumbuhkembangkan pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepribadian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya, seta menampilkan sikap warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
Kedua pendapat di atas mengungkapkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk dan mengembangkan kepribadian dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan, budaya, alam sekitar dan juga menambah nilai cinta terhadap negara dan rasa nasionalisme akan tumbuh.
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Pembinaan terhadap nilai nasionalisme yang berada di sekolah melalui penerapan karakter dalam kurikulum 2013 pada setiap mata pelajaran harus didukung juga dengan kegiata ekstrakurikuler. Berikut sedikitnya akan membentuk menggembangkan nilai-nilai nasionalisme contoh ekstrakurikuler Pramuka, Paskibra, PMR, Futsal, Seni, Seni Budaya dan masih banyak yang lainnya.
Ekstrakurikuler pramuka sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi kita semua karena sudah diperkenalkan dari sejak Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 63 Tahun 2014 tentang pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai menyatakan “Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.”
Menurut Lembaga Pendidikan Kader Gerkan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Ciamis (2004, hlm. 4) ialah:
Kegiatan kepramukaan merupakan kegiatan yang mengguanakan out door Activity/ kegiatan di alam terbuka dengan harapan kegiatan kepramukaan akan mempunyai dua nilai, yaitu:
a. Nilai formal, atau nilai pendidikannya yaitu pembentukan watak (character building).
b. Nilai materil, yaitu nilai kegunaan praktisnya
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 dalam implementasinya tentunya masih banyak kendala yang bervariasi di setiap sekolah.
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, sekolah menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mepengaruhi perkembangan siswa. Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses pengajaran di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Tugas utama seorang guru adalah membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik secara profesional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan pendidikan. Sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut guru harus berpedoman pada suatu alat yang disebut kurikulum.
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015
Berikut adalah data awal dari kehadiran siswa kelas X yang mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka semester 1 tahun 2014 Tabel 1.1
Daftar Total Kehadiran Ekstrakurikuler Wajib Pramuka tiap Kelas X di SMA Negeri 2 Bandung
Sumber: Pramuka SMA N 2 Bandung
No Kelas
Kehadiran Jmlh
Khdrn Jumlah Siswa
Jmlh Bolos
JS-JK
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. X-A - - - 2 - 2 1 2 3 9 11 6 389 36x13=468 79
2. X-B 1 - 2 1 1 - 4 5 2 2 8 2 4 4 306 36x13=468 162
3. X-C - - - 1 4 1 1 1 2 8 5 7 5 1 325 36x13=468 143
4. X-D - - - 1 1 - 3 3 3 3 4 6 4 7 342 35x13=455 113
5. X-E - - - 2 4 3 5 7 9 3 3 353 36x13=468 115
6. X-F - - - 1 1 3 11 13 5 389 34x13=442 53
7. X-G 1 - - - - 1 - 2 - 2 8 7 7 8 382 36x13=468 86
8. X-H - - - 1 1 1 1 2 2 2 7 10 3 3 321 34x13=442 121
9. X-I - - - 1 1 - 1 2 4 4 5 8 3 1 282 30x13=390 108
10. X-J 1 - - 2 1 3 2 4 - 5 4 7 6 3 338 40x13=520 182
11. X-K 3 2 5 4 2 3 3 6 3 3 4 1 2 - 233 41x13=533 300
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Dari tabel di atas kita dapat mengetahui bahwa hasil jumlah kehadiran siswa kelas X-A sampai X-K yang mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka di SMA Negeri 2 Bandung ternyata diketahui kelas yang paling sedikit ketidak hadiran yaitu kelas X-F, total ketidak hadiran siswa kelas ini dalam mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka sebanyak 53 kehadiran. Sedangkan kelas yang paling banyak ketidak hadiran yaitu kelas X-K, total ketidak hadiran siswa kelas ini dalam mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka sebanyak 300 kehadiran. Ini merupakan salah satu kendala dalam transfer ilmu kepramukaan kepada siswa. Pendekatan dari pengembangan nilai-nilai nasionalisme yang menyenangkan, diharapkan dapat merangsang dan menarik minat siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka di SMA Negeri 2 Bandung.
Tabel 1.2
Program Kegiatan Pramuka Semester 1 SMA Negeri 2 Bandung
NO. HARI/TANGGAL NAMA KEGIATAN KET.
1. Sabtu, 16 Agustus 2014 Pembagian Kelompok Terlaksana
2. Sabtu, 23 Agustus 2014 Materi Upacara Terlaksana
3. Sabtu, 30 Agustus 2014 PBB Terlaksana
4. Sabtu, 6 September 2014 Pos-posan Terlaksana
5. Sabtu, 13 September 2014 Tali-temali -
6. Sabtu, 20 September 2014 Membuat Bipak Ponco Terlaksana
7. Sabtu, 27 September 2014 Permainan Tradisional Terlaksana
8. Sabtu, 4 Oktober 2014 Cerdas-cermat Pramuka -
9. Sabtu, 11 Oktober 2014 UTS Pramuka Terlaksana
10. Sabtu, 18 Oktober 2014 Pengenalan Alam Terbuka Terlaksana
11. Sabtu, 25 Oktober 2014 Peta Kompas Terlaksana
12. Sabtu, 1 November 2014 Lomba Masak Terlaksana
13. Sabtu, 8 November 2014 Materi Semaphore dan Morse Terlaksana
14. Sabtu, 15 November 2014 Materi Pionering Terlaksana
15. Sabtu, 22 November 2014 PBB dan Kemampuan Indra Manusia Terlaksana
16. Sabtu, 29 November 2014 UAS dan Sharing Terlaksana
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 terlaksana yaitu 14 kegiatan dan 2 kegiatan hanya mengecek kehadiran saja.
Kerugian yang dapat terjadi bila penelitian ini tidak dilaksanakan ialah tidak akan diketahuinya pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung dalam implementasi program wajib pramuka sebagai wujud pelaksanaan kurikulum 2013 untuk pembentukan sikap disiplin yang bernilai nasionalisme. Adapun keuntungan yang dapat terjadi bila hal ini diteliti yaitu tidak akan ada lagi keraguan wajib ekskul pramuka sebagai implementasi dalam kurikulum 2013 sebagai sarana peningkatan nilai nasionalisme.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang: “Pengembangan Nilai Nasionalisme Melalui Implementasi Program Wajib Pramuka di SMA Negeri 2 Bandung” (Studi Kasus Kelas X).
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, perlunya kita identifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini agar dapat lebih nyata permasalahan yang nampak.
Pertama semakin berkurangnya kesadaran siswa akan nilai-nilai nasionalisme di lingkungan sekolah dikarenakan teknologi atau pengaruh budaya luar yang sudah mulai masuk ke negara Indonesia, serta apakah siswa yang ikut serta mengikuti ekskul wajib pramuka menunjukan adanya nilai-nilai nasionalisme pada dirinya melalui program pramuka yang diadakan di sekolah.
Kedua melihat masih ada siswa yang tidak hadir untuk mengikuti ekstrakurikuler wajib pramuka dengan alasannya tidak jelas, dan strategi apa yang sekolah lakukan untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa SMA Negeri 2 Bandung agar dapat mengikuti kegiatan ekskul wajib pramuka untuk memiliki karakter siswa yang baik sesuai harapan bangsa dan negara.
Ketiga dalam pegemasan pelaksanaan program pramuka oleh dewan ambalan pramuka di sekolah apakah masih mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme.
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Dengan demikian masalah pokoknya adalah sebagai berikut “Pengembangan Nilai Nasionalisme Melalui Implementasi Program Wajib Pramuka di SMA Negeri 2 Bandung”
C. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian ini, maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model perencanaan yang diterapkan sekolah untuk meningkatkan partisipasi aktif pramuka?
2. Bagaimana pelaksanaan untuk meningkatkan partisipasi aktif pramuka? 3. Bagaimana pengembangan nilai nasionalisme dalam kegiatan pamuka? 4. Bagaimana keunggulan dan kelemahan implementasi kegiatan wajib
pramuka?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Berdasarkan fokus atau masalah penelitian yang telah diungkapkan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengembangan nilai-nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Model perencanaan yang diterapkan sekolah untuk meningkatkan partisipasi aktif pramuka.
b. Pelaksanaan untuk meningkatkan partisipasi aktif pramuka. c. Pengembangan nilai nasionalisme dalam kegiatan pramuka.
d. Keunggulan dan kelemahan implementasi kegiatan wajib pramuka.
E. Manfaat Penelitian
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat
bagi dunia pendidikan.
b. Memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis.
2. Manfaat dari Segi Kebijakan
Secara kebijakan penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pemikiran di masyarakat bahwa pengembangan nilai nasionalisme di dunia pendidikan hanya sebagai pengetahuan belaka, tapi di dalam kurikulum 2013 pemerintah membuktikan membuat kebijakan mengenai ekstrakurikuler wajib pramuka yang harus diikuti oleh siswa.
3. Manfaat dari Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi lembaga terkait diantaranya Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Bandung dan SMA Negeri 2 Bandung sebagai informasi terkait masalah Implementasi kurikulum tentang pramuka dijadikan ekstraurikuler wajib dan diketahuinya: a. Model perencanaan yang diterapkan sekolah untuk meningkatkan partisipasi
aktif pramuka.
b. Pelaksanaan untuk meningkatkan partisipasi aktif pramuka. c. Peningkatan nasionalisme dalam kegiatan pramuka.
d. Keunggulan dan kelemahan implementasi kegiatan wajib pramuka. 4. Manfaat dari Segi Isu serta Aksi Sosial
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian dari segi isu serta aksi sosial yaitu, peneliti dapat langsung memperoleh pengalaman dan informasi secara langsung mengenai perkembangan nilai nasionalisme dalam implementasi wajib pramuka di SMA Negeri 2 Bandung.
F. Penjelasan Istilah
Supaya menghindari kesalahan dalam mengartikan judul, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Nilai
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 2004 hlm. 9) adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Tolok ukur kebenaran sebuah nilai dalam prespektif filsafat adalah aksiologi, yaitu suatu bidang yang mengkaji nilai-nilai. Perbedaan pandangan tentang aksiologi akan membedakan ukuran baik buruknya sesuatu. Misalnya pragmatisme yang memandang sesuatu baik atau buruknya ditinjau dari gunanya secara kontan (cash value).
Sementara menurut Achmadi (1990, hlm. 121), hedonisme memandang nilai dari segi menyenangkan (comportable), berkaitan dengan kebutuhan duniawi, dan sebagainya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif satu cita-cita yang benar dan berlawanan dengan cita-cita palsu atau bersifat khayal. Muhammad Tolhah Hasan (1986, hlm. 57) Sedangkan dilihat dari orientasinya, sistem nilai ini dapat dikategorikan dalam empat bentuk:
a. Nilai etis, yang mendasari orientasinya pada ukuran baik dan buruk. b. Nilai pragmatis, yang mendasari orientasinya pada berhasil atau gagalnya. c. Nilai efek sensorik, mendasari orientasinya pada menyenangkan atau
menyedihkan.
d. Nilai religi, yang mendasari orientasinya pada dosa dan pahala.
Karena nilai bersifat ideal dan tersembunyi dalam kalbu setiap insan, pelaksanaan nilai tersebut harus disertai dengan niat. Karena niatlah yang mendasari apakah aktifitas yang dilakukan baik atau buruk. HM. Chabib Thoha (1996, hlm. 61) Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.
Menurut Endang Saefudin Anshari (1993, hlm. 27), nilai Islam ditinjau dari sisi materi pendidikan Islam dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu, aqidah, syariah dan akhlak.
2. Nilai-nilai Nasionalisme
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 pengeruh terhadap kehidupan individu karena nilai sebagai realitas abstrak sebagai daya dorong atau sebagai prinsip yang menjadi pedoman hidup.
Dilihat dari segi realitanya, nilai memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola berpikir maupun pola bersikap seseorang sehingga menghasilkan suatu produk yang dinyatakan lewat bentuk gerakan ataupun pendapat. Nilai memiliki makna perbandingan yaitu kebaikan dan kejelekan.
Sedangkan nasionalisme merupakan sebuah perasaan yang timbul dari sanubari seorang warga negara untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah air, bangsa dan negara dari segala ancaman dan gangguan. Definisi lain mengatakan bahwa nasionalisme merupakan rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki setiap individu pada negara, kecintaan kepada bumi pertiwi tempat tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah air, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya.
3. Ekstrakurikuler Wajib
Dalam Permendikbud No. 62 tahun 2014 tentang kegiatan ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah pasal 2 menyatakan bahwa:
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kegiatan pengembangan bakat dan minat siswa di luar jam pelajaran sekolah dalam impementasi kurikulum 2013 dalam membentuk karakter pemuda harapan bangsa maka pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan untuk wajib mengikuti ekstrakurikuler. Saat ini ekstrakurikuler wajib yang direkomendasikan pemerintah yaitu ekstrakurikuler pramuka.
4. Pramuka
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.”
5. Kepramukaan
Kepramukaan ialah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur (Lemdikacab Kab. Ciamis, 2004, hlm. 4).
6. Implementasi Kurikulum 2013
Merupakan pelaksanaan dari komponen-komponen yang telah dirumuskan serta ada dalam kurikulum untuk dikerjakan dan dilaksanakan sesuai tahapan-tahapannya. Dalam pelaksanaannya juga banyak mengalami perkembangan dan inovasi sesuai kebutuhan yang ada di sekolah.
G. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam sebuah penulisan skripsi terdapat kerangka struktur penulisan dari setiap bab, diantaranya:
1. BAB 1 memuat tentang pendahuluan dari penulisan skripsi dengan rincian terdapat latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB 2 memuat tentang kajian pustaka/landasan teoritis penelitian tentang pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka.
3. BAB 3 memuat metode penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian kualitatif.
4. BAB 4 memuat bagaimana hasil penelitian dan pembahasan.
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perkembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka. Peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam (berupa kata-kata, gambar, perilaku) dan tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif.
Metode adalah cara untuk mencapai tujuan dengan teknik dan alat tertentu. Sedangkan metode penelitian adalah suatu pendekatan penelitian untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan masalah yang dihadapi. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu metode penelitian kualitatif.
Menurut pendapat Sugiyono (2013, hlm. 15) bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan maka dari pada generalisasi.
Metode kualitatif sudah tidak asing lagi dan sudah cukup lama digunakan oleh peneliti untuk penelitian. Metode penelitian kualitatif ini sudah memenuhi kaidah sebagai metode ilmiah karena sudah objektif rasional dan sistematis. Metode kualitatif ini merupakan bagian terpenting bagi peneliti karena hal itu sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian terutama dalam memecahan permasalahan yang dihadapinya atau yang sedang diteliti. Khususnya peneliti akan meneliti situsi dinamika organisasi pramuka yang berada di SMA Negeri 2 Bandung, maka dari itu akan sangat sesuai metode kualitatif yang digunakan oleh peneliti.
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Sugiyono (2013, hlm.1) mengemukakan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.”
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, maka metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode studi kasus (case study), karena penelitian berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan serta mengidentifikasi kejelasan implementasi program pendidikan nilai kehidupan yang diterapkan di sekolah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm.27), mengemukakan mengenai metode studi kasus sebagai berikut:
Case Study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakuakan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial. Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula memberi gambaran tentang keadaan yang ada.
Merujuk pada pendapat di atas, penulis menganggap bahwa metode studi kasus dengan fokus penelitian ini yaitu mengenai perkembangan nilai-nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib Pramuka maupun menghimpun menganalisis data berkenaan denga sesuatu kasus berupa implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam program tersebut.
B. Lokasi dan Subjek penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kota Bandung. Alasan Penelitian memilih sekolah ini dengan pertimbangan sebgagai berikut:
a. Berdasarkan observasi awal diperoleh informasi bahwa SMA Negeri 2 Bandung telah menerapkan ekstrakurikuler wajib pramuka sebagai implementasi kurikulum 2013.
b. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama Pembina Pramuka terhadap penelitian yang akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bandung. 2. Subjek Penelitian
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 secara purposive bertalian dengan purposive atau tujuan tertentu.”
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Bandung berjumlah 1 orang
b. Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMA Negeri 2 Bandung berjumlah 1 orang
c. Pembina Pramuka SMA Negeri 2 Bandung berjumlah 4 orang
d. Perwakilan Dewan Ambalan Pramuka SMA Negeri 2 Bandung berjumlah 6 orang
e. Siswa-siswi kelas X berjumlah 11 orang
Terpilihnya 11 siswa dari kelas Xa-Xk ini merupakan perwakilan tiap kelas 1 orang secara acak.
Subyek penelitian ini adalah steakholder yang terlibat dalam pengembangan nilai-nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib Pramuka seperti yang tertuang dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Subjek Penelitian yang Bertempat di SMA Negeri 2 Bandung
No. Subjek Penelitian Jumlah
1. Kepala Sekolah 1 Orang
2. Wakasek Kesiswaan 1 Orang
3. Pembina Pramuka 4 Orang
4. Pengurus Ambalan 6 Orang
5. Siswa Perwakilan Kelas X a-k 11 Orang
Jumlah 23 Orang
Sumber: Diolah oleh Peneliti 2015
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan proses yang sangat penting untuk mendapatkan data-data dan Informasi mengenai apa yang sedang peneliti ungkap. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 308) yaitu:
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara ini salah satu teknik peneliti untuk mengumpulka atau memperoleh data dan informasi dari responden dengan cara dialog tanya jawab. Seperti yang diungkapkan oleh Danial dan Wasriah (2009, hlm. 71) sebagai berikut:
Wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapang, di kantor, di bengkel, di kebun atau dimana saja. Alat ini sangat mudah digunakan, dan hampir ada pada setiap penelitian dan pengumpulan data. Peneliti mewawancarai Kepala Sekolah, Pembina Pramuka, Dewan Ambalan Pramuka dan perwakilan siswa kelas Xa-Xk masing-masing 1 orang SMA Negeri 2 Bandung mengenai pengembangan nilai-nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib Pramuka. Dalam penelitian ini digunakan wawancara dengan model bebas dan sistematik. Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian ini, supaya penelitian memperoleh keterangan yang mendalam mengenai fokus permasalahan yang sedang diteliti.
2. Observasi
Mealui teknik observasi ini diharapkan peneliti bisa memperoleh data secara langsung dan gambaran lebih jelas mengenai pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib Pramuka. Menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 77) menyatakan bahwa:
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Teknik ini menggunakan pengindraan secara langsung oleh peneliti untuk mendapatkan peristiwa, perilaku orang, kondisi, situasi, benda/tempat yang digunakan. Observasi dalam hal ini tentunya tentang pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib Pramuka.
3. Catatan Lapangan
Sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklan (dalam Moleong, 2010, hlm. 209) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, di dalam dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Proses ini dilakukan setiap kali selesai mengadakan wawancara dan tidak boleh dicampuri dengan data yang lain.
4. Studi Literatur
Studi kepustakaan (literature) adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan diolah dan dianalisis seperti banyak dilakukan oleh ahli sejarah, sastra dan bahasa. Pekerjaan mereka mencari sumber data dari perpustakaan, lembaga penelitian dan pengembanga (litbang) pada berbagai departemen dan perguruan tinggi, pusat studi dan sebagainya. (Danial dan Wasriah, 2009, hlm. 80).
Teknik ini dilakukan dengan mencari data dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, diantaranya dari penelitian terdahulu, majalah, jurnal, surat kabar, artikel, makalah dan bacaan lainnya. Dalam hal ini peneliti tentunya mencari mengenai pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka.
5. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan dokumen-dokumen terkait penelitian sedang diteliti di lapangan diantaranya seperti foto, video dan lainnya. Menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 79) menyatakan bahwa:
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar surat-surat, foto, akte, dsb. Biasanya dikatakan data sekunder yaitu data yang telah dibuat dan dikumpulkan oleh orang/lembaga lain. Informasi ini sangat penting untuk membantu melengkapi data yang dikumpulkan. Seorang peneliti yang mengadakan penelitian pada suatu daerah, seyogyanya menampilkan lokasi daerah itu, apakah peta kabupaten, provinsi dan nasional. Sehingga pembaca mengetahui, paling sedikit berada pada kabupaten mana lokasi penelitian itu. Peta tersebut beserta keterangan lain seperti jumlah penduduk, dikumpulkan dari Kantor Kabupaten, tidak membuat sendiri. Selanjutnya tinggal memilih mana yang dijadikan data pokok untuk menambah memperkuat data lain.
Peneliti menggunakan teknik dokumentasi yang berkenaan dengan masalah yang sedang peneliti teliti di SMA Negeri 2 Bandung seperti foto-foto kegiatan, arsip kegiatan, data perkembangan pembelajaran siswa tentang wajib pramuka dalam kurikulum 2013.
D. Prosedur Penelitian
1. Menyusun Rancangan Penelitian
Penyusunan sekripsi ini memerlukan beberapa langkah atau tahapan penelitian yang sistematis dalam pelaksanaannya, prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut.
Rancangan ini terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan atau prapenelitian ke SMA Negeri 2 Bandung untuk mendapatkan data dan informasi awal yang dapat memperkuat adanya permasalahan yang dalam kaitannya dengan Pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka. Penelitian ini diawali dengan mengikuti kegiatan pramuka, kemudian melakukan pengamatan dengn mempertimbangkan subjek dan latar lokasi yang diteliti, kemudian mewawancarai Pembina dan pengurus untuk dijadikan catatan awal lapangan. Setelah itu membuat proposal penelitian yang di dalamnya mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah yang sesuai dengan judul penelitian.
2. Menetapkan Sumber Data dan Lokasi Penelitian
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 data dan lokasi penelitian ini adalah guru, Pengurus Ambalan Pramuka dan sampel siswa kelas X. hal ini yang dijadikan fokus observasi pada saat penelitian pengembangan nilai nasionalisme melalui implementasi wajib pramuka. Selain itu sumber data dan informasi yang didapatkan peneliti berdasarkan hasil wawancara dan observasi.
3. Mengurus Perizinan
Selanjutnya peneliti mengurus perizinan sesuai aturan yang ada di UPI yang memiliki kekuatan hukum yang legal agar memudahkan dalam proses pencarian data dan informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian ini.
a. Mengajukan permohonan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan rekomendasi yang akan disampaikan kepada pembantu Dekan 1 Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan ditembuskan kepada BAAK UPI, yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis. b. Wakil Rektor Bidang Akademik atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat
permohonan izin kepada SMA Negeri 2 Bandung. 4. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Supaya dapat memberikan informasi yang akurat serta data yang sesuai dengan penelitian dan diperlukan informan yang memiliki kompetensi kriteria yang telah ditentukan, maka peneliti memilih instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan semua data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian tentang pengembangan nilai nasionalisme di SMA Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka dengan melakukan pengamatan (observasi) terhadap proses kegiatan pramuka di SMA Negeri 2 Bandung, serta peneliti melakukan wawancara dan studi dokumentasi di dalam penelitian tersebut sehingga peneliti mendapatkan data dan informasi. 6. Tahapan Penyajian Laporan Hasil Penelitian
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Negeri 2 Bandung melalui implementasi program wajib pramuka, penyuntingan hasil laporan penelitian, penyusunan naskah akhir, pengesahan oleh pembimbing, penggandaan dan pencetakan naskah skripsi jadi, penyerahan naskah skripsi dan siap untuk diuji oleh penguji dan pembimbing.
E. Validitas Data
Dalam penelitian tentunya haruslah memiliki data yang kuat melalui pengujuian pengolahan data. Kevaliditasa hasil datanya ditentukan diantaranya oleh instrument yang baik dan dari narasumber yang sudah ditentukan diantaranya: Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Bandung, Wakasek Kurikulum, Pembina Pramuka, Pengurus Ambalan dan perwakilan siswa kelas X.
Dalam menguji keabsahan data kualitatif dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Uji Keabsahan Data dalam Penelitian Kualitatif
Sumber: Buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono, 2013, hlm.367)
Dikarenakan peneliti menggunakan data kualitatif maka peneliti menggunakan empat tahapan pengelolaan data sesuai gambar di atas, yaitu:
1. Uji Kredibilitas
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 368) “Dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi diskusi dengan
Uji Keabsahan data
Uji Kreadibilitas data
Uji Transferability
Uji Dependability
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 teman sejawat, analisis kasus negarif, dan member check.”
a. Perpanjang pengamatan
Perpanjangan penelitian yaitu pengecekan data kembali ke lapangan apaka benar atau tidak, apabila ketika pengecekan data tidak berubah maka data benar dan kredibel tap apabila ketika di cek kelapangan adanya ketidak sesuaian data atau berubah maka penelitian belum bisa diakhiri.
b. Peningkatan ketekunan
Sugiyono (2013, hlm. 370) memaparkan bahwa, “meningkatkan ketekunan
berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.” Intinya dari peningkatan ketekunan bahwa sebagai contoh siswa yang melakukan kegiatan pramuka, jika orang awam hanya menyangka itu hanya sekedar kegiatan pramuka saja akan tetapi kalau peneliti menekuni sampai kegiatan pramuka itu esensi bagi kehidupannya seperti apa bisa juga melighat pengembangan nilai nasionalisme dari kegiatan pramuka. Supaya peneliti lebih mengetahui peningkatan nilai nasionalisme maka peneliti harus terjun lebih dalam untuk dapat memahami aktipitas kepramukaan yang peneliti sedang teliti.
c. Triangulasi
Menurut Wiliam Wiersma, 1986 (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 372) bahwa
“triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.” Triangulasi
yang dignakan peneliti ialah sebagai berikut: 1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Kepala Sekolah / Wakl Kepala Sekolah
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Gambar 3.2
Triangulasi Sumber Sumber: Diolah oleh Peneliti 2015 2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Gambar 3.3 Triangulasi Teknik
Sumber: Metode Penelitian pendidikan (Sgiyono, 2013, hlm. 372)
d. Diskusi dengan teman
Diskusi dengan tepan yang sedang melakukan penelitian juga, khususnya dengan teman yang menggunakan metode penelitian yang sama.
e. Menggunakan Bahan Referensi
Adanya pendukung data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya peneliti sedang mewawancarai narasumber dibuktikan dengan foto sedang mewawancarai dan rekama ketika wawancara.
f. Member check
Wawancara Observasi
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Menurut Sugiyono (2013, hlm. 375) “member check adalah proses pengecekan data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa diberikan oleh pemberi data.”
2. Pengujian Transferability
Pengujian Transferability Sugiyono (2013) adalah pengujian yang dilakukan agar penelitian yang kita lakukan dapat dipahami oleh pembaca lain maksud dari penelitian yang kita lakukan sehingga pembaca menjadi jelas, nrinci, sistematis dan dapat dipercaya.
3. Pengujian Dependability
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 377) “suatu penelitian yang reliabel adalah
apabila orang lain dapat mengulangi/ merepleksi proses penelitian tersebut.”
Maka pada pengujian dependability ini peneliti melakukan audit terhadap keseluruhan hasil penelitian bersama dengan pembimbing.
4. Pengujian Confirmability
Menurut Sugiyono (201, hlm. 378) pengujian confirmability adalah
“menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.”
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam hal analisis kualitatif, Bogdan (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 334) menyatakan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Miles dan Huberman 1984 (dalam Sugiyono, 2013, hlm.337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data Reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
Aan Misbahuzaman, 2015
PENGEMBANGAN NILAI NASIONALISME MELALUI IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB PRAMUKA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Daftar FPIPS:40.2.2/PL/2015 Mereduksi data berarti memilih dan merangkum data yang lebih penting yang berkaitan dengan penelitian dengan mengerucutkan mana data yang penting harus diambil dan mana data yang tidak perlu diambil, karena data yang akan diperoleh dilapangan akan kompleks, banyak dan jelimet. Selain itu mereduksipun diperlukan pemikitran yang mendalam dan memerlukan kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi. Maka dari itu bagi peneliti yang baru melaksanakan diperlukan diskusi dengan teman yang sedang meneliti, pembimbing dan dengan ahli dibidang dimana kita menelti.
2. Data Diplay (penyajian data)
Dalam penelitian Kualitatf setelah direduksi maka langkah berikutnya yaitu penyajian data (data display) dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan cara memaparkan secara singkat atau membuata uraian tulisan singkat dan jelas mengenai temuan dalam penelitian contohnya temuan bagan hubungan antar kategori. Menurut Miles dan Huberman 1984 (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 341) menyatakan bahwa yang paling penting sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion drawing verification
Conlusion drawing verifikasion Menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sesuai pendapat diatas peneliti mengartikan sebagai proses penarikan inti-inti terhadap data yang telah dianalisis dan mengeluarkan hal-hal yang penting untuk dijadikan makna dan kesimpulan sementara, karena data akan berubah jika tidak didukung dengan bukti-bukti yang kuat, kalu sudah ditemukan kesimpulan awal dan ketika peneliti kembali lagi kelapangan tidak ada perubahan konsisten dengan bukti yang valid maka kesimpulan itu menjadi kesimpulan yang kredibel.