• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK MENDUKUNG KARAKTER KEJUJURAN SISWA DI SEKOLAH MELALUI PKN : Studi Kasus Di Sma Negeri 8 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK MENDUKUNG KARAKTER KEJUJURAN SISWA DI SEKOLAH MELALUI PKN : Studi Kasus Di Sma Negeri 8 Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

NomorDaftar FPIPS: 2108/UN.40.2.2/PL/2014

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

UNTUK MENDUKUNG KARAKTER KEJUJURAN SISWA

DI SEKOLAH MELALUI PKn

(StudiKasus di SMANegeri 8 Bandung)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan

JurusanPendidikanKewarganegaraan

Oleh ShilmyPurnama

1000895

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI UNTUK

MENDUKUNG KARAKTER KEJUJURAN SISWA DI SEKOLAH MELALUI PKn (Studi Kasus di SMA Negeri 8 Bandung)

Oleh

SHILMY PURNAMA

Sebuahskripsi yang diajukanuntukmemenuhisebagian

darisyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPendidikanIlmuPengetahuanSosial

© Shilmy Purnama 2014

UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhyaatausebagian,

(3)

SHILMY PURNAMA (1000895)

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

UNTUK MENDUKUNG KARAKTER KEJUJURAN SISWA DI SEKOLAH MELALUI PKn

(STUDI KASUS DI SMANEGERI 8 BANDUNG)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. Dr. H. EndangDanial. AR, M.Pd.,M.Si. NIP. 19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Dr. DadangSundawa, M.Pd. NIP. 19600515 198803 1 002

KetuaJurusanPendidikanKewarganegaraan

(4)

SKRIPSI INI DIUJI PADA:

Hari/Tanggal : Senin, 30 Juni 2014

Tempat : Gedung FPIPS UniversitasPendidikan Indonesia PanitiaUjianterdiridari:

1. Ketua :

Prof. Dr. KarimSuryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji :

3.1 Penguji I :

Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP. 19590714 198601 1 001

3.2 Penguji II :

Drs. Rahmat, M.Si. NIP. 19580915 198603 1 003 3.3 Penguji III :

(5)

vi Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

(6)

vii Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Penerapan Model PendidikanAntikorupsi... 35

b. Penerapan Model PendidikanAntikorupsidenganPembiasaan ... 40

C. KarakterKejujuran ... 43

1. PengertianKarakter ... 43

2. PengertianKejujuran ... 45

3. PembinaanKarakterKejujuran di Sekolah ... 46

D. PendidikanAntikorupsidalamPembelajaranPKn ... 48

1. KarakteristikPendidikanKewarganegaraan ... 48

2. PKndalamKurikulum 2013 ... 51

3. StrategiPembelajaranPKn di Sekolah ... 52

a. PengertianStrategiPembelajaran ... 52

b. KomponenStrategiPembelajaranPKn ... 53

c. StrategiPembelajaranPKn di Sekolah ... 55

4. PengukuranHasilBelajarPKn di Sekolah... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. LokasidanSubjekPenelitian ... 57

1. LokasiPenelitian 57 2. SubjekPenelitian ... 57

B. MetodedanDesainPenelitian ... 58

C. ProsedurPenelitian ... 59

D. PenjelasanIstilah ... 60

E. TeknikPengumpulan Data ... 61

1. Wawancara ... 61

2. Observasi ... 62

3. CatatanLapangan(field note) ... 62

4. StudiDokumentasi ... 62

5. StudiLiteratur ... 63

F. PengolahandanAnalisis Data ... 63

1. TahapReduksi Data ... 63

2. TahapPenyajian(Display) Data ... 64

3. TahapKesimpulan (Verifikasi Data) ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. GambaranUmum SMA Negeri 8 Bandung ... 65

1. IdentitasSekolah ... 65

2. SejarahPerkembangan SMA Negeri 8 Bandung ... 65

3. VisiMisi SMA Negeri 8 Bandung ... 66

4. TenagaPengajar ... 67

B. DeskripsiHasilPenelitian ... 68

1. PerumusanPerencanaan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 68

(7)

viii Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Pembiasaan yang Dilakukan di SMA Negeri 8 Bandung

untukMendukungKarakterKejujuranSiswa ... 88

4. FaktorPendukungdanKendalasertaUpaya yang DilakukandalamPengembangan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 90

5. KeberhasilandanEvaluasiPengembangan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 91

C. AnalisisHasilPenelitian ... 92

1. PerumusanPerencanaan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 92

2. Pelaksanaan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 94

3. Pembiasaan yang Dilakukan di SMA Negeri 8 Bandung untukMendukungKarakterKejujuranSiswa ... 95

4. FaktorPendukungdanKendalasertaUpaya yang DilakukandalamPengembangan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 96

5. KeberhasilandanEvaluasiPengembangan Model PendidikanAntikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung ... 97

D. PembahasanHasilPenelitian ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

1. KesimpulanUmum ... 102

2. KesimpulanKhusus 102 B. Saran ... 104

C. Rekomendasi ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

i

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Shilmy Purnama (1000895) Pengembangan Model Pendidikan Antikorupsi untuk Mendukung Karakter Kejujuran Siswa di Sekolah melalui PKn (Studi Kasus di SMA Negeri 8 Bandung)

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang bertjuan untuk memanusiakan anak didik agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara. Mata pelajaran PKn di persekolahan telah mengajarkan baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor dalam penerapan pembelajaran karakter yang diharapkan. Sayangnya formula ini belum menunjukkan hasil signifikan karena makin carut marutnya karakter buruk sebagian warga negara. PKn telah menjadi pihak yang mendapatkan sorotan atas kegagalan mengembangkan fungsinya sebagai pendidikan nilai dan moral. Fakta lain mengatakan bahawa selama ini pelaksanaan pembelajaran Pkn hanya menekankan pada satu aspek, yaitu kognitif saja. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut, salah satunya adalah karena kkorupsi yang semakin merajalela. Upaya pemberantasan korupsi dengan cara memasukkannya dalam sebuah kurikulum pendidikan merupakan pendekatan yang penting. Pendidikan Antikorupsi dapat diajarkan melalui kurikulum tersembuni dan pendekatan integratif.

Bagaimana perumusan perencanaan dan pelaksanaan Pendidikan Antikorupsi di SMA Negeri 8 Bandung untuk mendukung karakter kejujuran siswa. Kegiatan khusus seperti pembiasaan atau habituasi yang dilakukan. Faktor pendukung dan hambatan serta upaya yang dilakukan berkaitan pengembangan model Pendidikan Antikorupsi.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, guru mata pelajaran Pkn, dan siswa.

Hasil penelitian diperoleh yaitu: perangkat pembelajaran Pendidikan Antikorupsi dilakukan dengan menelaah/analisis standar isi PKn yang akan menjadi pedoman perumusan silabus dan RPP yang mencerminakan model Pendidikan Antikorupsi. Pendidikan Antikorupsi dilaksanakan dengan model integrasi pada mata pelajaran PKn meskipun tidak secara khusus menggunakan model pembelajaran tertentu. Habituasi dilakukan di dalam maupun di luar kelas, seperti adanya pembangunan Kantin Kejujuran dan pembiasaan perilaku yang mengandung makna antikorupsi dan kejujuran. Meskipun demmikian, masih ada guru dan siswa yang belum seluruhnya menerapkan program Pendidikan Antikorupsi di sekolah. Seluruh pihak terkaitharus memiliki komitmen dan konsisten untuk mengembangkan Pendidikan Antikorupsi. Semua pembelajaran PKn yang dilaksanakan sudah mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

(9)

ii

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alangkah baiknya dilakukan supervisi terhadap perencananan, pelaksanaan, dan evaluasi model Pendidikan Antikorupsi secara berkala.

ABSTRACT

Shilmy Purnama (1000895) Anticorruption Model Development to Support Character EducationStudents Integrity in Schools through Civic Education (Case Studies in Senior High School8 Bandung)

Civic Education is a subject that aims to humanize the students to become good citizens in accordance with the objectives and state ideals. Civic education subject in schooling has taught both the cognitive, affective, and psychomotor learning in the application of the expected characters. Unfortunately, this formula has not shown significant results because of the more messy character fromthe citizens. Civic Education has become parties to get the spotlight for failing to develop its function as moral education. Another fact said that during the implementation of learning Civic Education focuses on just one aspect, namely cognitive. Moral destruction of the nation and become acute, one of which is due to the increasingly rampant corruption. The Efforts to combat corruption by adding them in an educational curriculum is an important approach. Anti-corruption education can be taught through the hidden curriculum and integrative approach.

How the formulation, planning and implementation of Anticorruption Education in Senior High School8 Bandung to support student character Integrity. A Special activity such as habituation or habituation is done. Supporting factors and barriers as well as related efforts Anticorruption Education model development.

The approach taken in this study is a qualitative method with case study and that is the subject of research was the Principal, Civic Education subject teachers, and students.

The result showed that: the learning is done by reviewing the Anti-Corruption Education / Civic Educationanalysis’s content standards that will guide the formulation syllabi and lesson plans that reflect the model of Anti-Corruption education. Anti-corruption education carried out by the integration model Civic Education subjects although not specifically use a particular learning model. Habituation done inside and outside the classroom, such as the construction of canteen Integrity and habituation behavior implies corruption and honesty. Nonetheless, teachers and studentsstill have not fully implemented the Anti-Corruption education programs in schools. All parties have to be committed and consistent to develop the Anti-Corruption Education. All Civic Education lessons are already includes cognitive, affective, and psychomotor.

(10)

iii

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(11)

1

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk memanusiakan anak didik agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara. Hal ini telah diamanatkan dalam pasal 3 UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembentukan karakter bangsa ini telah diamanatkan dalam Undang-Undang melalui pembelajaran PKn yang bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik yang bukan hanya cerdas dalam intelektualitasnya, tetapi juga memiliki akhlak mulia, menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap negaranya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Wahab dan Sapriya (2011) bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

(12)

2

membentuk warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen) dan bertanggung jawab (responsible citizen).

Menurut pendapat Wahab dan Sapriya di atas, pembentukan karakter bangsa dan warga negara yang baik telah diamanatkan melalui pembelajaran PKn. Pendidikan Kewarganegaraan berupaya mendidik warga negara Indonesia agar menjadi warga yang tahu kedudukan, hak, dan kewajibannya sebagai suatu bagian dari Negara Indonesia.

Adapun warga negara yang baik menurut Nurmalina dan Syaifullah (Wahab dan Sapriya, 2011) adalah:

Warga negara yang baik adalah yang memiliki kepedulian terhadap keadaan yang lain, memegang teguh prinsip etika dalam berhubungan dengan sesama, berkemampuan untuk mengajukan gagasan atau ide-ide kritis, dan berkemampuan membuat menentukan pilihan atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang baik.

Sesuai dengan pendapat di atas bahwa warga negara yang baik memiliki kepedulian terhadap sesama, memiliki pemikiran kritis dan mampu menyampaikan gagasannya, mempertimbangkan etika dalam kehidupannya. Pendidikan Kewarganegaraan mendidik agar warga negaranya menjadi warga negara yang baik dan cerdas dalam setiap aspek kehidupan.

Landasan warga negara yang baik adalah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Djahiri (2006:9), dikemukakan bahwa “Berdasarkan landasan konstitusional, visi PKn adalah melahirkan manusia atau warga negara Indonesia

yang religius, cerdas, demokratis ...”. Dan misi yang diemban PKn adalah “Program pendidikan yang membelajarkan dan melatih anak didik secara

demokratis, humanistik, fungsional” (Djahiri, 2006:10). Pembinaan karakter dan

jati diri bangsa terkandung dalam misi PKn tersebut.

(13)

3

mempunyai tujuan untuk menciptakan warga negara yang baik.Penerapan Pendidikan Kewarganegaraan dengan menanamkan nilai-nilai ideologi Pancasila, politik, dan hukum telah dilakukan dalam level lokal, nasional, maupun konteks

global. Hal ini bertujuan sebagai upaya pembangunan karakter dan jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan falsafah bangsa.

Sayangnya formula ini belum menunjukkan hasil signifikan karena makin carut marutnya karakter buruk sebagian warga negara.Dengan demikian, penerapan Pendidikan Kewarganegaraan masih kurang ideal. Dan ini merupakan salah satu tantangan besar yang harus dihadapi dan dipecahkan oleh para guru PKn.

PKn telah menjadi semacam“tertuduh” atas kegagalannya mengembangkan fungsinya sebagaipendidikan moral.Pelajaran PPKn/PKn yang telah berlangsung selama initernyata tidak berhasil menciptakan manusia-manusia yang bermoral danberakhlak sesuai dengan misi dan tujuannya.Merebaknya praktik-praktikkorupsi semakin meneguhkan tuduhan terhadap pelajaranPPKn/PKn hanya sebagai media penguasa semata untuk memperkokohkekuasaannya melalui penanaman nilai nilai penguasa. Demikian jugaperilaku dan tindakan politik para pejabat negara justru sangatmenyimpang dari apa yang selalu diucapkannya selama ini. Hal inimenjadikan PPKn/PKn sebagai mata pelajaran semakin terlecehkan (terdiskreditkan) secara jauh. Karena itu semakin perlu untuk melihatkembali akan kedudukan dan peran PKn sebagai salah satu

wahanapendididikan moral.

Fakta lain mengatakan bahwa selama ini pelaksanaan pembelajaran

(14)

4

hanya pemahaman materi ajarnya saja, tetapi lebih kepada penerapan,

keterampilan, dan tindakan siswa.

Sesuai dengan kenyataan tersebut, bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

telah gagal mengembangkan kompetensi siswa secara keseluruhan, guru PKn harus melakukan berbagai upaya dan strategi pembaharuan sejalan dengan yang dikemukakan oleh Djahiri (Supriatna, 2011:2):

Salah satu pembaharuan dalam Pendidikan Kewarganegaraan ialah pola/strategi pembelajarannya, dimana siswa bukan hanya belajar tentang hal ihwal (materi pembelajaran) Pendidikan Kewaranegaraan melainkan juga belajar ber-Pendidikan Kewarganegaraan atau praktek, dilatih uji coba dan mahir serta mampu membakukan diri, bersikap perilaku sebagaimana isi pesan Pendidikan Kewarganegaraan.

Masih carut marutnya karakter bangsa ditandai dengan terjadinya berbagai penyimpangan moral yang dilakukan oleh siswa tidak sejalan dengan misi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wahab (Supriatna, 2011:2) menunjukkan kurang efektifnya pembinaan nilali-nilai moral di sekolah. Krisis yang dialami Indonesia pun disebabkan oleh adanya degradasi moral yang bersumber pada kesalahan pendidikan di masa lalu.Menurut Winataputra dan Budimansyah (Supriatna, 2011:2) Krisis moral Indonesia disebabakan oleh beberapa hal berkikut:

Kekerasan, pelanggaran lalu lintas, kebohongan publik, arogansi kekuasaan, korupsi kolektif, koleksi dengan baju profesionalisme, nepotisme lokal dan institusional, penyalahgunaan wewenang, konflik antar pemeluk agama, pemalsuan ijazah, konflik buruh dengan majikan, konflik antara rakyat dengan penguasa, demonstarsi yang cenderung merusak, koalisi antar partai secara konstektual dan musiman, politik yang kecurangan dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada, otonomi daerah yang berdampak tumbuhnya etnosentrisme dan lain-lain.

(15)

5

hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi pemerintah saja, tetapi juga menjadi fenomena multi dimensional yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan sosial dan kultural. Pergeseran pola hidup masyarakat yang menjunjung tinggi

nilai-nilai spiritual menjadi nilai-nilai materialistis dan konsumerisme.

Dengan banyaknya para pejabat yang terjerat kasus korupsi, bangsa Indonesia seolah kehilangan figur kepercayaannya.Dalam kehidupan sehari-hari mereka sudah tidak malu lagi untuk tidak menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kejujuran.Ketidakjujuran ini seakan menjadi hal yang lumrah dan biasa, bukan merupakan perbuatan yang tercela. Dan bahaya laten korupsi ini tidak memandang status dan jabatan seseorang. Jika seseorang sudah memiliki mental atau otak korup (corrupt mind), maka apapun akan menjadi sasaran korupsi.

Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut, salah satunya adalah karena korupsi yang semakin merajalela. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009 naik menjadi 2,8 persen dari 2,6 persen di tahun 2008. Dengan skor ini, peringkat Indonesia naik cukup signifikan, yakni berada di urutan 111 dari 180 negara berdasarkan survei Transparancy International (TI).

Tindak pidana korupsi bukan hanya terjadi di sektor birokrasi pemerintah, tetapi sudah menjalar ke berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan.Dan tindak pidana korupsi yang dapat terjadi dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut (Kemendiknas, 2011):

1. Penerimaan siswa baru/pindahan secara tidak prosedural 2. Pengadaan barang secara curang

3. Penyalahgunaan dana BOS

4. Menggelapkan uang/surat berharga atau membiarkan barang tersebut diambil

5. Memalsukan buku-buku atau daftar-daftar khusus untuk pemeriksaan administrasi

6. Pengeluaran ijazah palsu

7. Perekrutan pegawai tanpa prosedur yang berlaku

8. Promosi jabatan yang tidak melalui prosedur yang berlaku 9. Menghambat promosi jabatan

(16)

6

11.Penyimpangan dalam penjurusan program

Sesuatu yang amat ironis ketika para siswa berlaku bohong kepada orang tuanya dengan meminta sejumlah uang untuk pembelian keperluan sekolah dan tidak membayarkan uang sekolah, malah menggunakan uang tersebut untuk kesenangannya.Kini siswa sudah tidak malu lagi untuk berlaku tidak jujur dan menganggap perbuatan tersebut sebagai hal yang lumrah. Persoalan lain adalah adanya kegagalan kantin kejujuran dalam membina karakter kejujuran siswa. Siswa dilatih untuk berlaku jujur di sekolah dengan cara bertransaksi di kantin kejujuran tersebut. Namun, tidak sedikit kantin kejujuran di sekolah-sekolah yang

mengalami kegagalan akibat perilaku korupsi siswanya sendiri.

Krisis akhlak ini disebabkan oleh tidakefektifnya pendidikan nilai dalam arti luas (di rumah, di sekolah, di luarrumah dan sekolah).Karena itu, dewasa ini banyak komentar terhadappelaksanaan pendidikan nilai yang dianggap belum mampu menyiapkangenerasi muda bangsa menjadi warga negara yang lebih baik. Lebihlanjut Ratna Megawangi (2007) menyatakan bahwa salah satu penyebabutama kegagalan tersebut karena sistem pendidikan di Indonesia belummempunyai kurikulum pendidikan karakter, tetapi yang ada hanya mata pelajaran tentang pengetahuan karakter (moral) yang tertuang didalampelajaran agama, kewarganegaraan dan Pancasila. Ditambah lagi proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan penghafalan. Parasiswa hanya diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannyadiukur dengan kemampuan anak menjawab soal ujian terutama denganpilihan berganda.

Budaya korupsi dinilai dapat muncul karena kurangnya pembelajaran sejak usia dini. Oleh karena itu, diperlukan materi pembelajaran anti korupsi di dunia pendidikan Indonesia.Dalam rangka kampanye anti korupsi ini, memang sudah seharusnya dimulai dari tingkatan pendidikan formal.

(17)

7

pemberantasan korupsi harus dijadikan sebagai collective ethics movement.Menurut Paulo Freire, “Pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan) tentang

penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi budaya yang

membebaskannya.”

Salah satu wujud perhatian pemerintah terhadap pemberantasan korupsi adalah dengan menetapkan kebijakan tentang pemberantasan korupsi yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.Pada bagian Diktum ke-11 (Instruksi Khusus) poin ke-7 menugaskan kepada Menteri Pendidikan Nasional untuk menyelenggarakan pendidikan yang berisikan substansi penanaman semangat dan perilaku anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan, baik formal dan nonformal.

Upaya pemberantasan korupsi dengan cara memasukkannya dalam sebuah kurikulum pendidikan merupakan pendekatan yang penting. Karena korupsi bukan hanya masalah politik, akan tetapi menyangkut karakter warga negara. Jalur pendidikan merupakan cara yang sangat strategis dalam pembentukan karakter individu. Dengan jalur pendidikan ini, dapat juga dilakukan pembangunan karakter (character building) agar seorang anak mempunyai tanggung jawab sosial kepada bangsa dan negaranya.

Mengutip pendapat Syed Hussein Alatas (Kesuma et al.,2008: 06) bahwa:

Pengajaran dan/atau pendidikan mengenai teladan-teladan orang suci, seperti Muhammad SAW.dan nabi-nabi lainnya, merupakan kebutuhan mendesak untuk membangun teladan-teladan suci yang mengutamakan kejujuran. Bangsa yang korup adalah bangsa yang sudah tidak malu untuk tidak jujur.Mereka kehilangan figur atau idola yang jujur, yang menjunjung nilai-nilai moral.

Pendidikan Antikorupsi dapat diajarkan melalui kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dan pendekatan integratif. Pendidikan Antikorupsi ini tidak

(18)

8

Pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan agama, muatan lokal, pengembangan

diri, dan mata pelajaran yang relevan lainnya.

Menurut Hoy dan Kottnap (Harmanto dan Yudiani, 2009:27) terdapat

sejumlah nilai budaya yang dapat ditransformasikan sekolah kepada jati diri setiap peserta didik agar mereka dapat berperan secara aktif dalam era global yang bercirikan persaingan yang sangat ketat (high competitiveness), yakni:

1. Nilai produktif;

2. Nilai berorientasi pada keunggulan (par excellence); dan 3. Kejujuran.

Dirasa sangat perlu untuk dipertegas dan dibelajarkan nilai-nilai kejujuran sebagai salah satu nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari siswa melalui pembelajaran di kelas.Oleh karena itu, PKn harus memberikan kontribusi dalam upaya pemberantasan korupsi, yaitu dengan memberikan penekanan dan wadah yang lebih luas bagi terselenggaranya pendidikan antikorupsi dalam perencanaan dan penyusunan perangkat pembelajaran maupun dalam proses pembelajarannya. Dengan penekanan dan wadah yang lebih luas tersebut diharapkan peserta didik sejak dini sudah dapat memahami bahaya korupsi dan selanjutnya terbangun sikap antikorupsi dan perilaku untuk tidak melakukan korupsi.

Namun, sampai saat ini belum ada suatu model pembelajaran khusus tentang Pedidikan Antikorupsi yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Antikorupsi kepada siswa. Pendidikan Antikorupsi ini masih dibelajarkan dengan cara pengintegrasiaan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Model

integrasi Pendidikan Antikorupsi melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menuntut guru untuk memiliki pemahaman dalam hal (Depdiknas, 2009:3):

(19)

9

2. Mengintegrasikan aspek dan indicator korupsi ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar PKn.

3. Menyusun model integrasi pendidikan antikorupsi dalam silabus pembelajaran PKn.

4. Menyusun model integrasi pendidikan antikorupsi ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PKn.

Dengan adanya model integrasi Pendidikan Antikorupsi melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat terlaksananya hal-hal sebagai berikut (Depdiknas, 2009:3):

1. Membangun kehidupan sekolah sebagai lingkungan bebas korupsi dengan mengembangkan kebiasaan (habit) antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membina warga sekolah agar memiliki kompetensi kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), sikap dan watak kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill).

3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah melalui pendidikan antikorupsi yang diintegrasikan secara sistematis dan sistemik dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Hal ini dilakukan secara berkelanjutan dengan cara memberikan

pengetahuan dan pemahaman, pengembangan sikap dan keteladanan, sampai pada penanaman perilaku atau tindakan antikorupsi. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses dan hasil berlajar yang disusun berdasarkan peraturan yang berlaku untuk membantu memudahkan guru dalam mengintegrasikan pendidikan antikorupsi.

(20)

10

Lahirnya pembaharuan kurikulum pada tahun 2013 membutuhkan upaya perbaikan sistem pembelajaran.Hal ini dikarenakan bahwa salah satu cirri kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotor. Ketiga domain tersebut dituangkan dalam bentuk Kometensi Inti (KI), yaitu KI 1 berkenaan dengan sikap spiritual, KI 2 berkenaan dengan sikap sosial, KI 3 berkenaan dengan kognitif dan KI 4 berkenaan dengan penerapan pengetahuan. Keempat kompetensi tersebut disajikan secara terpadu dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran PKn.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengembangan model pembelajaran anti korupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn yang dituangkan ke

dalam judul “Pengembangan Model Pendidikan Antikorupsi untuk Mendukung Karakter Kejujuran Siswa di Sekolah melalui PKn (Studi Kasus di SMAN 8 Bandung)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis ingin meneliti bagaimana pengembangan model pendidikan anti korupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn dan mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Kurang idealnya pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan nilai dan moral.

b. Belum optimalnya pembentukan karakter kejujuran melalui proses pembelajaran sejak anak menempuh pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.

(21)

11

d. Kurangnya peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan model Pendidikan Anti Korupsi.

e. Belum adanya model Pendidikan Antikorupsi yang secara khusus

dikembangkan untuk meningkatkan karakter kejujuran siswa.

2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengembangan Model Pendidikan Anti Korupsi untuk Mendukung Karakter Kejujuran Siswa di Sekolah (Studi Kasus di SMAN 8 Bandung)”.Untuk lebih memfokuskan dalam penelitian ini, maka penulis membatasinya dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perumusan perencanaan modelPendidikan Antikorupsi di SMAN 8 Bandung?

b. Bagaimana pelaksanaan model Pendidikan Antikorupsi di SMAN 8 Bandung?

c. Bagaimana pembiasaan yang dilakukan di SMAN 8 Bandung untuk mendukung karakter kejujuran siswa?

d. Apa saja faktor pendukung dan kendala serta upaya yang dilakukan dalam pengembangan model pendidikan anti korupsi di SMAN 8 Bandung?

e. Bagaimana keberhasilan dan evaluasi pengembangan model pendidikan anti korupsi di SMAN 8 Bandung?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu untuk mengkaji bagaimana pengembangan model pendidikan anti korupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (Studi Kasus di SMAN 8 Bandung).

(22)

12

a. Mengetahui perumusan perencanaanmodel pendidikan anti korupsi di SMN 8 Bandung.

b. Mengetahui pelaksanaan model pendidikan anti korupsi di SMAN 8

Bandung.

c. Mengetahui proses pembiasaan yang dilakukan di SMAN 8 Bandung untuk mendukung karakter kejujuran siswa.

d. Mengidentifikasi faktor pendukung dan kendala yang dialami dalam pengembangan model pendidikan anti korupsi di SMAN 8 Bandung.

e. Mengidentifikasi peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengatasi kendala yang terjadi pada pengembangan model pendidikan anti korupsi di SMAN 8 Bandung.

D.Metode Penelitian 1. Metode

Secara metodologis penelitian ini mengginakan pendekatan kualitatif.

Hakikat penelitian kualitatif adalah “ … untuk mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tenatng dunia sekitarnya.” (Nasution, 2003: 5).

Metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode studi kasus (case study), karena peneliti berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan serta

mengidentifikasi kejelasan implementasi Pendidikan Kewarganegaraan berbasis pendidikan anti korupsi yang diterapkan di sekolah. Hal ini seperti iyang

dikemukakan oleh Nasution (2003: 27) sebagai berikut:

Case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula memebri gambaran tentagn keadaan yang ada.

(23)

13

Berdasarkan metode penelitian tersebut, teknik penelitian yang digunakan adalah:

a. “Wawancara, teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog,

tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh.” (Danial dan Wasriah, 2009: 71)

b. Observasi, alat pengumpul data yang dilakukan unutk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasinya (Nasution, 2003: 106).

c. Catatan lapangan (field note), menurut Bodgan dan Biklen (1982)

“merupakan catatan tertulis menegenai apa yang didengar, dilihat, dialami,

dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap

data dalam penelitian kualitatif.” (Meleong, 2005: 153)

d. “Studi dokumentasi, pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan

sebagai bahan dan informasi sesuai dengan masalah penelitian.” (Danial

dan Wasriah, 2007: 66)

e. “Studi literatur, teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.” (Danial dan Wasriah, 2007: 80)

E. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan sebagai diperolehnya suatu contoh model Pendidikan Antikorupsi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter kejujuran warga negara sebagai upaya pemberantasan korupsi di Indonesia serta untuk memberikan kontribusi nyata bagi sekolah-sekolah dan lembaga institusional lainnya yang ada di Indonesia mengenai pengembangan model pendidikan anti korupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn.

(24)

14

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atas pengembangan keilmuan mengenai model pendidikananti korupsi berbasis karakter kejujuran.

b. Memberikan pemahaman tentang konsep model Pendidikan Antikorupsi untuk lembaga, institusi, pemerintah, dan semua pihak terkait.

c. Memberikan model pembelajaran alternatif kepada guru untuk disimulasikan di kelas sebagai wahana pembentukan karakter kejujuran.

2. Secara Praktis a. Bagi Guru

1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian dan acuan guru-guru lainnya bahwa model pendidikan anti korupsi ini mampu memberikan sumbangsih dalam mengembangkan karakter kejujuran siswa. 2) Pengembangan model pendidikan anti korupsi ini dapat diorganisasikan dan dihimpun dalam sebuah RPP yang digunakan guru dalam pembelajaran di kelas.

3) Pembiasaan pengembangan karakter kejujuran siswa bisa dilakukan melalui pembelajran di dalam kelas maupun di luar kelas.

b. Bagi Siswa

1) Karakter kejujuran siswa dapat berkembang sesuai dengan pertumbuhan jiwa dan rohaninya sehingga mampu menjadi pribadi yang baik.

2) Siswa dapat melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan memuat nilai-nilai yang sesuai dengan karakter kejujuran yang diinginkan.

3) Siswa dibiasakan berbuat atau berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Peneliti

1) Sebagai bekal dan bahan masukan berupa pengetahuan pengembangan model Pendidikan Antikorupsi.

(25)

15

3) Melalui pembiasaan, sebagai bekal untuk selalu mengembangkan karakter kejujuran di dunia kerja.

4) Peneliti yang tertarik mengenai pengembangan model Pendidikan

Antikorupsi dapat melanjutkan penelitian ini sebagai acuan dasar pengembangan penelitian selanjutnya.

d. Bagi Institusi/Jurusan

1) Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan dan keilmuan mengenai model pendidikan anti korupsi yang merupakan salah satu ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Sebagai sarana pengembangan nilai dan moral siswa sehingga mampu diaplikasikan secara luas dalam dunia pendidikan terutama jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

3) Sebagai masukan untuk mengembangkan model-model pembelajaran Pendidikan Antikorupsi.

F. Struktur Organisasi

Sistematika penulisan merupakan hal penting demi memperlancar penulisan skripsi yang akan dilakukan, dan sistematikanya adalah sebagai berikut:

1. Judul

2. Halaman Pengesahan

3. Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah 4. Ucapan terima kasih

5. Kata Pengantar 6. Abstrak

(26)

16

13.BAB III Metode Penelitian

14.BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 15.BAB V Kesimpulan dan Saran

(27)

57

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian model Pendidikan Antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa akan dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandung. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah satu pilot project se-Nasional wilayah Jawa Barat. SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan Pendidikan Antikorupsi sebagai program integrasi dari Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Antikorupsi telah dibelajarkan di kelas sejak tahun 2010. Beberapa pendidik di sekolah ini sudah cukup terlatih dan memiliki berbagai kompetensi untuk mengaktualisasikan nilai-nilai antikorupsi, khususnya nilai-nilai kejujuran pada suatu pembelajaran di sekolah sehingga materi-materi dapat tersampaikan dengan baik.

Selain itu, sekolah tersebut telah melaksanakan program Pendidikan Antikorupsi bukan hanya dalam proses pembelajaran di kelas saja, melainkan dalam berbagai kegiatan ekstra-kurikuler, misalnya dengan adanya kantin kejujuran.

2. Subjek Penelitian

(28)

58

yang diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan peneitian. Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah, sebagai Kepala SMA Negeri 8 Bandung atau Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.

b. Guru, sebagai pengarah dan pembimbing siswa di SMA Negeri 8 Bandung.

c. Siswa.

B.Metode dan Desain Penelitian

Secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Hakikat penelitian kualitatif adalah “ … untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.” (Nasution, 2003: 5). Penelitian kualitatif bersifat alamiah atau natural setting karena menjelaskan kondisi alamiah yang benar-benar terjadi di lapangan. Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah, yaitu objek yang apa adanya terjadi di lapangan, tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti.

Metode yang sesuai dengan penelitian ini adalah metode studi kasus atau dalam istilah Bahasa Inggris disebut case study, karena peneliti berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan serta mengidentifikasi kejelasan implementasi model Pendidikan Antikorupsi yang diterapkan di sekolah. Hal ini

seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 27) sebagai berikut:

(29)

59

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus agar bisa menggambarkan apa yang terjadi di lapangan secara lebih rinci sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai imlementasi model Pendidikan Antikorupsi. Setelah

mendapatkandata sesuai dengan yang terjadi di lapangan, penulis akan menghimpun dan menganalisis data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

C.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1. Tahap persiapapan penelitian

Pada tahap ini penulis mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah ada kesesuaian antara rancangan penelitian yang akan dilaksanakan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Tahap persiapan ini meliputi perumusan rancangan penelitian, mengidentifikasi masalah, studi pendahuluan, menentukan metode dan pendekatan penelitian, menentukan lokasi penelitian, menentukan teknik pengumpulan data.

Kemudian setelah menghimpun rancangan penelitian, penulis mengurus perizinan agar penelitian yang dilakukan memiliki izin atau legalitas yang jelas dari instansi yang bersangkutan. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan yang selanjutnya akan mendapatkan rekomendasi untuk Pembantu Dekan I Bidang Akademik Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas

Pendidikan Indonesia.

(30)

60

c. Pembantu Rektor Bidang Akademik atas nama Rektor UPI akan mengeluarkan surat pemberitahuan penelitian yang ditujukan kepada Kepala SMA Negeri 8 Bandung.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah selesai melaksanakan tahap persiapan penelitian, selanjutnya masuk ke tahap pelaksanaan penelitian yang sesungguhnya mulai tanggal 23 Januari-02 Juni 2014 di SMA Negeri 8 Bandung. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mendatangi langsung SMA Negeri 8 Bandung untuk mengurus surat perizinan penelitian yang telah dibuat pada tahap persiapan penelitian.

b. Setelah itu, peneliti meminta rekomendasi kepada Kepala Sekolah tentang siapa saja yang bisa menjadi narasumber penelitian yang akan dilakukan. c. Peneliti menemui langsung narasumber sebagai pemberitahuan awal dan

penyusunan agenda penelitian sesuai dengan kesediaan narasumber.

d. Peneliti melakukan penelitian berupa observasi, wawancara, catatan lapangan, studi dokumentasi.

e. Observasi dilakukan dengan melihat langsung Guru PKn di SMA Negeri 8 Bandung mengajar mata pelajaran PKn di kelas XI.

f. Sedangkan wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait Pendidikan Antikorupsi kepada beberapa narasumber, yaitu Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran PKn, dan siswa.

D.Penjelasan Istilah

Penelitian ini menggunakan beberapa definisi yang digunakan oleh peneliti agar ada kesesuaian antara penulis dan pembaca, maka akan dijelaskan istilah yang terdapat di dalam judul ini, yaitu:

(31)

61

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,

terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945. 2. Korupsi

Korupsi adalah penyalahgunaan atau penyelewengan wewenang, uang bukan miliknya untuk keperluan pribadi ataupun orang lain.

3. Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan Anti Korupsi merupakan suatu upaya sadar dan sistematis yang dilakukan dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi melalui jalur pendidikan, baik formal maupun non-formal.

4. Karakter

Karakter merupakan nilai dari sesuatu yang diwujudkan ke dalam suatu perilaku seseorang.

5. Karakter kejujuran

Kejujuran merupakan derajat kesempurnaan manusia tertinggi dan seseorang tidak akan berlaku jujur kecuali dia memiliki jiwa yang baik, hati yang bersih, pandangan yang lurus, sifta yang mulia, lidah yang bersih, dan hati yang diliputi oleh keimanan, keberanian dan kekuatan.

6. Model Pendidikan Antikorupsi (PAK) adalah cara atau langkah yang ditempuh oleh seorang guru untuk mengimplementasikan atau melaksanakan pembelajaran bermuatan nilai-nilai dan karakter Antikorupsi di sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Peneliti menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu teknik pengumpuan data penelitian. Menurut Nasution (2009: 113) “Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang

bertujuan memperoleh informasi.” Dari pendapat tersebut sudah jelas bahwa

(32)

62

dilakukakn secara lisan melalui komunikasi verbal atau percakapan langsung antara peneliti dengan narasumber.

Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan atau melengkapi informasi yang tidak bisa diperoleh melalui teknik observasi, karena dengan melakukan wawancara, peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam.

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada Kepala SMA Neberi 8 Bandung dan Guru mata pelajaran PKN yang ada di lingkungan SMA Negeri 8 Bandung. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang model Pendidikan Antikorupsi yang telah diterapkan di sekolah tersebut sebagai salah satu faktor pendukung karakter kejujuran siswa di sekolah.

2. Observasi

Berdasarkan pendapat Nasution (2003: 106), observasi merupakan “alat pengumpul data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasinya.” Dengan observasi, peneliti akan lebih mampu mendapatkan informasi yang lebih jelas dan lengkap tentang keadaan atau kondisi yang terjadi di lapangan apa adanya.

Observasi menurut Creswell (2012: 213) bahwa “observation is the process

of gathering open-ended, firsthand information by observing people and places at a research site.” Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang paling awal dan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang subjek dan lokasi penelitian.

3. Catatan Lapangan (field note)

(33)

63

aktor, aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut.”Catatan lapangan ini dilakukan setelah selesai melakukan wawancara.

4. Studi Dokumentasi

Menurut Danial dan Wasriah (2007: 80), studi dokumentasi adalah

“pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan dan informasi sesuai dengan masalah penelitian.”Dokumen tersebut bisa berupa profil kelembagaan, sejarah kelembagaan, peta, jumlah pegawai, data sarana dan prasarana, data kependudukan, gambar, foto, dan sebagainya.Studi dokumentasi ini bertujuan untuk melengkapi informasi terkait penelitian yang sedang dilakukan.Dokumen-dokumen tersebut memperjelas dan menguatkan keterangan dari penelitian yang sedang dilakukan.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik penelitian atau pengumpulan informasi dan berbagai data terkait penelitian yang bersumber dari buku-buku, majalah, jurnal, dan sumber lain yang berupa naskah-naskah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan bahwa studi literatur adalah “teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah,

liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.” (Danial dan

Wasriah, 2007: 80)

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, catatan lapangan, studi dokumentasi, dan studi literatur akan diolah dan dianalisis. Dalam

hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa (Sugiyono: 2011: 332):

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field notes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others.

(34)

64

meningkatkan pemahaman dan selanjutnya dapat diinformasikan kepada orang lain. Menurut Miles dan Huberman (1992: 16) analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

1. Tahap Reduksi Data

Setelah melaksanakan penlitian dan data lapangan terkumpul, peneliti mengecek validitas atau kecocokan data hasil penelitian dengan tujuan penelitian.Data yang telah dipilih disederhanakan dan atas dasar tema-tema untuk merekomendasikan data tambahan dan menguraikan data kasar menjadi uraian.

2. Tahap Penyajian (Display) Data

Peneliti menguraikan informasi menjadi teks naratif yangkemudian diringkas dalam bagan yangmenggambaran alur proses perubahan kultur,

3. Tahap Kesimpulan (Verifikasi Data)

Peneliti melakukan uji kredibilitas data yang telah diperoleh. Peneliti fokus pada abstraksi data yang tertuang dalam bagan. Kerangka pikir analisis yang pernah dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 20) adalah sebagai berikut:

GAMBAR 3.1 KERANGKA PIKIR ANALISIS

Penyajian Data Pengumpulan

Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/

(35)

65

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)

Peneliti akan melakukan uji kredibilitas terhadap data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Data hasil penelitian akan mengalami reduksi, disesuaikan

(36)

102

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Padabagianini, penulisakanmemaparkankesimpulandaripenelitian yang telahdilakukanberdasarkangambaranumumlokasipenelitian,

deskripsidananalisisataupembahasanhasilpenelitian.

Penulisjugamembuatrekomendasiberdasarkanhasilpenelitiandandisesuaikandenga nkesimpulan yang telahdipaparkansebelumnya. Rekomendasiinibertujuan agar adanyaperbaikanuntukpenelitanterkaitselanjutnyadankepadapihak-pihakterkait.

A.Simpulan

1. SimpulanUmum

Berdasarkanhasiltemuandanuraian yang telahdikemukakanpadabab-babsebelumnya,

tampakbahwaPendidikanAntikorupsidanPendidikanKewarganegaraanpadahakikat

nyamemilikiesensidantujuan yang sama.

Esensidantujuantersebutmemilikibenangmerahyaitusebagaiupayasadar

(pendidikan) yang

dilakukanuntukmendidikpesertadidikmenjadicerdassecarakognitif, afektif,

danpsikomotor. Hal

inidilakukansebagaisalahsatuupayapembangunankarakterbangsa. Denganadanya model integrasiPendidikanAntikorupsikedalammatapelajaranPKn, memeberikanwadahkhusussehinggaPKnbisalebihberkontribusidalampembanguna nwarganegara yang baik, cerdas, danberkarakter.

(37)

103

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikutadalahpemaparankesimpulanberdasarkanrumusanmasalah yang telahditentukandanhasiltemuandaripenelitian yang telahdilakukan:

a. Dalammerumuskanperencanaanpembelajarandenganmenerapkan model PendidikanAntikorupsi yang diintegrasikankedalammatapelajaranPKn, guru membuatbeberapaperangkatpembelajaran. Pertama, guru melakukantelaah/analisisStandar Isi matapelajaranPKnuntukmerumuskan

SK atau KD mana yang

akandisampaikandandapatdikaitkandenganmateriPendidikanAntikorupsi.

Setelahitu, guru

menyusunsilabusdenganmenentukanindikatorpencapaiankompetensi yang memuatnilai-nilaiantikorupsi. Kemudian, barulah guru menyusun RPP yang akandiimplementasikan di kelasdenganindikator,

tujuanpembelajaran, materi ajar, dankegiatansertalangkahpembelajaran yang mencerminkan model PendidikanAntikorupsisecaralebihrinci.

b. PendidikanAntikorupsitidakdilaksanakanmenjadisuatumatapelajarankhusu s yang berdirisendiri, akantetapimelalui model integrasikedalammatapelajaranPKn. Implementasi model PendidikanAntikorupsiditerapkandalam proses pembelajaran di kelas, meskipuntidaksecarakhususmenggunakan model pembelajarantertentu. Setiap proses pembelajaran di kelasmengandungmaknapenanamannilai-nilaiantikorupsi, khususnyanilai-nilaiataukarakterkejujuran.

c. Untukmemperkuatkarakterkejujuransebagaisalahsatutujuandariadanya model PendidikanAntikorupsi, dilakukanhabituasiataupembiasaan di

dalammaupun di luarkelas.

MisalnyadenganadanyapembangunanKantinKejujurandanpelaksanaanserta

pembiasaanperilaku-perilaku yang

(38)

104

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Seluruhpihaksekolahsangatmendukungadanyapengembangan model PendidikanAntikorupsiini. salahsatubentukdukungandalam proses perencanaan model PendidikanAntikorupsiadalahKepalaSekolahdanpara guru mengikutipelatihanterkaitPendidikanAntikorupsi. Dalam proses

pelaksanaan model PendidikanAntikorupsi,

sekolahmembangunKantinKejujuran, memasangspanduk, stiker, leaflet. Akan tetapipadapelaksanaannya, masihadabeberapaoknumsiswa yang berbuattidakjujurataucurang,

misalnyamencontekdantidakmembayarjajanannya di KantinKejujuran. Seluruhpihakterkaitharusmemilikikomitmendankonsistenmenjalankankom itmentersebutuntukterusmelaksanakanPendidikanAntikorupsi agar

terbiasaberperilakujujurdalamsetiaptindakannyasehari-hari.

e. Model PendidikanAntikorupsisudahbagusuntukditerapkan di

sekolahmelaluiintegrasipadamatapelajaran,

khususnyapadamatapelajaranPKn. Semuapembelajaran yang dilaksanakansekolahmencakuptigaaspek, yaitukognitif, afektif, danpsikomotor. Untukmengetahuitingkatkeberhasilanpelaksanaan model PendidikanAntikorupsi, yaitudengandiadakannyapost testkarenamateriPendidikanAntikorupsidiintegrasikanpadamateripelajaran

denganmunculnya di indikator.

B.Saran

Berdasarkankesimpulan yang telahdikemukakan di atas, penulismengajukanbeberapa saran, yaitu:

1. BagiSekolah

(39)

105

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mempertahankanpelaksanakan model

PendidikanAntikorupsisesuaidenganperencanaan yangtelahdirumuskansebelumnya.

c. Meningkatkankomitmendankonsistendalammelaksanakan model PendidikanAntikorupsi.

d. Mempertahankanpemberianrefleksiatausanksikepadasiswa yang berperilakutidakjujursebagaiupayarepresif.

e. Siswa-siswi SMA Negeri 8 Bandung agar

terbiasaberperilakujujurdalamsetiaptindakannya di kehidupansehari-hari.

2. BagiInstitusi/Jurusan

a. PendidikankarakterdanPendidikanAntikorupsimerupakanbagiandaridisipli nilmuPendidikanKewarganegaraan. Olehkarenaitu,

PendidikanKewarganegaraanharusmendukungsetiapaktivitasPendidikanAn tikorupsi.

b. Mahasiswaharusmeningkatkanpemahamandanmemupuksikapantikorupsi, khususnyanilai-nilaikejujuran.

c. Mahasiswaharusberperilakujujurdalamsetiaptindakannya di kehidupansehari-hari.

3. BagiPenelitiSelanjutnya

Penelitianselanjutnyadiharapkanmampuselangkah di depandaripenelitian yang

(40)

106

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, I. (04 Mei 2013).Kurikulum PPKn 2013.[Online]. Tersedia: www.lpmpjabar.go.id/?q=node/691 [15Januari 2014]

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (Fourth Edition). USA: Pearson Education.

Budimansyah et al. (2011).Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Membangun Karakter Warga Negara. Bandung: Widya Aksara Press.

Departemen Komunikasi dan Informatika.(2006). Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Buddha.Jakarta: Depkominfo.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi Berdasarkan Standar Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Depdiknas.

Djahiri.(2002). Hakekat Pembelajaran AJEL (Ative, Joyfull, Efective Learning) Model Portofolio terpadu multi dimensional.Bandung: Lab PKn-FPIPS UPI.

Fathurrohman et al. (2013).Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Harmanto. (2013). Pengintegrasian Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran PKn sebagai Penguat Karakter Bangsa: Studi Evaluasi dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bermodel PAKEM di Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Korupsi dalam Perspektif Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Kemendiknas.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Pendidikan Antikorupsi (Suatu Pengantar), Jakarata: Kemendiknas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Kemendikbud.

(41)

107

Shilmy Purnama, 2014

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesuma, D. (2008). Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi.Bandung: Pustaka Aulia Press.

Kesuma et al. (2011).Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kusnaedi.(2013). Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan Untuk Guru dan Orang Tua.Bekasi: Duta Media Tama.

Meleong, Lexy.(2005). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter.Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution.(2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution.(2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara.

Pembekalan Penyusunan Model Pendidikan Antikorupsi pada Pendidikan Karakter. (2012). Pendidikan Anti Korupsi dalam Kerangka Pendidikan Karakter. Cisarua, Kemendikbud.

Putra. (13 April 2010). Definisi Korupsi dan Topologinya.[Online]. Tersedia: http://putracenter.net/2010/04/13/definisi-korupsi-dan-topologinya/ [06 Juni 2014]

Rahmat et al. (2009).Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Saptono.(2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan, Strategi dan Langkah Praktis.Jakarta: Esensi.

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Wahab, A.A. & Sapriya.(2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Winataputra, et al. (2007).Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.

Gambar

GAMBAR 3.1 KERANGKA PIKIR ANALISIS

Referensi

Dokumen terkait

3) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan keterampilan bermain sepak bola pada siswa tunarungu .... Pembahasan Hasil

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui biaya transportasi dengan metode transportasi yang digunakan PT Hanin Nusa Mulya, menghitung biaya transportasi PT Hanin Nusa

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu. Universitas Pendidikan Indonesia

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Sumatera Utara...

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa word of mouth merupakan komunikasi yang dilakukan oleh konsumen yang telah melakukan pembelian dan menceritakan pengalamannya

Untuk langkah perbaikan dengan tahapan administrasi berupa memastikan bahwa pelaksanaan perawatan serta perbaikan motor pada exhaust hood dan exhaust fan dilakukan sesuai

Perencanaan tata ruang wilayah memberikan peranan yang sangat penting dalam upaya pengendalian pencemaran, dalam perencanaan tersebut harus mempertimbangkan daya dukung dan