ANALISIS WACANA KRITIS: HEGEMONI MEDIA SOSIAL
TWITTER MENGENAI ISU-ISU NASIONAL DI INDONESIA
DAN IMPLIKASINYA PADA MATA KULIAH ANALISIS
WACANA DI PERGURUAN TINGGI
D I S E R T A S I
Diajukan kepada Panitia Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar doktor ilmu kependidikan
dalam bidang studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Promovendus
ELVI SUSANTI NPM 1006975
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
Elvi Susanti. 2015. Analisis Wacana Kritis: Hegemoni Media Sosial Twitter
mengenai Isu-isu Nasional di Indonesia dan Implikasinya pada Mata Kuliah Analisis Wacana di Perguruan Tinggi.
Penelitian ini bersinggungan dengan media sosial Twitter, di mana Twitter adalah salah satu layanan media sosial di Internet yang sangat populer saat ini di dunia, termasuk di Indonesia. Pada umumnya Twitter digunakan orang untuk menyiarkan status atau kegiatannya secara seketika, berbagi informasi dan tautan dan berdiskusi soal kebijakan politik, ekonomi dan sosial, termasuk melakukan gerakan atau kampanye tertentu. Penelitian ini penting dilakukan mengingat Twitter merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan secara tepat dan cepat. Melalui Twitter, bahkan semua orang bisa berperan sebagai ‘wartawan’ dan mampu membentuk opini secara cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter. Selain itu penelitian ini bertujuan membahas praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita dan untuk melihat bagaimana implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.
Dengan menggunakan teori Fairclough khususnya mengenai analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, dan identitas, peneliti mencoba menelusuri bagaimana munculnya akar hegemoni terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter. Peneliti juga menawarkan sebuah fungsi baru untuk melengkapi pendekatan Fairclough dalam analisis teks di media sosial: transformasi –yang mencoba melihat perubahan peran partisipan berita dan pembaca awam sebagai ‘wartawan’ dan ikut serta dalam membentuk opini.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen -- dalam hal ini teks-teks berupa status updates atau tweet dari pengguna Twitter dan menjadi pembicaraan hangat dalam kurun waktu tiga bulan (April-Juni 2013). Tweet tersebut berasal dari pengguna Twitter, baik sebagai personal maupun sebagai lembaga khususnya lima media arus utama. Kelima media daring tersebut adalah Kompas, MetroTVNews, TVOneNews, Detik, dan VivaNews.
ABSTRACT
ElviSusanti. 2015. Critical Discourse Analysis: The Hegemony of Twitter on National Issues in Indonesia and its Implications for Discourse Analysis Course in Universities.
This research is linked with Twitter, as one of social media services on the Internet that are extremely popular in the world, including in Indonesia. Twitter is generally used by people to instantly broadcast their status or activities, various information, links, and discuss about political, economic and social policies, including certain movements or campaigns. This research is important because Twitter is effective in quickly and accurately delivering messages. In fact, everyone can act as a 'reporter' and form quick opinions through this social media.
This research is aimed to investigate the emergence of the roots of hegemony based on text analysis that is linked with representation, relation, identity, and transformation of national issues that become trending topics on Twitter. Moreover, the research is to discuss the social media's discourse practice that influences media workers in producing news, and to see how it implicates the research on the study of discourse analysis.
By using the Fairclough theory, especially on text analysis that is linked with representation, relation, and identity, the researcher attempts to explore how the roots of hegemony emerge in the national issues that become trending topics on Twitter. The researcher also offers a new function to complete the approach of Fairclough in text analysis on social media: transformation – which is an attempt to see the change in roles of news participants and amateur readers as 'reporters' and participate in forming opinions.
This research utilizes a qualitative method as a scientific research that is aimed to understand a phenomenon in a scientific social context by improving the process of deep interactive communication between the researchers with the
phenomenon. The techniques of collecting used data are by observing, interviewing, and analyzing documents – in this case texts of status updates from the past three months (April – June 2013). Those tweets came from Twitter users, both as personal and from special institutions, especially these five main media institutions, Kompas, MetroTVNews, TVOneNews, Detik, and VivaNews.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……….. i
ABSTRACT ……….. ii
GLOSARIUM ………. iii
KATA PENGANTAR ………. v
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. x
DAFTAR ISI ………... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Penelitian………... 1
1. Media dan Media Baru………..……….. 1
2. Masyarakat Jejaring dan Media Sosial……… 2
3. Media Sosial……….……… 4
4. Twitter di Indonesia………. 6
B. Fokus Penelitian……….. 9
C. Pertanyaan Penelitian ……….………. 10
D. Tujuan Penelitian………... 10
E. Manfaat Penelitian……… 11
BAB II. ANALISIS WACANA KRITIS DAN HEGEMONI MEDIA SOSIAL ………...……… 12
A.Wacana ……….. 12
1. Konsep-konsep Dasar tentang Wacana ……….. 13
2. Pendapat Para Pakar tentang Wacana ……… 13
3. Wacana dalam Hierarki Kebahasaan ……….. 16
4. Unsur-unsur Wacana ……….. 17
B. Analisis Wacana Kritis ……….………...……….. 22
1. Pengertian Analisis Wacana Kritis…..……….. 24
2. Lima Ciri Umum Analisis Wacana Kritis ...………... 28
3. Analisis Wacana versus Analisis Wacana Kritis………. 33
4. Karakteristik Analisis Wacana Kritis .………... 34
C. Wacana dan Ideologi ………..……….... 42
D. Hegemoni………… ………... 52
1. Pengertian Hegemoni …………...……….... 52
2. Memahami Ideologi Hegemoni ……… 54
3. Siapa Gramsci? ……… 56
4. Warisan dan Sumbangan Gramsci ……….. 57
5. Konsep Gramsci tentang Hegemoni ……… 58
E. Media Sosial ……… 69
F. Teori Norman Fairclough ………. 78
G. Kerangka Kerja Fairclough dalam Menganalisis Peristiwa Komunikasi. 82 1. Teks ……….. 82
2 .Praktik Wacana ………. 83
3. Praktik Sosiokuktural ……….. 85
G. Pendekatan Tambahan untuk Menganalisis Media Sosial: Transformasi ……….. 91
H. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi ……… 93
1. Bahan Ajar ……….. 93
2. Bahasa Indonesia ..……….…. 93
4. Pembelajaran Bahasa Indonesia ..………. 99
I. Penelitian yang Relevan …..……….. 101
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………... 104
A. Metode Penelitian ………. 104
B. Prosedur Penelitian ………. 105
C. Sumber Data ……… 105
D. Teknik dan Analisis Data ……….... 106
E. Instrumen Pengumpulan Data ……… 109
BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ……..…… 111
A. Pendahuluan ………... 111
B. Analisis Teks Media Sosial Twitter ………. ..……….. 114
1. Kemunculan Akun Twitter Istana Negara ……… 114
2. Presiden SBY Resmi ‘Terjun’ di Twitter ………... 121
3. Polemik Twitter Mengenai Isu Kenaikan BBM ………... 135
4. Kicauan Twitter Soal Jatuhnya Lion Air di Bali ………. 140
5. Pesan Twitter Presiden untuk Peserta Ujian Nasional ……… 152
6. SBY Berbagi Resep Masakan di Twitter ………. 156
7. Kritikan terhadap Twitter Presiden ………. 161
8. Uluran Tangan SBY untuk Bocah Tasripin ……… 164
9. Tweet Terakhir Ustad Jefri ……….. 169
C. Praktik Wacana: Ketika Twitter Mempengaruhi Pekerja Media….. 172
1. Berawal dari Twitter, Kemudian Heboh di Media ………... 172
3. Twitter sebagai Media Efektif untuk Menyampaikan Pesan …….. 178
4. ‘Bola Liar’ di Twitter: Siapa Pun Bisa Jadi Ide Pemberitaan ……… 180
5. Twitter sebagai Hegemoni Baru: Memberi ‘Label’ ……… 182
D. Implikasi terhadap Pembelajaran Analisis Wacana Kritis ………... 183
1. Materi Perkuliahan Berbasis Trending Topic di Twitter …………... 183
2. Metode Pembelajaran ……… 188
3. Pembelajaran BIPA melalui Twitter ………. 188
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ……….. 189
A. Simpulan ……… 189
B. Saran ……….. 191
DAFTAR PUSTAKA ………... 192
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Secara substansial, menurut McLuhan dalam Teori Media Klasik-nya
(McLuhan, 1964:7), media merupakan perpanjangan pikiran manusia, sehingga
media akan membiaskan era historis tertentu. Seperti media yang mengikat waktu
dan media yang mengikat ruang. Dengan kata lain, media sebagai sebuah perluasan
pikiran manusia diciptakan untuk memaksa manusia dikuasai oleh manusia media.
1. Media dan Media Baru
Dalam teori media baru, ada dua pandangan mengenai era media. Pertama,
pandangan interaksi sosial. Pandangan ini membedakan media menurut kedekatan
media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan integritas sosial:
Pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi, atau
penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual atau bagaimana manusia menggunakan
media sebagai cara menciptakan masyarakat dengan menyatukan masyarakat dalam
bentuk rasa saling memiliki.
Dilihat dari bentuknya, media baru dan teknologi secara terus-menerus
mengubah konsepsi kita mengenai “media massa” (Straubhaar & LaRose, 2006 :
xvii).Media massaadalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering
Media baru, yang kemudian telah menjadi teknologi sehari-hari, pada
dasarnya tidak menggantikan media yang lebih lama, seperti dunia penyiaran
(broadcasting) yang telah menggantikan media cetak pada pertengahan abad ke-20
(Lievrouw& Liviston, 2006:1). Tetapi, lebih merujuk pada pengertian bahwa
lingkungan dan kebiasaan orang dalam menikmati komunikasi dan informasi
menjadi lebih individual dan adanya kecenderungan saling berbagi satu sama lain
(Lievrouw&Liviston, 2006:1). Media baru, menurut McQuail, secara umum
melibatkan desentralisasi kanal-kanal pendistribusian pesan (Lievrouw & Liviston,
2006 : 56).
Perkembangan-perkembangan yang dikaitkan dengan media baru biasanya
terkait dengan teknologi-teknologi seperti DVD dan CD-ROM; televisi kabel dan
jaringan computer; berbagai macam perkembagan komunikasi dengan media
computer (computer-mediated communication) seperti e-mail, newsgroup, mailing
list, layanan real-time chat; dan layanan teleponi seperti SMS dan MMS. Memasuki
abad ke-21, mulai muncul situs-situs personal yang disebut weblog atau blog dan
diiringi dengan munculnya layanan yang mengakomodasi suara-suara personal itu
menjadi suatu jejaring sosial di dunia maya.Jadi media sosial adalah media baru yang
semakin mengukuhkan bahwa kekuatan pengguna, pembaca dan komunitas kini
sangatlah besar.
2. Masyarakat Jejaring dan Media Sosial
Sebuah masyarakat terdiri atas individu-individu yang berinteraksi sehingga
didefinisikan sebagai perubahan dalam struktur masyarakat sebagai hasil dari
komunikasi dan usaha saling mempengaruhi antar-individu dalam sebuah kelompok.
Secara tidak sadar, individu berusaha menyesuaikan diri dan melakukan perubahan
tidak langsung (bersama individu lainnya) dalam masyarakat. Dapat dikatakan setiap
individu dan kelompok mempunyai peranan atau fungsi sentral dalam masyarakatnya
(Syam, 2014: 11-12).
Dalam konteks abad informasi, Manuel Castells (dalam Firman, 2013)
mengemukakan masyarakat jejaring (network society) merupakan struktur ontology
masyarakat kontemporer, yang dipicu oleh kemunculan dan masifnya penggunaan
teknologi informasi, sebagai sarana pertukaran informasi dan pengetahuan. Lebih
lanjut Firman Kurniawan Sujono (2013) menguraikan, melalui paradigm teknologi
informasi, masyarakat jejaring memroduksi, memroses, dan bersaing menggunakan
logika jejaring, yang memberi kemampuan memperluas jangkauan tindakan yang
bersifat global.
Masih menurut Sujono, teknologi merupakan infrastruktur dari masyarakat,
sehingga perubahan sifat dan karakter teknologi akan memicu perubahan struktur
masyarakat berikut budaya yang menopangnya. Dari dialektika antara masyarakat
dan teknologi, yang menggerakkan revolusi teknologi informasi, terjadi perubahan
struktur masyarakat, menjadi bersifat berjejaring. Masyarakat berjejaring ini
memiliki tiga fitur kunci: informasional, global, dan terjejaring. Pada masyarakat ini,
tidak ada yang menjadi pusat dari masyarakat: semua terdiri dari simpul-simpul yang
saling terhubung satu sama lain. Dan dalam relasinya, diterapkan karakter inklusi dan
ekslusi, di mana yang mampu terserap menjadi bagian dari jejaring, sementara yang
keadaan di atas lambat laun, tanpa bisa ditolak, meniadakan identitas subjek. Subjek
larut mengikuti tarikan jejaring.
Pada masyarakat jejaring, budaya yang membingkai masyarakat adalah
budaya real virtuality. Menurut Sujono, virtualitas telah diserap sebagai kenyataan.
Proses berlangsung dalam ruang-ruang aliran (space of flows) untuk melepaskan
ikatan dari ruang-ruang tempat (space of place) yang terbatas dan meniadakan
halangan waktu melalui waktu yang nir-waktu (timeless time) sebagai lawan dari
waktu nyata (clock time) yang mengikat. Semua tindakan dapat terjadi lintas ruang
yang tak terbatas dan real time. Dalam budaya real virtuality, tindakan mengikuti
logika jejaring melalui akumulasi dan pertukaran informasi maupun pengetahuan
secara terus-menerus. Budaya real virtualit menjadi realitas bagi subjek
kontemporer. Untuk bertahan dalam jejaring, logika jejaring adalah cara terbaik
untuk dipilih, atau terekslusi darinya.
3.Media Sosial
Pengguna media sosial adalah salah satu contoh aktual bagaimana masyarakat
jejaring bekerja dan berinteraksi. Fenomena media baru menunjukkan bahwa suara
individu dewasa ini telah menemukan momentum dan panggungnya sendiri. Dalam
perspektif lain, gerakan-gerakan yang dilakukan melalui media sosial ini juga dilihat
sebagai salah satu bentuk gerakan masyarakat sipil (civil society) dalam berhadapan
dengan negara dan kekuasaan. Dukungan dan mobilisasi yang muncul melalui media
sosial seperti Facebook dan Twitter ternyata bisa mempengaruhi keputusan lembaga
digugat sebuah rumah sakit di Tangerang. Ini sebuah contoh aktual dan nyata di
mana yang “virtual telah diserap sebagai kenyataan”.
Israel (2001:5) mengungkapkan, jika Tim Berners-Lee mendefinisikan Web
sebagai “medium yang universal untuk berbagi informasi”, maka Twitter membuat
hal itu lebih mudah untuk dilakukan. “Twitter bukanlah teknologi, tapi sebuah
percakapan. Ia akan terus bergulir dengan atau tanpa Anda ikut di dalamnya,”
ungkap Israel.
Mengapa kita perlu Twitter? Menurut wartawan teknologi Vala Afshar
melalui akun Twitternya, Twitter adalah:
1. World’s largest community college 2. A personal learning network 3. Real-time news with commentary 4. A source of inspiration
Twitter adalah salah satu layanan media sosial di Internet yang sangat populer
saat ini di dunia, termasuk di Indonesia. Media sosial lainnya antara lain Facebook,
YouTube, flickr dan Foursquare. Jika Twitter merupakan media sosial yang berupa
pesan-pesan pendek, Facebook merupakan layanan yang memiliki fitur beragam
termasuk menampikan foto dan bermain game secara online. Sedangkan YouTube
adalah layanan untuk menayangkan video, flickr adalah sarana yang menayangkan
dan berbagi foto secara onlinedan Foursquare adalah layanan berbagi info lokasi
(berbasis check-in).
Pada umumnya Twitter digunakan orang untuk menyiarkan status atau
kegiatannya secara seketika (real-time), berbagi informasi dan tautan (links) dan
berdiskusi secara online. Lebih dari sekadar berbagi status, Twitter juga sudah
menjelma menjadi salah satu forum untuk berdiskusi secara real-time dan online.
kebijakan politik, ekonomi dan sosial, termasuk melakukan gerakan atau kampanye
mengenai topik tertentu.
Kalau dilihat dari karakteristiknya, karakteristik pengguna Twitter lebih
didominasi oleh kalangan menengah ke atas, profesional, menggemari topik-topik
serius, bahkan tak kadang suka mengkritik lembaga tempat kerjanya sendiri. Maka
tidaklah mengherankan kalau ada pengguna Twitter yang menyamarkan identitasnya
(anonim).
Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter
Inc., yang menawarkan jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan
penggunanya mengirim dan membaca pesan yang disebut „kicauan‟ (tweets).
Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman
profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara luar, namun pengirim dapat membatasi
pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat
kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut.
Semua pengguna dapat mengirim dan menerima kicauan melalui situs
Twitter, aplikasi eksternal yang kompatibel (telepon seluler), atau dengan pesan
singkat (SMS) yang tersedia di negara-negara tertentu. Situs ini berbasis di San
Bruno, California dekat San Francisco, di mana situs ini pertama kali dibuat. Twitter
juga memiliki server dan kantor di San Antonio, Texas dan Boston, Massachusetts.
Sejak dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Twitter telah mendapatkan
popularitas di seluruh dunia dan saat ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna. Hal
ini kadang-kadang digambarkan sebagai "SMS dari Internet".
Di Indonesia Twitter sangat populer. Terlebih lagi kemudahan yang
disediakan oleh telepon seluler yang ada serta aplikasi yang mendukung. Hal ini
membuat Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai negara dengan pengguna
Twitter terbanyak, meski Amerika masih menjadi negara nomor satu untuk urusan
Twitter.
Beberapa fakta menarik tentang Twitter di Indonesia menurut sebuah survei
oleh PoliticaWave pada Januari 2012:
a) Indonesia menyumbang 15 % dari total seluruh kicauan di dunia. Di bawah
Brazil (27%) dan Amerika (25 %), serta di atas Inggris (7%) dan Belanda
(4%).
b) Pada bulan Januari 2011 ada 22.707.725 tweet dari Indonesia dan ada
4.883.228 akun Twitter dari Indonesia
c) Jumlah kicauan dari Indonesia paling banyak terjadi pada jam 18.00 – 22.00
yaitu ada sekitar 1.400.000 – 1.600.000 tweets.
d) Pada weekend (akhir pekan) jumlah tweet juga banyak, yaitu ada 3.500.000
tweets atau rata-rata 5,59 tweets per akun.
e) Dari keseluruhan tweet terdiri dari 53% retweet dan 47 % tweet.
f) 10 besar kota dengan tweet terbanyak: Jakarta (16,33 %), Bandung (13,79%),
Yogyakarta (11.05 %), Semarang (8,92 %), Surabaya (8,21 %), Malang (7,41
%), Medan (7,25 %), Bali (6,01 %), Riau (4,66 %), dan Palembang (3,62 %).
g) Trending topics yang paling sering terjadi yaitu membahas seputar sepak
h) Dari seluruh pengguna Twitter di Indonesia, 43% menggunakan aplikasi
UberTwitter (UberSocial), 16 % API, dan 11% menggunakan Twitter for
Blackberry.
Fakta menarik lainnya adalah saat Presiden Republik Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) mulai memanfaatkan kekuatan media Twitter untuk
berinteraksi dengan masyarakat. Kicauan pertamanya di akun @SBYudhoyono pada
13 April 2013 “Halo Indonesia. Saya bergabung ke dunia twitter untuk ikut berbagi
sapa, pandangan dan inspirasi. Salam kenal *SBY*”. SBY mengetik tweet
pertamanya dari Istana Cipanas pukul 19.25 WIB. Kicauan Presiden itu di-retweets
35.060 kali dan difavoritkan sebanyak 5.439 akun.
Kicauan kedua Presiden SBY berisi tanggapannya terhadap kecelakaan Lion
Air di Bali. Beliau menulis “Terhadap kecelakaan Lion Air di Bali, saya telah
instruksikan Menhub untuk merawat yang luka dan melakukan investigasi. *SBY*”.
Bisa dipastikan semua media massa, baik media cetak, elektronik, dan daring ramai
memberitakan tentang partisipasi SBY di twitter. Pasra pemilik akun di Twitter juga
berlomba-lomba memfollow (mengikuti) akun SBY. Tercatat pada tanggal 1 Juni
2013, dua bulan setelah SBY mempunyai akun, pengikutnya berjumlah 2.293.796.
Sedangkan SBY mengikuti 70 akun dan telah berkicau sebanyak 407 kali.
Hegemoni Twitter akan terlihat dalam penelitian ini, di mana pejabat-pejabat
pemerintah Indonesia mulai menggunakan Twitter sebagai wadah untuk
menyampaikan pesan dan sebagai sarana komunikasi dengan rakyatnya. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono misalnya, memilih menjangkau Twitter lebih dulu
Media massa menjadikan Twitter sebagai sumber inspirasi di mana banyak
tokoh dan pengguna awam yang pendapatnya layak dikutip dan dijadikan bahan
penulisan berita. Media massa juga mempublikasikan dan mendistribusikan
berita-berita tersebut melalui Twitter dengan harapan mendapatkan umpan balik dan
ditanggapi oleh para pengguna Twitter, yang kemudian dijadikan bahan penulisan
berikutnya. Di sinilah terlihat betapa kuatnya hegemoni Twitter.
Berdasarkan fakta di atas penelitian ini penting dilakukan mengingat Twitter
merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan secara tepat dan cepat.
Twitter juga merupakan media yang diproduksi oleh khalayak luas dan mampu
membentuk opini secara cepat dan membuat media massa terinspirasi untuk
menjadikannya sumber dan topik berita.
Peneliti menggunakan teori Fairclough dalam analisis wacana kritis dengan
menggunakan tiga kerangka kerja Fairclough dan teori dari peneliti sendiri.
Kerangka kerja tersebut berdasarkan teks yang menurutnya, kalimat apapun di
dalam teks dapat dianalisis dalam hal yang berkaitan dengan artikulasi fungsi-fungsi
ini, yang telah dilabeli Fairclough dengan representasi, relasi, dan identitas, serta
transformasi. Untuk memperkuat temuan hegemoni, penelitian ini juga dilengkapi
dengan wawancara dari pengguna dan ahli media sosial Twitter.
B. Fokus Penelitian
1. Penelitian ini mengkaji munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis
teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi
terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter.
2. Penelitian ini membahas praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja
media dalam memproduksi berita.
Pembicaraan hangat itu diteliti setiap seminggu sekali berdasarkan apa
yang menjadi isu terhangat dalam kurun waktu tiga bulan (April-Juni
2013).
3. Penelitian ini melihat bagaimana implikasi penelitian terhadap
pembelajaran analisis wacana.
C. Pertanyaan Penelitan
Dalam kajian ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait
dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu
nasional yang menjadi trending topic di Twitter?
2. Bagaimana praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam
memproduksi berita?
3. Bagaimana implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, secara umum tujuan penelitian
mengenai isu-isu nasional dan munculnya Twitter sebagai hegemoni baru yang
mempengaruhi pemberitaan media massa di Indonesia.
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji munculnya akar hegemoni
berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi,
identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi
trending topic di Twitter.
2. Penelitian ini bertujuan membahas praktik wacana Twitter mempengaruhi
pekerja media dalam memproduksi berita. Pembicaraan hangat itu diteliti
setiap seminggu sekali berdasarkan apa yang menjadi isu terhangat dalam
kurun waktu tiga bulan (April-Juni 2013).
3. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana implikasi
penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.
E. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu kepada tujuan dan pertanyaan yang hendak dijawab,
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, antara lain:
(1) bagi Program Studi Bahasa Indonesia dan program-program studi lain yang
berkenaan dengan studi kebahasaan, untuk memperkaya karya-karya penelitian yang
berkenaan dengan kajian Analisis Wacana Kritis; (2) bagi mahasiswa bahasa
Indonesia, untuk memperkaya sumber-sumber acuan yang berkenaan dengan AWK;
(3) bagi masyarakat umum, untuk memberikan perspektif dan pengetahuan baru
dalam memaknai kehadiran media sosial seperti twitter yang mewarnai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Moleong
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan
untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang diteliti (dalam Herdiansyah, 2010:9).
Saryono (2010:1) mengatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan
kualitas atau keistimewaan dan pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, dikukur
atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.
Penelitian bertumpu kepada kerangka kerja AWK dari Fairclough. Mengapa
memilih teori Fairclough? Karena teori Fairclough lebih cocok dipakai dalam
penelitian ini. Lain halnya dengan teori van Dijk yang lebih menitikberatkan pada
content analysis yang hanya membahas masalah teks, tidak mempertimbangkan
pengaruh dari luar. Sementara Fairclough menggunakan tiga komponen untuk
menganalis teks, yaitu hubungan antar-wartawan, tokoh publik, dan khalayak.
Fokus analisis pertama dari model tiga dimensi Fairclough adalah teks.
Analisis teks meliputi analisis linguistik yang berkaitan dengan kosakata, gramatika,
semantik, sistem tatasuara, dan kohesi-organisasi di atas tingkatan kalimat
(Fairclough, 1995b: 57). Fairclough juga memandang teks dari perspektif
dalam teks dapat dianalisa dalam hal yang berkaitan dengan artikulasi fungsi-fungsi
ini, yang telah dilabeli Fairclough dengan representasi, relasi, dan identitas.
Namun, untuk menganalisis media sosial seperti Twitter, ketiga fungsi
Fairclough tersebut terasa tidak cukup memadai. Peneliti mencoba menawarkan
sebuah fungsi baru yang dapat digunakan untuk melengkapi pendekatan Fairclough
dalam analisis teks di media sosial, yaitu: transformasi –yang mencoba melihat
perubahan peran tokoh publik/partisipan berita dan pembaca awam sebagai
‗wartawan‘ dan ikut serta dalam membentuk opini.
B. Prosedur Penelitian
Teori diterapkan secara multidisipliner dalam penelitian dan berimplikasi
metodologis terhadap rancangan penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian,
data dan sumber data, analisis data, dan pemeriksaan keabsahan data dipaparkan
sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan
pendekatan ini, peneliti mencoba mendeskripsikan sasaran penelitian secara faktual
tanpa mengisolasikan fenomena yang ditemui, tanpa mengadakan perlakuan,
pengukuran dan penghitungan-penghitungan secara statistik.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah para pengguna Twitter (tweep) yang sering
3. Instrumen Penelitian
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai peneliti kunci.
Peneliti dibantu oleh beberapa orang peneliti pembantu secara aktif mengamati dan
mencatat diskusi-diskusi yang berlangsung di Twitter.
C. Sumber Data
Ada dua macam data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data
primer (dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai sampel penelitian); 2. Data
sekunder (dalam bentuk penelitian kepustakaan) dan wawancara. Data primer dalam
penelitian ini adalah data-data berupa teks di Twitter yang menginformasikan,
menceritakan, dan membahas topik yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah media online yang membahas diskusi-diskusi
yang menjadi trending topic di Twitter. Media online tersebut adalah Kompas
(@kompascom), MetroTVNews (@Metro_TV), TVOneNews (@tvOneNews), Detik
(@detikcom), dan VivaNews (@vivanews).
D. Teknik dan Analisis Data
Furqon & Emilia (2010:45) menjelaskan, teknik pengumpulan data yang
paling umum dipakai dalam penelitian kualitatif seperti yang diungkapkan Patton
(1987), Denzin& Lincoln (2003), Holliday (2003) dan Marshall &Rossman (2006)
pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yakni observasi, wawancara, dan analisis
Marshall & Rossman (2006:54) dalam Furqon& Emilia (2010:45), harus relevan
dengan pertanyaan penelitian.
Observasi, wawancara, dokumen pribadi dan resmi, foto, rekaman, gambar,
dan percakapan informal merupakan sumber data kualitatif. Sumber yang paling
umum digunakan adalah observasi, wawancara, dokumen, kadang-kadang digunakan
secara bersama-sama dan individual. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci
secara umum, analisisnya terutama tergantung kepada keterampilan integratif dan
interpretatif dari peneliti. Interpretasi diperlukan karena data kaya rincian dan
panjang (Gay & Airasian dalam Emzir, 2014:37).
Satori & Komariah (2009:146) mengungkapkan, teknik pengumpulan data
yang juga berperan besar dalam penelitian kualitatif naturalistik adalah dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang berasala dari bahasa Latin yaitu docere,
yang berarti mengajar. Dalam bahasa Inggris disebut document yaitu ―something
written or printed, to be used as a record or evidence‖ (A.S Hornby, 1987).
Ada dua macam data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
1. Data atau dokumen primer (dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai
sampel penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah data-data berupa
teks (tweet) di Twitter yang menginformasikan, menceritakan dan membahas
topik yang menjadi kajian dalam penelitian ini.
2. Data atau dokumen sekunder (dalam bentuk penelitian kepustakaan). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah media online yang membahas
diskusi-diskusi yang menjadi trending topic di Twitter. Media online tersebut adalah
Kompas (@kompascom), MetroTVNews (@Metro_TV), TVOneNews
Teknik analisis data dalam penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yakni:
a. Tahap penjaringan atau pengumpulan data (berupa hasil observasi dan
catatan lapangan). Pada tahap ini semua data (tweet) dikumpulkan
dalam kurun waktu tiga bulan (April sampai Juni 2013). Jumlah tweet
yang terkumpul adalah 720 tweet terdiri dari 36 topik tweet dengan
rata-rata tiga topik setiap minggu. Sebanyak 36 topik tweet –terdiri
dari kategori politik, sosial, ekonomi, budaya, hiburan, lingkungan,
dan berita luar negeri—berhasil terkumpul. Peneliti memutuskan
hanya memilih topik tweet kategori politik, sosial, ekonomi, dan
peristiwa nasional yang akhirnya terpilih sembilan topik tweet yang
digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga
melakukan wawancara dengan pengguna dan ahli media sosial di
Indonesia untuk menguji asumsi-asumsi dalam pengumpulan data.
b. Tahap pendisiplinan data (terdiri atas pengorganisasian, interpretasi,
dan analisis). Setelah mempelajari 36 topik tweet yang diperoleh dari
topik-topik terhangat (trending topic), peneliti memilih sembilan topik
yang relevan, khususnya topik-topik seputar kebijakan politik,
ekonomi, dan peristiwa nasional. Selain itu, peneliti
mempertimbangkan hegemoni dari tweet tersebut, apakah tweet
dari media massa daring. Analisis dilakukan menggunakan teori
Fairclough dan pendekatan baru dari peneliti sendiri.
c. Tahap penarikan simpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dan
verifikasi dilakukan setelah tahap analisis data selesai dikerjakan.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Satori dan Komariah (2009:61) mengungkapkan, konsep human instrument
dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada
alat yang paling elastik dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti
itu sendiri. Lincoln dan Guba (1985) dalam Satori dan Komariah (2009:62)
menekankan bahwa manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan
keuntungan, di mana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif.
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai peneliti kunci.
Peneliti sendiri adalah pengguna aktif Twitter dengan akun @elvisusanti yang
memfollow (mengikuti) 113 akun dan difollow (diikuti) oleh 1.433 akun dan
bergabung di media sosial Twitter pada tanggal 25 Juli 2009. Peneliti dibantu oleh
beberapa orang peneliti pembantu secara aktif mengamati dan mencatat
diskusi-diskusi yang berlangsung di Twitter.
Instrumen ini dianggap lebih sesuai untuk meneliti rumusan masalah
penelitian:
1. Sebagai pengguna aktif di Twitter, instrumen ini membantu peneliti
mengamati bagaimana munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks
yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap
2. Selain itu, peneliti bisa mengungkapkan bagaimana praktik wacana Twitter
mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita.
3. Instrumen ini juga bermanfaat bagi peneliti dalam merumuskan implikasi
penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.
Penelitian ini menggunakan teori Fairclough dan peneliti sendiri. Menurut
Fairclough, setiap teks pada dasarnya dapat diuraikan dan dianalisis berdasarkan
ketiga unsur ini: representasi, relasi, dan identitas. Namun, untuk menganalisis
media sosial seperti Twitter, ketiga fungsi Fairclough tersebut terasa tidak cukup
memadai. Peneliti mencoba menawarkan sebuah fungsi baru yang dapat digunakan
untuk melengkapi pendekatan Fairclough dalam analisis teks di media sosial, yaitu:
transformasi –yang mencoba melihat perubahan peran tokoh publik/partisipan berita
dan pembaca awam sebagai ‗wartawan‘ dan ikut serta dalam membentuk opini.
Dengan demikian, matrik lengkapnya adalah:
Berikut ini digambarkan format instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:
UNSUR PENGGAMBARAN TEKS
Representasi Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan peristiwa, situasi, orang atau apa pun.
Relasi Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan hubungan antara wartawan, khalayak dan partisipan berita/tokoh publik.
Identitas Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan identitas wartawan, khalayak dan partisipan berita/tokoh publik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab V ini menyajikan simpulan yang di dalamnya juga memuat hasil temuan
dari analisis dan penelitian yang dilakukan peneliti. Selain simpulan pada bab ini juga
dipaparkan saran-saran yang berkenaan dengan hasil penelitian analisis waca na kritis
pada media sosial Twitter yang memakai teori Fairclough (representasi, relasi, dan
identitas) dan teori dari peneliti sendiri: transformasi.
A. SIMPULAN
Berdasarkan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan hasil penelitian, maka
penelitian AWK yang menganalisis hegemoni media sosial Twitter mengenai isu-isu
nasional di Indonesia dan implikasinya pada mata kuliah Analisis Wacana di
perguruan tinggi, maka peneliti merumuskan simpulan sebagai berikut:
1. Media sosial Twitter merupakan media yang efektif dalam menyampaikan
pesan dan memberikan tanggapan., di mana penggunanya bisa
memanfaatkan teknologi informasi untuk mengekspresikan diri dan
menyuarakan opininya secara cepat dan luas.
2. Praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi
berita dengan cara menjadikan Twitter sebagai sumber inspirasi, di mana
banyak tokoh dan pengguna awam yang pendapatnya layak dikutip dan
dijadikan bahan penulisan berita.
3. Pemerintah Indonesia mulai menggunakan Twitter sebagai peranti untuk
4. Media massa mempublikasi dan mendistribusikan berita-beritanya melalui
Twitter dengan harapan untuk ditanggapi oleh para pengguna Twitter.
5. Saking kuatnya hegemoni, pengguna Twitter (khalayak dan partisipan)
bisa berperan sebagai ‘wartawan’.
6. Dengan demikian teori Fairclough terkoreksi, tiga partisipan dalam
analisis media mengerucut menjadi satu, yaitu menjadi ‘wartawan’.
7. Fairclough tidak membayangkan adanya media sosial sebelumnya.
8. Teori Fairclough yang melibatkan tiga partisipan dalam analisis media:
wartawan, publik, tokoh publik; maka penelitian ini menemukan bahwa
publik dan tokoh publik juga berperan sebagai wartawan.
9. Temuan tersebut dijadikan sebagai sebuah teori baru sebagai alternatif
untuk melengkapi teori Fairclough, yaitu dengan menambahk an
pendekatan baru: transformasi. Transformasi mencoba melihat perubahan
peran partisipan berita dan pembaca (pengguna) awam sebagai ‘wartawan’
dan ikut serta dalam membentuk opini.
10.Penelitian ini mempunyai implikasi yang signifikan pada mata kuliah
Analisis Wacana di perguruan tinggi. Seperti bahasan Analisis Wacana
bagi pendidikan, di mana materi ini memuat contoh aplikasi dari teori
yang sudah dipelajari dalam bidang sekolah. Misalnya, ideologi dalam
buku teks atau membongkar prasangka rasial siswa dalam karangan
mereka, dominasi dan hegemoni dalam ruang pembelajaran. Atau yang
lebih sederhana seperti kohesi dalam karangan siswa, tingkat
keterpahaman teks dalam buku ajar. Penelitian ini memuat hal yang
dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Semisal dominasi dan hegemoni
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran
dalam memanfaatkan media sosial Twitter dengan kekuatan hegemoninya:
1. Pejabat, politisi, pesohor bisa memanfaatkan media sosial twitter untuk
menyuarakan suatu wacana atau pesan. Sekaligus berusaha mempengaruhi
masyarakat dengan pencitraan yang baik.
2. Kalangan akademisi juga disarankan menggunakan penelitian ini sebagai
alternatif studi media baru yang masih sedikit diteliti.
3. Mengingat selama ini Analisis Teks-nya Fairclough yang melihat representasi,
relasi dan identitas hanya berbasis teks yang terdapat di media massa cetak
dan online, ternyata analisa teks yang terdapat di media sosial seperti Twitter
sangat menarik dan relevan untuk dilakukan. Jika penulis yang dimaksud
dalam studi analisis teks Fairclough adalah wartawan dan penulis artikel,
dalam penelitian ini justru para pengguna biasa yang bertindak sebagai orang
yang memproduksi content atau berita.
4. Bagi dosen yang mengajar di Perguruan Tinggi, khususnya mata kuliah
Analisis Wacana, penelitian ini bisa dijadikan salah satu sumber rujukan,
DAFTAR PUSTAKA
Achbar, Mark dan Peter Wintonick. 1994. Manufacturing Consent: Noam
Chomsky and The Media. London: Vintage.
Akbar, Ali. 2012. Welcome to Twitterland (Manfaatkan Twitter untukMengeruk
Rezeki). Bandung: Mizan.
Alwasilah, Chaedar. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Alwi, Hasan, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anshori, Dadang S dan Sumiyadi (editor). 2009. Wacana Bahasa: Mengukuhkan
IdentitasBangsa. Bandung: FPBS UPI.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabta.
Boyd-Barrett, Oliver. 1994. “Language and media: A question of convergence” dalam David Graddoldan Oliver Boyd-Barrett (ed). Media Texts: Authors
and Readers. Clevendon: Multilingual Matters Ltd. (22-39).
Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Brown, Gillian and George Yule. 1996. Discourse Analysis. Cambridge:
Cambridge University Press.
Brown, Gillian and George Yule, diterjemahkan I. Soetikno. 1996. Discourse
Analysis (AnalisisWacana). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Bryant, Jennings danDolfZillmann. 2002. Media Effects (Advances in Theory
and Research) Second Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates
Publishers.
Castells, Manuel. 2004. The Power of Identity (Second Edition). UK: Blackwell
Publishing.
Cook, Guy, 1997. Discourse. Oxford: Oxford University Press.
Creswell, John W. 2003. Research Design (Qualitative and Quantitative
Approaches). London: Sage Publications.
Darma, YoceAliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya dan
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UPI.
Denzin, Norman K and Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative
Research. London: Sage Publication.
Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dipa, Ivan. 2013. Twitter is Money (7 Ladang Uang di Twitter). Jakarta:
Mediakita.
University Press.
Eemeren, FransH.van, Rob Grootendorst, dan A. Fransisca Snoeck Henkemans.
2002. Argumentation, Analysis, Evaluation, Presentation. London:
Lawrence Erlbaum Associates.
Eemeren, FransH. van, Rob Grootendorst, dan A. Fransisca Snoeck Henkemans.
2007. Argumentative Indicators (A Pragma-Dialetical Study). Netherlands:
Springer.
Eemeren, FransH. Van dan Rob Grootendorst. 2004. A Systematic Theory of
Argumentation. UK: Cambridge University Press.
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (Analisis Data). Depok: PT
Rajagrafindo Persada.
Engkoswara. 1988. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bina
Aksara.
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media). Yogyakarta:
PT LKiS Pelangi Aksara.
Fairclough, Norman. 1989.Language and Power. London: Longman.
Fairclough, Norman. 1992. Discourse and Social Change. Cambridge: Polity
Press.
Fairclough, Norman. 1995a. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of
Language. London: Longman
Fairclough, Norman. 1995b. Media Discourse. London: Edward Arnold.
Dijk (ed.) Discourse as Social Interaction, 258-84. London: Sage Publications.
Fairclough, N. dan Chouliaraki, L. 1999. Rethinking Critical Discourse Analysis.
Edinburg: Edinburg University Press.
Fairclough, Norman. 2010 (Second Edition). Critical Discourse Analysis: The
Critical Study of Language. London: Pearson Education Limited.
Feiler, Jesse. 2008. How to Do Everything: Facebook Applications. Amerika:
McGraw-Hill Companies.
Fowler, R. dan B. Hodge. 1979. “Critical linguistics” dalam R. Fowler et. al
(Ed.), Language and Control. London: Routledge and Keegan Paul.
Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 2008. How to Design and Evaluate
Research in Education (Seventh Edition). New York: McGraw-Hill
Companies.
Furqon dan Emi Emilia. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (beberapa Isu
Kritis). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Gagne, Robert Mills, Holt, Rinehart and Winston. 1970. The Conditions of
Learning. Google Play.
Gillmor, Dan. 2004. We the Media. California: O’Reily Media, Inc.
Grice, Paul Herbert. 1975. “Logic and Conversation”. Cole, P. and Morgan, J.L.
(eds) Syntax and Semantics. New York: Academic Press.
Hadi, Nova. 26 Januari 2008.“Diskursus (Wacana) dan Kekuasaan: Sebuah Investigasi Kritis”. DiunduhMinggu, 20 Februari 2011 http://bdi.lv/eGWSD4
Komputindo.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayat, Dedy Nur. 1999. “Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu Komunikasi” (Diktat). Universitas Indonesia.
Hidayat, Kosadi. 1995. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung:
Binacipta.
Hikam, Mohammad A.S. 1996. Bahasa dan Politik: Penghampiran Discursive
Practise. Bandung: Mizan.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Israel, Shel. 2009. Twitterville: How Businesses Can Thrive in the New Global
Neighborhoods. New York: Penguin Group.
Jorgensen, Marianne W & Louise J. Phillips. 2002. Discourse Analysis as
Theory and Method. London: Sage Publications.
Jorgensen, Marianne W & Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana (Teori &
Metode) diterjemahkan Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jubilee Enterprise. 2012. 101 Tips Jualan Ala Perang Gerilya di Internet.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Jubilee Enterprise. 2012. Trik Pemasaran Getuk TularMenggunakan Internet.
Jubilee Enterprise. 2012. Trik Facebook, Twitter, dan Kantoran Memakai
Android. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Junaiyahdan E. ZaenalArifin. 2010. Keutuhan Wacana. Jakarta: PT Gramedia.
Kasiram, Mohammad. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press.
Keraf, Gorys. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT GramediaPustaka
Utama.
Khair, Alfi. 2011. Belajar Kaya dari Tokoh Utama di Balik 15 SitusNgetop.
Jakarta: Super Computer Publishing.
Kolakowski, Leszek. 2007. Main Currents of Marxism: The Founders, The
Golden Age, The Breakdown. London: W.W. Norton.
Kurniati, Sartika. 2009. Step By Step Facebook. Jakarta, Elex Media
Komputindo.
LaRose, Straubhaar. 2006. Media Now (Understanding Media, Culture, and
Technology). USA: Thomson Learning Inc.
Latif, Yudi dan Idi Subandy (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan (Politik
Wacana di Panggung Orde Baru). Bandung: Mizan.
Levinson. 1991. Pragmatics. Cambridge: CU Press.
Lievrouw, Leah A. and Sonia Livistone. 2006. The Handbook of New Media.
London: SAGE Publications.
Lister, Martin, et.al, 2003. New Media: A Critical Introduction. London:
Louw, Eric P. 2005. The Media and Political Process. London: SAGE
Publications.
Lull, James. 2008. Media, Communication, Culture: A Global Approach.
London: Willey.
Magnis-Suseno, Franz. 1992. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat
Moral. Jakarta: Kanisius.
Mannheim, Karl. 1991. Ideology and Utopia: An Introduction to The Sociology
of Knowledge. London: Kessinger Publishing.
McCarthy, Michael. 1990. Vocabulary. Oxford: Oxford University Press.
McCarthy, Michael. 1997. Discourse Analysis for Language Teachers.
Cambridge: Cambridge University Press.
McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media: The Extensions of Man.
London: McGraw-Hill.
Mishan, Freda. 2005. Designing Authenticity into Languange Learning
Materials. UK: Intellect Books.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. “AnalisisWacana Kritis”. Diunduh Minggu, 29 Februari 2011 http://bdi.lv/eQmSC9
Moloeng, Lexy J. 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Munadi, Yudhi. 2006. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Nababan, Sri Utari Subyakto. 2000. AnalisisWacana dan Pengajaran Bahasa
(Modul Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP Jakarta). Jakarta: IKIP
Jakarta.
Nasution. 2003.Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Noer, Deliar. 1997. Pemikian Politik di Negeri Barat. Bandung: PenerbitMizan.
Nunan, David. 1993. Introducing Discourse Analysis. London: Penguin Books.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah.
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. 2013. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Pribadi, Benny Agus dan Yuni Katrin. 2004. Media Teknologi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Prudjug, Cheng. “Mass Media and Communications Studies”
http://bit.ly/gkpY5Q. Diunduh Sabtu 12 Juni 2011.
Bahasa Unika Atmajaya.
Rao, Madanmohan (ed). 2003. News Media and New Media (The Asia-Pacific
Internet Handbook) Episode V. Singapore: Nanyang University Press.
Reddick, Randy dan Elliot King. 1996. Internet untuk Wartawan (Terjemahan:
Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rosidi, Sakban. “Analisis Wacana Kritis sebagai Ragam Paradigma
KajianWacana”. Diunduh Minggu, 20 Februari 2011 http://bdi.lv/gjLFlm
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru). Jakarta: Rajawali Pers.
Said, Edward. 1979. Orientalism. London: Vintage.
Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlanga.
Sanjaya, Ridwan. 2008. Pemanfaatan Blog Untuk Bisnis, Hobby, dan
Pendidikan. Jakarta: Elex Media Koputindo.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana (diterjemahkan Abdul
Sheyholislami, Jaffer. 2001. “Critical Discourse Analysis”. Diunduh 12 Januari 2012 http://www.carleton.ca/~jsheyhol/cda.htm
Simon, Roger. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Diterjemahkan oleh
Kamdani dan Iman Baehaqi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sobur, Alex. 2004. AnalisisTeks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framming). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sorlenson, Sharon. 2010. Student Writing Handbook Fifth Edition. Canada:
Wiley Hoboken.
Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. 2006. Media Now: Understanding
Media, Culture, and Technology. USA: Thomson Wadsworth.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, S. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.
Sugiharto, Bambang I. 1996. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat.
Yogyakarta: Kanisisus.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujono, Firman Kurniawan. Disertasi. 2013. "Masyarakat Jejaring: Telaah
Filsafat Pemikiran Manuel Castells tentang Abad Informasi", Universitas
Sukarna. 1981. Analisis Politik. Bandung: MandarMaju.
Sumarlam, dkk. 2003. Teoridan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka
Cakra Surakarta.
Sunarto, Kamanto. 2001. Pengantar Sosiologi: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Surbakti, Ramlam. 1997. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Swales, John.M. dan Christine B. Feak. 2004. Academic Writing for Graduate
Students (Essential Tasks and Skills) Second Edition. USA: University of
Michigan.
Syam, Nina.Winangsih. 2013. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Syam, Nina.Winangsih. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Syam, Nina.Winangsih. 2012. Sosiologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Syam, Nina.Winangsih. 2014. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Media Cendekia
Publisher.
Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana (Teori, Analisis, Pengajaran). Bandung:
Geger Sunten.
Syamsuddin A.R dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Syamsuddin A.R. 2009. “Wacana Bahasa (Mengukuhkan Identitas Bangsa)”. Editor: Dadang S. Anshori dan Sumiyati. Bandung: Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Titscher, Stefan, Michael Mayer, et. all. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana
(diterjemahkan Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Toulmin, Stephen. 2003. The Uses of Argument. United Kingdom: Camridge
University Press.
Turner, Bryan S. 2002. Runtuhnya Universalitas Sosiologi Barat, Bongkar
Wacana atas Islam via a vis Barat, Orientalisme, Posmodernisme, dan
Globalisme. Terjemahan Sirojuddin Arif, dkk. Yogyakarta: Ar-Ruzz, Press.
Van Dijk, Teun. 1985. Handbook of Discourse Analysis. London: Academic
Press.
Van Dijk, Teun. 1988. News as Discourse. Hillside, NJ: Erlbaum.
Van Dijk, Teun. 1991. Racism and the Press. London: Routledge.
Van Dijk, Teun. 1993. Elite Discourse and Racism. London: Sage Publications.
Walton, Douglas. 2006. Fundamentals of Critical Argumentation. UK:
Weiss, Gilbert and Ruth Wodak. 2002. Critical Discourse Analysis. New York:
Palgrave Macmillan.
Weston, Anthony. 2009. A Rulebook for Arguments. Fourth Edition. USA:
Hackett Publishing Company.
Widdowson, H. G. 1995. “Discourse Analysis: A Critical View”. Language and Literature 4 (3): 157-172.
Widdowson, H. G. 1998. “The Theory and Practice of Critical Discourse
Analysis”. Applied Linguistics, 19/1: 136-151.
Zainuddin, A. Rahman. 2006. Sejarah Sosial Media: Dari Guttenberg Sampai