Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB
DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
(Studi Fenomenologi Alih Kode Bahasa Indonesia Arab pada Anggota Partai Keadilan Sejahtera)
disusun oleh Sigit Widiatmoko
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola-pola struktur morfosintaksis pada alih kode bahasa Indonesia-Arab, serta motivasi penggunaannya oleh anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tercermin dari struktur morfosintaksisnya. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada klasifikasi bentuk alih kode bahasa Indonesia-Arab, struktur morfosintaksisnya, dan motivasi penggunaannya. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan data berupa tuturan dari para anggota PKS saat melakukan rapat kerja. Observasi, perekaman, dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data. Berdasarkan bentuk alih kode, data diklasifikasi menjadi alih kode inter-kalimat dan alih kode intra-kalimat. Pada alih kode inter-kalimat, ditemukan alih kode berupa frasa dan alih kode berupa kalimat. Kemudian, alih kode intra-kalimat dideskripsi dan dianalisis menggunakan teori The Matrix Language Frame (MLF) yang menekankan srtuktur morfosintaksis. Pada penelitian ini, pengaruh struktur bahasa Indonesia sebagai matrix language (ML) terhadap bahasa Arab sebagai embedded language (EL) terlihat pada pembentukan kata, frasa, serta kalimat. Untuk mendekskripsikan motivasi penggunaan alih kode, digunakan teori Markedness Model (MM). Berdasarkan teori MM, anggota PKS melakukan alih kode sebagai pilihan tak bermarkah dan pilihan bermarkah. Sebagai pilihan tak bermarkah, alih kode tersebut berfungsi untuk Alih kode sebagai pilihan tak bermarkah memiliki fungsi sebagai pembuka perbincangan, menyampaikan ungkapan, menjalin solidaritas, menunjukan kesantunan, dan mengikuti panduan partai. Selain itu, anggota PKS pun menggunakan alih kode bahasa Indonesia-Arab sebagai pilihan bermarkah yang berfungsi sebagai kutipan, melakukan repetisi (pengulangan), dan mengikuti panduan partai.
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE MORPHOSYNTAX OF INDONESIAN-ARABIC AND THE MOTIVATIONS
(Study Phenomenology of Interpreting Indonesian-Arabic Code-switching of Prosperous Justice Party’s Member)
Sigit Widiatmoko
Abstract
This study was conducted to describe patterns of Indonesian-Arabic morphosyntax structure and the motivation of the use of the Prosperous Justice Party’s member. Therefore, this study focuses on the classification of the form of Indonesian-Arabic code-switching, its morphosyntax structure, and motivation of its use. This study uses a qualitative description with speech of the members of Prosperous Justice Party during meeting as the data. Observation, recording, and interview were conducted to collect data. Based on the form of code-switching, data was classified into inter-sentential and intra-sentential. In the inter-sentential code-switching, it is found over the code in the form of phrases and sentences. Then, over the intra-sentential, the data ware described and analyzed using the theory of The Matrix Language Frame (MLF) which focused on morphosyntax. In this study, the effect of the Indonesia structure as a Matrix Language (ML), toward the Arabic language as an Embedded Language (EL) can be seen in the formation of words, phrases, and sentences. To describe the motivation in its use, the theory of markedness Model (MM) is used. Based on the theory of MM, members of Prosperous Justice Party use code-switching as unmarked choice and marked choice. As unmarked choice, the code-switching has some functions such as a conversation opening, conveying expression, building solidarity, showing politeness, and following the guidelines of the party. In addition, members of Prosperous Justice Party used marked choice to quote, do repetation, and follow the guidelines of the party.
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………. i
LEMBAR PERNYATAAN ………..………. ii
ABSTRAK ………... iii
KATA PENGANTAR ………. v
UCAPAN TERIMA KASIH ………….……… vi
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL ………..……… xi
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2. Identifikasi Masalah……… 5
1.3. Rumusan Masalah …..……… 5
1.4. Tujuan Penelitian ……… 6
1.5. Manfaat Penelitian ……….. 6
BAB II LANDASAN TEORITIS ………. 8
2.1. Fungsi Bahasa dalam Masyarakat ……….. 8
2.2. Konsep Alih Kode ………... 10
2.3. Tradisi Alih Kode Gumperz……… 12
2.4. Alih Kode dalam Paradigma Myers-Scotton ………. 14
2.4.1. Model The Matrix Language Frame……… 14
2.4.2. Model Kebermarkahan (Markedness Model) ……… 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 35
3.1. Pendekatan Penelitian ………. 35
3.2. Definisi Operasional ………... 36
3.3. Data dan Sumber Data ……… 37
3.4. Prosedur Pengumpulan Data………... 38
3.5. Teknik Analisis Data ……….. 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………. 44
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1.1. Alih Kode Inter-kalimat Berupa Frasa ………. 46
4.1.2. Alih Kode Inter-kalimat Berupa Kalimat………. 49
4.1.3. Alih Kode Intra-kalimat Berupa Kata ….………. 62
4.1.4. Alih Kode Intra-kalimat Berupa Frasa ………. 64
4.2. Struktur Morfosintaksis Bahasa Indonesia-Arab……… 66
4.2.1. Intra-kalimat berupa Afiksasi..………. 67
4.2.2. Intra-kalimat berupa Klitik ..……… 73
4.2.3. Intra-kalimat berupa Reduplikasi ………..……….. 75
4.2.4. Intra-kalimat berupa Pembentukan Frasa ……… 71
4.2.5. Intra-kalimat berupa Pengunaan Pronomina ……… 80
4.2.6. Intra-kalimat berupa Peniadaan Objek………. 82
4.3. Motivasi Penggunaan Bahasa Indonesia-Arab……… 85
4.3.1. Alih Kode sebagai Pilihan Tak Bermarkah……….. 86
4.3.1.1 Menunjukkan Kesantunan ……….. 86
4.3.1.2 Mengikuti Panduan Partai……… 87
4.3.1.3 Menjalin Solideritas ……… 89
4.3.1.4 Membuka Perbicangan……… 90
4.3.1.5 Menyampaikan Ungkapan ……….. 91
4.3.2. Alih Kode sebagai Pilihan Bermarkah………. 93
4.3.2.1 Mengikuti Panduan Partai ………... 93
4.3.2.2 Menyampaikan Kutipan ……….. 95
4.3.2.3 Melakukan Repetisi………. 96
4.4. Pembahasan ……… 97
4.4.1. Bentuk Alih Kode Bahasa Indonesia-Arab ……….. 98
4.4.2. Struktur Morfosintaksis Bahasa Indonesia-Arab ……….101
4.4.3. Motivasi Penggunaan Bahasa Indonesia-Arab ………106
BAB V KESIMPULAN ……….111
5.1. Simpulan ……….111
5.2. Saran ………...113
DAFTAR PUSTAKA ………...115
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LAMPIRAN 2 Klasifikasi Struktur Morfosintaksis Bahasa Indonesia-Arab …124
LAMPIRAN 3 Klasifikasi Motivasi Penggunaan Bahasa Indonesia-Arab …..129
LAMPIRAN 4 Identitas Informan ……….139
1
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembahasan mengenai kemajemukan di Indonesia tidak akan pernah ada
habisnya. Secara tradisional, kemajemukan tersebut dapat terlihat dari
keanekaragaman etnis yang mendiami bumi Indonesia. Setiap etnis tersebut
memiliki identitas diri yang salah satunya adalah bahasa. Bahasa dan masyarakat
memang tidak bisa dipisahkan, karena a language is what the members of a
particular society speak (Wardaugh, 2006: 1). Walaupun tersebar beraneka ragam
bahasa daerah sebagai identitas etnisitas (kesukuan), bahasa Indonesia diakui
sebagai bahasa nasional serta lingua franca, sejak Sumpah Pemuda
dikumandangkan pada tahun 1928.
Hubungan bahasa dengan kelompok penuturnya tidak cukup dibahas
sampai pada kelompok etnis tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan zaman,
kelompok penutur suatu bahasa semakin kompleks. Wardhaugh (2006: 119)
menyatakan bahwa sebuah kelompok yang menggunakan suatu bahasa setidaknya
harus memiliki dua anggota dan tidak memiliki batas maksimal. Kelompok seperti
ini disebut juga masyarakat tutur. Perumusan mengenai masyarakat tutur memang
belum sepenuhnya selesai, karena setiap ahli bahasa memiliki asumsinya
masing-masing. Hal ini karena konsep masyarakat tutur bersifat abstrak. Lyon (dalam
Wardhaugh, 2006: 120) mendefinisikannya sebagai kumpulan orang yang
2
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang yang berkecimpung dalam satu organisasi atau partai politik yang memiliki
variasi bahasa tertentu dapat dikatakan sebagai masyakat tutur. Di antara
organisasi atau partai politik itu adalah Partai Keadilan Sejahtera.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik
(parpol) yang sudah ikut aktif dalam perhelatan pemilu di Indonesia sejak tahun
1998. Pada awal kemunculannya parpol ini bernama Partai Keadilan (PK), lalu
bertranformasi menjadi PKS pada tahun 1999. Sejak awal, PKS mendeklarasikan
dirinya sebagai partai dakwah yang bertujuan menyelaraskan kehidupan
konstitusional dan kehidupan kultural. Sebagai parpol berafiliasi Islam, PKS
membangun kehidupan kultural internal partai dengan basis Islam. Wujud
kehidupan berbasis Islam tersebut dapat terlihat dari penggunaan alih kode bahasa
Indonesia-Arab dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa Arab memang sangat
identik dengan agama Islam, sehingga sudah sepantasnya penggunaannya sering
dilakukan dalam konteks dakwah. Namun, pemasalahan muncul ketika
penggunaan bahasa Arab tersebut digunakan pada konteks-konteks umum, seperti
rapat-rapat yang melibatkan bukan hanya anggota PKS namun juga masyarakat
umum, contohnya pada rapat DPC Sukasari dalam Pemilukada Kota Bandung
2013.
Beberapa contoh kode bahasa Arab yang muncul dalam komunikasi
anggota PKS saat rapat anggota DPC PKS Sukasari dalam Pilkada Kota Bandung
3
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Jadi, ana pertama kali halaqah dibacakan ayat itu.
2. Kemarin H -2, H -3 kami dengan ikhwah fillah dari DPC masing-masing itu paling banyak black campaign itu di Sukasari.
3. Amal jamai’ itu konsepnya bekerjasama, bukan sama-sama bekerja.
4. Sebelumnya saya ingin mengucapkan jazakallah khairan katsiron kepada semuanya yang sudah membantu.
Dari beberapa contoh percakapan tersebut, bahasa Arab muncul sebagai
kode-kode yang terangkai dalam komunikasi berbahasa Indonesia. Hal tersebut dapat
dikatakan sebagai fenomena alih kode (code-switching). Alih kode didefinisikan
sebagai penggunaan dua variasi bahasa dalam sebuah percakapan (Myer-Scotton,
2006: 239). Secara gramatikal, ahli bahasa berusaha menganalisis alih kode dan
menelitinya untuk menemukan aturan dasar dan model, serta eksplanasi untuk
menjelaskan pola-pola bahasa (Gardner-Chloros, 2009: 10). Penelitian ini pun
dilakukan untuk memenukan pola-pola struktural bahasa Indonesia-Arab.
Dari contoh-contoh percakapan di atas, secara gramatikal bahasa Arab
dapat muncul berupa kata, misalnya kata ana ‘saya’ dan halaqah ‘kumpulan,
lingkaran’. Kemudian, muncul juga kode bahasa Arab berupa frasa seperti ikhwah
fillah ‘saudara di jalan Allah’ dan amal jamai ‘perbuatan (pekerjaan) yang
dilakukan bersama-sama’, serta kalimat jazakallah khairan katsiron ‘semoga
Allah memberikan kamu balasan yang banyak’. Untuk menganalisis
bentuk-bentuk alih kode bahasa Indonesia-Arab, digunakan model The Matrix Language
Frame yang dikembangkan oleh Myers-Scotton (2006). Model yang
menggunakan analisis morfosintaksis ini dilandaskan oleh hipotesis bahwa
4
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(ML). Dalam penelitian ini, bahasa Indonesia berlaku sebagai ML, sedangkan
bahasa Arab berlaku sebagai EL. ML merupakan bahasa yang digunakan secara
dominan dalam sebuah tuturan dan strukturnya menjadi penentu sebuah struktur
gramatikal alih kode, sedangkan EL merupakan bahasa yang masuk dalam tuturan
alih kode.
Saat seorang penutur mengalihkan atau mencampur dua buah bahasa,
mungkin saja ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Gumperz (1982)
dengan sudut pandang sosiolinguistik mengungkapkan bahwa alih kode memiliki
enam fungsi dalam komunikasi, yaitu sebagai 1) quotation yang berfungsi
sebagai kutipan, 2) addressee specification yang berfungsi sebagai merinci lawan
tutur, 3) interjection yang berfungsi sebagai sisipan, 4) reiteration yang berfungsi
sebagai pengulangan, 5) message qualification yang berfungsi sebagai
pembatasan pesan, dan 6) personalization vs objectivization yang berfungsi
membedakan makna yang personal (subjektif) dengan objektif (dalam Gunawan,
2003: 139-141). Banyak peneliti tidak puas dengan klasifikasi Gumperz sehingga
terus mengembangkannya. Di sisi lain, Myers-Scotton menggunakan paradigma
berbeda, yaitu sosio-psikologis yang menekankan pada motivasi penutur sendiri.
Myers-Scotton (2006: 150) menegaskan bahwa situasi tutur bukan hanya
satu-satunya faktor yang mempengaruhi pemilihan kode seorang penutur. Motivasi
penutur melakukan pemilihan kode sebagai bentuk aktualisasi diri dan penentu
cara pandang mereka kepada lawan bicara. Penelitian ini pun menggunakan
paradigma sosio-psikologis untuk mengetahui motivasi penggunaan alih kode
5
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari pemaparan masalah di atas, penggunaan bahasa Indonesia-Arab
dalam menarik untuk diteliti. Dari sisi historis, kontak antara bahasa Arab dengan
bahasa Indonesia sudah terjalin sejak lama. Namun, bahasa Arab yang digunakan
oleh anggota PKS memiliki kekhasan karena tidak lazim digunakan oleh
masyarakat umum. Karena era globalisasi mendorong fenomena alih kode
menjadi sangat dinamis, maka penelitian ini penting untuk mengungkap pola-pola
struktur morfosintaksis dan motivasi.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk mengetahui ruang lingkup masalah
yang akan diteliti. Identifikasi masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai
berikut.
1) Anggota PKS sebagai partai berafiliasi Islam biasa menggunakan bahasa
Indonesia-Arab dalam komunikasi sehari-hari;
2) Penggunaan bahasa Arab sangat erat kaitanya dengan agama Islam:
3) Bahasa Arab yang digunakan anggota PKS tidak dipahami oleh masyarakat
luas meskipun masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam;
4) Anggota PKS memiliki motivasi sendiri dalam penggunaan bahasa
Indonesia-Arab saat berkomunikasi.
1.3 Rumusan Masalah
Banyak hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dan keingintahuan
6
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Bagaimana bentuk alih kode bahasa Indonesia-Arab yang digunakan anggota
PKS?
2) Bagaimana struktur morfosintaksis bahasa Indonesia-Arab yang digunakan
anggota PKS?
3) Bagaimana motivasi penggunaan alih kode bahasa Indonesia-Arab oleh
anggota PKS?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan pola-pola struktur
morfosintaksis alih kode bahasa Indonesia-Arab dan motivasi penggunaannya
oleh anggota PKS yang saling terkait satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut,
maka tujuan utama tersebut dijabarkan menjad beberapa tujuan khusus, yaitu:
1) mendeskripsikan bentuk alih kode bahasa Indonesia-Arab yang digunakan
anggota PKS;
2) mendeskripsikan struktur morfosintaksis bahasa Indonesia-Arab yang
digunakan anggota PKS;
3) mengungkap motivasi penggunaan bahasa Indonesia-Arab oleh anggota
PKS.
1.5 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki manfaat bagi peneliti dan
7
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat,
antara lain sebagai berikut:
1) menambah kontribusi penelitian dalam sosiolinguitik sebagai sebuah studi
yang mengungkap proses alih kode,
2) memberi gambaran mengenai fenomena penggunaan alih kode bahasa
Indonesia-Arab oleh anggota PKS.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai
berikut:
1) dapat memperkenalkan bahasa Arab yang digunakan anggota PKS kepada
masyarakat agar terjalin komunikasi yang saling memahami,
2) sebagai jembatan yang menghubungan pola pikir masyarakat luas dengan
para anggota PKS yang sering dianggap fanatik terhadap agama,
3) bahasa Arab yang berbentuk kata dapat dijadikan sebagai leksikon dalam
111
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN
Pada bagian kesimpulan ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
adalah simpulan yang didasarkan pada rumusan masalah dan pembahasannya.
Kemudian, bagian kedua dalam bab ini adalah saran. Saran atau rekomendasi
berdasarkan simpulan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Saran atau
rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam.
5.1 Simpulan
Penelitian ini berfokus pada pendeskripsian motivasi penggunaan alih
kode bahasa Insonesia-Arab oleh anggota PKS yang tercermin pada struktur
morfosintaksisnya. Proses analisis pun dimulai dengan mengkalsifikasikan alih
kode bahasa Indonesia-Arab menjadi alih kode inter-kalimat dan intra-kalimat.
Pada penelitian ini, alih kode inter-kalimat yang merupakan alih kode pada tataran
kalimat yang berbeda ditemukan 15 data. Alih kode intra-kalimat yang merupakan
alih kode pada tataran kalimat yang sama ditemukan 71 data.
Alih kode inter-kalimat bahasa Indonesia-Arab berjumlah 15 data, dengan
pembagian 3 data untuk alih kode berupa frasa dan 12 data untuk alih kode berupa
kalimat. Alih kode berupa frasa yang berjumlah 3 data merupakan frasa
endosentris atributif. Hal ini dikarenakan frasa tersebut memiliki satu unsur
utama. Karena unsur utama frasa tersebut berkategori nomina, frasa-frasa tersebut
112
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki keragaman, yaitu kalimat tunggal (inti) dan kalimat mejemuk. Pada
kalimat-kalimat tunggal, ditemukan minimal peran sintaksis utama, yaitu subjek
dan predikat. Selain itu, ada juga bentuk kumpulan kalimat yang menjadi sebuah
paragraf. Paragraf tersebut tidak memiliki gagasan utama, karena setiap kalimat
dalam paragraf tersebut memiliki gagasan yang berbeda satu sama lain. Dalam
bahasa Arab, hal seperti itu wajar terjadi karena secara wacana tuturan bahasa
Arab tidak selalu bersifat deduktif atau induktif.
Di sisi lain, alih kode intra-kalimat yang dianalisis berjumlah 71 data. Data
dianalisis dengan menggunakan teori MLF dengan memperhatikan struktur
morfosintaksis. Dari analisis data alih kode intra-kalimat ditemukan pengaruh ML
terhadap El berupa imbuhan yang menentukan derivasi dan infleksi, reduplikasi,
pronomina, dan pembentukan frasa serta kalimat. Bahasa Arab yang merupakan
alih kode berupa kata didominasi oleh kategori masdar (nomina). Oleh karena itu,
imbuhan yang menentukan proses derivasi adalah me-, di-, dan ber-, sedangkan
imbuhan yang menentukan proses infleksi adalah ke-an dan –an. Kode bahasa
Arab dalam alih kode intra-kalimat juga mengalami reduplikasi yang
menyebabkan pluralitas. Selain itu juga, pronomina kepemilikan bahasa Indonesia
berupa pun mempengaruhi kode bahasa Arab. Pada tataran frasa, bahasa
Indonesia-Arab membentuk frasa atributif dan koordinatif. Pengaruh ML terhadap
EL pada tataran kalimat terlihat dengan ketiadaan objek. Hal ini karena kode
bahasa Arab yang menjadi predikat adalah masdar (nomina verbal), yaitu nomina
yang terbentuk secara derivasional dari verba. Adanya beberapa alih kode berupa
113
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anggota PKS memahami struktur bahasa Arab. Hal ini juga didukung oleh latar
belakang mereka yang tidak memiliki pengalaman belajar bahasa Arab secara
formal.
Dalam penggunaannya, anggota PKS memiliki motivasi tertentu yang
melatarbelakangi. Alih kode yang dilakukan ada yang menjadi sebuah pilihan
bermarkah dan pilihan tak bermarkah. Bagi sebagian penutur yang hidup dalam
lingkungan dwilingual atau bahkan multilingual, alih kode merupakan sebuah
pilihan tak bermarkah. Begitu pun anggota PKS menggunakan alih kode bahasa
Indonesia-Arab sebagai sebuah pilihan tak bermarkah. Alih kode sebagai pilihan
tak bermarkah memiliki fungsi sebagai pembukaan dalam perbincangan formal
dan non-formal, menyampaikan ungkapan, menjalin solidaritas antar-anggota
PKS, menunjukan kesantunan, dan mengikuti panduan partai. Selain itu, anggota
PKS pun menggunakan alih kode bahasa Indonesia-Arab sebagai pilihan
bermarkah. Alih kode sebagai pilihan bermarkah memiliki fungsi sebagai kutipan,
melakukan repetisi (pengulangan), dan mengikuti panduan partai.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diungkapkan dari penelitian ini, maka
saran-saran pun kiranya perlu diberikan yang sifatnya membangun. Selama
melakukan proses penelitian ini, ada saran-saran yang dapat diberikan dari sudut
pandang peneliti sebagai berikut.
Pada bagian pengumpulan data, setting (latar) penelitian ini dilakukan
114
Sigit Widiatmoko, 2015
MORFOSINTAKSIS BAHASA INDONESIA-ARAB DAN MOTIVASI PENGGUNAANNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cabang), sehingga data tuturan bersifat instruktif (berjalan satu arah). Hal ini
tentu belum terlalu bervariatif. Oleh karena itu, para pembaca yang berminat
melanjutkan penelitian ini dapat metingkatkan setting pada tataran kabupaten,
provinsi, atau bahkan pusat (nasional), sehingga data yang berupa tuturan bisa
lebih variatif karena bersifat dialogis (berjalan dua arah).
Dari hasil analisis struktur terlihat adanya ketidaktepatan penggunaan
bahasa Arab dalam alih kode bahasa Indonesia-Arab. Oleh karena itu, para
anggota yang ingin menggunakan bahasa Arab alangkah lebih baik jika diimbangi
dengan pemahaman strukturnya. Untuk mendapatkan pemahaman itu, para
anggota dapat belajar di kursus-kursus. Jika tidak memungkinkan, para pimpinan
dapat melakukan alih bahasa bahasa Arab yang terdapat di manhaj menjadi
bahasa Indonesia.
Dari hasil analisis struktur pun, data-data berbahasa Arab yang sudah tepat
penggunaannya secara struktural dapat menambah khazanah bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, instansi terkait dapat memasukan bahasa Arab tersebut dapat
dimasukan ke dalam KBBI sebagai leksem di bidang politik. Bagaimana pun
dalam bahasa Arab sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia sejak penyebaran