• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-BOOK Pengantar Ekonomi Islam.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E-BOOK Pengantar Ekonomi Islam.pdf"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kumpulan Makalah Studi Ekonomi Islam

Universitas Yudharta Pasuruan

PENGANTAR

EKONOMI ISLAM

Editor: Muhammad Nizar

Universitas Yudharta Pasuruan Tahun 2012

(3)

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

Penyusun : Mahasiswa Ekonomi Islam Semester Dua Universitas Yudharta Pasuruan

Editor : Muhammad Nizar

Pewajah Sampul : Lailia Vina Rahmatika Cetakan : Pertama, 18 Mei 2012 Penerbit : Kurnia Advertising

Jalan PB. Sudirman 06 Karangploso Malang 65152

E-mail : nizaryudharta@gmail.com

http : yudhartaekonomiislam.Blogs pot.com

Kritik & Saran kirim SMS ke 081944870202

ii Pengantar Ekonomi Islam

(4)

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt, yang telah memberikan anugerah dan nikmatnya yang tak terhingga. Sholawat dan salam-Nya semoga terus tercurah kepada Rasul pilihan-Nya, yang telah membukakan mata hati kita, hingga dapat membedakan antara baik dan buruk, halal dan haram, jalan kesesatan dan petunjuk.

Suatu kebahagiaan bagi kami dapat menerbitkan diktat Pengantar Ekonomi Islam sebagai perwujudan dalam memberikan kontribusi dan memperbanyak khasanah bagi perkembangan Ekonomi Islam di Universitas Yudharta Pasuruan pada khususnya, dan tanah air pada umumnya.

Demikianlah, mudah-mudahan apa yang kami usahakan ini senantiasa mendapat taufiq dan hidayah dari Allah Swt, serta memberi manfaat, terutaka bagi diri kami dan bagi pembaca. Sedang bagi kami selaku penyusun sangat menyadari, bahwa apa yang ada pada diri kami ini masih banyak kekurangannya dan itupun wajar bila di dalam buku ini ada kesalahan ataupun kekeliruan. Karenanya, kami berharap saran dan kritik membangun dari para pembaca. Akhirnya hanya kepada Allah Swt kami berserah diri dan bertawakkal.

Pasuruan, 18 Mei 2012

Muhammad Nizar Dosen Pengampu Matakuliah

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ...iv

BAB 1 PENGANTAR EKONOMI ISLAM ... 1

A.Pengertian Ekonomi Islam ... 1

B. Tujuan Ekonomi Islam ... 2

C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ... 3

D.Ciri-ciri Ekonomi Islam ... 3

E. Ciri-Ciri Ekonomi Islam Yang Lain ... 4

Daftar Pustaka ... 6

BAB 2 LANDASAN AQIDAH, MORAL, DAN YURIDIS DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI ISLAM ... 7

A.Pendahuluan ... 7

B. Islam Agama yang Sempurna ... 8

C. Landasan -Landasan Ekonomi Dalam Islam ... 12

D.Kesimpulan ... 15

Daftar Pustaka ... 16

BAB 3 INSTRUMEN-INSTRUMEN DALAM EKONOMI ISLAM ... 17

A.Pendahuluan ... 17

B. Sistem Ekonomi Islam ... 18

C. Kepemilikan Dalam Islam ... 20

D.Musyawarah Sebagi Prinsip Pengambilan Keputusan ... 24

E. Pasar Yang Adil Dalam Media Koordinasi ... 26

F. Maslahah Sebagai Insentif Ekonomi ... 27

G. Kesimpulan ... 29

Daftar Pustaka ... 32

BAB 4 KEUANGAN PUBLIK ISLAM ... 33

A.Pendahuluan ... 33

B. Sejarah Keuangan Publik Islam ... 34

C. Karakteristik Keuangan Publik Yang Berlandaskan Keadilan ... 39

D.Instrumen Pembiyaan Publik ... 40

E. Lembaga Keuangan Islam Bank dan Non-Bank ... 43

iv Pengantar Ekonomi Islam

(6)

F. Kesimpulan ... 48

Daftar Pustaka ... 49

BAB 5 PRINSIP KONSUMSI ISLAM ... 50

A.Pendahuluan ... 50

B. Definisi Konsumsi ... 51

C. Pinsip Konsumsi Dalam Islam ... 52

D.Tujuan Konsumsi ... 54

E. Tiga Pondasi Dasar Ekonomi Islam ... 59

F. Dasar Hukum Perilaku Konsumen ... 60

Daftar Pustaka ... 63

BAB 6 JUAL BELI ... 64

A.Pendahuluan ... 64

B. Rukun Dan Syarat Jual Beli ... 66

C. Hal-Hal Yang Terlarang Dalam Jual Beli ... 67

D.Khiyar ... 71

E. Jual Beli As-Salam ... 72

F. Kesimpulan ... 75

Daftar Pustaka ... 77

BAB 7 TEORI TENTANG HARTA ... 78

A.Pendahuluan ... 78

B. Definisi Harta ... 79

C. Hubungan Manusia dan Harta ... 80

D.Cara Memperoleh Harta ... 82

E. Cara Memanfaatkan Harta ... 84

F. Pengelolah Harta Dalam Islam ... 85

G. Kesimpulan ... 87

Daftar Pustaka ... 89

BAB 8 ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH ... 90

A.Pendahuluan ... 90

B. Zakat ... 90

C. Infaq ... 97

D.Shadaqah ... 98

(7)

BAB 9 ETIKA BISNIS ISLAM... 101

A.Pendahuluan ... 101

B. Definisi Etika ... 102

C. Definisi Moral ... 103

D.Definisi Norma ... 103

E. Definisi Etika Bisnis ... 104

F. Etika Bisnis Nabi Muhammad ... 107

G. Kunci Bisnis Menurut Nabi Muhammad ... 112

H.Prinsip-prinsip Dasar Etika Bisnis ... 117

Daftar Pustaka ... 120

BAB 10 PERBEDAAN EKONOMI ISLAM DENGAN EKONOMI KONVENSIONAL ... 121

A.Pengertian Ekonomi Islam ... 121

B. Pengertian Ekonomi Konvensional ... 121

C. Perbedaan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Konvensiona l ... 123

D.Persamaan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Konvensional ... 124

E. Tujuan Ekonomi Islam ... 125

F. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ... 125

G. Tujuan Ekonomi Konvensional ... 126

H.Sistem Ekonomi Konvensional ... 129

I. Sistem Ekonomi Islam ... 132

Daftar Pustaka ... 135

vi Pengantar Ekonomi Islam

(8)

BAB

1

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

NURUL LAILIA

(9)

PENGANTAR EKONOMI ISLAM Oleh Nurul Lailia

A. Pengertian Ekonomi Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan

prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan

milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah Swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah Swt untuk dipertanggung jawabkan.

Ekonomi Islam adalah perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah Swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat at- Taubah ayat 105                        .

Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu.

Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad Saw: “Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan”. (HR.Thabrani dan Baihaqi)

1 Pengantar Ekonomi Islam

(10)

B. Tujuan Ekonomi Islam

Segala aturan yang diturunkan Allah Swt dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.

Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:

1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan

bagi masyarakat dan lingkungannya.

2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud

mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama

menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di

atas mencakup lima jaminan dasar:

a. Keselamatan keyakinan agama (al din). Contoh: Kerukunan

antar umat beragama.

b. Kesalamatan jiwa (al nafs). Contoh: Menjaga keselamatan

diri untuk menjaga keselamatan jiwa, tidak mengkonsumsi narkoba karena berbahaya untuk jiwa.

c. Keselamatan akal (al aql). Contoh: Penentuan ajaran agama

dibawah kendali akal.

d. Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl).

e. Keselamatan harta benda (al mal). Contoh: Bersyukur atas

nikmat Allah Swt yang telah dilimpahkan kepada kita yang berupa harta dan meletakkan pemberian Allah Swt sesuai dengan fungsi, situasi secara optimal.

(11)

C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan

dari Allah Swt kepada manusia.

2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.

4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang

dikuasai oleh segelintir orang saja.

5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan

penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah Swt dan hari penentuan

di akhirat nanti.

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas

(nisab).

8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

D. Ciri-ciri Ekonomi Islam

1. Memelihara fitrah manusia. Islam adalah agama yang sesuai

dengan kefitraan manusia. fitrah manusia adalah sejauh apapun ia berjalan menyelisihi fitra kemanusiaannya, ia akan berusaha

mencari jalan kembali. Fitrah manusia pada al-Khair (jalan

kebahan). Al-khair itu adalah islam. Islam memberikan sumber

ketentrama jiwa bagi manusia- manusia di dunia yang dalam perjuangan hidup.

2. Memelihara norma-norma akhlak. Islam membawa ajaran dasar

tauhid, akhlaq dan ajaran yang berhubungan aspek jiwa, akal, materi dan sosial. Maka dari itu kita harus berakhlaq yang baik kepada semua orang dan jangan pernah mengangkap rendah orang lain.

3 Pengantar Ekonomi Islam

(12)

3. Memenuhi keperluan-keperluan masyaraka. Islam mendahulukan kepentingan masyarakat umum dari pada kepentingan pribadi.

4. Kegiatan-kegiatan ekonomi adalah kebahagian daripada ajaran

agama Islam.

5. Kegiatan ekonomi Islam mempunyai cita-cita luhur. Yaitu

bertujuan berusaha untuk mencari keuntungan individu, di samping melahirkan kebahagiaan bersama bagi masyarakat.

6. Aktiviti-aktiviti ekonomi islam senantiasa diawasi oleh

hukum-hukum islam dan perlaksanaannya dikawal pula oleh pihak pemerintah.

7. Ekonomi islam menseimbangkan antara kepentingan individu dan

masyarakat.

E. Ciri-Ciri Ekonomi Islam Yang Lain

Ekonomi islam mempunyai ciri-ciri khusus adalah sebagai berik ut:

1. Ekonomi Islam merupakan bagian dari sistem Islam yang

menyeluruh. Hal terpenting yang membedakan ekonomi Islam adalah hubungannnya yang sempurna dengan agama Islam, baik sebagai akidah maupun syari‟at. Mempelajari ekonomi Islam tidak dapat terlepas dari akidah dan syari‟at Islam karena sistem ekonomi Islam merupakan bagian dari syari‟at Islam serta berhubungan dengan akidah sebagai dasar. Hubungan ekonomi Islam dengan akidah dan Syari‟at Islam itulah yang menyebabkan kegiatan ekonomi dalam Islam berbeda dengan sistem ekonomi lainnya.

2. Ekonomi Islam merealisasikan keseimbangan antara kepentingan

individu dan kepentingan masyarakat. Ekonomi Islam tidak merumuskan, individu dalam usaha merealisasikan kepentingan sebenarnya selalu merealisasikan kepentingan orang banyak, dan juga tidak pula meninggalkan kepentingan individu. Dengan kata

(13)

lain Islam mengakui kepentingan pribadi dan kepentingan masyarkat selama tidak ada pertentangan antara keduanya. Contoh tentang hak milik, Islam mengakui ada milik pribadi, juga masih mengakui hak orang banyak. Jika terjadi pertentangan antara pribadi dan masyarakat, dan tidak mungkin dipertemukan keduanya maka Islam mendahulukan kepentingan masyarakat umum dari pada kepentingan pribadi.

5 Pengantar Ekonomi Islam

(14)

Daftar Pustaka

Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Najatullah, Siddiqi Muhammad. Aspek-aspek Ekonomi Islam, Solo:

(15)

BAB

2

LANDASAN AQIDAH, MORAL, DAN

YURIDIS DALAM PENGEMBANGAN

EKONOMI ISLAM

MUTIMATUL HASANAH

(16)

LANDASAN AQIDAH, MORAL, DAN YURIDIS DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI ISLAM

Oleh Mutimatul Hasanah

A. Pendahuluan

Tujuan dari sebuah sistem ekonomi pada prinsip nya di tentukan oleh pandangan masyarakat pendukungnya tentang dunia, jika manusia berpandangan bahwa alam semesta ini terjadi dengan sendirinya, maka mereka tidak akan bertanggung jawab atasnya kepada siapapun, dan mereka akan bebas hidup sesukanya. Tujua n hidup mereka hanya untuk mencapai kepuasan maksimum, dengan mengabaikan hal itu di peroleh dan bagaimana hal itu berpengaruh pada orang lain atau alam sekitar

Ekonomi merupakan bagian dari kehidupan dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Tetapi ekonomi bukanlah fondasi bangunannya dan bukan tujuan risalah Islam. Fondasi (asas) dalam Islam, sebagaimana telah disebutkan adalah akidah. Akidah ini merupakan dasar keseluruhan tatanan kehidupan dalam Islam, termasuk tatanan ekonomi. Ekonomi Islam adalah ekonomi yang

berlandaskan akidah Ketuhanan Yang Maha Esa (tauhid). Akidah

yang diturunkan Allah Swt dengan sengaja kepada Rasul-N ya untuk umat Islam.

Tujuan ekonomi, membantu manusia untuk menyembah Tuhannya yang telah memberi rizki, dan untuk menyelama tkan manusia dari kemiskinan yang bisa mengkafirkan dan kelaparan yang bisa mendatangkan dosa. O leh karena itu, rumusan sistem Islam berbeda sama sekali dari sistem-sistem yang lainnya. Sebagai sistem ekonomi, ia memiliki akar dalam syari‟ah yang menjadi sumber pandangan dunia, sekaligus tujuan dan strateginya. Oleh karena itu, semua aktifitas ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi,

(17)

perdagangan, tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir kepada Tuhan. Kalau seorang muslim bekerja di bidang produksi, maka pekerjaan itu dilakukan tidak lain karena ingin memenuhi perintah Allah. Ketika menanam, membajak, atau melakukan pekerjaan lain nya, seorang muslim merasa bahwa ia bekerja dalam rangka beribadah kepada Allah. Makin tekun ia bekerja, makin takwa ia kepada Allah. Bertambah rapi pekerjaannya, bertambah dekat kepada Allah, tertanam dalam hatinya bahwa semua itu adalah rizki dari Allah, maka patutlah bersyukur (Q.S al-Baqarah: 172)                     .

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah

kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu

menyembah.

B. Islam Agama yang Sempurna

Islam adalah satu-satunya agama yang mempunyai berbagai dimensi yang dapat menjawab berbagai persoalan asasi ummat manusi sepanjang masa, termasuk masa kini dan masa yang akan datang. Maka dari itu Islam adalah agama yang paling benar dan di ridhoi Allah seperti pada firmanya dalam surat al-Imran:19

                                       .

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al K itab

8 Pengantar Ekonomi Islam

(18)

kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Islam membawa ajaran dasar tauhid, akhlak, dan ajaran yang berhubungan dengan aspek jiwa, akal, materi dan sosial. Islam agama yang sesuai dengan kefitrahan manusia. Fitrah manusia itu ialah sejauh apa pun ia berjalan menyelisihi fitrah kemanusianya, ia akan berusaha mencari jalan kembali. Fitrah manusia adalah pada al-Khair

(jalan kebaikan). Dan, al-Khair itu adalah al-Islam. Islam

memberikan pada manusia aturan-aturan hukum yang luhur dan teguh serta moralita yang berdasar pada pengetahuan yang luar tentang alam insani. Islam memberikan sumber ketentraman jiwa bagi manusia- manusia di dunia yang dalam perjuangan hidup.

Syari'at Islam adalah syari'at yang lengkap yang mengatur seluruh urusan manusia seperti ibadah, ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, pendidikan dan yang lainnya. Agama Islam menghormati akal manusia meletakkan akal pada tempat yang terhormat, menyuruh manusia mempergunakan akal manusia untuk memerika dan memikirkan keadaan alam. Secara umum sistem Islam mengatur setidaknya tiga hal, yaitu:

1. Hukum-hukum yang berkenaan dengan individu dan al Khaliq,

yakni Allah (hablum minallah) seperti ibadah yang meliputi

shalat, puasa, zakat, haji dan jihad.

2. Mengatur berpakain, makan, minum, dan termasuk di antaranya

akhlak.

3. Mengatur hubungan individu dengan individu yang lainnya dalam

masyarakat (hablum minanasi) seperti urusan niaga, pendidikan,

sosial, politik, dan hukum lainnya.

Maka kita yang dari lahir ke dunia ini langsung menganut agama Islam agama yang diridhoi Allah patut bersyukur dan rasa

(19)

syukur kita itu kita aplikasikan dengan menjalani syariat agama Islam dengan taat. Agama Islam mengerahkan pemeluknya supaya selalu mengadakan barang yang belum ada, merintis jalan yang belum ditempuh, membuat inisiatif dalam hal kedunian yang memberi manfaat untuk masyarakat.

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam:

1. Prinsip tauhid mengandung dua pengertian, yakni tauhid

uluhiyyah dan tauhid rububiyyah. Tauhid uluhiyyah adalah keyakinan akan keesaan Allah dan kesadaran bahwa seluruh yang ada di alam ini adalah milik-Nya. Prinsip ini menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan pencipta, pengatur, dan pemilik jagat raya dengan segala yang ada di dalam-Nya. Tauhid rububiyyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah saja yang menentukan rizki untuk segenap makhluk-Nya, dan hanya Dialah yang membimbing setiap manusia yang percaya pada-Nya, kepada keberhasilan.

2. Prinsip khifalah menegaskan bahwa kedudukan manusia di dunia

ini adalah sebagai wakil Tuhan di bumi, dengan tujuan hidup untuk beribadah kepadanya

        .

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S adz-Dzaariyat: 56)

dan memakmurkan dunia sesuai dengan aturan yang telah di gariskan-Nya. Untuk tujuan ini, Allah menundukkan segala sesuatu bagi kepentingan manusia. O leh karena itu manusia tidak di perbolehkan mengabaikan nilai- nilai yang telah di tetapkan oleh-Nya.

3. Prinsip keadilan, semua usaha dalam pembangunan ekonomi

harus mengacu kepada alokasi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang adil dan merata. Sekalipun Islam menoleransi

10 Pengantar Ekonomi Islam

(20)

kesenjangan ekonomi dan kekayaan individu, tetapi Islam memberikan kewajiban retribusi lewat zakat, shodaqoh, dan amal jariyah yang lain, untuk membantu menjembatani dua kelas sosial yang mempunyai kemampuan ekonomi yang berbeda. O leh karena itu, adil dalam Islam adalah identik atau lebih dekat pada pembagian yang sesuai dengan peran masing- masing, dan kepatutan di antara mereka.

4. Prinsip tazkiyyah, menegaskan bahwa pembangunan ekonomi

tidak boleh mengarah kepada pemenuhan aspek material belaka sehingga menyampingkan aspek spiritual keagamaan. Dalam hal ini pembangunan ekonomi yang di usahakan justru harus selaras dengan kebersihan jiwa manusia, sehingga seiring dengan laju pembangunan dan pertumbuhan, manusia harus dapat juga meningkatkan kualitas intelektualnya, penghayatan nilai-nilai keagamaannya. Dalam konsep Islam, manusia merupakan

makhluk yang sempurna (insan kamil), yang memiliki tiga

komponen penting, dan masing- masing memiliki kebutuhannya sendiri, yakni, jasad, roh, dan akal. Ketiga komponen ini harus secara serempak di kembangkan dan di sucikan.

5. Ketika seorang muslim hendak membeli atau menjual,

menyimpan atau meminjam, atau menginvestasikan uangnya, ia selalu pada batas-batas yang telah di tetapkan oleh Allah. Ia tidak memakan uang haram, memonopoli milik rakyat, korupsi dan sebagainya. Seorang muslim akan sangat paham terhadap segala perintah dan larangan Allah, seperti halalnya jual beli dan haramnya riba, atau haramnya memakan harta orang secara bathil.

(21)

C. Landasan -Landasan Ekonomi Dalam Islam

1. Landasan Akidah

Hubungan ekonomi Islam dengan aqidah Islam tampak jelas dalam banyak hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang ditundukkan (disediakan) untuk kepentingaan manusia. Hubungan ekonomi Islam dengan aqidah dan syari‟ah tersebut memungkinkan aktifitas ekonomi dalam islam menjadi ibadah.

Dalam sistem ekonomi Islam kedudukan manusia sebagai makhluk Allah yang berfungsi mengemban amanat Allah untuk memakmurkan kehidupan di bumi dan kelak di kemudian hari akan dimintai pertanggungjawaban atas amanat Allah tersebut. Sementara itu, sebagai pengemban amanat manusia dibekali kemampuan untuk menguasai, mengolah, dan memanfaatkan potensi alam. Al-Qur‟an surat al- Baqarah 30:

                                       .

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman pada malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.

Begitu juga dalam surat Lukman ayat 20:

                                       12 Pengantar Ekonomi Islam

(22)

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menunjukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat lahir dan batin.

Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang

memerintahkan agar manusia bekerja dan berusaha mencari anugerah Allah untuk kepentingan hidupnya. Misalnya dalam al-Qur‟an surat al Jum‟ah ayat 10:

                     .

Apabila sudah ditunaikan sholat maka beterbaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah dengan sebanyak banyaknya.

Bekerja mencari nafkah dan memanfaatkan potensi alam untuk mencukupi kebutuhan hidup menurut pandangan Islam bukan merupakan tujuan, tetapi merupakan sarana yang harus ditempuh, yang menjadi tujuan adalah mencari keridlaan Allah dengan cara berbuat kebajikan, bersyukur atas nikmatN ya.

2. Landasan Moral

Al-Qur‟an dan hadist Nabi memberikan landasan yang terkait dengan akhlak atau moral dalam ekonomi sebagai berikut:

a. Islam mewajibkan kaum muslimin untuk berusaha mencari

kecukupan nafkah hidup untuk dirinya, keluarga, dan mereka yang menjadi tanggungjawabnya dengan kekuatan sendiri dan tidak menggantungkan kepada pertolongan orang lain. Islam mengajarkan pada manusia bahwa makanan seseorang yang terbaik adalah dari jeri payahnya sendiri. Islam juga mengajarkan bahwa orang yang memberi lebih baik dari orang yang meminta atau menerima.

(23)

b. Islam mendorong manusia untuk memberikan jasa kepada masyarakat. Hadist riwayat Ahmad, Bukhori, Muslim dan Turmudzi mengatakan bahwa muslim yang menanam tanaman, kemudian sebagian dimakan manusia, binatang merayap atau burung, semuanya itu dipandang sebagai sedekah.

c. Hasil dari rizki yang kita peroleh harus disyukuri, hal ini

dinyatakan dalam surat al-Baqarah ayat 172:

                    .

Hai orang orang yang beriman makanlah diantara rizki yang baik baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika engkau benar benar hanya beribadah kepadanya.

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis Islam dalam bidang ekonomi meliputi

al-Qur‟an, Hadist dan Ijtihad (ra‟yu). Al-Qur‟an dalam bidang

ekonomi memberikan pedoman yang bersifat garis besar seperti pedoman untuk memperoleh rizki dengan jalan berniaga, melarang melakukan riba, menghambur hamburkan harta, memakan harta milik orang lain, perintah bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan sebagainya. Sunnah Rasul memberikan penjelasan rincianya seperti bagaimana cara berniaga yang halal dan yang haram, menerangkan bentuk bentuk riba yang dilarang, bentuk bentuk pemborosan dan sebagainya.

Ijtihad mengembangkan penerapan pedoman pedoman al-Qur‟an dan sunnah Rasul dalam berbagai aspek perekonomian yang belum pernah disinggung secara jelas oleh al-Q ur‟an dan hadist sesuai dengan perkembangan zaman, misalnya masalah 14 Pengantar Ekonomi Islam

(24)

bunga bank, asuransi, koperasi, dan sebagainya. Ketika Nabi akan mengutus Mu‟adz ke Yaman, Beliau bertanya sebelum Muadz berangkat: “Bagaimana kamu akan memutuskan, jika kepadamu dihadapkan suatu masalah? ” Muadz menjawab “ saya akan memutuskan dengan ketentuan al-Qur‟an”. Nabi bertanya lagi, “Jika kamu tidak mendapatkanya dalam al-Qur‟an?” Muadz menjawab “saya akan memutuskan dengan sunnah Rasulnya”. Nabi bertanya lebih lanjut, “Jika dalam sunnah Rasulnya juga tidak kamu jumpai?” Muadz menjawab “saya akan berijtihad dengan pikiranku, saya tidak akan membiarkan suatu masalah

tidak berkeputusan. Mendengar jawaban Muadz, Nabi

mengatakan: “ Alhamdulillah yang telah memberikan taufik kepada utusan rasulnya dengan sesuatu yang melegakan utusan Allah”. ( H. R. Muadz).

D. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi Islam sangat memperhatikan keadilan demi tercapainya

keharmonisan antara manusia dengan manusia, dan demi

meningkatkan rasa keimanan dan ketakwaan manusia kepada Allah. Manusia dalam menjalani kegiatan ekonomi memperhatikan prinsip dan landasan ekonomi islam yang telah ditentukan oleh al-Qur‟an, sunnah Rasul, dan ijtihad sehingga dalam mendapat nikmat umat muslim tidak melupakan kodratnya sebagai hamba Allah yang senantiasa selalu bersyukur, rizki yang telah diperolehnya dan senantiasa menjauhkan diri dari praktek riba.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Edwin Nasution, Mustafa. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:

Kencana, 2007.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Heri, Sudarsono. Mengapa (harus) ada Ekonomi Islam ?, Yogyakarta:

Ekonomi Islam, 2010.

16 Pengantar Ekonomi Islam

(26)

BAB

3

INSTRUMEN-INSTRUMEN DALAM

EKONOMI ISLAM

(27)

INSTRUMEN-INSTRUMEN DALAM EKONOMI ISLAM Oleh Lukman Zainul Abidin

A. Pendahuluan

Untuk dapat dibedakan dengan paham-paham yang lain, suatu paham ekonomi memiliki karakteristik tertentu. suatu paha m ekonomi biasanya dibangun oleh suatu tujuan, prinsip, nilai, da n paradigma. Misalnya, paham liberalisme dibangun atas tujua m terwujudnya kebebasan setiap individu untuk mengembangka n dirinya. Kebebasan ini akan terwujud apabila setiap individ u memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Denga n demikian, kesempatan merupakan prinsip yang akan dipegang yang pada akhirnya akan melahirkan suatu paradigma persaingan bebas.

Karakteristik ekonomi Islam yang membedakan denga n sistem ekonomi lain, menurut Yusuf Qardhawi, ia adalah ekonomi rabbaniyah, ilahiyah, insaniyah (berwawasan kemanusiaan), ekonomi berakhlak, dan ekonomi pertengahan. Sebagai ekonomi ilahiyah, ekonomi Islam memiliki aspek-aspek transenden yang suci,

yang memadukannya dengan aspek materi, dunia (profan). Titik

tolaknya adalah Allah dan tujuannya adalah untuk mencari karunia

Allah melalui jalan (thariqah) yang tidak bertentangan dengan apa

yang telah digariskan oleh Allah.

Sebagai ekonomi kemanusiaan, ekonomi Islam melihat aspek

kemanusiaan (humanity) yang tidak bertentangan dengan aspek

ilahiyah. Manusia dalam pandangan ekonomi Islam merupaka n pameran utama dalam mengelola dan memakmurkan alam semesta disebabkan karena kemampuan menajerial yang telah dianugerahka n Allah kepadanya.

Dengan demikian sesungguhnya kegiatan ekonomi di mana-mana adalah sama. Hal yang dapat membedakannya, menurut

17 Pengantar Ekonomi Islam

(28)

Syarifuddin Prawiranegara (seorang ahli ekonomi dan teknokrat yang menonjol peranannya di Indonesia pada akhir tahun 40-an dan 50-an), adalah moral ekonominya. karena itu yang bisa dipelajari lebih khusus adalah etika ekonominya, dalam hal ini misalnya menurut ajaran Islam.

B. Sistem Ekonomi Islam

John F. Due menjelaskan bahwa sistem eknomi adala h

merupakan “... group of economic intitutions or regarded a unit of

the economic system, teh organization through the operation of which the various resources scarce, related to the m are utilized to satisfy the wants man”. Sistem ekonomi merupakan lembaga (pranata) yang hidup dalam suatu masyarakat yang dijadikan acuan oleh masyarakat tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adupun yang dimaksud dengan institusi adalah organisasi atau kaedah, baik forma l ataupun informal yang mengatur prilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam melakukan kegiatan rutin sehari- har i maupun dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya hak milik, ruma h tangga, bagi hasil dan lain- lain.

Sistem ekonomi yang terdapat di dalam setiap kelompok masyarakat atau negatra tidak lain adalah untuk mengatasi persoalan.

1. Barang apa yang seharusnya dihasilkan.

2. Bagaimana cara menghasilkan barang itu.

3. Untuk siapa barang itu dihasilkan atau bagaimana barang tersebut

didistribusikan kepada masyarakat.

Dengan kata lain bahwa sistem ekonomi adalah suatu kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan yang mengimplementasikan keputusan terhadap produksi, distribusi da n konsumsi dalam suatu wilayah. Dan pada dasarnya banyak faktor

(29)

yang membentuk sistem ekonomi, seperti ideologi, nilai- nilai yang dianut, keadaan alam, sejarah dan lain- lain. Secara umum siste m ekonomi juga didasarkan pada pemikiran, konsep, atau teori- teor i ekonomi tertentu yang diyakini kebenarannya. Namun yang dianggap elemen penting dari suatu sistem ekonomi menurut Gregory dan Stuart adalah:

1. Hak kepemilikan.

2. Mekanisme provisi informasi dan koordinasi dari

keputusan-keputusan.

3. Metode pengambilan keputusan.

4. Sistem insentif bagi perilaku ekonomi.

Masing- masing sistem ekonomi kemungkinan berbeda tekanannya dalam hal jenis hak milik tertentu, yang secara umum dapat dikategorikan menjadi hak milik individu, hak milik sosia l (publik), dan hak milik negara. Dalam pengambilan keputusan, suat u sistem ekonomi kemungkinan memiliki metode yang unik, misalnya menggunakan metode sentralistik, desentralistik, atau gabunga n keduanya. Provisi informasi dan koordinasi dalam keputusa n ekonomi dapat dilakukan menggunakan pasar, perencanaan, ata u tradisi. Sedangkan sistem insentif yang menjadi faktor motivas i dalam berekonomi dapat berupa motivasi yang materialistik da n motivasi nonmaterialistik, seperti spiritual, sosial, budaya dan sebagainya.

Dengan demikian sistem ekonomi Islam mencakup kesatua n

mekanisme dan lembaga yang dipergunakan untuk

mengoperasionalkan pemikiran dan teori-teori ekonomi Islam dala m kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Selanjutnya akan dielaborasi elemen-elemen penting perekonomian Islam.

19 Pengantar Ekonomi Islam

(30)

C. Kepemilikan Dalam Islam

1. Sejarah Kepemilikan

Istilah kepemilikan telah ada dan muncul sejak adanya manusia pertama di muka bumi ini. Saat itu, makna kepemilikan tidak lebih dari sekedar penggunaan sesuatu guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada masa awal ini manusia belum berfikiran untuk menyimpan apa yang ia miliki. Ini disebabkan penghuni bumi saat itu masih sedikit dan kebutuhan hidup sangat melimpah. Sehingga pada saat itu, kepemilikan terhadap sesuatu hanyalah penggunaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena kebutuhan hidup sangat mudah didapat.

Seiring dengan berjalannya waktu, sedikit demi sedikit jumlah bani adam mulai bertambah dan memenuhi penjuru bumi. Dimulailah persaingan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini terjadi setelah bertambahnya populusi. Dan dilain sisi setiap orang ingin memenuhi kebutuhan dengannya. Maka sejak ini mulai pergeseran makna kepemilikan yang awalnya hanya

penggunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadi

kewenangan dan kekuasaan. Maka mulai saat inilah muncul istilah kepemilikan pribadi.

Dalam waktu yang sama manusia muncul dalam bentuk keluarga, jamaah, dan kabilah. Dan seorang manusia tidaklah hidup kecuali secara jamaah bermasyarakat. Karena tidak ada alternatif lain dalam kelangsungan kehidupan seseorang kecuali bergabung dalam komunitas masyarakat. Darinya muncul istilah kepemilikan bersama. Dimana tidak ada hak wewenang pribadi dalam memanfaatkannya melainkan digunakan bersama oleh setiap anggota masyarat seperti: jalan raya, jembatan, sungai, gunung dll.

(31)

2. Definisi Kepemilikan Menurut Ulama Syiari‟ah

Kepemilikan dalam syariat Islam adalah kepemilikan terhadap sesuatu sesuai dengan aturan hukum, dan memiliki wewenang untuk bertindak dari apa yang ia miliki selama dalam jalur yang benar dan sesuai dengan hukum.

Melihat makna defenisi ini jelaslah bahwa kepemilikan dalam islam berbeda dengan apa yang ada pada paham-paham lainnya. Seperti halnya aliran kapitalis yang memandang makna kepemilikan sebagai kekuasaan seseorang yang tak terbatas terhadap sesuatu tanpa ada pada orang lain. Inilah perbedaan yang mendasar antara konsep kepemilikan pada Islam dan yang paham lainnya yaitu harus berada pada jalur koridor yang benar sebagaimana diperintahkan oleh Allah.

3. Faktor Penyebab Adanya Kepemilikan

Disadari bahwa kehidupan manusia tidaklah akan berjalan lancar dengan baik kecuali setelah mendapatkan apa yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dari harta benda. Maka dalam kehidupan, harta adalah sesuatau yang lazim dan wajib bagi semua manusia sejak pertama diciptakan dimuka bumi ini. Dikatakan bahwa manusia pertama yang menggunakan mata uang dinar dan dirham adalah Adam. Adam berkata:

Tidaklah berjalan dengan baik suatu kehidupan tanpa keduanya yaitu dinar dan dirham.

Jika kehidupan manusia terikat oleh harta, maka secara otomatis, wajiblah baginya bersungguh-sungguh dan jujur dalam mencapainya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah melalui rasulN ya.

21 Pengantar Ekonomi Islam

(32)

4. Faktor Penyebab Adanya Kepemilikan Dalam Islam

a. Tidak menggantungkan hidup kepada orang lain

Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tidak adanya ketergantungan materi dan mengaharap belas kasih orang lain. Karena Islam memandang hina mereka yang hanya mengantungkan hidupnya kepada orang lain tanpa mau berusaha untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Rasulullah

juga melarang kita untuk menengadahkan tangan kepada

orang lain dengan tujuan meminta. Tergambar dalam

ucapannya:

Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah.

Diriwayatkan bahwa Luqman a.s berkata kepada anaknya: ”wahai anakku, jika engkau merasa fakir (kekurangan) maka minta tolonglah kepada tuhanmu yang maha kuasa”. Berdoa dan merendah kepadaNya. Mintalah kepadaNya karunia dan anugerahNya. Maka sesungguhnya tidak ada yang memiliki selain Ia. Dan janganlah engkau meminta kepada manusia. Dengannya kau terlihat rendah dihadapan mereka,sedangkan kau tidak mendapatkan apa-apa”.

Hadist dan nash- nash diatas menanamkan pada umat muslim jiwa yang mulia untuk tidak meminta dari apa yang ada di tangan manusia kecuali dengan cara yang di halalkan oleh Islam. Dan mendorong mereka untuk mancari yang halal melalui jalan yang telah digariskan oleh Islam.

b. Semangat dan merasa tenang dalam beribadah kepada Allah

Ini bisa dilihat dari bagaimana dengannya seorang muslim bisa menjalankan kewajibannya kepada Allah. yang membutuhkan kejernihan pikiran. Dan ini tidak akan tercapai

(33)

kecuali dengan memberikan kepada jiwa apa yang memenuhi

kebutuhannya. begitu juga seorang muslim dalam

menjalankan kewajiban kepada tuhannya selain kesiapan batin juga memerlukan harta materi. karena diantara kewajiban ada yang dalam pelaksanaannya memerlukan harta. Seperti dalam kewajiban berzakat dan ibadah haji kedua itu tidak diwajibkan kecuali kepada mereka yang mampu. Sudah jelas seorang muslim tidak akan mampu melaksanakannya melainkan dengan bekerja yang bisa menghasilkan materi.

Oleh karena itu Ibnu Taimiah berkata bahwa: keimanan seorang muslim tidaklah sempurna kecuali ia mampu memenuhi semua kebutuhan hidupnya . Karena itu maka kekurangan harta materi merupakan kendala besar bagi seorang muslim dalam mencapai derajat iman yang sempurna. Dari ini bisa disimpulkan bahwa bagi seorang muslim harta tidaklah melainkan sebatas wasilah perantara guna mencapai tujuan-tujuan mulia. Bukanlah seperti apa yang disangka oleh sebagian umat muslim. Bahwa Islam adalah pengangguran dan meninggalkan hal- hal yang bersifat duniawi dari harta dan kenikmatan lainnya dengan dalih zuhud, agar lebih tenang dalam beribadah. Lalu kemudian mengasingkan diri dari masyarakat guna mencapai derajat keimanan yang tinggi. Tidaklah seperti itu tetapi Islam mendorong dan menganjurkan umatnya untuk selalu berusaha dalam mencari harta guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan selanjutnya ia bisa beribadah kepada Allah dengan tenang dan penuh kedamaian tanpa terikat oleh siapapun.

c. Menolong sesama.

Jika kita cermati kehidupan para sahabat Rasulullah, mereka bersemangat dalam mencari harta guna memenuhi

23 Pengantar Ekonomi Islam

(34)

kehidupan dan mengeratkan tali silaturrahmi di antara mereka

melalui sodaqoh. Sebagaimana diriwayatkan dari

Abdurrahman Bin Auf. Beliau berkata: dengan harta aku menyambung silaturrahmi dan mendekatkan diri kepada Allah begitu juga Zubair Ibnu Awam berkata: sesungguhnya harta

adalah darinya sumber kebaikan, silaturrahmi, nafaqah di

jalan Allah dan kebaikan akhlaq. Selain itu pula padanya kemuliaan dunia dan kelezatannya.

D. Musyawarah Sebagi Prinsip Pengambilan Keputusan

1. Musyawarah

Adanya musyawarah dalam pengambilan keputusan karena di dalam musyawarah semua peserta memiliki persamaan hak untuk mendapatkan kesempatan secara adil untuk

mengungkapkan pendapat dan pandangan masing- masing

terhadap suatu pengambilan keputusan. Pelaksanaan musyawarah dan prosedur pengambilan keputusan tetap berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ajaran Islam yaitu kebebasan, keadilan, dan persamaan dalam berbicara serta mengemukakan pendapat. Pendapat yang diajukan keputusan bukan melihat kepada siapa yang mengemukakan pendapat itu, pendapat mayoritas atau minoritas, melainkan bagaimana kualitas pendapat itu dan dampaknya bagi kemaslahatan umat bukan kemaslahatan yang bermusyawarah.

Berikut petunjuk al-Qur‟an tentang bentuk dan sistem musyawarah pada ayat pertama dalam surat al-Syura ayat 38:

                 .

(35)

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.

Allah juga menyebut musyawarah sebagai sifat terpuji bagi orang beriman, kemudian Ia memerintahkan agar urusan dimusyawarahkan sebagi tersebut dalam surat Ali Imran ayat 159:

                                             .

Maka disebabkan rahmat dari Allah- lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

2. Keadilan

Dalam Islam, kebenaran adalah kebenaran, kesesatan adalah kesesatan, keadilan adalah keadilan, yang kesemuanya adalah berlaku mutlak terhadap siapapun itu d i dunia ini, tidak memandang dia adalah rakyat jelata yang paling hina dan rendah ataupun pemimpin umat, atau bahkan utusan tuhan sekalipun, semuanya duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi serta menjunjung bersama-sama dalam hukum, tidak ada yang

25 Pengantar Ekonomi Islam

(36)

memiliki hak-hak istimewa apapun. salah adalah salah, benar adalah benar. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan hendaknya bersifat adil. Dijelaskan dalam Firman Allah dalam QS. al-Maidah: 8                                                 .

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Perintah wajib itu ditujukan kepada dua hal yaitu perintah menetapkan hukum atau menyelesaikan satu masalah dengan adil dan perintah berlaku adil bagi orang yang menetapkan hukum dan menyelesaikan sustu masalah.

E. Pasar Yang Adil Dalam Media Koordinasi

Aspek keempat dalam sistem ekonomi adalah mekanisme pemenuhan insentif. Dalam paham kapitalisme, mekanisme pasar atau transaksi dianggap sebagai mekanisme yang paling tepat untuk pemenuhan kehendak setiap individu. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap individu sadar dan termotivasi oleh kepentingan individunya, karena itu tiap individu tidak perlu diatur oleh pihak lain

(37)

dalam memenuhi kepentingan sendiri. Mekanisme transaksional akan tercipta manakala setiap individu memiliki pola pikir yang individualistik. Seseorang akan mau memberikan miliknya apabila ia mendapatkan imbalan yang sesuai dengan keinginannya. Mekanisme inilah yang disebut mekanisme pasar.

Insentif individualistik tersebut oleh Islam diakomodasi sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan sosial dan kepentingan suci (ibadah). Karena itu kebebasan individu yang harmonis dengan kebutuhan sosial dan moralitas Islam akan terwujud dalam mekanisme pasar yang mengedepankan aspek moralitas dan kerja sama. Ibnu Taimiyah menyebutkan dengan “pasar yang adil”

atau gabungan antara persaingan dan kerja sama (coopetition).

Mekanisme pasar diberikan ruang gerak untuk penentuan harga, namun pasar juga dikendalikan oleh pemerintah dan masyarakat dalam upaya mencapai keadilan dan maslahah yang maksimum, jadi bukan pasar murni.

F. Maslahah Sebagai Insentif Ekonomi

Secara etimologi, maslahah mursalah ( ) terdiri

dari dua kata, yaitu kata maslahah ( ) dan kata mursalah

( ). Kata maslahah ( ) sendiri adalah masdar (kata benda)

dari kata sholaha ( ) yang memiliki arti faedah, kepentingan,

kemanfaatan dan kemaslahatan.

Imam Musa Ibrahim menyebutkan dalam kitabnya

“Al-madkhol fi Ushulil Fiqh wa tarikhu at-tasyri‟u al-Islam bahwa maslahah sama dengan manfaah baik dipandang dari sisi wazan atau artinya.

Sedangkan kata Mursalah ( ) adalah isim maf‟ul (objek)

dari fiil madli (kata dasar) dalam bentuk tsulasi (kata dasar yang tiga

huruf) yaitu dengan penambahan huruh alif dipangkalnya

27 Pengantar Ekonomi Islam

(38)

sehinga menjadi . secara etimologi berarti terlepas atau dalam arti mutlaqotan (bebas). Kata lepas dan bebas disini jika dihubungkan dengan kata maslahah maksudnya adalah terlepas dan bebas dari keterangan yang menunjukan boleh atau tidaknya dilakukan.

Bila ditinjau secara istilah, para ulama ushul fiqh tidak mencapai kata sepakat dalam memberikan batasan dan defenisi tentang apa sebenarnya itu maslahah.

Imam Ghozali mendefinisikan maslahah sebagai berikut, Ungkapan yang pada asalnya digunakan untuk menarik manfaat atau menolak mudhorot.

Imam As-Saukani mendefinisikan maslahah sebagai berikut, Memelihara tujuan syara' (dalam menetapkan hukum) dengan cara menghindarkan kerusakan dari manusia”.

Imam Abdur Rohman mendefinisikan maslahah dalam kitab

tafsirnya sebagai berikut,

“Hakikat Maslahah adalah sesuatu yang bisa membuat baik

terhadap keadaan-keadaan hamba-hamba (manusia- manusia) dan menstabilkan urusan- urusanya baik urusan agama maupun urusan akhirat”.

Dalam kitab al- Buhust al-Ilmiyah disebutkan bahwa maslahah adalah

(39)

“Maslahah adalah manfaat yang diperoleh atau manfaat yang dominant (umum dan ungul)”

Dalam kitab Mafaahim al-Islamiyah disebutkan:

“Maslahah adalah menarik manfaat yang dimaksud oleh syari‟ yang bijaksana”.

Dalam Majalah Jami‟ah Islamiyah yang ada di madinah, disebutkan bahwa maslahah adalah

“Maslahah adalah apa yang dikehendaki oleh akal yang lurus(tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu) dan fitrah yang sehat untuk merealisasikan tujuan syaari‟ dan manusia berupa kebaikan di dunia dan akhirat”.

Walaupun para ulama ushul fiqh berbeda dalam

mendefinisikan maslahah, namun pada tataran subtasinya mereka

boleh dibilang sampai pada titik penyimpulan, bahwa maslahah

adalah suatu bentuk upaya hukum untuk mendatangkan sesuatu yang berdampak positif (manfaat) serta menghindarkan diri dari hal- hal yang bermuatan negatif (mudorot)”

G. Kesimpulan

Ekonomi syariah merupakan bagian integral dari ajaran Isla m yang universal dan komprehensif. Al-Qur‟an secara tegas mendeklarasikan kekomprehensifan Islam tersebut. Sebagaimana pada surat Al-An‟am ayat 38, “Sedikitpun tidak kami lupakan d i dalam kitab suci Al-Qur‟an (QS. 6:38); surat Al-Maidah ayat 3 “Pada hari ini Kusempurnakan bagi kamu agamamu da n Kusempurnakan bagi kamu nikmatKu dan Aku ridho Islam it u

29 Pengantar Ekonomi Islam

(40)

sebagai agama kamu”. Dalam ayat lainnya Allah berfirman, “Kami

menurunkan al-Qur‟an untuk menjelaskan segala sesuatu”

(QS.16:89). Ajaran Islam mengenai muamalah bersifat universal da n inklusif, sesuai dengan surah al-Anbiyak 107. "Kami tidak mengutusmu kecuali untuk sekalian alam”. Ajaran Islam dala m bermuamalat tidak membeda-bedakan muslim dan non- muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diucapkan ole h Khalifah Ali :“ Dalam bidang muamalat kewajiban mereka adala h kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita”.

Salah satu unsur yang menjadi dasar perbedaan antara siste m ekonomi syariah dengan sistem ekonomi lainnya adalah pada falsafahnya, yang terdiri dari nilai-nilai dan tujuan. Dalam ekonomi Islam, nilai- nilai ekonomi bersumber dari al-Qur‟an dan hadits berupa prinsip-prinsip universal. Di saat sistem ekonomi lain hanya terfokus pada hukum dan sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi, Islam lebih jauh membahas nilai- nilai dan etika yang terkandung dalam setiap kegiatan ekonomi tersebut. Nilai-nilai inilah yang selalu mendasari setiap kegiatan ekonomi Islam. Nilai fundamental yang menjadi fondasi utama konstruksi ekonomi syariah adalah ta uhid. Fondasi berikutnya, adalah syariah dan akhlak. Pengamalan syaria h dan akhlak merupakan refleksi dari tauhid. Landasan ta uhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan implementasi syariah tidak terganggu.

Fondasi syariah membimbing aktivitas ekonomi, sehingga

sesuai dengan kaidah-kaidah syariah (syari'ah compliance).

Sedangkan akhlak membimbing aktivitas ekonomi manusia agar senantiasa mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapa i tujuan. Akhlak yang terpancar dari tauhid akan membentuk integritas

yang membentuk good corporate governance dan market diciplin

(41)

menjadi prinsip untuk mencapai tujuan (falah), Kesepuluh pilar

tersebut adalah maslahah, keadilan, khilafah tanggung jawab,

kebebasan, ownership (kepemilikan), produktifitas, persaudaraa n

(ukhuwah), nubuwwah, dan jaminan sosial.

31 Pengantar Ekonomi Islam

(42)

Daftar Pustaka

Hamid, Edy Suandi. Modul Sistem Ekonomi, Jakarta: UT, 2007.

Muhammad, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2007.

P3EI UII-BI, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Raharjo, M. Dawam. Etika Ekonomi dan Manajemen, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2200531-definisi-maslahah/#ixzz1phIoWpwJ.

http://qyuranies.blogsome.com/2007/09/18/prinsip-pengambilan-keputusan- menurut-islam/ trackback.

http://iaeipusat.org/index.php?option=com_content&view=article&id=87:road-map-ekonomi-syariah&catid=48:artikel-ekonomi-syariah&Itemid=77.

(43)

BAB

4

KEUANGAN PUBLIK ISLAM

(44)

KEUANGAN PUBLIK ISLAM Oleh Zainuri

A. Pendahuluan

Untuk mencapai falah yang maksimum, tidak seluruh aktifitas ekonomi bisa diserahkan pada mekanisme pasar. Ada kalanya mekanisme pasar gagal menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat ataupun mekanisme pasar tidak bekerja secara fair dan adil, fair dalam arti berprinsipkan saling ridho dan adil dalam arti tidak berbuat zalim kepada pihak lain. Dalam hal ini pemerintah atau masyarakat perlu mengambil alih peran mekanisme pasar dalam menyediakan barang atau jasa tersebut.

Permasalahan selanjutnya yang muncul adala h barang atau jasa apakah yang perlu disediakan masyarakat atau pemerintah, dari mana sumber dana yang digunakan untuk penyediaan barang atau jasa tersebut, bagaimana alokasi dan distribusi barang atau jasa yang disediakan oleh masyarakat atau pemerintah tersebut, apakah kriteria untuk memutuskan bahwa barang atau jasa tertentu layak disediakan oleh pemerintah atau masyarakat, dan sebagainya.

Oleh karena itu, dalam tahap awal perlu dikaji bagaimana keuangan public ini dipraktikkan oleh Rasulullah Saw, dan para sahabatnya, prinsip-prinsip apakah yang bisa disarikan dari sunnah Rasulullah Saw. dan sahabatnya, dan bagaimana implementasi keuangan publik Islam dalam masa kekinian. Diantara instrument keuangan publik Islam yang terbentuk sejak awal yaitu: zakat, infaq waqf dan sebagainya.

(45)

B. Sejarah Keuangan Publik Islam

1. Keuangan Publik pada Masa Rasulullah

Negara Islam pertama yang dibangun di dunia adalah negara yang dibangun Rasulullah di Madinah yang dikenal dengan nama negara Islam Madinah. Negara ini dibangun berlandaskan semangat keislaman yang tercermin dari al-Qur‟an dan kepemimpinan Rasulullah. Modal utama yang dipergunakan untuk membangun negara ini bukanlah uang melainkan semangat ketauhidan yang ditanamkan Rusulullah kepada masyarakat Madinah. Pada waktu itu kaum muhajirin yang mengungsi dari Mekkah dan datang ke Madinah tanpa membawa bekal yang cukup. Sementara di Madinah belum ada pemerintahan yang terorganisir dengan baik.

Beberapa kebijakan diambil oleh Rasulullah untuk mengukuhkan pemerintahan yang ada. Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah bersabda, “kemiskinan membawa orang pada kekafiran.” Maka upaya untuk mengentaskan kemiskinan merupakan bagian dari kebijakan sosial yang dikeluarkan Rasulullah. Di antara kebijakan ekonomi Rasulullah, guna memacu pertumbuhan kegiatan perekonomian yang ada di

Madinah ketika itu adalah membangun masjid sebagai Islamic

Center yang digunakan selain untuk beribadah juga untuk kegiatan kegiatan lain seperti tempat pertemuan parlemen, kesekretariatan, mahkamah agung, markas besar tentara, kantor urusan luar negeri, pusat pendidikan, tempat pelatihan bagi para penyebar luas agama, asrama, baitul maal, tempat para dewan dan utusan.

Mempersaudarakan antara kaum mujahirin dengan kaum anshar. Kelompok anshar memberikan sebagian dari harta mereka kepada kaum muhajirin untuk dipergunakan dalam kegiatan

34 Pengantar Ekonomi Islam

(46)

produksi sampai kaum muhajirin dapat melangsungkan kehidupannya.

Kebijakan lainnya yang diambil Rasulullah di antaranya merehabilitasi muhajirin dari Makkah di Madinah, menciptakan kedamaian dalam negara, mengeluarkan hak dan kewajiban kepada warga negaranya, membuat konstitusi negara, menyusun sistem pertahanan Madinah, dan meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.

Dua perubahan besar yang dilakukan oleh Rasulullah pada masa itu adalah: Pertama, Islam telah membuang sebagian besar tradisi, ritual, norma, nilai simbul-simbul dari masa lampau dan mengganti dengan yang baru sesuai al-Q ur‟an dan sunnah Rasul. Kedua, negara baru dibentuk tanpa menggunakan sumber keuangan ataupun moneter karena tidak diwarisi harta ataupun persediaan dari masa lampau.

a. Sumber Utama Keuangan Negara

Pada masa Rasulullah hampir seluruh pekerjaan yang dikerjakan tidak mendapatkan upah. Tidak ada tentara formal, semua muslim yang mampu boleh menjadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi diperbolehkan mendapat bagian rampasan perang. Pada masa perang Badar mulai diaturlah pembagian harta rampasan perang dengan turunnya surat al- Anfaal: 41

                          

(47)

                  . Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,

anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika

kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di

hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.

Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Pada tahun kedua Hijrah mulai diwajibkan zakat fitrah setiap bulan Ramadhan. Sedangkan zakat mal mulai diwajibkan pada tahun kesembilan Hijrah. Adapun harta kekayaan yang dikenai pajak adalah sebagai berikut:

1) Emas.

2) Perak.

3) Binatang ternak seperti unta, sapi, dan kambing.

4) Barang dagangan.

5) Hasil pertanian.

6) Luqta, barang yang ditinggalkan musuh.

7) Luqothoh (barang temuan).

Dengan adanya perintah wajib ini, Rasulullah mulai metentukan pegawai pengelolanya yang kebanyakan dari Bani Umayah, yang mana mereka tidak digaji secara resmi tetapi mereka mendapat bayaran tertentu dari dana zakat.

Kekayaan pertama diperoleh pada tahun keempat Hijrah dari Bani Nadir yang berupa tanah dan barang yang ditinggalkan ketika dideportasi dari tempat tinggalnya kare na melanggar pejanjian Madinah. Sedangkan wakaf pertama

36 Pengantar Ekonomi Islam

(48)

diberikan oleh Mukhoirik, seorang robbi Bani Nadir yang telah masuk Islam berupa tujuh kebun. Sumber pendapatan negara lainnya diantaranya berasal dari:

1) Jizyah yaitu pajak yang dibayar oleh non- muslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, harta, ibadah dan tidak wajib militer.

2) Kharaj yaitu pajak tanah dari non- muslim ketika K hoibar ditaklukkan.

3) Ushr adalah bea impor barang yang dikenakan kepada semua pedagang yang dibayar sekali dalam setahun yang hanya dikenakan pada barang yang nilainya lebih dari 200 dirham.

b. Sumber Sekunder Keuangan Negara

Di antara sumber pendapatan sekunder yang dapat memberikan hasil adalah:

Uang tebusan tawanan perang.pinjaman-pinjaman untuk pembebasan kaum muslimin dari Judhaima.

1) Khumus atau rikaz, harta karun temuan pada periode sebelum Islam.

2) Amwal Fadla, barang seorang muslim yang meninggal tanpa waris.

3) Wakaf, harta banda yang didedikasikan kepada umat Islam yang disebabkan karena Allah dan pendapatannya didepositokan di Baitul Maal.

4) Nawaib, pajak yang sangat besar yang dibebankan kepada kaum muslim yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat.

5) Hadiah

6) Zakat fitrah

(49)

c. Lembaga Keuangan Negara

Sumber pemasukan keuangan negara ada banyak, tetapi untuk pendistribusiannya harus ditangani oleh satu institusi. Rasulullah membentuk Baitul Maal sebagai institusi yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan kekayaan

negara. Pada perkembangan selanjutnya institusi ini

memegang peran penting dalam bidang keuangan dan administrasi pada awal periode Islam terutama pada masa kepemimpinan Khulafaurrasyidin.

2. Keuangan Publik pada Masa Khulafaurrasyidin

1. Khalifah Abu Bakar Siddiq

Pada masa kepemimpinan Abu Bakar Siddiq pengelolaan kas negara dijalankan sebagaimana Rasulullah

menjalankannya. Baitul Maal tetap menjadi sentral

pengumpulan dan pendistribusian kekayaan negara. Abu Bakar Siddiq sangat memperhatiakan keakuratan perhitungan zakat. Zakat yang telah terkumpul di Baitul Maal selalu didistribusikan setiap periode dengan tanpa sisa. Sumber kekayaan negara yang semakin menipis menjelang wafatnya menyebabkan harta kekayaan pribadinya digunakan untuk pembiayaan negara.

2. Khalifah Umar bin Khattab

Pada masa kekhalifahannya ada beberapa kebijakan baru yang diambil, di antaranya adalah masalah: Baitul Maal,

kepemilikan tanah, zakat dan ushr, sedekah untuk non

muslim, mata uang, klasifikasi pendapatan negara dan pengeluaran.

3. Khalifah Utsman

Untuk meningkatkan hasil sumber daya alam maka pada masa kekhalifahannya digali banyak aliran air,

38 Pengantar Ekonomi Islam

(50)

digalakkan menanam pohon buah-buahan dan pembentukan organisasi kepolisian tetap untuk mendukung keamanan perdagangan. Beliau tidak mengambil upah dari kantornya.

Beberapa kebijakan baru yang diambil diantaranya:

meningkatkan dana pensiun, meningkatkan keamanan dan pertahanan laut, pembangunan wilayah taklukan baru, meningkatkan kharaj dan jizyah.

4. Khalifah Ali bin Abi Thalib

Perbedaan Khalifah Ali dengan tiga khalifah

sebelumnya adalah: kepemimpinannya yang sangat

sederhana, ketat dan melakukan pendistribusian harta Baitul Maal dari pusat ke provinsi-provinsi setiap pekan sekali.

C. Karakteristik Keuangan Publik Yang Berlandaskan Keadilan

Dalam problematika makanan pokok, Islam memandang ada beberapa poin penting yang harus dipenuhi untuk mencapai keadilan.

1. Hajat hidup orang banyak harus dikelola dan menjadi tanggung

jawab negara. Rasulullah pernah bersabda bahwa “manusia berserikat dalam tiga hal yaitu api, air, dan rumput”. Dalam konteks kekinian, rumput dalam hadits tersebut meliputi sumber makanan pokok masyarakat. Artinya, menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memastikan bahwa rakyat dalam kondisi mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Karena itu sudah selayaknya sektor pertanian didukung sepenuhnya. Tidak sekadar menjamin untuk membeli, tetapi bagaimana meningkatkan produktivitas.

2. Mekanisme pasar harus berjalan sempurna; ikhtikar dan spekulasi

harus ditangani. Islam memandang keadilan harus menjadi prinsip sistem ekonomi. Dalam pandangan Islam, mekanisme

(51)

memungkinkan pelaku ekonomi berkompetisi menuai hasil atas usaha masing- masing.

Tetapi Islam menekankan perlunya perlindungan kepada si lemah oleh pemerintah. Islam memandang pentingnya pengorbanan si kuat untuk berbagi kepada sesama. Bukan sebaliknya, para pedagang besar terus menggerus keuntungan yang seharusnya milik mereka para petani yang telah berkeringat.

Upaya untuk ''mensyariahkan'' sektor pertanian. Dalam hal ini lembaga- lembaga keuangan syariah memiliki tanggung jawab vertikal dan horisontal untuk merealisasikan tujuan keadilan.

D. Instrumen Pembiyaan Publik

Pada masa awal pemerintahan negara Islam, keuangan publik Islam dan kebijakan fiskal belum banyak berperan dalam kegiatan perekonomian. Kebijakan fiskal belum dijalankan sebagaimana dilakukan pada analisis kebijakan fiskal dewasa ini, karena memang belum ada pemasukan negara saat itu. Rasulullah dan stafnya tidak

mendapat gaji sebagaimana lazimnya suatu pemerintahan.

Penerimaan pemerintah hanya berasal dari sumbangan masyarakat. Zakat belum diwajibkan pada awal pemerintah Islam tersebut. Kalau Rasulullah membutuhkan dana untuk membantu fakir miskin, maka Bilal biasa meminjam dari orang Yahudi.

Sumber penerimaan lainnya pada awal tahun pemerintahan tersebut adalah harta yang diperoleh dari rampasan perang (Ghonimah), dan ini baru diizinkan untuk menjadi salah satu sumber keuangan pemerintahan tersebut setelah turunnya surah al-Anfal: 41 pada tahun kedua Hijriah. Selanjutnya pada tahun kedua Hijriah tersebut zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh setiap muslim dan ini kemudian menjadi salah satu sumber keuangan pemerintahan.

40 Pengantar Ekonomi Islam

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang terbuka publik taman Nostalgia masih belum maksimal sesuai konsep awal, dimana tujuan pemanfaatan taman pada

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun

Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

Untuk menjamin lancarnya proses komunikasi tersebut diperlukan pemaknaan yang tepat terhadap tanda tersebut sehingga makna yang ingin disampaikan oleh komunikator

2. Jenis Koleksi yang Biasa Digunakan dalam Proses Belajar-Mengajar Koleksi perpustakaan SMP Negeri 3 Alla Kalosi adalah semua jenis bahan pustaka yang dikumpulkan/diadakan, diolah,

Mendiskusikan dan menyimpulkan mengenai besaran yang memiliki dimensi, besaran yang tidak memiliki dimensi, dan cara menguraikan besaran menjadi sebuah

iklim ikut ikuti (mengikuti) ilmu imbuhan imigrasi imitasi impian indah indera ingat ingatan ingin ingin tahu iklim umba maumba ilmu imbuhan imigrasi siapan cita

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dengan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Implementasi Strategi