KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG RAHAYU
DI DESA CIKEDUNGLOR, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN
INDRAMAYU:
KAJIAN ETNOLINGUISTIK
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana SastraProgram Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
EKA JUITA
NIM 1002750
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG
RAHAYU
DI DESA CIKEDUNGLOR
KECAMATAN CIKEDUNG KABUPATEN
INDRAMAYU (KAJIAN ETNOLINGUISTIK)
Oleh Eka Juita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
© Eka Juita 2014
Universitas Pendidikan Indonesia November 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
viii
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Masalah ... 3
1. Identifikasi Masalah ... 3
2. Batasan Masalah... 4
3. Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian... 5
D.Manfaat Penelitian... 5
E. Struktur Organisasi Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORETIS ... 7
A. Landasan Teoretis ... 7
1. Etnolinguistik ... 7
2. Pandangan Hidup Orang Indramayu ... 9
ix
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Struktur Teks ... 12
5. Diksi dan Gaya Bahasa ... 13
6. Isotopi ... 14
7. Referensi Leksikon... 15
8. Kearifan Lokal ... 15
9. Profil Desa Cikedunglor ... 16
B. Tinjauan Pustaka ... 18
C. Anggapan Dasar ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
A. Lokasi Penelitian ... 20
B. Desain Penelitian ... 20
C. Sumber Data Penelitian ... 21
D. Data dan Korpus penelitian ... 21
E. Metode Penelitian ... 22
F. Definisi Operasional ... 23
G. Instrumen Penelitian ... 23
1. Pedoman Observasi ... 24
2. Pedoman Wawancara ... 25
3. Kartu Data ... 25
H. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Observasi Partisipan ... 26
2. Wawancara Tidak Berstruktur ... 26
I. Teknik Pengolahan Data ... 27
BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 28
x
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Struktur Teks Kidung Rahayu ... 28
1. Formula Sintaksis ... 28
2. Diksi dan Gaya Bahasa ... 98
3. Isotopi ... 101
4. Konteks Penuturan Kidung Rahayu ... 120
1) Penutur ... 120
2) Waktu Penuturan ... 120
3) Tempat Penuturan ... 121
4) Keadaan ... 121
5) Perlengkapan ... 122
6) Cara ... 122
C.Referensi Leksikon yang Mencerminkan Konsep Hidup Rahayu dalam Kidung Rahayu ... 123
1. Permohonan ... 123
2. Manusia ... 124
3. Bagian Tubuh ... 125
4. Waktu ... 127
5. Tempat ... 127
6. Aktivitas ... 128
7. Keadaan ... 129
8. Alam ... 130
9. Benda ... 131
10.Ketuhanan ... 131
11.Harapan... 132
D. Cermin Konsep Hidup Rahayu Orang Indramayu di Cikedunglor Dilihat dari Kidung Rahayu yang Digunakan ... 134
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 140
xi
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 142
LAMPIRAN ... 145
Vi
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
1
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang
dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini
sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Jawa yang
ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya
digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka
mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan
bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan
yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa).
Namun, pada zaman yang semakin maju ini, masyarakat dari berbagai kalangan
sudah melupakan budayanya sendiri, termasuk kidung serta masuknya pengaruh
budaya populer yang kurang terfilter oleh pemerintah menyebabkan kidung ini
sedikit demi sedikit hilang keberadaannya. Apabila kidung Rahayu sudah tidak
lagi melekat di masyarakat Cikedunglor maka yang ada moral masyarakat
bergeser sehingga tidak lagi takut dengan aturan tuhan, tidak mengerti kesopanan
dan nasehat orang yang lebih tua. Oleh karena itu, kidung patut untuk dilestarikan
agar moral masyarakat Cikedunglor tetap baik.
Pelestarian kidung masih dilakukan oleh para pelantun kidung itu sendiri,
khususnya di Indramayu. Pelantun kidung ini pun tergolong tokoh penting di
masyarakat. Jumlah mereka pun sangat terbatas. Terbatasnya jumlah pelantun
kidung timbul karena beberapa kalangan masyarakat merasa kesulitan untuk
2
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kidung Rahayu saja. Sebagai contoh, pelantunan kidung ditentukan oleh aturan
yang ketat namun tidak seketat aturan macapat.
Naskah kidung yang menjadi objek penelitian ini adalah kidung Rahayu
yang ditembangkan secara menyeluruh. Adapun salah satu contoh kidung Rahayu
sebagai berikut:
Sun angidhung purwane kang sajati
Hamba menembangkan asal-usul yang sejati Wite agung lan pange jagat
Pohonnya besar dan cabangnya alam Agodhong mega rumembe
Daunnya awan berarak Ewoh lintang tlaga langit
Pucuk tunasnya pelangi Adus karmas udan
Bermandikan hujan Awor kilat barung
Bercampur kilat petir
Hamba melantunkan asal-usul yang sejati, pohon/kayu (khayyun) yang besar dan cabangnya adalah jagat alam raya. Daunnya awan yang berantakan, pucuk tunas pelangi. Bermandikan hujan yang bercampur dengan kilat petir.
Kidung adalah doa yang dituangkan ke dalam sastra, baik puisi atau
macapat. Tidak selamanya kidung ditembangkan, ada kalanya dibaca. (Kasim,
2013, hlm. 181) Kidung juga hasil karya sastra zaman Jawa pertengahan
(Majapahit akhir), menggunakan bahasa Jawa tengahan, bentuknya tembang, baik
nama maupun metrum yang dianut seperti halnya tembang kidung. Dibandingkan
dengan serat kakawin, kidung sangatlah berbeda dengan kakawin (karya sastra
Jawa kuno), kakawin merupakan karya sastra Jawa kuno yang mendapat pengaruh
dari India, sedangkan kidung asli Jawa tidak mengenal istilah guru dan lagu (suara
panjang dan pendek). Walaupun seperti macapat, tetapi metrum kidung belum
3
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian etnolinguistik sebagai
tumpuan analisis.
Etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Kajian tentang etnolinguistik berkaitan dengan hipotesis Sapir-Whorf, yang disebut pula sebagai relativitas bahasa (language relativism) dari pikiran Boas (Samson, 1980, hlm. 81).
Hipotesis tersebut menyatakan bahwa bahasa manusia membentuk atau
mempengaruhi persepsi manusia akan realitas lingkungannya atau bahasa manusia
mempengaruhi lingkungan dalam memproses dan membuat kategori-kategori
realitas di sekitarnya (Samson, 1980, hlm. 81-82).
Penelitian mengenai kidung sebelumnya pernah dilakukan oleh Setiyadi
(2011) dalam disertasinya yang menjadikan macapat etnik Jawa wilayah
eks-Karesidenan Surakarta khususnya yang berupa pendidikan dan pengajaran sebagai
objek kajiannya studi semantik. Selain itu, Ismanto (2012) menggunakan data
macapat mijil, tetapi dengan menggunakan aplikasi Macromedia Flash
Profesional 8 untuk siswa kelas lima sekolah dasar. Ismanto lebih menekankan
pada pengembangan media pembelajaran sehingga dapat diketahui kualitas
produk media pembelajaran yang dikembangkan. Berbeda dengan Setiayadi dan
Ismanto, Sucoko (2006) mengunakan data teks macapat saptadarma dalam
kerohanian di Sragen sebagai objek kajiannya.
Begitu banyak hal yang dapat diamati dari keberadaan kidung Rahayu.
Akan tetapi, melihat banyaknya permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan
lebih ditekankan pada beberapa hal yang berkaitan dengan kidung Rahayu, yaitu
akan mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana kidung Rahayu, bagaimana
deskripsi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung
Rahayu, bagaimana cermin konsep hidup orang jawa di Cikedunglor dilihat dari
kidung Rahayu yang digunakan, dan bagaimana klasifikasi struktur teks kidung
4
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat jawa khususnya di desa Cikedunglor akan pentingnya nilai-nilai yang
terkandung dalam kidung Rahayu tersebut. Inilah yang menjadikan penelitian ini
menarik dan penting untuk dilakukan sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang
ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.
B. Masalah Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan masalah penelitian yang
meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah.
Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah. Adapun
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Masuknya budaya asing ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia
semakin tergeser keberadaannya. Salah satunya kidung yang hampir punah
dan tidak dikenal oleh masyarakatnya.
2) Penutur kidung di Desa Cikedunglor berkurang seiring masyarakat yang sulit
untuk mempelajari bahasa Jawa kuno.
3) Nilai-nilai budaya dalam kaitannya dengan kegiatan membaca kidung Rahayu
yang ada di masyarakat Indramayu tepatnya di Desa Cikedunglor sudah
bergeser.
2. Batasan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti menguraikan batasan masalah.
Berikut adalah batasan masalah dalam penelitian ini.
1) Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Cikedunglor, Kabupaten
Indramayu karena di desa tersebut terdapat ahli waris yang sering
menyanyikan seluruh isi dari kidung pada upacara adat atau acara-acara
5
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Penelitian ini akan ditekankan pada struktur teks kidung Rahayu; klasifikasi
dan deskripsi kidung Rahayu; konsep hidup rahayu yang tercermin dari
kidung Rahayu; fungsi sosial budaya kidung Rahayu bagi masyarakat penutur
bahasa Jawa- Indramayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu.
3) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik.
3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten
Indramayu?
2) Bagaimanakah referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu
dalam kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu?
3) Bagaimana konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di
Cikedunglor, Kabupaten Indramayu?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap hal-hal sebagai berikut:
1) struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu;
2) leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu dalam kidung Rahayu di
Cikedunglor, Kabupaten Indramayu;
3) konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di Cikedunglor,
Kabupaten Indramayu.
D. Manfaat Penelitian
6
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan naskah yang cukup bagi proses pembukuan naskah kidung dan bagi
proses penciptaan karya-karya sastra, serta dapat menghidupkan kembali kidung
yang hampir punah.
2. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan data dan informasi mengenai tradisi lisan dan tradisi tulisan seputar
kesenian kidung serta sumbangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kajian
etnolinguistik terhadap tembang kidung.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab satu adalah pendahuluan yang terdiri
atas latar belakang masalah dan masalah penelitian yang terbagi menjadi
identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya,
manfaat penelitian terbagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoretis, serta
struktur organisasi skripsi.
Bab dua terdiri atas landasan teoretis, tinjauan pustaka dan anggapan
dasar. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnolinguistik,
struktur teks kidung, pandangan hidup orang Indramayu, referensi leksikon,
kearifan lokal, profil Desa Cikedunglor Kabupaten Indramayu.
Bab tiga adalah metode penelitian yang terdiri atas lokasi penelitian,
desain penelitian, sumber data penelitian, data atau korpus penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik pengolahan data. Kemudian, bab empat adalah pembahasan hasil
penelitian yang terdiri atas bentuk dan makna. Lalu, bab lima adalah penutup.
20
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan tepat di daerah penutur atau informan itu sendiri, yaitu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
B. Desain Penelitian
Pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut
(model Miles dan Huberman, 1992, hlm. 20)
Bagan Desain Penelitian
Data dan Sumber Data Kidung Rahayu
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan dan teknik
wawancara
1. Data yg diambil dlm penelitian ini adalah kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. 2. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini difokuskan pada
kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
Penganalisisan Data
1. Struktur teks kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
2. Deskripsi referensi leksikon kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
21
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur kidung Rahayu yang
bernama Ki Tarka. Penutur berdomisili di Cikedunglor, Kecamatan Cikedung,
Kabupaten Indramayu. Saat ini, Ki Tarka berusia 44 tahun.
Pemilihan Ki Tarka sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan
oleh beberapa hal. Pertama, Ki Tarka mendapatkan keahliannya sebagai juru
kidung dengan diajarkan oleh bapa kandungnya. Artinya, keahliannya didapatkan
secara turun-temurun sehingga masih terjaga keaslian kidung Rahayu yang
digunakannya. Kedua, Ki Tarka adalah penutur yang masih aktif melantunkan
kidung Rahayu. Ketiga, tempat tinggal Ki Tarka berada di lingkungan padat
penduduk dengan keadaan masyarakatnya yang sudah modern dan dengan
suasana perkotaan yang membuat pergesekan kebudayaan semakin besar.
Peneliti memiliki sumber data penelitian sekunder, yaitu masyarakat Desa
Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Masyarakat Cikedung
adalah masyarakat yang berada di sekitar penutur. Ratna (2010, hlm. 35)
menjelaskan bahwa objek ilmu humaniora berasal dari dalam, sebagai orisinalitas
yang hidup. Orisinalitas yang hidup akan terkait dengan sumber data penelitian
yang dipilih dalam penelitian ini.
D. Data atau Korpus Penelitian
Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Berikut adalah uraian-uraiannya.
1) Data primer dalam penelitian ini adalah lirik kidung Rahayu. Data penelitian
tersebut adalah data lisan dari penutur kidung Rahayu. Data lisan kidung
Rahayu yang dimaksud adalah semua lirik kidung Rahayu yang dituturkan
oleh penutur. Data lisan diambil untuk memenuhi konteks sosial, budaya, dan
situasionalnya. Data-data ini akan dianalisis menggunakan model analisis
dipandang dari dua sisi, yaitu struktural dan fungsional. Sisi fungsional
diangkat karena bahasa adalah cerminan manusia sebagai penggunanya. Oleh
sebab itu, penelitian ini adalah penelitian etnolinguistik yang didasari dua
22
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Desa
Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu mengenai
keberadaan kidung Rahayu di lingkungannya.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan bahasa dan kebudayaan. Oleh sebab
itu, penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Selanjutnya, metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi komunikasi.
Etnografi komunikasi adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku
komunikatif suatu masyarakat, seperti cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan
dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan (Kuswarno, 2008, hlm. 11).
Secara sempit, metode etnografi komunikasi ini meliputi bahasa lisan karena
dalam aplikasinya penulis dituntut untuk mengikuti kehidupan masyarakat yang
akan diteliti, termasuk tuturannya.
Namun, Hymes (1972; 1973; 1980) mengungkapkan bahwa metode
etnografi komunikasi tidak hanya meliputi bahasa lisan, tetapi juga meliputi
bahasa tulisan. Hal tersebut sejalan dengan Kuswarno (2008, hlm. 59) yang
menyebutkan bahwa etnografi komunikasi yang meliputi bahasa tulisan atau
interpretasi teks adalah ilmu atau seni yang displikasikan pada tulisan dan bukan
ujaran, dan khususnya pada teks-teks. Dari interprerasi teks tersebut, penulis akan
menemukan informasi mengenai pola-pola penggunaan bahasa, kebudayaan
orang-orang yang membacanya.
Selain itu, metode lain yang mendukung penelitian ini adalah metode
kualitatif. Untuk memperoleh data bahasa, peneliti mengikuti dan mengamati
secara langsung ritual tersebut serta melakukan wawancara secara mendalam
dengan informan yang mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Penelitian
atas mendeskripsikan data bahasa yang diperoleh secara faktual dan terperinci
sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini serta metode deskriptif
ini merupakan metode yang akan mendeskripsikan hal-hal yang akan dibahas
23
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Definisi Operasional
Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan beberapa definisi operasional
dari beberapa istilah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.
1) Kajian Etnolinguistik adalah cabang ilmu yang berhubungan erat antara
bahasa dan budaya dalam konteks masyarakat etnik yang mempunyai bahasa
khas untuk merekam kebudayaan dengan cara deskripsi, dan pemaknaan yang
mengungkap cerminan konsep hidup rahayu orang Jawa di Desa Cikedunglor.
2) Kidung Rahayu merupakan nyanyian atau syair yang dinyanyikan dengan
maksud untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat, serta bagian dari satu kesatuan perilaku dan pandangan hidup pada
masyarakat Indramayu.
3) Konsep hidup rahayu merupakan cara pandang masyarakat Cikedunglor
Kabupaten Indramayu terhadap keselamatan dengan tujuan bersyukur agar
mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat melalui upacara-upacara sakral yang
salah satu acaranya ada yang menyanyikan kidung Rahayu tersebut.
4) Referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung
Rahayu adalah kumpulan leksikon yang memberikan gambaran konsep hidup
rahayu yang terkandung dalam kidung Rahayu.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipakai adalah konsep human instrument.
Maksud dari human instrument adalah peneliti terjun ke masyarakat yang diteliti
dan menjadi masyarakat yang diteliti, konsep ini biasa disebut dengan pendekatan
emik. Pendekatan secara emik relevan untuk mengungkap pola kebudayaan
menurut persepsi pemilik budaya (Endraswara, 2003, hlm. 35). Levi-Strauss
(dalam Harris, 1999, hlm. 32, dalam Endraswara, 2003, hlm. 35) menganggap
emik lebih natural dalam merepresentasikan fenomena budaya.
Dalam melakukan pengamatan atau wawancara tak berstruktur terhadap
informan, peneliti mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman untuk melakukan
penelitian. Pedoman yang digunakan yaitu pedoman observasi, dan pedoman
24
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pedoman Observasi
Observasi merupakan tahap awal suatu penelitian yang menyaratkan
pencatatan dan perekaman sistematis semua data. (Ratna, 2010, hlm. 217) Peneliti
melakukan observasi ke lapangan untuk mencari data leksikon kidung Rahayu
ritual Selametan dengan mendatangi lokasi penelitian dan peneliti.
Pedoman Observasi
(1) Peristiwa yang diobservasi: Cermin Konsep Hidup Rahayu Orang Indramayu
dalam Ritual Selametan di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung,
Kabupaten Indramayu.
(2) Lokasi observasi: Lingkungan masyarakat Indramayu di Desa Cikedunglor,
Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
(3) Penggunaan leksikon yang mencerminkan
(4) Penggunaan leksikon yang mencerminkan
25
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pedoman Wawancara
Instrumen yang digunakan dalam metode wawancara ini peneliti mencatat
dan merekam informasi yang di dapat dari responden. Media yang digunakan
pada saat melakukan wawancara adalah telepon genggam (handphone)
No Variabel Pertanyaan wawancara
1 Konsep hidup Rahayu dalam
kidung Rahayu.
1) Bagaimana sejarah kidung
Rahayu?
2) Kapan waktu berlangsungnya
kidung Rahayu dilantunkan?
3) Bagaimana alur pelaksanaan
ritual Selametan ?
4) Siapa saja yang terlibat dalam
ritua Selametan?
2 Leksikon-leksikon yang
mencerminkan adanya hubungan
dengan alam, dan manusia.
1) Apa yang diketahui tentang
leksikon
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi
partisipan dan teknik wawancara. Peneliti ikut terjun langsung ke lapangan, selain
itu juga menggunakan teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data.
Wawancara secara mendalam dilakukan agar informasi yg didapatkan jelas.
Wawancara terbuka artinya tidak berstruktur sehingga memungkinkan informan
untuk memberikan jawaban yang lebih bebas.
1. Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam
antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat
yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008, hlm. 49). Dalam melakukan observasi
partisipan, peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan.
26
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan informasi langsung bagaimana
bentuk tuturan yang digunakan dalam kegiatan yang dilakukan di tempat
penelitian.
Menurut Kuswarno (2008, hlm. 50) pada teknik obervasi partisipan,
peneliti tidak melulu mengambil perspektif outsider, tetapi gabungan antara
outsider (orang yang berada di luar budaya tersebut) dan insider (orang yang
berperan menjalani budaya tersebut) dengan mengkombinasikan obervasi dan
pengetahuan sendiri. Peneliti dapat terlibat mengungkap kidung Rahayu dengan
ikut berinteraksi dengan informan.
2. Wawancara Tidak Berstruktur
Wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam adalah
wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif
respon yang ditentukan sebelumnya (Kuswarno, 2008, hlm. 54).
Pertanyaan-pertanyaan dimasukkan pada hal-hal yang natural dalam arus pembicaraan
sehingga terciptalah wawancara yang terbuka (open-ended) sehingga
memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.
Kuswarno (2008, hlm. 56) menyimpulkan bahwa wawancara tidak
berstuktur atau wawancara mendalam baik dilakukan dalam suasana yang akrab
dan informal. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti menggunakan telepon
genggam (handphone) untuk merekam kidung Rahayu dalam ritual Selametan
yang dilantunkan.
I. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data dikumpulkan, data tersebut tentunya akan diolah untuk
menjawab rumusan masalah. Data dalam penelitian terbagi menjadi dua, data
primer dan data sekunder. Data primer adalah lirik kidung Rahayu yang
didapatkan peneliti melalui observasi partisipan. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah pertama, transliterasi atau terjemahan kidung dari Jawa ke bahasa
Indonesia, kedua analisis struktur teks kidung di Desa Cikedunglor, Kecamatan
Cikedung, Kabupaten Indramayu. Ketiga, analisis dan deskripsi leksikon, yaitu
27
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keempat, analisis dan deskripsi mengenai cerminan hidup rahayu orang
Indramayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu
pada kidung yang digunakan. Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah
terakhir tentang persepsi masyarakat tentang kidung Rahayu. Data sekunder yang
berupa hasil wawancara kepada penutur atau informan. Kemudian, akan dianalisis
140
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang
dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini
sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Indramayu
yang ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya
digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka
mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan
bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan
yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa).
Dari segi struktur teks yang berhubungan dengan formula sintaksis, teks
kidung Rahayu terdapat 157 larik dengan hasil analilsis semua larik pada kidung
Rahayu, maka dapat disimpulkan bahwa kidung Rahayu memiliki struktur kata
yang tidak sesuai dengan kaidah sintaksis, seperti penggunaan huruf besar atau
huruf kecil yang selalu digunakan pada setiap awal larik yang tidak disertai
dengan tanda titik diakhir larik. Secara sintaksis, kidung Rahayu tidak memiliki
fungsi yang beraturan dan tidak memiliki peran disetiap lariknya. Kategori pada
kidung Rahayu didominasi oleh kategori nomina. Hal tersebut disebabkan larik
kidung Rahayu menggunakan benda sebagai ungkapan. Selanjutnya pada analisis
tema terdapat macam-macam isotopi, diantaranya: ketuhanan, pemberian, waktu,
kegiatan, manusia, perasaan, kenikmatan, kekuatan, benda, persepsi pancaindera.
Sementara itu, analisis referensi leksikon dalam kidung Rahayu di Desa
Cikedunglor dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni: (1)
permohonan, (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) waktu, (5) tempat, (6) aktivitas,
141
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tataran pencerminan mengenai konsep hidup rahayu orang Jawa di
Desa Cikedunglor dapat dideskripsikan oleh kalimat berikut (1-63) Dadiya sarira
hayu ‘anda menjadi selamat’ dan dari keseluruhan analisis data, bahwa gambaran konsep hidup rahayu menurut orang Jawa di Cikedunglor dapat dilihat dari
kalimat-kalimat dan leksikon yang terdapat dalam kidung Rahayu. Orang selamat
menurut orang Jawa di Cikedunglor adalah seseorang yang bahagia dunia akhirat,
terbebas dari segala semua perkara, dijauhakan dari segala bentuk bencana dan
guna-guna termasuk ilmu gaib, serta senantiasa selalu mengamalkan segala
perbuatan yang baik agar selalu dirahmati oleh yang Maha Kuasa Allah Swt.
Dengan adanya deskripsi dari kalimat-kalimat dan leksikon yang digunakan
dalam kidung Rahayu tersebut.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap kidung Rahayu dan melakukan
berbagai penelusuran, penulis mengajukan beberapa saran. Karena penelitian ini
terbatas pada penelitian terhadap cermin konsep hidup rahayu orang Indramayu
dalam kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menganalisis lebih banyak varian kidung Rahayu di Desa Cikedunglor
dalam studi penelitian etnolinguistik. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan
beberapa temuan penelitian yang secara teori belum ditelusuri. Penulis berharap
agar penelitian-penelitian lainnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih
dalam dan meluruskan hasil temuan peneliti ini berdasarkan ilmu teori yang
relevan. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat
untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, sosial dan
kemanusiaan dan penulis berharap penelitian dapat dijadikan rujukan sebagai
sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa secara umum, linguistik khususnya
142
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Duranti, Alessandro. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Duranti, Alessandro. (2004). A Companion to Linguistic Anthropology. Australia: Blackwell Publishing Ltd.
Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKIS
Foley, William A. (2001). Anthropological Linguistics. Massachusetts: Balckwell Publisher Inc.
Geertz, Clifford. (1981) Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Herusatoto, Budiono. (2008). Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak. Yogyakarta: LkiS.
Hymes, Dell. (1980). “Models of Interactions of Language and Social Life”. Dalam John J. Gumperz dan Dell Hymes, eds. Direction in Sociolinguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Hymes, Dell. (1980). Foundations in Sociolinguistics: An Ethnograpics Approach Philadelpia: University of Pennsylvania Press.
143
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kasim, Supali. (2011). Menapak Jejak Sejarah Indramayu. Yogyakarta: Framepublishing.
Koentjaraningrat. (1981). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. (1981). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
Koentjaraningrat (red.). (1976). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press.
Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
MPSS, Pudentia, peny. (1998). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Novianti, Nury. (2010). Konsep Cantik dalam Mantra dangdan Banjarsari. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nuryani. (2010). Wacana Ritual Selamatan di Pasarean Gunung Kawi Malang-Jawa Timur: Kajian Linguistik Antropologis. Disertasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pusat Bahasa. (2001). KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
144
Eka Juita, 2014
konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik. Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Poda.
Sitaresmi, N.& Mahmud F. (2011). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.
Soedjijono, Kusnadi Adi Wiryawan, & Imam Hanafi. (1987). Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa Di Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudaryanto. (1998). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Warnaen, Suwarsih dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundalogi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Wierbicka, Anna. (1997). Understanding Culture through Their Key Words: English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.