• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG RAHAYU DI DESA CIKEDUNGLOR, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN INDRAMAYU: KAJIAN ETNOLINGUISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG RAHAYU DI DESA CIKEDUNGLOR, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN INDRAMAYU: KAJIAN ETNOLINGUISTIK."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG RAHAYU

DI DESA CIKEDUNGLOR, KECAMATAN CIKEDUNG, KABUPATEN

INDRAMAYU:

KAJIAN ETNOLINGUISTIK

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana SastraProgram Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

EKA JUITA

NIM 1002750

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KONSEP HIDUP RAHAYU DALAM KIDUNG

RAHAYU

DI DESA CIKEDUNGLOR

KECAMATAN CIKEDUNG KABUPATEN

INDRAMAYU (KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

Oleh Eka Juita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

© Eka Juita 2014

Universitas Pendidikan Indonesia November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

viii

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Batasan Masalah... 4

3. Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 5

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 7

A. Landasan Teoretis ... 7

1. Etnolinguistik ... 7

2. Pandangan Hidup Orang Indramayu ... 9

(6)

ix

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Struktur Teks ... 12

5. Diksi dan Gaya Bahasa ... 13

6. Isotopi ... 14

7. Referensi Leksikon... 15

8. Kearifan Lokal ... 15

9. Profil Desa Cikedunglor ... 16

B. Tinjauan Pustaka ... 18

C. Anggapan Dasar ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Lokasi Penelitian ... 20

B. Desain Penelitian ... 20

C. Sumber Data Penelitian ... 21

D. Data dan Korpus penelitian ... 21

E. Metode Penelitian ... 22

F. Definisi Operasional ... 23

G. Instrumen Penelitian ... 23

1. Pedoman Observasi ... 24

2. Pedoman Wawancara ... 25

3. Kartu Data ... 25

H. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Observasi Partisipan ... 26

2. Wawancara Tidak Berstruktur ... 26

I. Teknik Pengolahan Data ... 27

BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 28

(7)

x

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Struktur Teks Kidung Rahayu ... 28

1. Formula Sintaksis ... 28

2. Diksi dan Gaya Bahasa ... 98

3. Isotopi ... 101

4. Konteks Penuturan Kidung Rahayu ... 120

1) Penutur ... 120

2) Waktu Penuturan ... 120

3) Tempat Penuturan ... 121

4) Keadaan ... 121

5) Perlengkapan ... 122

6) Cara ... 122

C.Referensi Leksikon yang Mencerminkan Konsep Hidup Rahayu dalam Kidung Rahayu ... 123

1. Permohonan ... 123

2. Manusia ... 124

3. Bagian Tubuh ... 125

4. Waktu ... 127

5. Tempat ... 127

6. Aktivitas ... 128

7. Keadaan ... 129

8. Alam ... 130

9. Benda ... 131

10.Ketuhanan ... 131

11.Harapan... 132

D. Cermin Konsep Hidup Rahayu Orang Indramayu di Cikedunglor Dilihat dari Kidung Rahayu yang Digunakan ... 134

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 140

(8)

xi

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 142

LAMPIRAN ... 145

(9)

Vi

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

(10)

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

(11)

1

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang

dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini

sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Jawa yang

ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya

digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka

mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan

bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan

yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa).

Namun, pada zaman yang semakin maju ini, masyarakat dari berbagai kalangan

sudah melupakan budayanya sendiri, termasuk kidung serta masuknya pengaruh

budaya populer yang kurang terfilter oleh pemerintah menyebabkan kidung ini

sedikit demi sedikit hilang keberadaannya. Apabila kidung Rahayu sudah tidak

lagi melekat di masyarakat Cikedunglor maka yang ada moral masyarakat

bergeser sehingga tidak lagi takut dengan aturan tuhan, tidak mengerti kesopanan

dan nasehat orang yang lebih tua. Oleh karena itu, kidung patut untuk dilestarikan

agar moral masyarakat Cikedunglor tetap baik.

Pelestarian kidung masih dilakukan oleh para pelantun kidung itu sendiri,

khususnya di Indramayu. Pelantun kidung ini pun tergolong tokoh penting di

masyarakat. Jumlah mereka pun sangat terbatas. Terbatasnya jumlah pelantun

kidung timbul karena beberapa kalangan masyarakat merasa kesulitan untuk

(12)

2

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kidung Rahayu saja. Sebagai contoh, pelantunan kidung ditentukan oleh aturan

yang ketat namun tidak seketat aturan macapat.

Naskah kidung yang menjadi objek penelitian ini adalah kidung Rahayu

yang ditembangkan secara menyeluruh. Adapun salah satu contoh kidung Rahayu

sebagai berikut:

Sun angidhung purwane kang sajati

Hamba menembangkan asal-usul yang sejati  Wite agung lan pange jagat

Pohonnya besar dan cabangnya alam  Agodhong mega rumembe

Daunnya awan berarak  Ewoh lintang tlaga langit

Pucuk tunasnya pelangi  Adus karmas udan

Bermandikan hujan  Awor kilat barung

Bercampur kilat petir

Hamba melantunkan asal-usul yang sejati, pohon/kayu (khayyun) yang besar dan cabangnya adalah jagat alam raya. Daunnya awan yang berantakan, pucuk tunas pelangi. Bermandikan hujan yang bercampur dengan kilat petir.

Kidung adalah doa yang dituangkan ke dalam sastra, baik puisi atau

macapat. Tidak selamanya kidung ditembangkan, ada kalanya dibaca. (Kasim,

2013, hlm. 181) Kidung juga hasil karya sastra zaman Jawa pertengahan

(Majapahit akhir), menggunakan bahasa Jawa tengahan, bentuknya tembang, baik

nama maupun metrum yang dianut seperti halnya tembang kidung. Dibandingkan

dengan serat kakawin, kidung sangatlah berbeda dengan kakawin (karya sastra

Jawa kuno), kakawin merupakan karya sastra Jawa kuno yang mendapat pengaruh

dari India, sedangkan kidung asli Jawa tidak mengenal istilah guru dan lagu (suara

panjang dan pendek). Walaupun seperti macapat, tetapi metrum kidung belum

(13)

3

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian etnolinguistik sebagai

tumpuan analisis.

Etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Kajian tentang etnolinguistik berkaitan dengan hipotesis Sapir-Whorf, yang disebut pula sebagai relativitas bahasa (language relativism) dari pikiran Boas (Samson, 1980, hlm. 81).

Hipotesis tersebut menyatakan bahwa bahasa manusia membentuk atau

mempengaruhi persepsi manusia akan realitas lingkungannya atau bahasa manusia

mempengaruhi lingkungan dalam memproses dan membuat kategori-kategori

realitas di sekitarnya (Samson, 1980, hlm. 81-82).

Penelitian mengenai kidung sebelumnya pernah dilakukan oleh Setiyadi

(2011) dalam disertasinya yang menjadikan macapat etnik Jawa wilayah

eks-Karesidenan Surakarta khususnya yang berupa pendidikan dan pengajaran sebagai

objek kajiannya studi semantik. Selain itu, Ismanto (2012) menggunakan data

macapat mijil, tetapi dengan menggunakan aplikasi Macromedia Flash

Profesional 8 untuk siswa kelas lima sekolah dasar. Ismanto lebih menekankan

pada pengembangan media pembelajaran sehingga dapat diketahui kualitas

produk media pembelajaran yang dikembangkan. Berbeda dengan Setiayadi dan

Ismanto, Sucoko (2006) mengunakan data teks macapat saptadarma dalam

kerohanian di Sragen sebagai objek kajiannya.

Begitu banyak hal yang dapat diamati dari keberadaan kidung Rahayu.

Akan tetapi, melihat banyaknya permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan

lebih ditekankan pada beberapa hal yang berkaitan dengan kidung Rahayu, yaitu

akan mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana kidung Rahayu, bagaimana

deskripsi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung

Rahayu, bagaimana cermin konsep hidup orang jawa di Cikedunglor dilihat dari

kidung Rahayu yang digunakan, dan bagaimana klasifikasi struktur teks kidung

(14)

4

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat jawa khususnya di desa Cikedunglor akan pentingnya nilai-nilai yang

terkandung dalam kidung Rahayu tersebut. Inilah yang menjadikan penelitian ini

menarik dan penting untuk dilakukan sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang

ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.

B. Masalah Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan masalah penelitian yang

meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah.

Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Masuknya budaya asing ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia

semakin tergeser keberadaannya. Salah satunya kidung yang hampir punah

dan tidak dikenal oleh masyarakatnya.

2) Penutur kidung di Desa Cikedunglor berkurang seiring masyarakat yang sulit

untuk mempelajari bahasa Jawa kuno.

3) Nilai-nilai budaya dalam kaitannya dengan kegiatan membaca kidung Rahayu

yang ada di masyarakat Indramayu tepatnya di Desa Cikedunglor sudah

bergeser.

2. Batasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti menguraikan batasan masalah.

Berikut adalah batasan masalah dalam penelitian ini.

1) Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Cikedunglor, Kabupaten

Indramayu karena di desa tersebut terdapat ahli waris yang sering

menyanyikan seluruh isi dari kidung pada upacara adat atau acara-acara

(15)

5

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Penelitian ini akan ditekankan pada struktur teks kidung Rahayu; klasifikasi

dan deskripsi kidung Rahayu; konsep hidup rahayu yang tercermin dari

kidung Rahayu; fungsi sosial budaya kidung Rahayu bagi masyarakat penutur

bahasa Jawa- Indramayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu.

3) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik.

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten

Indramayu?

2) Bagaimanakah referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu

dalam kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu?

3) Bagaimana konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di

Cikedunglor, Kabupaten Indramayu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengungkap hal-hal sebagai berikut:

1) struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu;

2) leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu dalam kidung Rahayu di

Cikedunglor, Kabupaten Indramayu;

3) konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di Cikedunglor,

Kabupaten Indramayu.

D. Manfaat Penelitian

(16)

6

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan naskah yang cukup bagi proses pembukuan naskah kidung dan bagi

proses penciptaan karya-karya sastra, serta dapat menghidupkan kembali kidung

yang hampir punah.

2. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan data dan informasi mengenai tradisi lisan dan tradisi tulisan seputar

kesenian kidung serta sumbangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kajian

etnolinguistik terhadap tembang kidung.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab satu adalah pendahuluan yang terdiri

atas latar belakang masalah dan masalah penelitian yang terbagi menjadi

identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya,

manfaat penelitian terbagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoretis, serta

struktur organisasi skripsi.

Bab dua terdiri atas landasan teoretis, tinjauan pustaka dan anggapan

dasar. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnolinguistik,

struktur teks kidung, pandangan hidup orang Indramayu, referensi leksikon,

kearifan lokal, profil Desa Cikedunglor Kabupaten Indramayu.

Bab tiga adalah metode penelitian yang terdiri atas lokasi penelitian,

desain penelitian, sumber data penelitian, data atau korpus penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,

dan teknik pengolahan data. Kemudian, bab empat adalah pembahasan hasil

penelitian yang terdiri atas bentuk dan makna. Lalu, bab lima adalah penutup.

(17)

20

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan tepat di daerah penutur atau informan itu sendiri, yaitu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

B. Desain Penelitian

Pada bagian ini digambarkan desain penelitian dalam bentuk bagan berikut

(model Miles dan Huberman, 1992, hlm. 20)

Bagan Desain Penelitian

Data dan Sumber Data Kidung Rahayu

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan dan teknik

wawancara

1. Data yg diambil dlm penelitian ini adalah kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. 2. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini difokuskan pada

kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

Penganalisisan Data

1. Struktur teks kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

2. Deskripsi referensi leksikon kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.

(18)

21

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur kidung Rahayu yang

bernama Ki Tarka. Penutur berdomisili di Cikedunglor, Kecamatan Cikedung,

Kabupaten Indramayu. Saat ini, Ki Tarka berusia 44 tahun.

Pemilihan Ki Tarka sebagai sumber data dalam penelitian ini didasarkan

oleh beberapa hal. Pertama, Ki Tarka mendapatkan keahliannya sebagai juru

kidung dengan diajarkan oleh bapa kandungnya. Artinya, keahliannya didapatkan

secara turun-temurun sehingga masih terjaga keaslian kidung Rahayu yang

digunakannya. Kedua, Ki Tarka adalah penutur yang masih aktif melantunkan

kidung Rahayu. Ketiga, tempat tinggal Ki Tarka berada di lingkungan padat

penduduk dengan keadaan masyarakatnya yang sudah modern dan dengan

suasana perkotaan yang membuat pergesekan kebudayaan semakin besar.

Peneliti memiliki sumber data penelitian sekunder, yaitu masyarakat Desa

Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Masyarakat Cikedung

adalah masyarakat yang berada di sekitar penutur. Ratna (2010, hlm. 35)

menjelaskan bahwa objek ilmu humaniora berasal dari dalam, sebagai orisinalitas

yang hidup. Orisinalitas yang hidup akan terkait dengan sumber data penelitian

yang dipilih dalam penelitian ini.

D. Data atau Korpus Penelitian

Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder. Berikut adalah uraian-uraiannya.

1) Data primer dalam penelitian ini adalah lirik kidung Rahayu. Data penelitian

tersebut adalah data lisan dari penutur kidung Rahayu. Data lisan kidung

Rahayu yang dimaksud adalah semua lirik kidung Rahayu yang dituturkan

oleh penutur. Data lisan diambil untuk memenuhi konteks sosial, budaya, dan

situasionalnya. Data-data ini akan dianalisis menggunakan model analisis

dipandang dari dua sisi, yaitu struktural dan fungsional. Sisi fungsional

diangkat karena bahasa adalah cerminan manusia sebagai penggunanya. Oleh

sebab itu, penelitian ini adalah penelitian etnolinguistik yang didasari dua

(19)

22

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat Desa

Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu mengenai

keberadaan kidung Rahayu di lingkungannya.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini berhubungan dengan bahasa dan kebudayaan. Oleh sebab

itu, penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Selanjutnya, metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi komunikasi.

Etnografi komunikasi adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku

komunikatif suatu masyarakat, seperti cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan

dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan (Kuswarno, 2008, hlm. 11).

Secara sempit, metode etnografi komunikasi ini meliputi bahasa lisan karena

dalam aplikasinya penulis dituntut untuk mengikuti kehidupan masyarakat yang

akan diteliti, termasuk tuturannya.

Namun, Hymes (1972; 1973; 1980) mengungkapkan bahwa metode

etnografi komunikasi tidak hanya meliputi bahasa lisan, tetapi juga meliputi

bahasa tulisan. Hal tersebut sejalan dengan Kuswarno (2008, hlm. 59) yang

menyebutkan bahwa etnografi komunikasi yang meliputi bahasa tulisan atau

interpretasi teks adalah ilmu atau seni yang displikasikan pada tulisan dan bukan

ujaran, dan khususnya pada teks-teks. Dari interprerasi teks tersebut, penulis akan

menemukan informasi mengenai pola-pola penggunaan bahasa, kebudayaan

orang-orang yang membacanya.

Selain itu, metode lain yang mendukung penelitian ini adalah metode

kualitatif. Untuk memperoleh data bahasa, peneliti mengikuti dan mengamati

secara langsung ritual tersebut serta melakukan wawancara secara mendalam

dengan informan yang mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Penelitian

atas mendeskripsikan data bahasa yang diperoleh secara faktual dan terperinci

sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini serta metode deskriptif

ini merupakan metode yang akan mendeskripsikan hal-hal yang akan dibahas

(20)

23

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Definisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan beberapa definisi operasional

dari beberapa istilah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.

1) Kajian Etnolinguistik adalah cabang ilmu yang berhubungan erat antara

bahasa dan budaya dalam konteks masyarakat etnik yang mempunyai bahasa

khas untuk merekam kebudayaan dengan cara deskripsi, dan pemaknaan yang

mengungkap cerminan konsep hidup rahayu orang Jawa di Desa Cikedunglor.

2) Kidung Rahayu merupakan nyanyian atau syair yang dinyanyikan dengan

maksud untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di

akhirat, serta bagian dari satu kesatuan perilaku dan pandangan hidup pada

masyarakat Indramayu.

3) Konsep hidup rahayu merupakan cara pandang masyarakat Cikedunglor

Kabupaten Indramayu terhadap keselamatan dengan tujuan bersyukur agar

mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat melalui upacara-upacara sakral yang

salah satu acaranya ada yang menyanyikan kidung Rahayu tersebut.

4) Referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung

Rahayu adalah kumpulan leksikon yang memberikan gambaran konsep hidup

rahayu yang terkandung dalam kidung Rahayu.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai adalah konsep human instrument.

Maksud dari human instrument adalah peneliti terjun ke masyarakat yang diteliti

dan menjadi masyarakat yang diteliti, konsep ini biasa disebut dengan pendekatan

emik. Pendekatan secara emik relevan untuk mengungkap pola kebudayaan

menurut persepsi pemilik budaya (Endraswara, 2003, hlm. 35). Levi-Strauss

(dalam Harris, 1999, hlm. 32, dalam Endraswara, 2003, hlm. 35) menganggap

emik lebih natural dalam merepresentasikan fenomena budaya.

Dalam melakukan pengamatan atau wawancara tak berstruktur terhadap

informan, peneliti mempersiapkan pertanyaan sebagai pedoman untuk melakukan

penelitian. Pedoman yang digunakan yaitu pedoman observasi, dan pedoman

(21)

24

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pedoman Observasi

Observasi merupakan tahap awal suatu penelitian yang menyaratkan

pencatatan dan perekaman sistematis semua data. (Ratna, 2010, hlm. 217) Peneliti

melakukan observasi ke lapangan untuk mencari data leksikon kidung Rahayu

ritual Selametan dengan mendatangi lokasi penelitian dan peneliti.

Pedoman Observasi

(1) Peristiwa yang diobservasi: Cermin Konsep Hidup Rahayu Orang Indramayu

dalam Ritual Selametan di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung,

Kabupaten Indramayu.

(2) Lokasi observasi: Lingkungan masyarakat Indramayu di Desa Cikedunglor,

Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

(3) Penggunaan leksikon yang mencerminkan

(4) Penggunaan leksikon yang mencerminkan

(22)

25

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pedoman Wawancara

Instrumen yang digunakan dalam metode wawancara ini peneliti mencatat

dan merekam informasi yang di dapat dari responden. Media yang digunakan

pada saat melakukan wawancara adalah telepon genggam (handphone)

No Variabel Pertanyaan wawancara

1 Konsep hidup Rahayu dalam

kidung Rahayu.

1) Bagaimana sejarah kidung

Rahayu?

2) Kapan waktu berlangsungnya

kidung Rahayu dilantunkan?

3) Bagaimana alur pelaksanaan

ritual Selametan ?

4) Siapa saja yang terlibat dalam

ritua Selametan?

2 Leksikon-leksikon yang

mencerminkan adanya hubungan

dengan alam, dan manusia.

1) Apa yang diketahui tentang

leksikon

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi

partisipan dan teknik wawancara. Peneliti ikut terjun langsung ke lapangan, selain

itu juga menggunakan teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data.

Wawancara secara mendalam dilakukan agar informasi yg didapatkan jelas.

Wawancara terbuka artinya tidak berstruktur sehingga memungkinkan informan

untuk memberikan jawaban yang lebih bebas.

1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam

antropologi dan merupakan sarana untuk peneliti masuk ke dalam masyarakat

yang akan ditelitinya (Kuswarno, 2008, hlm. 49). Dalam melakukan observasi

partisipan, peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan.

(23)

26

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan informasi langsung bagaimana

bentuk tuturan yang digunakan dalam kegiatan yang dilakukan di tempat

penelitian.

Menurut Kuswarno (2008, hlm. 50) pada teknik obervasi partisipan,

peneliti tidak melulu mengambil perspektif outsider, tetapi gabungan antara

outsider (orang yang berada di luar budaya tersebut) dan insider (orang yang

berperan menjalani budaya tersebut) dengan mengkombinasikan obervasi dan

pengetahuan sendiri. Peneliti dapat terlibat mengungkap kidung Rahayu dengan

ikut berinteraksi dengan informan.

2. Wawancara Tidak Berstruktur

Wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam adalah

wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki alternatif

respon yang ditentukan sebelumnya (Kuswarno, 2008, hlm. 54).

Pertanyaan-pertanyaan dimasukkan pada hal-hal yang natural dalam arus pembicaraan

sehingga terciptalah wawancara yang terbuka (open-ended) sehingga

memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.

Kuswarno (2008, hlm. 56) menyimpulkan bahwa wawancara tidak

berstuktur atau wawancara mendalam baik dilakukan dalam suasana yang akrab

dan informal. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti menggunakan telepon

genggam (handphone) untuk merekam kidung Rahayu dalam ritual Selametan

yang dilantunkan.

I. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data dikumpulkan, data tersebut tentunya akan diolah untuk

menjawab rumusan masalah. Data dalam penelitian terbagi menjadi dua, data

primer dan data sekunder. Data primer adalah lirik kidung Rahayu yang

didapatkan peneliti melalui observasi partisipan. Langkah-langkah yang dilakukan

adalah pertama, transliterasi atau terjemahan kidung dari Jawa ke bahasa

Indonesia, kedua analisis struktur teks kidung di Desa Cikedunglor, Kecamatan

Cikedung, Kabupaten Indramayu. Ketiga, analisis dan deskripsi leksikon, yaitu

(24)

27

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat, analisis dan deskripsi mengenai cerminan hidup rahayu orang

Indramayu di Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu

pada kidung yang digunakan. Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah

terakhir tentang persepsi masyarakat tentang kidung Rahayu. Data sekunder yang

berupa hasil wawancara kepada penutur atau informan. Kemudian, akan dianalisis

(25)

140

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang

dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini

sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Indramayu

yang ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya

digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka

mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan

bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan

yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa).

Dari segi struktur teks yang berhubungan dengan formula sintaksis, teks

kidung Rahayu terdapat 157 larik dengan hasil analilsis semua larik pada kidung

Rahayu, maka dapat disimpulkan bahwa kidung Rahayu memiliki struktur kata

yang tidak sesuai dengan kaidah sintaksis, seperti penggunaan huruf besar atau

huruf kecil yang selalu digunakan pada setiap awal larik yang tidak disertai

dengan tanda titik diakhir larik. Secara sintaksis, kidung Rahayu tidak memiliki

fungsi yang beraturan dan tidak memiliki peran disetiap lariknya. Kategori pada

kidung Rahayu didominasi oleh kategori nomina. Hal tersebut disebabkan larik

kidung Rahayu menggunakan benda sebagai ungkapan. Selanjutnya pada analisis

tema terdapat macam-macam isotopi, diantaranya: ketuhanan, pemberian, waktu,

kegiatan, manusia, perasaan, kenikmatan, kekuatan, benda, persepsi pancaindera.

Sementara itu, analisis referensi leksikon dalam kidung Rahayu di Desa

Cikedunglor dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni: (1)

permohonan, (2) manusia, (3) bagian tubuh, (4) waktu, (5) tempat, (6) aktivitas,

(26)

141

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tataran pencerminan mengenai konsep hidup rahayu orang Jawa di

Desa Cikedunglor dapat dideskripsikan oleh kalimat berikut (1-63) Dadiya sarira

hayu ‘anda menjadi selamat’ dan dari keseluruhan analisis data, bahwa gambaran konsep hidup rahayu menurut orang Jawa di Cikedunglor dapat dilihat dari

kalimat-kalimat dan leksikon yang terdapat dalam kidung Rahayu. Orang selamat

menurut orang Jawa di Cikedunglor adalah seseorang yang bahagia dunia akhirat,

terbebas dari segala semua perkara, dijauhakan dari segala bentuk bencana dan

guna-guna termasuk ilmu gaib, serta senantiasa selalu mengamalkan segala

perbuatan yang baik agar selalu dirahmati oleh yang Maha Kuasa Allah Swt.

Dengan adanya deskripsi dari kalimat-kalimat dan leksikon yang digunakan

dalam kidung Rahayu tersebut.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap kidung Rahayu dan melakukan

berbagai penelusuran, penulis mengajukan beberapa saran. Karena penelitian ini

terbatas pada penelitian terhadap cermin konsep hidup rahayu orang Indramayu

dalam kidung Rahayu di Desa Cikedunglor, penelitian selanjutnya diharapkan

dapat menganalisis lebih banyak varian kidung Rahayu di Desa Cikedunglor

dalam studi penelitian etnolinguistik. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan

beberapa temuan penelitian yang secara teori belum ditelusuri. Penulis berharap

agar penelitian-penelitian lainnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih

dalam dan meluruskan hasil temuan peneliti ini berdasarkan ilmu teori yang

relevan. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat

untuk memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, sosial dan

kemanusiaan dan penulis berharap penelitian dapat dijadikan rujukan sebagai

sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa secara umum, linguistik khususnya

(27)

142

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa IndonesiaEdisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Duranti, Alessandro. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Duranti, Alessandro. (2004). A Companion to Linguistic Anthropology. Australia: Blackwell Publishing Ltd.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta. LKIS

Foley, William A. (2001). Anthropological Linguistics. Massachusetts: Balckwell Publisher Inc.

Geertz, Clifford. (1981) Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Herusatoto, Budiono. (2008). Banyumas: Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak. Yogyakarta: LkiS.

Hymes, Dell. (1980). “Models of Interactions of Language and Social Life”. Dalam John J. Gumperz dan Dell Hymes, eds. Direction in Sociolinguistics. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Hymes, Dell. (1980). Foundations in Sociolinguistics: An Ethnograpics Approach Philadelpia: University of Pennsylvania Press.

(28)

143

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasim, Supali. (2011). Menapak Jejak Sejarah Indramayu. Yogyakarta: Framepublishing.

Koentjaraningrat. (1981). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (1981). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Koentjaraningrat (red.). (1976). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2007). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press.

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

MPSS, Pudentia, peny. (1998). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Novianti, Nury. (2010). Konsep Cantik dalam Mantra dangdan Banjarsari. Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia.

Nuryani. (2010). Wacana Ritual Selamatan di Pasarean Gunung Kawi Malang-Jawa Timur: Kajian Linguistik Antropologis. Disertasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pusat Bahasa. (2001). KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

(29)

144

Eka Juita, 2014

konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu di desa cikedunglor, kecamatan cikedung, kabupaten indramayu: kajian etnolinguistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik. Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Poda.

Sitaresmi, N.& Mahmud F. (2011). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

Soedjijono, Kusnadi Adi Wiryawan, & Imam Hanafi. (1987). Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa Di Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudaryanto. (1998). Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Warnaen, Suwarsih dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundalogi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wierbicka, Anna. (1997). Understanding Culture through Their Key Words: English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil peneliti an menunjukkan bahwa variabel perilaku pemimpin berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap prestasi kerja karyawan tetapi variabel komitmen karyawan

Pembelajaran Berbasis Praktikum Virtual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X pada Materi Invertebrata , Tesis pada S.Ps.. Bandung :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa social loafing dan self-efficacy memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.365 dan p

sumber daya manusia yang memiliki daya saing dengan negara ASEAN lainnya.. 2.1.1 Kondisi Sumber Daya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Anggia

Keunggulan pengabdian UMMagelang terkait pewilayahan dilakukan dengan mempertimbangkan permasalahan, kebutuhan atau tantangan masyarakat wilayah PURWOMANGGUNG melalui

Peningkatan Daya Saing Tenaga Keja Indonesia melalui Korelasi Input Penunjang Tenaga Kerja dalam Menghada[I MEA 2015.Economics Development Analysis Journal Volume 2 Nomor 2

AGROPOLITAN SALAK PONDOH CANDI BOROBUDUR KETEP PASS Muntilan (Pahat batu) Borobudur (Cetak batu, kerajinan bambu) Secang (Kerajinan Tanduk) Sawangan (Kaleng Bekas) KOTA MUNGKID