Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF
BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
Promovendus
Herniwati
NIM: 1103449
PROGRAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH PASCASARJANA
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BANDUNG
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Saya menyatakan disertasi dengan judul “Kurikulum Berbasis Kompetensi
Komunikatif Bahasa Jepang untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan, yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya sisap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam
karya saya, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 17 Februari 2015
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur ke Khadirat Allah SWT yang
telah memberikan rizki, berkah, rahmat dan inayah-Nya sehingga kami mampu dengan
penuh kesabaran dan ketekunan untuk menyusun dan menyelesaikan disertasi ini dengan
baik.
Disertasi yang berjudul “Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa
Jepang untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Sekolah Menengah Pertama
(SMP)” disusun dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar
doktor ilmu pendidikan dalam bidang pengembangan kurikulum. Selain itu kami
mengharapkan disertasi ini menjadi salah satu masukan solusi atas permasalahan
pendidikan saat ini.
Disertasi ini akan lebih bermakna bagi masyarakt luas apabila diimplementasi
dalam pembelajaran di lapangan, diberikan masukan yang bermutu, dan dikaji lebih
lanjut dalam bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih
kepada pihak tersebut.
Ucapkan terimakasih disampaikan juga kepada guru besar yang menjadi tim
Pembimbing/Promotor dan Penguji, serta tim komisi pada Studi Pengembangan
Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak lupa ucapan
terimakasih terhadp pihak lainnya sehingga disertasi dapat tersusun.
Bandung, 17 Februari 2015
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Puji dan syukur ke
hadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi
sesuai dengan rencana. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian disertasi ini
melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, perorangan
maupun lembaga yang telah memberikan kontribusi baik secara materi, tenaga, pikiran,
dan dukungan sehingga penyusunan disertasi ini dapat berjalan baik. Ucapan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Rusman, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pengembangan
Kurikulum yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh
studi program S3 di SPS UPI Bandung sehingga penulis mendapat bekal ilmu
dan wawasan yang berharga dan bermanfaat.
2. Bapak Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd. selaku promotor yang telah
meluangkan waktu dengan kesabaran, perhatian, dan keikhlasan serta
memberikan dorongan, koreksi dan saran baik dari aspek metodologi penelitian
maupun penyajian isi disertasi secara keseluruhan sehingga mendorong penulis
mendapatkan keluasan wawasan dan gagasan baru khususnya dalam bidang
kurikulum.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. selaku ko-promotor yang kearifan,
ketelitian dan kesabaran beliau dan koreksi yang positif sangat membantu
penulis sehingga memotivasi penulis dalam penyelesaian disertasi ini sangat
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Bapak Dr. Wawan Dasasmita, M.Ed. selaku anggota yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat mengenai pembelajaran bahasa Jepang, beberapa
pemikiran yang telah membantu pemahaman penulis dalam menakar keilmuan
baik mengenai kurikulum dan pendidikan bahasa Jepang.
5. Bapak Dr. Dedi Sutedi, M.A. M.Ed. yang telah memberikan bimbingan dan
masukan tentang pembelajaran bahasa Jepang baik di sekolah menengah maupun
perguruan tinggi.
6. Bapak Ibu dosen di Program Studi Pengembangan Kurikulum yang telah
memberikan wawasan dan bimbingan selama belajar di kampus Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung.
7. Bapak Ibu dosen Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas
Pendidikan Indonesia yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
menjalankan studi.
8. Orang tua penulis, Bapak Drs. H. Mas Hidayat dan Ibu Hj. Nani Sumarni yang
dengan do`a dan kesabaran telah mendidik anak-anaknya sampai dapat mandiri.
9. Suami tercinta Abdul Kadir, S.Pd dan anak-anakku tercinta, Nabila Siti
Mahdiyyah, Shakura Hanna Fazila dan Khalisa Lutfiya Aiko yang dengan sabar
dan selalu memotivasi serta mendukung ibunya untuk menyelesaikan studi S3
ini.
10.Rekan-rekan Mahasiswa PK angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi,
berbagi ilmu selama beberapa tahun menimba ilmu, sehingga penulis memiliki
wawasan yang lebih berkembang, semoga kita selalu diberikan kesuksesan.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam halaman ucapan
terimakasih ini.
Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, semoga amal ibadah kita
diterima disisi Allah SWT. Aamiin.
Bandung, 17 Februari2015
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Herniwati. (2015). 1103449. Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Sekolah Menengah Pertama. Disertasi, Program Studi Pengembangan Kurikulum. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Promotor : Prof. Dr. H. As`ari Djohar, M.Pd., Ko Promotor : Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc., Anggota : Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed.
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggabungkan desain kurikulum dan organisasi kurikulum subject center design dengan integrated curriculum yang berisikan pengetahuan keterampilan dan sikap. Kompetensi komunikatif yang terdiri dari kompetensi kebahasaan (linguistic competence/bunpo noryouku), kompetensi tindak tutur (actional competence/danwa noryouku), kompetensi sosial budaya (socio-cultural/shakai gengo noryoku), yang dalam penggunaannya perlu didasari subkompetensi strategis (strategic competence/sutorateji noryouku) terbukti kemampuan berbicara siswa berkembang. Pendekatan kompetensi komunikatif merupakan bagian yang penting dan efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang tingkat dasar yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang.
ABSTRACT
Herniwati. (2015). 1103449. : Communicative Competence Based Curriculum in Japanese to Improve Speaking Skills at Junior High School Level. Dissertation, Study Program of Curriculum Development. Indonesia University of Education. Bandung . Promoter : Prof. Dr. H. As`ari Djohar, M.Pd., Co -Promoter : Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc., Associate : Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed.
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
to develop students Japanese speaking skill for Junior High School students. It is proven by the score that the students acquired in their pre-test and post-test. Besides that, the normality test shows that the test actually fulfilled it’s standard significantly. The Design of communicative competency-based curriculum (CCBC) to improve speaking skills is a concept model of technological curriculum, by combining between the curriculum design with the “subject center design” of curriculum organization and integrated curriculum that contains the knowledge of skills and attitudes. Communicative competence consists of linguistic competence (bunpō noryōku), the actional competence (danwa noryōku), and socio-cultural competence (shakai gengo noryōku), which in its use should be based on sub-strategic competence (sutorateji noryōku) which proves the ability of speaking of students can thrive. Communicative competence approach is an important and effective part in improving the ability to speak Japanese in elementary level is the main goal in learning foreign languages, especially in Japanese.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Disertasi.………..…….……….……i
Lembar Persetujuan Ujian Tahap II………..………..ii
Lembar Pernyataan ……….………..………iii
Kata Pengantar……….………..………iv
Ucapan Terimakasih……….………..………v
Abstrak………..………vii
Abstract………..………..viii
Daftar Isi………..………..ix
Daftar Tabel………..….………… .…….xii Daftar Bagan……….…..……….xiii Daftar Gambar……….….…..…………..xiv
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……….11
C. Tujuan Penelitian……….………....12
D. Manfaat Penelitian……….…….……….13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum ……….…..….15
1. Definisi Kurikulum………...……15
2. Model Konsep Kurikulum………...…….23
3. Model Desain Kurikulum ………...………30
4. Organisasi Kurikulum………..….…….….…..32 5. Kurikulum Berbasis Kompetensi……….……….………...….34
B. Kompetensi Komunikatif………..…...…..40
1. Definisi Kompetensi Komunikatif………..…….…….40
2. Pendekatan Komunikatif………..………....……46
3. Prinsip Pembelajaran Kompetensi Komunikatif ……….…..…..48
C. Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK)…………51
D. Keterampilan Berbicara……….………...62
E. Pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP)….…...72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….……..74
B. Populasi dan Sampel Penelitian……….…….79
C. Tempat dan Waktu Penelitian ……….…...80
D. Teknik dan Instrumen Penelitian…..……….……81
E. Teknik Analisis Data ………..………82
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan Hasil Penelitian……….………84 1. Deskripsi Studi Pendahuluan…….………...84
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK)
Bahasa Jepang yang dikembangkan ..……….96
a. Analisis Kebutuhan ……….……….97
b. Landasan Filosofis ………..………..98
c. Tujuan Pembelajaran ………..…..99
d. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Jepang Kelas VII………..………..………..99
e. Pendekatan Pembelajaran ……….………..102
f. Struktur Kurikulum………..………....109
g. Organisasi Silabus……….………..….113 h. Organisasi Materi Ajar……….………..…..124 3. Hasil Uji Validasi…….……….….…..139
4. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang…….………..…157 5. Hasil Uji Coba………..………….…….………..162
5.1Uji Coba Terbatas………….……..………..…..162 5.2Uji Coba Luas….………..………..…....165 B.Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan………..…176 1. Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang……….………..………...176
2. Organisasi Materi Ajar Bahasa Jepang Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK)……..………...182
3. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang……….……….…….184
4. Efektifitas Kurikulum Kompetensi Berbasis Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang ……….…..………..187
5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif (KBKK) Bahasa Jepang…….……..…….188
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Kesimpulan………..……….…….192
B. Implikasi ………197
C. Rekomendasi……….…199
Daftar Pustaka…….……….…..…..202
Riwayat Hidup……….…..…..207
Lampiran-Lampiran……….…..…..209
Daftar Tabel Tabel 1.1 Tujuan Belajar Bahasa Jepang…….….……….……….2
Tabel 1.2 Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang di Dunia…..……….………....3
Tabel 2.1 Contoh Kurikulum Sederhana………..………..………...61
Tabel 2.2 Lembar Penilaian Berbicara………..………….…….……….69
Tabel 3.2 Data Subjek Penelitian Uji Terbatas, Uji Luas ………80
Tabel 4.1 Guru bahasa Jepang SMP………..………85
Tabel 4.2 Guru bahasa Jepang SMA/MA/SMK……….…………85
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.4 Organisasi Silabus ………..110
Tabel 4.5 Struktur Silabus………115
Tabel 4.6 Organisasi Materi Ajar Bahasa Jepang Level Tingkat Dasar………...125
Tabel 4.7 Uji Validasi Guru Bahasa Jepang SMP………...148
Tabel 4.8 Nama Guru SMP……….………….150
Tabel 4.9 Hasil Uji Validasi……….…………151
Tabel 4.10 Hasil Tes Uji Coba Terbatas SMP Labschool UPI Kampus UPI.…..162
Tabel 4.11 Statistik Uji Coba Terbatas………164
Tabel 4.12 SMP Labschool UPI kampus UPI Kota Bandung………..165
Tabel 4. 13 SMP Labschool UPI kampus daerah Cibiru Kabupaten Bandung…....165
Tabel 4. 14 SMP Negeri 4 Kalijati Subang ……….….166
Tabel 4.15 Hasil Normalitas SMP Labschool UPI Kampus UPI……….…167
Tabel 4.16 Tests of Normality………...168
Tabel 4.17 Hasil Normalitas SMP Labschool Kampus Cibiru………170
Tabel 4.18 Tests of Normality………...172
Tabel 4.19 Hasil Normalitas SMP Negeri 4 Kalijati Subang………173
Tabel 4.20 Tests of Normality………....174
Daftar Gambar Gambar 2.1 Model Konsep Kurikulum Subjek Akademik ...25
Gambar 2.2 Model Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial………..27
Gambar 2.3 Model Konsep Kurikulum Humanistik ………..…………28
Gambar 2.4 Model Konsep Kurikulum Teknologis ………..…….29
Gambar 2.5 Model Desain Kurikulum ……….……….…………32
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 2.7 Model Kompetensi Komunikatif ………….………..……...44
Gambar 2.8 Proses Berbicara Kawaguchi dan Yokomizo ..……..………...68
Gambar3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan KBKK…..……….…………76
Gambar 4.1 Angket guru tentang kurikulum yang diharapkan……….……90
Gambar 4.2 Angket guru tentang keterampilan bahasa yang diharapkan .………….91
Gambar 4.3 Angket siswa tentang harapan dari pembelajaran bahasa Jepang….……91
Gambar 4.4 Angket siswa tentang materi yang disukai……….……92
Gambar 4.5Angket guru materi bahasa Jepang yang sesuai……….…….92
Gambar 4.6Angket guru materi ajar yang sesuai……….…….93
Gambar 4.7 Angket guru kompetensi penting pembelajaran bahasa Jepang…….…...94
Gambar 4.8 Desain Kurikulum KBKK Bahasa Jepang………...101
Gambar 4.9 Desain Silabus Gabungan……….…112
Gambar 4.10 Organisasi Materi Ajar………...124
Gambar 4.11 Rata-rata uji coba terbatas………...164
Gambar 4.12 Nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes kompetensi berbicara bahasa Jepang………...………166
Gambar 4.13 Normal Q-Q plot of pretest SMP Labs UPI………...168
Gambar 4.14 Normal Q-Q plot of post-test SMP Labs UPI……..………...169
Gambar 4.15 Normal Q-Q plot of pretest SMP Labs UPI Cibiru………...172
Gambar 4.16 Normal Q-Q plot of post-test SMP Labs UPI Cibiru………...172
Gambar 4.17 Normal Q-Q plot of pretest SMP Negeri 4 Kalijati Subang………...175
Gambar 4.18 Normal Q-Q plot of post-test SMP Negeri 4 Kalijati Subang……….. 175
Gambar 4.19 Desain KBKK Bahasa Jepang……….……...180
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan menguraikan mengenai a) latar belakang masalah, b)
rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, c) tujuan penelitian, d) manfaat
penelitian .
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Jepang sebagai bahasa asing sudah dikenal lama dan sudah
diajarkan ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1940-an. Pelajaran bahasa
Jepang diberikan sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan pada
saat itu, selain itu juga diberikan kursus-kursus bahasa Jepang agar bisa lebih
cepat mampu berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Pengajaran bahasa Jepang
mengalami kemajuan yang cukup pesat setelah selesainya Perang Dunia Kedua
dan berkembang pada era tahun 1960-an, hingga saat ini bahasa Jepang
diselenggarakan pada lembaga tinggi, tempat kursus dan menjadi mata pelajaran
bahasa asing pilihan di SMA/SMK/MA di seluruh Indonesia. Pembelajar bahasa
Jepang dari tahun ke tahun terus meningkat tidak hanya pada jenjang pendidikan
di Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Madrasah Aliyah (MA), namun pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
pun mulai bermunculan. Tidak hanya di negara Indonesia, di negara-negara lain
menurut data dari The Japan Foundation Jepang tahun 2012 di negara-negara lain
seperti: Malaysia, Korea, China, India, dan Thailand, bahasa Jepang sudah
dipelajari di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini disebabkan minat
pembelajar terhadap negara Jepang yang cukup tinggi, baik ketertarikan untuk
dapat berkomunikasi bahasa Jepang, tertarik terhadap produk yang berbau
kejepangan maupun perkembangan teknologi modern Jepang saat ini, sebagai
contoh: animasi, komik, film, musik, makanan, fashion, adat, budaya, seni dan
teknologi yang sudah sangat familiar. Hal ini dapat dilihat dari hasil data The
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.1
2. Menyukai manga, anime, dll.
3. Belajar mengenai sejarah, sastra dll.
4. Belajar mengenai politik, ekonomi dan sosial
5. Ingin mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi Jepang
Manfaat lainnya 1. Komunikasi bahasa Jepang
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jumlah pembelajar bahasa Jepang (top 10 negara / wilayah) Peringkat
Negara/Daerah Jumlah Peserta didik (2009), Jumlah Peserta didik (2012).
Tabel 1.2
Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang di Dunia
No
pembelajar bahasa di Indonesia menunjukkan kenaikan yang menonjol, terutama
dalam jumlah siswa di SMA/SMK. Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya
seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia telah menentukan bahasa Jepang sebagai
bahasa asing pilihan di pendidikan menengah. Di negara Korea, perubahan dalam
sistem pendidikan di tingkat sekolah tinggi menyebabkan penurunan. Perubahan
ini mempengaruhi pilihan bahasa asing lainnya. Tren global menunjukkan bahwa
siswa pada tingkat menengah terus mengalami peningkatan. Hasil penelitian The
Japan Foundation (2012) menunjukkan kebutuhan untuk kepentingan dan
harapan dari guru dan siswa dalam mengembangkan dan menyediakan
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mempertahankan dan meningkatkan kemampuan guru bahasa Jepang dalam
memenuhi kebutuhan siswa dalam pengajaran bahasa Jepang juga merupakan
masalah yang harus dipertimbangkan. Pembelajaran bahasa asing sejak dini
khususnya bahasa Jepang pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah
berkembang di negara Asia, termasuk negara Indonesia. Terampilnya seseorang
dalam berbahasa Jepang memberikan dampak positif bagi dunia kerja. Tidak
dipungkiri hingga saat ini telah banyak kebutuhan tenaga kerja Indonesia untuk
bekerja di negara Jepang. Selain itu rasa ingin tahu yang tinggi pada usia beranjak
remaja bahasa Jepang semakin diminati karena unsur-unsur kejepangan yang ada
di Indonesia sejak lama.
Mempelajari bahasa asing merupakan hal yang penting bagi perkembangan
sosial dan kepribadian seorang individu. Bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang
banyak digunakan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, berperan
sebagai salah satu bahasa internasional. Di samping berperan sebagai bahasa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, bahasa ini dapat menjadi alat untuk mencapai
tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antarbangsa, tujuan sosial-budaya dan
pendidikan serta tujuan pengembangan karir.
Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan
individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman
pada tingkat global saat ini. Penguasaan bahasa Jepang dapat diperoleh melalui
berbagai program, salah satu program yang diperoleh adalah program pengajaran
di sekolah secara formal yang merupakan sarana utama bagi sebagian anak
Indonesia. Pengalaman menunjukkan bahwa hasil pembelajaran bahasa Jepang di
Indonesia masih jauh dari tujuan yang diinginkan. Lulusan SMA belum mampu
menggunakan bahasa Jepang untuk berkomunikasi lisan. Ketidakberhasilan ini
ditentukan oleh banyak faktor. Seperti kurangnya durasi belajar bahasa Jepang,
bahan ajar yang tidak menarik atau terlalu sulit, kurangnya inovasi guru dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran di kelas, kurang metode dan strategi
pembelajaran yang diberikan guru, sehingga siswa tidak dapat aktif dan kreatif
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa Asing di
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) memiliki dampak positif terhadap pembelajaran bahasa asing di
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tahun 2002 beberapa sekolah menengah
pertama (SMP) di Indonesia telah memasukkan bahasa Jepang sebagai bahasa
asing yang dipelajari selain bahasa Inggris. Pihak sekolah bahkan menjadikan
bahasa Jepang sebagai mata pelajaran unggulan tambahan bagi sekolahnya. Pada
tahun 2009 di Jawa Barat telah ada 18 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
menyelenggarakan mata pelajaran bahasa Jepang, namun sampai saat ini belum
tersedianya kurikulum bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sehingga guru-guru bahasa Jepang menggunakan pedoman kurikulum dan bahan
ajar bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan belajar
dan mengajar di kelas.
Tujuan pembelajar bahasa Jepang pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) dalam kurikulum bahasa Jepang diharapkan agar siswa dapat memiliki
kemampuan berkomunikasi bahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca dan
menulis bahasa Jepang. Guru-guru bahasa Jepang pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP) pun mendeskripsikan dan menerapkan tujuan pembelajaran
bahasa Jepang yang sama dengan mengacu pada kurikulum bahasa Jepang untuk
Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan di kelas, karena dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa
Jepang diharapkan siswa mampu berkomunikasi. Seperti yang dijelaskan oleh
Rubin dan Thompson, (1994 hlm.30) :
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran bahasa asing merupakan
tujuan utama, selain kemampuan membaca dan menulis, karena dengan
berkomunikasi tujuan dan efektifitas dari kegiatan pembelajaran bahasa asing bisa
dicapai. Kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Jepang merupakan
salah satu kompetensi atau keterampilan hidup (life skill) yang harus dikuasai
dalam menghadapi era globalisasi ini. Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa program pendidikan
berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan status kehidupan bangsa Indonesia.
Salah satu indikator kualitasnya adalah kemampuan bangsa dalam berinteraksi
dengan bangsa lain. Tentu saja hal ini menuntut kemahiran berbahasa yaitu
kompetensi berkomunikasi bahasa Jepang. Dalam era globalisasi ini ditandai
dengan kemajuan pesat bidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga
penguasaan bahasa Jepang merupakan syarat mutlak untuk mengembangkan diri
agar mampu bersaing di tengah komunitas global.
Bahasa adalah alat komunikasi penting dalam kehidupan manusia yang mana
merupakan alat untuk menyampaikan pikiran, dan perasaan baik secara lisan atau
secara tulis. Dalam interaksi lokal maupun global bahasa memegang peran yang
sangat penting bahkan boleh dikatakan merupakan kunci utama karena bahasa
diperlukan dalam berbagai percaturan dunia seperti dalam percaturan politik,
ekonomi, sosial budaya maupun keamanan negara (Lengkanawati, 2007 hlm. 659).
Mengingat pentingnya bahasa Jepang dan peranannya yang cukup besar dalam
berbagai aspek maka pembelajaran bahasa Jepang sejak dini yang diajarkan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi dasar untuk bekal ke jenjang
pendidikan selanjutnya. Dengan demikian pembelajaran bahasa Jepang dan
kebutuhan kurikulum untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia
memiliki peranan yang penting.
Namun, dalam implementasinya kurikulum bahasa Jepang ini tidak hanya
digunakan pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) saja, melainkan guru-guru
bahasa Jepang sekolah menengah pertama (SMP) pun menggunakannya sebagai
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SMP sangat berbeda dengan siswa SMA, sehingga muatan isi dari kurikulum
bahasa Jepang SMA tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan siswa SMP
merasakan kesulitan dan memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi. Padahal
pada perkembangan anak-anak SMP keingintahuan dan kebisaan mereka terhadap
sesuatu yang baru sangat tinggi. Karena pembelajaran bahasa Jepang merupakan
hal baru bagi mereka maka kemampuan berkomunikasi secara sederhana menjadi
tujuan pembelajaran bahasa Jepang di sekolah menengah pertama (SMP).
Pendidikan bahasa Jepang sejak dini dapat terealisasi apabila kurikulum
sebagai perencanaan program pembelajaran disusun dengan baik. Kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Kurikulum dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan
yang menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan termasuk juga merupakan
syarat pendidikan di sekolah. Penyusunan kurikulum tentu saja membutuhkan
landasan-landasan yang kuat dan didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Kurikulum sebagai rencana merupakan dimensi
kurikulum yang akan mengakomodasi keterlaksanaan sebuah rencana pendidikan
yang akan mampu membuat arah pendidikan menjadi lebih terarah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan kurikulum yang
terencana maka peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan pembelajaran
sehingga perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 2001 hlm. 7).
Kemendikbud telah mengeluarkan kurikulum standar kompetensi
komunikatif bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum bahasa Jepang
diberikan kepada SMA/SMK/MA dijelaskan bahwa penguasaan bahasa Jepang
merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu masyarakat dan bangsa
Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Tuntutan dunia
global yang terus menerus berubah merupakan salah satu dorongan untuk
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
butir-butir kompetensi dasar berbahasa dan indikator pencapaian yang membantu
guru dalam mengembangkan strategi dan teknik pengajaran serta penilaiannya.
Kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada Undang-Undang No.20
tahun 2003 mengamanatkan untuk dapat meningkatkan mutu dan relevansi
pendidikan secara menyeluruh mencakup aspek moral, akhlak, budi perkerti,
pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya, sehingga kurikulum
berbasis kompetensi menjamin adanya keluwesan dalam mencapai penguasaan
kompetensi. Penguasaan kompetensi berkaitan dengan kurikulum, yang dipandang
dapat mampu membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai
dengan tuntutan jaman dan tuntutan reformasi melalui perencaanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna.
Artinya, guru berhak untuk kreatif dalam mengembangkan komponen kompetensi
yang relevan, salah satunya adalah kompetensi komunikatif. Kompetensi
komunikatif merupakan kemampuan yang diharapkan oleh pembelajar untuk
menyampaikan dan menafsirkan serta mengartikan makna dalam interaksi
berbahasa sesuai dengan konteksnya. Kompetensi ini akan tampak dalam perilaku
berbahasa baik lisan maupun tulisan dalam proses komunikasi. Guru hendaknya
dapat mengoptimalkan pembelajaran berbahasa dengan pendekatan komunikatif.
Pada tataran keilmuan, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa
didasarkan pada pandangan bahwa (1) bahasa harus dipelajari dalam situasi yang
memberikan makna kepada satuan satuan bahasa yang dipelajari, dan (2) materi
pembelajaran bahasa itu harus disajikan sesuai dengan situasi dan konteks
berbahasa. Pendekatan komunikatif ini sangat ditekankan dalam kurikulum yang
saat ini berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan kurikulum
tersebut didasarkan pada kompetensi komunikatif yang dimiliki siswa (Nababan,
1993 hlm. 80). Terdapat tiga aspek perilaku berbahasa yang memadai kompetensi
komunikatif, yaitu (1) kecermatan berbahasa, (2) ketepatan berbahasa, dan (3)
kemahiran berbahasa.
Tujuan pendidikan berbahasa di sekolah menengah menurut Peraturan
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mampu mengembangkan kompetensi bahasa dengan penekanan terhadap
kemampuan membaca, dan menulis berdasarkan tingkat literasi yang disusun
berdasarkan jenjang pendidikan. Sementara tujuan pengajaran bahasa Jepang di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah mengembangkan pengetahuan ragam
bahasa Jepang yang sederhana, agar siswa memiliki kemampuan berbicara,
mendengarkan, membaca dan menulis bahasa Jepang sederhana. Di lapangan
bagi guru-guru bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya di
Labschool UPI dan umumnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) lainnya
merasakan kesenjangangan ini menjadi polemik yang belum bisa terselesaikan
hingga kini, sehingga kebutuhan kurikulum berbasis kompetensi komunikatif
bahasa Jepang khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara sangat
diperlukan. Dari penelitian terdahulu diperoleh hasil data yang menunjukkan
keterampilan berbicara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih rendah.
Hasil penelitian terdalulu dari 374 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Labschool UPI, SMP Labschool UPI Kampus Cibiru, SMP Taruna Bakti, SMP
Negeri 4 kalijati Subang diperoleh 331 siswa (88.75%) yang menjawab
keterampilan berbicara merupakan target dari pembelajaran bahasa Jepang. Siswa
merasa kesulitan dalam berbicara bahasa Jepang sebanyak 321 siswa (85.63%).
Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam keterampilan berbicara adalah a)
penguasaan kosa kata yang kurang, b) pola kalimat, c) menghafal, d) pengucapan
aksen, e) membaca. Dengan melihat hasil data tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan siswa dalam mempelajari bahasa Jepang adalah memiliki
kompetensi komunikatif yakni keterampilan berbicara yang dapat dikuasai.
Banyak faktor yang menjadi kesulitan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang dipengaruhi oleh aspek-aspek keterampilan berbahasa. Tercapainya
kompetensi komunikatif keterampilan berbicara diatas diperlukan rancangan
kurikulum berbasis kompetensi komunikatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) .
Kurikulum berbasis kompetensi dalam pengajaran bahasa asing telah
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian dan kegiatan belajar
mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. Hal ini sesuai dengan
konsep kurikulum berbasis kompetensi yang dikemukan oleh Taba (1962,
hlm.11) yaitu bahwa kurikulum sebagai suatu rencana. “ A curriculum is a plan
for learning: therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum”. Pada hakikatnya, pengembangan kurikulum mencakup prinsip dan prosedur yang
berkenaan dengan perencanaan, penyajian (delivery), manajemen, dan evaluasi
dari segenap proses belajar-mengajar (Richards, 2001). Sementara itu, secara
umum kurikulum merujuk kepada program pendidikan yang mencakup (a) tujuan
suatu program pendidikan, (b) isi program, (c) prosedur peserta didikan dan
pengalaman belajar yang diperlukan guna mencapai tujuan tersebut, dan (d)
sarana atau alat untuk menilai apakah tujuan yang dicanangkan tersebut tercapai.
Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran
bukan hanya berisi program kegiatan melainkan juga berisi tujuan yang harus
ditempuh, beserta isi, bahan ajar, alat atau media dan evaluasi yang diharapkan
dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan. Ini memiliki makna bahwa
kompetensi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah
melakukan proses pembelajaran tertentu. Ashan (1998, hlm. 45) mengemukakan
bahwa kompetensi adalah suatu pengetahuan keterampilan, dan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga mewarnai
perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. “...a knowledge, skill, and abilities or
capabilities that a person achieves, which became part of his or being to the exent
he or she can satisfatorily perform particular cognitive, afective, and psychomotor behaviors”.
Dari definisi di atas kompetensi tidak hanya ada dalam tataran pengetahuan
akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambar dalam pola perilaku. Kompetensi
pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, sikap yang
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kompetensi komunikatif dalam berbahasa Grognet dan Crandall (dalam Auerbach,
1986, hlm. 413) mengemukakan bahwa sebuah kurikulum berbasis kompetensi
adalah “ a performance-based out line of language tasks that lead to a demonstrated mastery of the language associated with specific skills that are
necessary for individuals to function proficiently in the society in which they live.”
Ini memiliki arti bahwa kompetensi bahasa bukan pada apa itu bahasa, tapi
bagaimana siswa dapat melakukan sesuatu dengan bahasa itu. Dalam
pembelajaran bahasa asing mengembangkan bagaimana caranya agar siswa dapat
berkomunikasi baik lisan dan tulisan, selanjutnya bagaimana agar siswa turut
berpatisipasi aktif berbicara dengan bahasa asing khususnya bahasa Jepang yang
dipelajarinya.
Kompetensi komunikatif dalam kemampuan berbicara bahasa Jepang dapat
terealisasi dengan baik apabila faktor-faktor pendukung keberhasilan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa, antara lain tersedianya
kurikulum, silabus, bahan ajar, metode, media dan evaluasi. Adanya
ketidaksesuaian dari komponen-komponen diatas mengindikasikan tujuan yang
diharapkan tidak akan tercapai, sehingga kualitas pembelajaran menjadi rendah.
Kemampuan berbicara siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat tercapai
apabila semua komponen yang berhubungan dengan keberlangsungan kegiatan
belajar mengajar dapat diimplementasikan dengan baik.
Dengan permasalahan tersebut peneliti ingin mencoba untuk menjadikan
sebagai judul dalam penelitian ini yaitu “Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bebicara
Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) ”.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah penelitian ini adalah kurikulum berbasis kompetensi
komunikatif bahasa Jepang yang bagaimana yang dapat meningkatkan
kemampuan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) ? Berdasarkan
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan sebagai kerangka atau landasan berpijak dalam melaksanakan
penelitian. Adapun rincian pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut diajukan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa
Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
2. Organisasi materi ajar yang bagaimanakah yang sesuai untuk kurikulum
berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan
kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
3. Bagaimanakah implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif
bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan
bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ?
4. Bagaimanakah efektifitas kurikulum kompetensi berbasis komunikatif
bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)?
5. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dari kurikulum
berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan kemampuan
berbicara untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikembangkan?
C. Tujuan Penelitian
Beranjak dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan formulasi
model kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk
meningkatkan kemampuan berbicara bagi siswa SMP.
Tujuan ini dapat dirinci menjadi tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Menemukan desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa
Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara yang relevan bagi siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2. Menemukan organisasi materi ajar yang bagaimanakah yang sesuai untuk
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
3. Mendapatkan gambaran implementasi kurikulum berbasis kompetensi
komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara
yang relevan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) .
4. Mengetahui efektifitas kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa
Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
5. Mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat
dari kurikulum berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan
kemampuan berbicara untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
dikembangkan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu
manfaat secara teoritis dan secara praktis. Manfaat teoritis lebih ditujukan bagi
pengembangan keilmuan, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat langsung
yang dapat diperoleh oleh praktisi yang berkeinginan menerapkan hasil penelitian
ini.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan dalil dalam pengembangan
model kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang yang mampu
meningkatkan kompetensi berbicara siswa, khususnya dalam kemampuan
berbicara bahasa Jepang yang sederhana untuk siswa SMP. Selain itu dapat
dijadikan pedoman yang dapat digunakan oleh guru-guru bahasa Jepang dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) bahasa Jepang di Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi kalangan
terkait, diantaranya:
a. Bagi ahli kurikulum
Bagi ahli kurikulum penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
mengembangkan penelitian kurikulum dengan menghasilkan kurikulum sebagai
dokumen dan implementasi kurikulum di lapangan. Kurikulum ini dapat dijadikan
rujukan bagi pengembang kurikulum bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di kota Bandung dan di Indonesia .
b. Bagi guru bahasa Jepang
Bagi guru bahasa Jepang, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan sekaligus paduan untuk mengembangkan mata pelajaran bahasa Jepang
di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan memfokuskan pada kompetensi
komunikatif yang menekankan pada keterampilan berbicara bahasa Jepang
sebagai dasar kebutuhan siswa, baik dalam displin ilmu juga dasar sebagai bekal
untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya.
c. Bagi pembuat kebijakan
Kurikulum bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan
memiliki hasil yang baik apabila pemegang kebijakan dapat mengetahui
kebutuhan yang diharapkan baik bagi siswa atau masyarakat. Pembuat kebijakan
dapat terlibat secara langsung ikut serta dalam penyusunan draff kurikulum.
Selanjutnya dapat dijadikan masukan bagi The Japan Foundation untuk dapat
mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan pembelajaran bahasa Jepang untuk
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan a) metode penelitian, b) populasi dan teknik
pengambilan sampel, c) tempat penelitian dan waktu penelitian, d) pengembangan
instrumen, dan teknik analisis data.
A. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu mengembangkan
kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang untuk meningkatkan
keterampilan berbicara. Kurikulum ini memadukan kompetensi komunikatif yang
dipandang sesuai untuk diimplementasikan pada siswa SMP dalam meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Jepang. Metode yang dipandang tepat untuk
melaksanakan penelitian ini adalah model research and development (R&D)
(Penelitian Pengembangan). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan
oleh Borg dan Gall (1979, hlm. 624) yang menyatakan “a process used to develop
and validate educational products”. Selain itu menurut Gay (1990) bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan produk
yang efektif berupa material pembelajaran, media strategi pembelajaran untuk
digunakan di sekolah, bukan untuk menguji teori.
Ada dua metode yang digunakan dalam pelaksanaan research and
development (R&D) ini adalah metode deskriptif dan metode evaluatif. Metode
deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang
kondisi yang ada. Metode evaluatif dibagi menjadi dua metode yakni, metode
Delphi dan metode eksperimen. Metode delphi digunakan untuk menguji produk
kurikulum dan metode eksperimen digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba
baik pada ujicoba terbatas, ujicoba luas dan validasi kurikulum bahasa Jepang di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk penyempurnaan.
Langkah-langkah dalam proses research and development (R&D) ini
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjadi dasar bagi pengembangan produk. Siklus-siklus penelitian dalam model
tersebut disimpulkan Borg dan Gall (1979, hlm. 626) yang mencakup
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Research and informating collecting (penelitian dan pengumpulan informasi),
mencakup didalamnya tahapan dan proses analisis kebutuhan, kajian literatur,
penelitian pendahuluan , observasi kelas, dan persiapan pelaporan.
2. Planning (perencanaan), mencakup didalamnya penyusunan analisis
kebutuhan siswa, tujuan kompetensi komunikatif, pembuatan kompetensi inti
dan kompetensi dasar.
3. Developing preliminary form of product (mengembangkan produk awal),
mencakup penyusunan model kurikulum kompetensi komunikatif bahasa
Jepang, dokumen perencanaan, materi ajar yang tepat, media dan evaluasi.
4. Preliminary field testing (uji coba pendahuluan), melakukan observasi,
wawancara, pengumpulan dan analisis data angket.
5. Main product revision (revisi terhadap produk utama), melakukan revisi atau
perbaikan dari hasil ujicoba terbatas di lapangan.
6. Main field testing (ujicoba utama), melakukan analisis dari data yang
diperoleh baik data kuantitatif dan data kualitatif yang terkait dengan
implementasi kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang terhadap
keterampilan berbicara siswa-siswa SMP.
7. Operational product revision (revisi untuk menghasilkan produk utama),
dilaksanakan atas hasil yang diperoleh dari hasil pengujian yang lebih luas.
8. Operational field testing (uji coba operasional), melakukan pengujian secara
luas di beberapa sekolah dengan menggunakan data angket, wawancara,
untuk dapat dianalisis lebih lanjut.
9. Final product revision (revisi produk akhir), didasarkan pada hasil coba
operasional.
10.Dissemination and implementation (desiminasi dan penerapan), diarahkan
untuk melaporkan hasil penelitian melalui pertemuan atau jurnal pendidikan
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, Sukmadinata menyederhanakan kesepuluh langkah
tersebut menjadi tiga tahapan dasar yakni: 1) tahap studi pendahuluan, 2) tahap
pengembangan model dan 3) tahap validasi program (Sukmadinata, 2008, hlm.
184). Tiga langkah ini memiliki langkah yang sederhana, tetapi subtansinya sama
dengan yang dilakukan oleh Borg dan Gall, sehingga penyederhanaan tidak
berarti menghilangkan sepuluh aspek yang terdapat dalam penelitian research and
development (R&D) . Dibawah ini tahapan penelitian yang dilaksanakan.
Gambar 3.1
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (Sukmadinata, 2008, hlm.189)
Adapun penjelasan langkah-langkah penelitian dan pengembangan di atas
adalah sebagai berikut:
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk
mengidentifikasi pembuatan kurikulum bahasa Jepang berbasis kompetensi
komunikatif yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebagai bahan
pertimbangan untuk dapat digunakan sebagai pedoman mengajar bagi guru-guru
bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung khususnya
dan di Indonesia pada umumnya. Langkah ini merupakan bagian yang penting
dalam penelitian dan pengembangan (R&D), karena pada langkah ini akan
dilaksanakan studi lapangan, observasi, kajian teori dan dokumen. Studi lapangan
yang terdiri dari observasi dan survey bertujuan untuk mengetahui data empiris di
lapangan tentang bagaimana keterlaksanaan kurikulum bahasa Jepang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) berbasis kompetensi komunikatif untuk meningkatkan
keterampilan berbicara. Kajian teori dan dokumen bertujuan untuk menentukan
dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan.
Pada studi pendahuluan ini dilaksanakan penelitian yang bersifat deskriptif.
Pada langkah ini ditekankan untuk memperoleh gambaran tentang implementasi
pengajaran dan pembelajaran bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dengan memperoleh data-data empiris dari siswa-siswa dan guru bahasa
Jepang. Selanjutnya hasil dari studi awal ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan rancangan kurikulum bahasa Jepang berbasis
kompetensi komunikatif untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah sebagai berikut:
1. Studi lapangan; melakukan observasi pembelajaran bahasa Jepang di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung. Observasi terhadap
silabus, RPP, bahan ajar, dan media yang dipergunakan di sekolah
masing-masing.
2. Analisis dokumen dan analisis teori; mengkaji teori-teori yang berkaitan
dengan 1) kurikulum, desain kurikulum, 2) kompetensi komunikatif , 3)
keterampilan berbicara dan 4) pembelajaran bahasa Jepang sebagai bahasa
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penyusunan desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif bahasa Jepang
untuk meningkatkan keterampilan berbicara di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
2. Tahap Studi Pengembangan
Dalam tahap ini akan dilaksanakan dua metode yakni :
a. Metode Delphi
Metode ini digunakan sebagai alat untuk merancang kurikulum. Metode
delphi merupakan prosedur untuk memperoleh penilaian dan opini dari individu
yang memiliki pengetahuan dengan menggunakan berbagai kuesioner untuk
mengembangkan konsesus ramalan mengenai apa yang akan terjadi di masa depan.
Kuesioner ini diberikan pada siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
untuk menentukan desain kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
dalam pembelajaran bahasa Jepang di kelas. Dengan hasil data empiris yang
kongkrit akan diperoleh informasi untuk membuat keputusan, indikator dan
parameter dan lain-lain yang reliabel. Selanjutnya kuesioner yang diberikan
kepada guru-guru bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/MA/SMK)
untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan pembelajaran bahasa
Jepang, mengetahui keinginan dan harapan dari pembelajaran bahasa Jepang di
sekolah menengah.
b. Uji coba terbatas dan luas
Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas
dengan tujuan untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi
komunikatif untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
Tahap awal yang dilakukan adalah ujicoba terbatas dengan pokok penelitian pada
pengujian teori-teori kompetensi komunikatif dan keterampilan berbicara dalam
bahasa Jepang. Dengan menggunakan bahan ajar bahasa Jepang tingkat dasar
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilaksanakan untuk melihat sejauh mana keefektifan teori dalam implementasi di
lapangan.
3. Tahap Validasi Produk
Pengujian model atau uji validasi dilakukan untuk memvalidasi kurikulum
kompetensi komunikatif bahasa Jepang yang dirancang bersama para ahli dan
praktisi secara panel dan mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran
bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Labschool kampus UPI
sebagai sekolah untuk ujicoba terbatas dan tiga Sekolah Menengah Pertama
(SMP) lainnya untuk ujicoba luas.
Setelah uji validasi maka kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang
untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di kota Bandung dapat digunakan sebagai model kurikulum yang telah
teruji.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di kota Bandung. Guru bahasa Jepang yang mengajar di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di kota Bandung dengan kualifikasi lulusan S1 bahasa
Jepang dari jurusan pendidikan bahasa Jepang dan jurusan bahasa dan sastra
Jepang pada perguruan tinggi di kota Bandung. Untuk menyusun rancangan
kurikulum kompetensi komunikatif bahasa Jepang dengan menggunakan metode
delphi, peneliti mengambil ahli dan praktisi yang sesuai dengan bidangnya, yakni:
dua orang ahli pengembangan kurikulum, satu orang dosen pendidikan bahasa
Jepang, dua orang guru bahasa Jepang, dan satu orang expert asing bahasa Jepang
dan empat orang kepala sekolah sebagai pimpinan dari sekolah yang dijadikan uji
coba terbatas dan uji coba luas.
Penelitian ini akan menghasilkan empat produk yang saling berkaitan yakni,
1) kurikukum, 2) silabus, 3) RPP dan 4) bahan ajar bahasa Jepang untuk Sekolah
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki validitas, implementasi kurikulum di lapangan yang akan menentukan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar, sehingga diperlukan subjek penelitian
sebagai penguat dari penelitian ini.
Sampel penelitian untuk uji terbatas adalah siswa kelas 7D Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Labschool kampus UPI yang berjumlah 30 orang.
Selanjutnya pada uji validasi yaitu ujicoba secara luas dilaksanakan di empat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yakni:
1) SMP Labschool UPI kampus UPI, 2) SMP Labschool UPI kampus UPI, dan 3)
SMP Negeri 4 Kalijati Subang, dan 4) SMP Al Ghifari Bandung. Adapun kelas
yang menjadi sampel pada ujicoba luas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Data Subjek Penelitian Uji Terbatas, Uji Luas
No Tahapan
Penelitian
Nama SMP Klasifikasi
1 Uji Terbatas SMP Labschool UPI kampus UPI
Kelas 7D
Tinggi
2 Uji Luas SMP Labschool UPI kampus UPI
(Lima kelas: 7A, 7B, 7C,7D, 7E)
SMP Labschool UPI kampus Cibiru
( Empat kelas: 7A, 7B, 7C, 7D)
3 Uji Validasi SMP Labschool UPI kampus UPI
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Empat kelas: 7A, 7B, 7C, 7D)
SMP Al Ghifari Bandung
(Ekstrakulikuler: satu kelas)
Rendah
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada
mata pelajaran bahasa Jepang di kota Bandung. Terdapat 8 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di kota Bandung yang menjadikan bahasa Jepang sebagai mata
pelajaran baik intrakurikuler, muatan lokal dan ekstrakurikuler, yaitu 1) SMP
Labschool Kampus UPI Bandung, 2) SMP Labschool UPI Kampus Cibiru
Bandung, 3) SMP Wiyata Darma Bandung, 4) SMP Taruna Bakti Bandung, 5)
SMP Negeri 4 Kalijati Subang, 6) SMP Al Ghifari Bandung, 7) SMP Negeri 2
Sindang Indramayu, 8) SMP Khalifah Sukabumi dan 9) SMP AL Jawahir Soreang
Bandung.
Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil dan genap. Semester
ganjil digunakan untuk prasurvey dan melaksanakan penelitian ujicoba terbatas
dengan mengambil sampel SMP kelas 7. Semester genap melaksanakan uji
validasi dengan melaksanakan ujicoba luas pada empat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di kota Bandung, kabupaten Bandung dan daerah Jawa Barat.
D. Teknik dan Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ada beberapa instrumen yang dikembangkan, yaitu: 1) Instrumen angket, Instrumen angket terdiri dari dua macam, yaitu: 1)
angket untuk siswa, angket ini digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk
mengumpulkan data tentang minat siswa dalam belajar bahasa Jepang,
kompetensi berbahasa Jepang yang ingin dicapai dan implementasi pembelajaran
bahasa Jepang yang telah dilaksanakan. 2) angket untuk guru-guru bahasa Jepang,
digunakan untuk mengetahui aktulisasi diri dalam pengajaran bahasa Jepang,
implementasi pengajaran bahasa Jepang dan permasalahan yang terjadi dalam
Herniwati, 2015
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI KOMUNIKATIF BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibutuhkan untuk penyusunan desain kurikulum kompetensi komunikatif bahasa
Jepang untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
2. Instrumen Observasi Kelas
Instrumen ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa di kelas.
Kegiatan ini merupakan observasi langsung dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Observasi ini dipakai untuk mengujicobakan kurikulum
kompetensi komunikatif bahasa Jepang pada uji coba terbatas dan uji coba secara
luas. Instrumen ini berisikan aspek-aspek yang berkaitan dengan implementasi
kurikulum yang dikembangkan, baik kurikulum sebagai dokumen tertulis, silabus,
RPP, dan bahan ajar. Selain itu untuk mengetahui hambatan-hambatan yang
terjadi pada saat uji coba model. Pertama, instrumen observasi proses
pembelajaran di kelas berdasarkan pada keterampilan guru dalam mengajar.
Kedua, instrumen observasi siswa dengan melihat keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dengan melihat tingkat keberhasilan siswa dalam
mengikuti pembelajaran bahasa Jepang di kelas.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang
kurang dalam angket dan observasi. Wawancara dilakukan pada siswa tentang
kegiatan pembelajaran dan materi ajar apakah dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam berbicara bahasa Jepang. Selanjutnya wawancara kepada guru untuk
memperoleh dan pendapat terhadap kurikulum kompetensi komunikatif bahasa
Jepang tersebut dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Wawancara
dilaksanakan pada saat uji coba model dan pada saat uji coba validasi dengan
menggunakan alat perekam secara langsung setelah kegiatan pembelajaran bahasa
Jepang berlangsung.
4. Instrumen Hasil belajar
Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes yang difokuskan
pada tes kemampuan berbicara bahasa Jepang dasar. Pertanyaan disusun