Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI
AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
(Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah
di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Departemen Psikologi
Oleh
Ilmi
NIM. 1004564
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI
AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
(Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah
di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat)
Oleh
Ilmi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ilmi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Ilmi (1004564). Pengaruh Konseling Logoterapi terhadap Konsep Diri Akademis pada Siswa yang Berisiko Putus Sekolah (Single Subject Research terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah. Konseling logoterapi merupakan suatu proses hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dengan konseli yang dilaksanakan secara tatap muka (face to face) yang berlandaskan pada aspek kerohanian (spirituality) dan penemuan hidup bermakna (the meaningful of life). Partisipan dalam penelitian ini adalah 1 siswa dari kelas VIII di SMPN 1 Cisarua, Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kasus tunggal (Single Subject Research). Pengambilan data dilakukan melalui metode wawancara pada saat studi pendahuluan, observasi, pengisian kuesioner konsep diri akademis, dan metode dokumentasi. Secara umum, penelitian ini membuktikan bahwa konseling logoterapi dapat berpengaruh positif terhadap konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah. Hasil analisis data antar kondisi baseline (A1) dan kondisi
treatment (B) menunjukkan perubahan level konsep diri akademis subjek sebesar (+) 15% serta dikuatkan dengan perubahan level pada kondisi baseline (A1) dan
kondisi baseline (A2) yaitu sebesar (+) 37%. Tanda (+) menunjukkan peningkatan
skor konsep diri akademis subjek. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap peningkatan konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah setelah pemberian treatment konseling logoterapi.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Ilmi (1004564). The effect of logotherapy Counseling on Academic Self Concept in Students at Risk of Dropping Out (Single Subject Research for Eighth Grade Students at Risk of Dropping Out in SMPN 1 Cisarua West Bandung). A Research Paper in Psychology Department, Faculty of Education Science UPI, Bandung (2015).
This study aimd at determine whether or not the effect of logotherapy counseling on academic self-concept in students at risk of dropping out of school. Logotherapy counseling is a process of a professional relationship between a trained counselor and counselee conducted by face to face, which is based on aspects of spirituality and the discovery of a meaningful life. The sample in this study was one student out of grade VIII SMPN 1 Cisarua, West Bandung. This study used the single Single Subject Research method. Data were collected by interview method at the time of the preliminary study, observation, questionnaire of academic self-concept, and documentation. In general, this study resulted that logotherapy counseling proved positive effect on academic self-concept of students at risk of dropping out of school. Results of the data analysis between baseline conditions (A1) and treatment conditions (B) showd the change in the
level of self-concept of academic subjects at (+) 15% and strengthened by changes in the level of baseline conditions (A1) and baseline conditions (A2) that is equal
to (+) 37%. Sign (+) indicated an increase in subject’s academic self-concept scores. The conclusion of this study was that logotherapy counseling could increase academic self-concept of students at risk of dropping out.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 4
C. TUJUAN PENELITIAN ... 5
D. MANFAAT PENELITIAN ... 5
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 5
BAB II ... 7
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7
A. KAJIAN PUSTAKA ... 7
B. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20
BAB III ... 23
METODE PENELITIAN ... 23
A. VARIABEL PENELITIAN ... 23
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. DESAIN PENELITIAN ... 24
D. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 30
E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA ... 31
F. ANALISIS ITEM, RELIABILITAS, DAN ... 34
KATEGORISASI SKALA ... 34
G. ANALISIS DATA ... 37
H. PROSEDUR PENELITIAN ... 40
I. MATERI KONSELING LOGOTERI SEBAGAI PANDUAN ... 42
KONSELOR DALAM PEMBERIAN TREATMENT ... 42
BAB IV ... 43
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. HASIL PENELITIAN ... 43
B. PEMBAHASAN ... 58
BAB V ... 67
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67
A. KESIMPULAN ... 67
B. REKOMENDASI ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 70
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan sebuah proses perkembangan
manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
Jalur Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi 3 macam, yaitu pendidikan
formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan (Peraturan Pemerintah RI nomor 17 tahun
2010).
Peraturan Pemerintah RI nomor 47 tahun 2008 menyebutkan bahwa “Pemerintah menerapkan wajib belajar 9 tahun”. Wajib belajar 9 tahun menjadi sebuah proses pendidikan formal di Indonesia. Dalam pelaksanaan wajib belajar 9
tahun terdapat hambatan-hambatan, salah satu hambatannya adalah putus sekolah.
Ada suatu proses dimana siswa menjadi putus sekolah, salah satunya yaitu
perilaku membolos sekolah (pergi dari rumah untuk sekolah tapi tidak sampai di
sekolah). Christenson & Thurlow dalam Ormrod (2008) menyebutkan bahwa
siswa yang nantinya akan putus sekolah lebih sering membolos dari pada teman
sebayanya, bahkan ketika awal sekolah dasar pun.
Di SMPN 1 Cisarua Kab. Bandung Barat terdapat 1 orang siswa yang suka
membolos. Menurut Rismiyati Erham Guru Bimbingan Konseling Sekolah
menyebutkan bahwa perilaku membolos siswa tersebut sudah parah karena dalam
sebulan hampir sekitar 10 hari masuk sekolah, selebihnya tidak masuk tanpa
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Siswa diatas merupakan salah satu ciri dari siswa yang berisiko putus
sekolah. Siswa berisiko (student at risk) adalah siswa yang memiliki probabilitas
tinggi untuk gagal menguasai keterampilan akademis minimum yang penting bagi
keberhasilan mereka di masa dewasa. Siswa berisiko umumnya memiliki sebagian
atau seluruh karateristik seperti riwayat kegagalan akademis, usia yang lebih tua
dibanding teman sekelasnya, masalah emosional dan perilaku, kerap berinteraksi
dengan teman sebaya yang berprestasi rendah, kurangnya kelekatan psikologis
dengan sekolah, dan keengganan untuk terlibat dengan sekolah (Ormrod, 2008).
Penyebab siswa putus sekolah diantaranya perilaku membolos sekolah
(Christenson & Thurlow dalam Ormrod, 2008), rasa malas sekolah 71,3%,
kenakalan anak 73,0%, masalah yang dipendam 75,3%, ekonomi 65,2%, dan
keluarga 76,4% (Fanny, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan
siswa berisiko putus sekolah yang disebabkan oleh perilaku membolos.
Siswa yang berpotensi putus sekolah cenderung memiliki harga diri rendah
dibanding teman-teman sekelasnya yang sukses (Ormrod, 2008). Harga diri erat
kaitannya dengan kondisi psikologis individu. Kondisi psikologis individu dapat
terbentuk berkat interaksinya dengan orang lain. Hasil interaksi ini kemudian
diinternalisasikan dan membentuk konsep diri yang menjadi pedoman individu
dalam berperilaku. Konsep diri yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam
bersikap terhadap pendidikan adalah konsep diri akademis. Konsep diri akademis
adalah persepsi kemampuan akademis siswa yang dipengaruhi oleh pengalaman dan interaksi individu terhadap lingkungan. Menurut O’Mara et al (2006), “Konsep diri akademis adalah persepsi siswa terhadap kemampuan akademisnya yang dibentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan”. Konsep diri akademis erat kaitannya dengan prestasi belajar. Pernyataan ini sejalan dengan
Marsh dkk (2002), yang menyatakan bahwa indikator utama dalam prestasi
belajar adalah konsep diri akademis. Hubungan keduanya bersifat timbal balik,
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akademis dan motivasi belajar untuk mencapai serangkaian prestasi akademis
lain.
Konsep diri akademis yang positif membuat siswa melakukan usaha-usaha
yang positif untuk mencapai keberhasilannya di bidang akademik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Marsh (2002) bahwa perilaku akademis, pilihan akademis,
aspirasi pendidikan, dan pencapaian prestasi akademis dipengaruhi oleh
tercapainya konsep diri akademis yang positif. Sebaliknya, individu tidak berdaya
menghadapi persaingan akademik dengan orang lain disebabkan memiliki konsep
diri akademis yang negatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Rakhmat (2005)
orang yang memiliki konsep diri akademis negatif lebih cenderung pesimis dalam
sebuah perlombaan dan tidak mau bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi, ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan
dirinya. Akibatnya, perasaan tersebut akan membuatnya malas dalam berusaha
mencapai keberhasilan akademis.
Dalam kasus siswa membolos di SMPN 1 Cisarua, diperoleh informasi
bahwa siswa yang sering membolos dalam kesehariannya di sekolah selalu
menyendiri atau tidak bergaul dengan teman-temannya, terlihat tidak semangat
ketika belajar, bosan dalam belajar, tidak ceria, dan memiliki keinginan yang
kurang untuk berprestasi (Erham, wawancara, 08 Juni, 2015). Peneliti menduga
siswa tersebut belum menemukan makna hidupnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bastaman (2007: 80) yang menyebutkan bahwa “ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan
hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis”.
Berdasarkan penelitian Mazaya dan Supradewi (2011) mengenai “Hubungan antara konsep diri dengan kebermaknaan hidup pada remaja putri di Panti Asuhan” diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dan kebermaknaan hidup pada remaja di Panti
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diberikan intervensi tentang kebermaknaan hidup secara tepat, maka konsep diri
akademis siswa tersebut diprediksikan akan positif.
Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memberi intervensi positif
terhadap proses kebermaknaan hidup siswa berisiko putus sekolah adalah
konseling logoterapi. Berdasarkan penelitian Suprapto (2013) tentang “konseling
logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia” diperoleh
kesimpulan bahwa konseling logoterapi dapat meningkatkan kebermaknaan hidup
pada lansia. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa teknik konseling logoterapi
dapat digunakan sebagai metode dalam menemukan makna hidup pada siswa
berisiko putus sekolah.
“Teknik logoterapi adalah teknik terapi yang berlandaskan dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta makna
hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning)
merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the
meaningful life) yang didambakannya” (Bastaman, 2007: 36).
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa logoterapi dapat digunakan
untuk beberapa kasus klinis atau kasus sosial, diantaranya dapat menurunkan
hipertensi (Fatimah, 2009), dapat menurunkan intensitas nyeri dan skor depresi
pada pasien nyeri kronik (Herawati & Sudiyanto, 2010), dapat mencegah
penyalahgunaan narkoba (Suranata, 2009), dan dapat menurunkan kecemasan
pada pasien gagal ginjal (Slametiningsih, 2012).
Pada penelitian Slametiningsih (2012) menunjukkan bahwa kebermaknaan
hidup dapat menurunkan kecemasan dan penelitian Amwalina (2010)
menunjukkan bahwa konsep diri akademik yang tinggi berimplikasi terhadap
rendahnya kecemasan. Peneliti menduga bahwa konsep diri akademik dan
kebermaknaan hidup memiliki hubungan positif. Hal inilah yang mendasari
peneliti menggunakan teknik konseling logoterapi untuk menumbuhkan
kebermaknaan hidup pada siswa berisiko putus sekolah yang berdampak positif
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan asumsi diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa yang
berisiko putus sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh
konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa berisiko putus
sekolah?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling logoterapi
terhadap konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran apakah terdapat pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep
diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah kelas VIII di SMPN 1
Cisarua, Bandung Barat.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan
mengenai pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada
siswa berisiko putus sekolah. Lebih lanjut hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil penelitian ini memiliki manfaat dalam pengembangan ilmu
Psikologi Pendidikan yaitu memperkaya khazanah wawasan dan pengetahuan
dalam pengembangan ilmu psikologi pendidikan terutama mengenai
pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa
berisiko putus sekolah.
2. Manfaat bagi Siswa Berisiko Putus Sekolah
Tercipta konsep diri akademis yang lebih positif, sehingga siswa
berisiko putus sekolah mengurangi segala perilaku yang memicu terjadinya
putus sekolah seperti tindakan membolos belajar di sekolah.
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Adapun struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang akan mencantumkan teori-teori
yang dijadikan landasan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori
yang akan dibahas yang pertama mengenai konseling logoterapi, yaitu terdiri atas
pengertian konseling, tujuan konseling, pengertian logoterapi, asas-asas dalam
logoterapi, pengertian konseling logoterapi, dan tahap-tahap dalam pelaksanaan
konseling logoterapi, dan teknik-teknik konseling logoterapi. Kemudian yang
kedua membahas mengenai konsep diri akademis yaitu terdiri dari pengertian
konsep diri, pengertian konsep diri akademis, aspek-aspek konsep diri akademis.
Pada bab ini juga berisi kerangka pemikiran penelitian.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab ini berisi variabel penelitian, definisi operasional variabel, desain
penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengambilan data, teknik analisis
data, dan prosedur penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil analisis data yang diperoleh dengan
menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
membuktikan hipotesis penelitian. Bab ini juga berisi pembahasan mengenai
gambaran umum subjek penelitian, terdiri dari profile subjek, perilaku berisiko
subjek sebelum diberikan intervensi, data yang diperoleh setelah diberikan
intervensi, hasil analisis data, dan pembahasan setelah intervensi.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisi kesimpulan mengenai terbukti atau tidaknya hipotesis,
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah suatu konstruk yang bervariasi atau yang dapat memiliki
bermacam nilai tertentu (Latipun, 2006: 57). Penelitian ini terdapat dua variabel
penelitian, yaitu :
1) Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang dimanipulasi
untuk dipelajari efeknya pada variabel-variabel lain, yaitu variabel terikat
(Latipun, 2006 : 60). Variabel bebas pada penelitian ini adalah konseling
logoterapi.
2) Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang berubah jika
berhubungan dengan variabel bebas (Latipun, 2006 : 62). Variabel terikat
dari penelitian ini adalah konsep diri akademis yang diukur melalui 3
dimensi aspek-aspek konsep diri akademis yaitu kepercayaan diri,
penerimaan diri, dan penghargaan diri.
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut (Umbara, 2012 :38). Adapun secara operasional variabel dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :
1) Konseling logoterapi sebagai variabel bebas.
Konseling logoterapi diartikan sebagai teknik konseling yang
berlandaskan aspek kerohanian (spirituality) dan kehendak untuk hidup
bermakna (the will to meaning), dalam rangka pemberian perlakuan
(treatment) kepada siswa berisiko putus sekolah.
Pemberian perlakuan (treatment) akan dilakukan oleh psikolog. Dalam
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
biasanya. Akan tetapi, teknik konseling logoterapi memberi fokus dalam
treatment dengan landasan aspek kerohanian (spirituality) dan pemahaman untuk hidup bermakna.
2) Konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah sebagai variabel
terikat.
Adapun definisi operasional dari konsep diri akademis adalah persepsi
siswa terhadap kemampuan akademisnya yang dibentuk melalui pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan. Dalam pengukuran persepsi siswa terhadap
kemampuan akademisnya dilakukan dengan menggunakan alat ukur konsep
diri akademis yang dirancang peneliti dengan menggunakan metode skala
Likert (Summated Rating Scaling) yang memiliki reliabilitas Cronbach's
Alpha 0,815
Dalam penelitian ini, tingkat konsep diri akademis pada siswa berisiko
putus sekolah dilihat dari skor subjek pada alat ukur konsep diri akademis.
Semakin tinggi skor subjek maka semakin tinggi konsep diri akademis, begitu
pun sebaliknya semakin rendah skor subjek maka semakin rendah konsep diri
akademisnya.
C. DESAIN PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan terhadap kajian empiris
untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk
numerik dari pada naratif (Given, 2008: 713).
2. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen (experimental methodology), yaitu metode penelitian yang
dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu
perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti (Latipun, 2006: 8).
3. Desain Eksperimen
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen kasus tunggal (single-case experimental design) atau Single
Subject Research. Eksperimen kasus tunggal merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan kasus
tunggal (Latipun, 2006 : 85)
Adapun desain yang digunakan adalah desain A-B-A withdrawal.
Desain A-B-A withdrawal merupakan desain yang melibatkan fase keadaan
awal (baseline) (A) dan fase perlakuan (B). Fase keadaan awal (baseline)
adalah pengukuran beberapa aspek dari perilaku subjek selama beberapa
waktu sebelum perlakuan. Withdrawal adalah menghentikan perlakuan dan
kembali kepada baseline. (Latipun : 2006: 91).
Desain A withdrawal yang akan digunakan adalah desain
A-B-A. Desain A-B-A dilakukan dengan menambah fase baseline kedua setelah
perlakuan. Efek suatu perlakuan terlihat jika ada perbedaan perilaku selama
perilaku pada fase baseline dan perilaku pada saat diberi perlakuan atau
intervensi. Skema desain eksperimen ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skema Desain Eksperimen
O1 O2 O3 O4 O5 O6 X1 O7 X2
O8 X3 O9 O10 O11 O12 O13 O14
O 16 O17
Fase A2
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Latipun, 2006: 92)
Keterangan :
O1, O2, O3, O4, O5, O6 = fase A1 (baseline) pretest 1, pretest 2, pretest 3,
pretest 4, pretest 5, dan pretest 6.
O7, O8 = fase B (baseline posttest 1, dan baseline posttest
2)
X1, X2, X3 = fase B (treatment 1, treatmen 2, treatment 3 ).
O9 sampai O16 = fase A2 (baseline hasil treatment).
Fase basline (O) yaitu O1 dilakukan untuk mengetahui perilaku subjek
di sekolah sebelum pemberian treatment. Teknik yang digunakan peneliti
untuk mengetahui perilaku subjek yaitu dengan wawancara. Informasi
mengenai subjek diperoleh dari wali kelas subjek. Wawancara pada fase
basline dilakukan sebanyak satu kali. Selain wawancara, pada fase baseline (O1, O2, O3, O4, O5, O6 ) peneliti melakukan pengukuran konsep diri akademis
pada siswa berisiko dengan menggunakan kuesioner konsep diri akademis
yang peneliti rancang. Tujuan dilakukan pengukuran konsep diri akademis
pada saat sebelum treatment adalah untuk mengetahui tingkat konsep diri
akademis siswa berisiko, sehingga menjadi dasar peneliti untuk mengetahui
perubahan konsep diri akademis setelah treatment dilakukan. Pemberian tes
kuesioner pada fase baseline (pretest) dilakukan sebanyak 6 kali untuk
mencapai skor data yang stabil. Data yang stabil menunjukkan homogenitas
dari deretan suatu data. Sunanto (2005) penelitian pada single research
subject dapat dilaksanakan pada tahap pemberian treatment jika data pada baseline sudah menunjukkan stabil. Jika data pada baseline belum stabil maka pengambilan kesimpulan hasil dari proses treatment akan bias.
Pada fase B, treatment (X) diberikan tiga kali dalam proses konseling
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seterusnya sampai tiga kali treatment. Pemberian tes kuesioner pada fase B
(treatment) dilakukan sebanyak 5 kali yaitu setelah 3 kali treatment dan 2 kali
basline (O7, O8).
Setelah tiga kali treatment dilakukan pada fase B, maka penelitian
dilanjutkan pada fase baseline (A2), yaitu observasi dan posttest. Tahap ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari treatment yang
diberikan konselor. Observasi dan tes (posttest) dilakukan enam kali (O9, O10,
O11, O12, O13, O14) dengan menggunakan kuesioner konsep diri akademis untuk
mengetahui pengaruh dari treatment yang telah diberikan.
4. Pengendalian Extraneous Variable
Extraneous variable adalah variabel yang bukan merupakan fokus dalam penelitian. Variabel ini dapat secara tidak sengaja termanipulasi seiring
manipulasi variabel independen dan mempengaruhi perubahan variabel
terikat (Yulindrasari, 2011). Extraneous variable yang digunakan adalah
controlled variable, karena extraneous variable itu akan dikontrol atau dikendalikan, agar extraneous variable tidak berubah sesuai dengan
manipulasi variabel bebas, sehingga hubungan sebab-akibat antara variabel
bebas dan variabel terikat dapat disimpulkan (Yulindrasari, 2011).
Adapun pengendalian extraneous variable dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Penggunaan prosedur perlindungan ganda (double blind procedure)
Untuk menghindari efek peneliti (experimenter effects), yaitu efek
yang tidak dikehendaki pada perilaku responden/siswa berisiko yang
disebabkan oleh asisten peneliti (observer)/ konselor, maka selama
treatment diberikan peneliti menggunakan prosedur perlindungan ganda (double blind procedure), dimana asisten peneliti (observer)/ konselor
yang mengadakan kontak dengan responden/siswa berisiko tidak
mengetahui hipotesis penelitiannya, sehingga tidak sampai mengurangi
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bekerjasama dengan orang tua dan guru di sekolah subjek untuk
menghindari pengaruh spiritual.
Untuk menghindari variabel terikat yang termanipulasi bukan oleh
variabel bebas, maka peneliti mengkondisikan subjek sebagai berikut: Orang tua dan guru mengkondisikan subjek (anaknya/siswanya)
untuk tidak mendapatkan pengaruh positif atau hal-hal tentang
kebermaknaan/spiritualitas.
Contoh : orang tua dan guru selama fase B (treatment) tidak
memberi nasihat, tidak mengizinkan pergi ke pengajian (belajar
islam), atau mendengar ceramah baik langsung maupun tidak
langsung.
Orang tua subjek mengkontrol subjek untuk tidak berteman dengan anak yang baik selama fase B (treatment) ini.
5. Prosedur Treatment Konseling Logoterapi
Pada penelitian ini, peneliti bertindak merancang modul panduan
konseling logoterapi bersama psikolog, pedoman observasi, dan mengukur
konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah sebelum dan setelah proses
konseling logoterapi. Pelaksana pemberi treatment adalah psikolog. Adapun
langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam proses pelaksanaan treatment
konseling logoterapi yaitu sebagi berikut :
a. Tahap Persiapan
1. Peneliti dan psikolog merancang modul panduan proses konseling
logoterapi.
2. Peneliti meminta kesediaan psikolog untuk bertindak sebagai
konselor dan siswa yang berisiko putus sekolah sebagai konseli
dalam penelitian ini.
3. Peneliti mengkoordinasikan terhadap konselor dan konseli terkait
waktu dan tempat pelaksanaan konseling.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Proses pelaksanaan konseling logoterapi dilakukan selama tiga kali
pertemuan dalam tiga hari. Dari satu kali pertemuan menuju
pertemuan selanjutnya di selingi baseline 1 hari yaitu tidak ada
pemberian treatment.
2. Konselor menerapkan tahapan-tahapan konseling logoterapi
(Bastaman, 2007: 138) yaitu sebagai berikut :
1) Tahap perkenalan dan pembinaan rapport
Konselor membangun rapport yang baik, dan menjelaskan rambu-rambu konseling yang perlu disepakati.
Konselor dan konseli berkenalan satu sama lain.
Konselor memaparkan bahwa tujuan proses konseling ini adalah untuk membantu konseli dalam menyelesaikan
permasalahannya.
2) Tahap pengarahan
Konselor meminta kepada konseli menjelaskan mengenai kronologi permasalahan konseli.
Konseli memaparkan sikap yang dilakukan setelah terjadi permasalahan tersebut.
3) Tahap pembahasan bersama
Konselor meminta penjelasan kepada konseli mengenai alasan konseli melakukan tindakan tersebut dan apa saja akibatnya. Konselor membahas bersama perilaku membolos merupakan
perilaku yang kurang baik dan melangar tata tertib sekolah dan
norma-norma yang berlaku.
Jika konseli sudah tahu bahwa perilaku membolos merupakan perilaku yang salah, konseli menjelaskan mengapa masih
melakukan perilaku tersebut.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Konselor meminta kepada konseli untuk membuat dan menuliskan tujuan hidup dalam secarik kertas.
Konselor membahas tujuan hidup konseli dan memotivasi konseli untuk terus mencapai tujuan hidupnya.
Konselor menjelaskan kepada konseli mengenai tujuan hidup yang benar dan sesuai dengan tuntunan agama, dan nilai-nilai
spiritual.
Konselor memberikan motivasi bahwa dalam setiap diri manusia memiliki potensi dan sumber daya rohaniah yang
bersih (hati nurani).
Konselor menerapkan 5 cara menemukan makna hidup yang disebut “Panca Cara Temuan Makna” modifikasi karya HD. Bastaman (2007:153).
3. Peneliti sesaat setelah selesai proses setiap konseling, memberikan
kuesioner konsep diri akademis kepada subjek.
4. Pada saat selang satu hari dari treatment 1 menuju treatment
selanjutnya (baseline O7 dan O8) peneliti memberikan kuesioner
konsep diri akademis pada subjek.
c. Tahap Akhir
1. Konselor mengarahkan konseli untuk menyimpulkan beberapa
latihan yang telah dilakukan dalam proses konseling.
2. Peneliti berkoordinasi dengan orang tua subjek dalam pengendalian
exraneous variabel pada penelitian ini, seperti: orang tua selama proses konseling logoterapi tidak memberi nasihat, menghindari
siswa mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
spiritualitas untuk sementara waktu.
D. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lokasi yang dipilih peneliti untuk mengadakan penelitian adalah SMPN 1
Cisarua, Bandung Barat. Beberapa pertimbangan yang digunakan oleh peneliti
dalam menentukan SMPN I Cisarua sebagai lokasi penelitian, adalah sebagai
berikut:
a) Adanya kesiapan dari pihak sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian.
b) Di sekolah ini, peneliti melihat fenomena perilaku siswa membolos yang
merupakan ciri awal dari siswa yang berisiko putus sekolah.
c) SMPN I Cisarua merupakan salah satu sekolah terbaik di Kab. Bandung
Barat dengan nilai akreditasi A. Hal ini yang mendasari ketertarikan peneliti
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, karena menjadi bahan
pertanyaan peneliti mengapa di sekolah terbaik terdapat siswa yang suka
membolos sekolah.
2. Subjek Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah satu orang siswa yang berisiko putus
sekolah yang di tandai perilaku siswa yang sering membolos sekolah (pergi
dari rumah tapi tidak sampai di sekolah).
E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Menurut Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun instrumen
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah mengumpulkan informasi yang tidak mungkin
diperoleh lewat observasi (Alwasilah, 2000: 110). Wawancara dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui informasi perilaku subjek sebelum diberikan
treatment dan setelah treatment.
Adapun pedoman wawancara yang dilakukan sebelum treatment diberikan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Pedoman wawancara pretest
Aspek yang diamati Item pertanyaan
Melakukan usaha-usaha positif untuk mencapai
keberhasilan.
Apakah subjek selalu masuk sekolah dengan rajin? Berapa jumlah kehadiran rata-rata subjek dalam sebulan terakhir?
Apakah subjek selalu mengerjakan tugas dengan baik?
Apakah subjek pernah melanggar aturan tata tertib di sekolah?
Apakah subjek selalu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik ketika guru sedang menyampaikan materi pembelajaran?
Adapun pedoman wawancara yang dilakukan setelah subjek diberikan
treatment yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.3
Pedoman wawancara posttest
Aspek yang diamati Item pertanyaan
Melakukan usaha-usaha positif untuk mencapai
keberhasilan.
Setelah diberikan treatment, apakah subjek selalu masuk sekolah dengan rajin?
Berapa jumlah rata-rata kehadiran subjek setelah diberikan treatment? (terhitung dari tanggal selesai treatment sampai tanggal pengambilan data posttest).
Bagaimana sikap subjek terhadap tugas-tugas dari sekolah dalam waktu dekat ini? Apakah tugas-tugasnya dikerjakan atau tidak?
Apakah subjek pernah melanggar tata tertib sekolah setelah diberikan treatment? (terhitung dari tanggal selesai treatment sampai tanggal pengambilan data posttest).
Bagaimana sikap subjek terhadap guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas?
b. Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan cara observasi didasari pentingnya informasi akurat mengenai perilaku
subjek penelitian sebelum dilakukan treatment (Pretest) dan setelah diberikan
treatment (Posttest) untuk melihat efektivitas dari hasil treatment yang diberikan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebanyak tiga kali (saat
fase A1 basline (pretest)), dua kali pada fase B (O4, O5) yang dilakukan setelah
berselang satu kali treatment, dan tiga kali setelah treatment diberikan (O6, O7,
O8). Berikut ini pedoman observasi pada pretest (sebelum pemberian
treatment) dan posttest (setelah pemberian treatment) yang diberikan ketika pengambilan data konsep diri akademis siswa.
Tabel 3. 4
Pedoman observasi pretest dan posttest
Aspek yang diamati Indikator Pengamatan
Respon positif subjek Siswa mengisi kuesioner dengan tenang dan tertib. Siswa bertanya ketika ada pertanyaan yang sulit dipahami.
Siswa cooperative dengan observer.
Adapun pedoman observasi ketika treatment diberikan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Pedoman observasi ketika treatment
Aspek yang diamati Indikator Pengamatan Respon positif subjek Subjek mendengarkan konselor dengan baik
Selama proses konseling, subjek terlihat bahagia tergambar dari raut wajah yang berseri-seri.
Subjek bertanya ketika ada pertanyaan yang sulit dipahami.
Siswa cooperative dengan konselor.
c. Kuesioner
Kuesioner yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data berupa Skala
Likert, dimana subjek diminta untuk menyatakan sikapnya terhadap
pernyataan-pernyataan yang diberikan dengan cara memilih salah satu jawaban
sesuai dengan keadaan dirinya. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
treatment diberikan (posttest). Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui perbedaan konsep diri akademis yang terjadi sebelum dan setelah
treatment diberikan kepada sampel penelitian.
Alat ukur yang digunakan adalah skala konsep diri akademis terhadap siswa
berisiko putus sekolah. Alat ukur ini dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan
aspek-aspek konsep diri akademis yang mengacu pada teori Wyle, Hansford,
dan Hatie (Marsh,1992). Untuk mengetahui kualitas intrumen penelitian ini,
maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap salah satu kelas VIII
di SMPN I Cisarua dengan jumlah responden 60 siswa. Di samping itu, skala
ini memiliki lima kategori jawaban, yaitu : Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S) Ragu-ragu (R) Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Tugas subjek adalah menyatakan sikapnya terhadap pernyataan-pernyataan
yang diberikan dengan cara memilih salah satu jawaban sesuai dengan keadaan
dirinya. Cara memilihnya adalah dengan membubuhkan tanda ceklis pada
bagian yang disediakan. Pernyataan pada instrumen penelitian ini bernilai
favorable (+) dan unfavorable (-), serta metode penskalaan yang digunakan adalah metode penskalaan yang berorientasi pada subjek. Menurut Azwar
(2012: 70), penskalaan subjek adalah metode penskalaan yang bertujuan
meletakkan individu-individu pada suatu kontinum penilaian sehingga
kedudukan relatif individu menurut suatu atribut yang diukur dapat diperoleh,
sehingga pendekatan ini digunakan oleh perancang skala yang tidak begitu
merisaukan cara bagaimana memberi bobot nilai bagi stimulus atau respon.
Pada instrumen penelitian ini, jawaban setiap pernyataan diberi bobot skor
dengan rentang 0-4.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pola Skor Item
Bentuk Item
Pola Skor
STS TS R S SS
Favorable (+)
0 1 2 3 4
Unfavorable (-)
4 3 2 1 0
F. ANALISIS ITEM, RELIABILITAS, DAN KATEGORISASI SKALA
INSTRUMEN KONSEP DIRI AKADEMIS
1. Analisis Item
Analisis item adalah seleksi atau pemilihan item yang harus dibuktikan
secara empiris (Sopariah, 2007: 59). Peneliti memilih item-item yang
dianggap layak berdasarkan hasil uji coba terhadap 60 siswa kelas VIII di
SMPN I Cisarua Bandung Barat. Pemilihan item-item yang dianggap layak
dengan cara korelasi product-moment Pearson, agar dapat dilihat korelasi
item-total kuesioner, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara
keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap
item dengan skor keseluruhan. (Azwar, 2010: 19).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 20.0,
diketahui bahwa pada alat ukur konsep diri akademis ini, dari 33 item
diperoleh 17 item yang dianggap layak dan 16 item tidak layak.
2. Reliabilitas Kuesioner
Menurut Suherman (Umbara, 2012: 46), ”suatu instrumen dikatakan reliabel, jika hasil evaluasi dari instrumen tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama”. Dengan melakukan uji reliabilitas, sebuah alat tes dapat diketahui apakah memiliki reliabilitas tinggi, sedang, atau rendah,
dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya (Azwar, 2011).
Dalam menghitung koefisien reliabilitasnya, penelitian ini digunakan
prinsip konsistensi internal (internal consistency), yaitu pengujian akan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam alat ukur ini, reliabel berarti tingginya konsistensi di antara
komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar, 2011:
43). Rumus yang dipakai adalah rumus koefisien Alpha Cronbach, karena
koefisien alpha dapat menghasilkan estimasi reliabilitas yang cermat
meskipun belahan-belahan tes yang diperoleh tidak memenuhi asumsi pararel
(Azwar, 2010: 75). Rumus koefisien Alpha Cronbach adalah sebagai berikut.
rxx’ = α =
(Ihsan, 2013: 87)
Keterangan:
α = Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach n = Banyaknya bagian (potongan tes)
Vi = Varians tes bagian yang panjangnya tidak ditentukan
Vt = Varians skor total (perolehan)
Kriteria reliabilitas yang dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat
oleh Guilford yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. 7
Kriteria Reliabilitas Guilford
Berdasarkan hasil perhitungan program spss 20.0, diperoleh hasil
koefisien reliabilitas konsep diri akademis sebesar 0,815.
Tabel 3.8
Derajat Reliabilitas Interpretasi
0,90 ≤ α ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ α ≤ 0,90 Tinggi
0,40 ≤ α ≤ 0,70 Sedang
0,20 ≤ α ≤ 0,40 Rendah
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Koefisien Reliabilitas Alat Ukur Konsep Diri Akademis
Karena nilai yang diperoleh di atas 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas instrumen variabel konsep diri akademis dapat dikategorikan
tinggi dan dapat diterima untuk dianalisis secara lebih lanjut.
3. Kategorisasi Skala
Menurut Azwar (2012: 147), ”kategorisasi merupakan usaha untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya
berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur”. Dengan
demikian, kategorisasi skala ini bersifat relatif, dengan syarat selama
penempatan itu berada dalam batas wajar dan dapat diterima akal sehat
(Azwar, 2012). Pada penelitian ini, kategorisasi skala konsep diri akademis
digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan kategori konsep diri
akademis subjek sebelum dilakukan treatment dan setelah dilakukan
treatment. Pada variabel konsep diri akademis, data dikelompokan ke dalam lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah,
yang kemudian digunakan sebagai norma dalam pengelompokan skor sampel
berdasarkan norma kelompoknya. Berikut ini kategorisasi skala yang
[image:31.595.198.401.146.210.2]digunakan.
Tabel 3.9
Kategorisasi Skala
Rentang Skor Kategori
T > µ + 1,5σ Sangat tinggi
µ + 0,5σ< T ≤ µ + 1,5σ Tinggi µ - 0,5σ< T ≤ µ + 0,5σ Sedang µ - 1,5σ< T ≤ µ - 0,5σ Rendah
T ≤ µ - 1,5σ Sangat rendah
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Ihsan, 2013:
63)
Penyusunan norma dilakukan dengan cara mengkonversikan skor mentah
menjadi skor baku T. Skor baku inilah yang digunakan dalam interpretasi.
Adapun rumus skor baku T, adalah sebagai berikut.
T = 50 + (10 x z)
(Ihsan, 2013: 61)
Berikut ini kategorisasi skala konsep diri akademis. Perhitungan yang
diperoleh berdasarkan hasil uji coba alat ukur kuesioner konsep diri akademis
pada populasi 60 siswa kelas VIII SMPN 1 Cisarua, diperoleh rata-rata baku (µ) = 31,450, dan deviasi standar baku (σ) = 4,979 (Ihsan, 2013: 62).
Tabel 3.10
Kategorisasi Skala Konsep Diri Akademis
Kategori Kalkulasi Norma Norma
Sangat Tinggi T > µ + 1,5σ T > 65 Tinggi µ + 0,5σ< T ≤ µ + 1,5σ 55 < T ≤ 65 Sedang µ - 0,5σ< T ≤ µ + 0,5σ 45 < T ≤ 55 Rendah µ - 1,5σ< T ≤ µ - 0,5σ 35 < T ≤ 45
Sangat Rendah T ≤ µ - 1,5σ T ≤ 35
G. ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Pada
penelitian eksperimen ini dalam menganalisis data menggunakan teknik statistik
deskriptif. Dalam Sunanto (2005) ada dua aspek analisis dalam menganalisis data
kasus tunggal, yaitu analisis kondisi dan analisis antarkondisi. Analisis kondisi
meliputi analisis panjang kondisi, tingkat stabilitas, kecenderungan stabilitas,
kecenderungan arah, rentang, dan level perubahan. Adapun analisis antarkondisi
meliputi variabel yang dirubah, perubahan kecenderungan arah dan efeknya,
perubahan stabilitas dan efeknya, perubahan level data, dan data yang tumpang
tindih (overlap).
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis kondisi adalah menganalisis perubahan data pada suatu kondisi.
Dalam memulai menganalisis kondisi, poin yang pertama yang harus
diperhitungkan adalah panjang kondisi. Menurut Sunanto (2005) panjangnya
kondisi dalam penelitian kasus tunggal dilihat dari banyaknya data poin atau
skor pada setiap kondisi. Panjang atau pendeknya suatu data poin pada kondisi
tertentu bukan hal yang utama, melainkan tingkat kestabilan data poinnya itu
yang terpenting (Sunanto, 2005: 93). Sedangkan panjang dan pendeknya
kondisi intervensi sangat tergantung pada jenis intervensi yang diberikan.
Tingkat stabilitas data merupakan tingkat homogenitas data dalam suatu
kondisi (Sunanto, 2005: 68). Tingkat kestabilan data dapat ditentukkan dengan
menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di
bawah mean. Sunanto (2005) Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam
rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dikatakan stabil.
Data yang stabil pada kondisi tertentu merupakan data yang baik untuk
dilanjutkan pada analisis kondisi dan antarkondisi.
Selain tingkat stabilitas suatu kondisi, terdapat juga kecenderungan
stabilitas data. Sunanto (2005) menjelaskan bahwa kecenderungan stabilitas
menunjukkan kecenderungan tingkat stabilitas suatu data pada kondisi tertentu.
Kriteria sabilitas dalam menentukan kecenderungan stabilitas data kondisi
tertentu yaitu sebesar 15%. Kecenderungan stabilitas suatu kondisi dikatakan
stabil jika persentase stabilitasnya antara 85% - 90 % (Sunanto, 2005: 80).
Selanjutnya dalam menganalisis data suatu kondisi, yaitu dengan mencari
kecenderungan arah. Menurut Sunanto (2005) kecenderungan arah
menunjukkan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti. Pada
kecenderungan arah juga terlihat perubahan setiap jejak data dari sesi ke sesi.
Metode yang digunakan dalam menentukan kecenderungan arah pada
penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode belah dua (split middle).
Metode split middle adalah metode menentukan kecenderungan arah grafik
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya menentukan rentang suatu data, rentang adalah jarak antara
data pertama dengan data terakhir (Sunanto, 2005: 70). Rentang memberikan
informasi besarnya perubahan antara dua data. Dan yang terakhir dalam
analisis kondisi adalah menentukan level perubahan suatu kondisi. Menurut
Sunanto (2005) Level perubahan menunjukkan hal yang sama seperti rentang
yaitu besarnya perubahan antara dua data. Level perubahan pada suatu kondisi
merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.
2. Analisis Antarkondisi
Analisis antarkondisi adalah menganalisis perubahan data antara satu
kondisi dengan kondisi lainnya. Dalam analisis antarkondisi, variabel yang
dirubah merupakan variabel terikat dan merupakan variabel yang difokuskan
hanya untuk satu perilaku. Selanjutnya analisis perubahan kecenderungan arah
antarkondisi. Perubahan kecenderungan arah antarkondisi menunjukkan makna
perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh treatment
(Sunanto, 2005: 72). Secara garis besar, perubahan kecenderungan arah
antarkondisi kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar
ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke menaik, (e) menaik ke
mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke
mendatar, dan (i) menurun ke menurun.
Selanjutnya dalam analisis antarkondisi yaitu mencari perubahan stabilitas
data. Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan
data. Data dikategorikan stabil jika menunjukkan arah (mendatar, menaik, atau
menurun) secara konsisten. Kestabilan data pada analisis antarkondisi
memegang peranan penting dalam mengetahui hasil penelitian secara
menyeluruh.
Perubahan level data pada analisis antarkondisi menunjukkan seberapa
besar data berubah dari setiap kondisi. Perhitungan perubahan level
antarkondisi diperoleh dengan mencari selisih data poin terakhir pada fase
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggambarkan perubahan perilaku sebagai akibat pengaruh treatment.
Terakhir, pada analisis antarkondisi yaitu menentukan data yang tumpang
tindih (overlap). Data overlap merupakan data yang sama pada kedua kondisi
tersebut. Data overlap menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua
kondisi dan semakin banyak data yang overlap semakin menguatkan dugaan
tidak adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut. Semakin kecil persentase
overlap, maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior (Sunanto, 2005: 76).
H. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan ruang lingkup dan topik permasalahan penelitian.
b. Melakukan studi pustaka untuk memperoleh informasi tentang konseling
logoterapi dan konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah.
c. Melakukan studi pendahuluan melalui wawancara dan dokumentasi
(dengan pihak sekolah) untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa
berisiko putus sekolah.
d. Menentukan sampel penelitian.
e. Membuat desain penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
f. Mempersiapkan alat ukur sebagai alat pengambilan data.
g. Melakukan uji coba alat ukur terhadap populasi siswa di sekolah tersebut.
h. Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap hasil uji coba alat ukur.
2. Tahap Pengumpulan Data
a. Menghubungi wali kelas VIII dan guru BK untuk meminta izin dan
mendampingi peneliti dalam proses awal pertemuan dengan konseli.
b. Meminta kesediaan siswa berisiko putus sekolah sebagai sampel
penelitian.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Melakukan pretest (fase baseline A1) pada sampel penelitian untuk
mengetahui bagaimana konsep diri akademis sebelum diberikan treatment.
Pelaksanaan pretest dilakukan sebanyak enam kali selama enam hari,
dengan menggunakan kuesioner konsep diri akademis.
e. Melakukan treatment pada sampel penelitian, yaitu menerapkan teknik
logoterapi pada saat konseling oleh konselor. Pelaksanaan konseling
dilakukan tiga kali selama tiga hari, akan tetapi pelaksanaannya tidak
berturut-turut selama tiga hari, melainkan diselingi baseline (tidak ada
perlakuan) antara satu treatment menuju treatment selanjutnya.
f. Sesaat setelah treatment selesai dilaksanakan, konseli mengisi kuesioner
konsep diri akademis yang diberikan oleh peneliti. Saat baseline pada fase
B (O7 dan O8), konseli mengisi kuesioner konsep diri akademis lagi. Oleh
karena itu, pengambilan data hasil pengisian kuesioner konsep diri
akademis subjek pada fase B yaitu sebanyak lima kali.
g. Melakukan observasi ketika fase baseline A1, fase B (treatment), dan fase
baseline A2. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk
mengetahui respon subjek selama proses penelitian dilakukan.
h. Melakukan posttest (baseline A2) pada subjek penelitian untuk mengetahui
bagaimana konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah setelah
diberikan treatment. Pengambilan data konsep diri akademis melalui
kuesioner pada fase baseline A2 dilakukan sebanyak enam kali secara
berturut-turut selama enam hari, akan tetapi untuk menghindari bias dari
subjek penelitian karena dikhawatirkan adanya proses belajar mengenai
item-item kuesioner, maka ditambah dua kali pengambilan data selang satu
minggu satu kali. Oleh karena itu, pengambilan data konsep diri akademis
subjek pada fase baseline A2 sebanyak delapan kali.
3. Tahap Pengolahan
a. Membandingkan hasil data antara pretest dan posttest untuk menentukan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada analisis antarkondisi menunjukkan sebagai pengaruh dari perlakuan
(treatment) yang telah diberikan.
b. Menetapkan statistik yang cocok yaitu statistik deskriptif. Dalam hal ini,
data hasil pretest dan posttest dianalisis dengan menggunakan tabel dan
grafik yang dilihat dari aspek analisis kondisi dan analisis antarkondisi.
4. Tahap Pembahasan
a. Menginterpretasi hasil analisis statistik dan membahasnya berdasarkan
teori dan kerangka pemikiran.
b. Membuat kesimpulan hasil penelitian dan mengajukan rekomendasi yang
ditujukan untuk penelitian selanjutnya.
c. Menyusun laporan hasil penelitian.
d. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian.
e. Mempertanggungjawabkan laporan penelitian dalam sidang ujian skripsi.
I. MATERI KONSELING LOGOTERAPI SEBAGAI PANDUAN
KONSELOR DALAM PEMBERIAN TREATMENT
Konseling logoterapi merupakan konseling seperti pada umumnya, dimana
inti dari kegiatan tersebut adalah kegiatan menolong (helping activity). Artinya
seorang konselor memberikan bantuan psikologis kepada seorang klien yang
membutuhkan bantuan untuk pengembangan diri atau penyelesaian permasalahan
dirinya. Adapun prosedur treatment konseling logoterapi seperti yang sudah di
jelaskan di awal bab 3 adalah sebagai berikut :
a. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport.
b. Tahap pengarahan.
c. Tahap pembahasan bersama.
d. Tahap evaluasi dan penyimpulan.
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hidup dari HD. Bastaman (2007: 153). (Panduan konselor dalam pemberian
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian maka secara garis besar dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Sebelum pemberian konseling logoterapi, siswa berisiko putus sekolah
memiliki konsep diri akademis yang termasuk kategori rendah (skor T dari
mean levelnya dibawah skor 45 dari populasi teman sekelasnya).
2. Perubahan level antar kondisi pada analisis data membuktikan bahwa
terdapat perubahan konsep diri akademis sebelum dan sesudah diberikan
treatment yaitu perubahan ketegori konsep diri akademis rendah menjadi kategori konsep diri akademis tinggi. Hal ini menandakan adanya
pengaruh konseling logoterapi terhadap peningkatan konsep diri akademis
pada siswa berisiko putus sekolah.
3. Berdasarkan analisis kecenderungan stabilitas data antar kondisi, ada
penurunan tingkat konsep diri akademis pada subjek setelah pemberian
konseling logoterapi. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat konsep diri akademis pada
subjek. Faktor eksternal tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan
konsep diri akademis subjek, tergantung kondisi lingkungan dan iklim
yang membentuk konsep diri akademisnya. Akan tetapi, skor konsep diri
akademis subjek masih lebih tinggi dari pada skor konsep diri
akademisnya sebelum pemberian konseling logoterapi.
B. REKOMENDASI
1. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah, khususnya guru pelajaran diharapkan sering
membentuk aktivitas pembelajaran yang melibatkan kerjasama tim dan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang mendidik disertai unsur hiburan, metode ini bertujuan
agar siswa yang berisiko putus sekolah terbangun rasa ketertarikan dan
kenyamanan belajar di bersekolah. Selain itu, guru diharapkan tidak
memberi label (julukan) siswa berisiko dengan istilah nakal, pembolos,
dan lain-lain yang dapat menurunkan harga diri siswa tersebut.
Bagi Guru Bimbingan Konseling (BK), siswa berisiko hendaknya
diberi layanan konseling yang tersistematis, terstruktur, dan terukur. Guru
BK diharapkan dapat membentuk opini massa (kepada siswa) bahwa yang
diberikan layanan konseling oleh BK tidak terstigma khusus untuk siswa
yang bermasalah (nakal), sehingga akan membentuk rasa kebutuhan dari
siswa untuk mendapatkan layanan konseling baik bagi siswa yang
bermasalah atau siswa yang berprestasi.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua memberi peran yang sangat utama dalam pendidikan
seorang anak. Orang tua hendaknya tidak mendidik anak dengan pola asuh
yang keras. Karena berdasarkan pernyataan subjek dalam penelitian ini
bahwa orang tua subjek selalu menasihatinya dengan marah-marah dan
nada suara yang tinggi, sehingga subjek selalu menghindar ketika orang
tuanya hendak akan menasihatinya. Selain itu, orang tua hendaknya
memberi kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat,
mengajak anak untuk berdiskusi, dan berbagi ide dengan keluarga
mengenai suatu permasalahan yang ada.
3. Bagi Siswa Berisiko Putus Sekolah
Bagi siswa yang berisiko putus sekolah, diharapkan sering bergaul
dengan siswa-siswa yang berprestasi, tapi tanpa melupakan pergaulan
dengan teman-teman yang tidak berprestasi. Siswa diharapkan sering
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di
lingkungan. Di sekolah seperti kegiatan ekstra kurikuler yaitu kegiatan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lingkungan seperti kegiatan karang taruna, remaja mesjid, dan lain-lain.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk pola tingkah laku yang
positif demi tercapainya tujuan hidup dan nilai-nilai kebermaknaan hidup
(meaningfull of life) siswa.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian ini, masih terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan, diantaranya perubahan level antar kondisi yang masih
rendah, menandakan pengaruh intervensi yang masih belum signifikan
meningkatkan konsep diri akademis subjek. Selain itu, modul atau
panduan konseling harus lebih ditingkatkan kualitasnya yaitu diantaranya
belum adanya panduan bagi konselor dalam teknik penyampaian konseling
logoterapi seperti gestur, postur, facial sign dan lain-lain, karena setiap
konselor memiliki gaya dan ciri khas penyampaian yang berbeda-beda,
maka perlunya panduan khusus agar siapapun konselornya dalam
melakukan konseling logoterapi bisa dapat dikontrol lebih baik. Oleh
karena itu, perlunya penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut dari modul
panduan konseling logoterapi dalam membantu membuka kebermaknaan
Ilmi, 2015
PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | p