• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH : Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH : Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI

AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

(Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah

di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi Departemen Psikologi

Oleh

Ilmi

NIM. 1004564

DEPARTEMEN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI

AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

(Single Subject Research Terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah

di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat)

Oleh

Ilmi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ilmi 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

(3)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(4)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

(5)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

(6)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Ilmi (1004564). Pengaruh Konseling Logoterapi terhadap Konsep Diri Akademis pada Siswa yang Berisiko Putus Sekolah (Single Subject Research terhadap Siswa Kelas VIII yang Berisiko Putus Sekolah di SMPN 1 Cisarua Bandung Barat). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah. Konseling logoterapi merupakan suatu proses hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dengan konseli yang dilaksanakan secara tatap muka (face to face) yang berlandaskan pada aspek kerohanian (spirituality) dan penemuan hidup bermakna (the meaningful of life). Partisipan dalam penelitian ini adalah 1 siswa dari kelas VIII di SMPN 1 Cisarua, Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kasus tunggal (Single Subject Research). Pengambilan data dilakukan melalui metode wawancara pada saat studi pendahuluan, observasi, pengisian kuesioner konsep diri akademis, dan metode dokumentasi. Secara umum, penelitian ini membuktikan bahwa konseling logoterapi dapat berpengaruh positif terhadap konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah. Hasil analisis data antar kondisi baseline (A1) dan kondisi

treatment (B) menunjukkan perubahan level konsep diri akademis subjek sebesar (+) 15% serta dikuatkan dengan perubahan level pada kondisi baseline (A1) dan

kondisi baseline (A2) yaitu sebesar (+) 37%. Tanda (+) menunjukkan peningkatan

skor konsep diri akademis subjek. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap peningkatan konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah setelah pemberian treatment konseling logoterapi.

(7)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Ilmi (1004564). The effect of logotherapy Counseling on Academic Self Concept in Students at Risk of Dropping Out (Single Subject Research for Eighth Grade Students at Risk of Dropping Out in SMPN 1 Cisarua West Bandung). A Research Paper in Psychology Department, Faculty of Education Science UPI, Bandung (2015).

This study aimd at determine whether or not the effect of logotherapy counseling on academic self-concept in students at risk of dropping out of school. Logotherapy counseling is a process of a professional relationship between a trained counselor and counselee conducted by face to face, which is based on aspects of spirituality and the discovery of a meaningful life. The sample in this study was one student out of grade VIII SMPN 1 Cisarua, West Bandung. This study used the single Single Subject Research method. Data were collected by interview method at the time of the preliminary study, observation, questionnaire of academic self-concept, and documentation. In general, this study resulted that logotherapy counseling proved positive effect on academic self-concept of students at risk of dropping out of school. Results of the data analysis between baseline conditions (A1) and treatment conditions (B) showd the change in the

level of self-concept of academic subjects at (+) 15% and strengthened by changes in the level of baseline conditions (A1) and baseline conditions (A2) that is equal

to (+) 37%. Sign (+) indicated an increase in subject’s academic self-concept scores. The conclusion of this study was that logotherapy counseling could increase academic self-concept of students at risk of dropping out.

(8)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 4

C. TUJUAN PENELITIAN ... 5

D. MANFAAT PENELITIAN ... 5

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 5

BAB II ... 7

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

A. KAJIAN PUSTAKA ... 7

B. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

BAB III ... 23

METODE PENELITIAN ... 23

A. VARIABEL PENELITIAN ... 23

(9)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. DESAIN PENELITIAN ... 24

D. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 30

E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA ... 31

F. ANALISIS ITEM, RELIABILITAS, DAN ... 34

KATEGORISASI SKALA ... 34

G. ANALISIS DATA ... 37

H. PROSEDUR PENELITIAN ... 40

I. MATERI KONSELING LOGOTERI SEBAGAI PANDUAN ... 42

KONSELOR DALAM PEMBERIAN TREATMENT ... 42

BAB IV ... 43

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. HASIL PENELITIAN ... 43

B. PEMBAHASAN ... 58

BAB V ... 67

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67

A. KESIMPULAN ... 67

B. REKOMENDASI ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(10)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan sebuah proses perkembangan

manusia menuju kehidupan yang lebih baik.

Jalur Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi 3 macam, yaitu pendidikan

formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal

adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan

nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur

pendidikan keluarga dan lingkungan (Peraturan Pemerintah RI nomor 17 tahun

2010).

Peraturan Pemerintah RI nomor 47 tahun 2008 menyebutkan bahwa “Pemerintah menerapkan wajib belajar 9 tahun”. Wajib belajar 9 tahun menjadi sebuah proses pendidikan formal di Indonesia. Dalam pelaksanaan wajib belajar 9

tahun terdapat hambatan-hambatan, salah satu hambatannya adalah putus sekolah.

Ada suatu proses dimana siswa menjadi putus sekolah, salah satunya yaitu

perilaku membolos sekolah (pergi dari rumah untuk sekolah tapi tidak sampai di

sekolah). Christenson & Thurlow dalam Ormrod (2008) menyebutkan bahwa

siswa yang nantinya akan putus sekolah lebih sering membolos dari pada teman

sebayanya, bahkan ketika awal sekolah dasar pun.

Di SMPN 1 Cisarua Kab. Bandung Barat terdapat 1 orang siswa yang suka

membolos. Menurut Rismiyati Erham Guru Bimbingan Konseling Sekolah

menyebutkan bahwa perilaku membolos siswa tersebut sudah parah karena dalam

sebulan hampir sekitar 10 hari masuk sekolah, selebihnya tidak masuk tanpa

(11)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa diatas merupakan salah satu ciri dari siswa yang berisiko putus

sekolah. Siswa berisiko (student at risk) adalah siswa yang memiliki probabilitas

tinggi untuk gagal menguasai keterampilan akademis minimum yang penting bagi

keberhasilan mereka di masa dewasa. Siswa berisiko umumnya memiliki sebagian

atau seluruh karateristik seperti riwayat kegagalan akademis, usia yang lebih tua

dibanding teman sekelasnya, masalah emosional dan perilaku, kerap berinteraksi

dengan teman sebaya yang berprestasi rendah, kurangnya kelekatan psikologis

dengan sekolah, dan keengganan untuk terlibat dengan sekolah (Ormrod, 2008).

Penyebab siswa putus sekolah diantaranya perilaku membolos sekolah

(Christenson & Thurlow dalam Ormrod, 2008), rasa malas sekolah 71,3%,

kenakalan anak 73,0%, masalah yang dipendam 75,3%, ekonomi 65,2%, dan

keluarga 76,4% (Fanny, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan

siswa berisiko putus sekolah yang disebabkan oleh perilaku membolos.

Siswa yang berpotensi putus sekolah cenderung memiliki harga diri rendah

dibanding teman-teman sekelasnya yang sukses (Ormrod, 2008). Harga diri erat

kaitannya dengan kondisi psikologis individu. Kondisi psikologis individu dapat

terbentuk berkat interaksinya dengan orang lain. Hasil interaksi ini kemudian

diinternalisasikan dan membentuk konsep diri yang menjadi pedoman individu

dalam berperilaku. Konsep diri yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam

bersikap terhadap pendidikan adalah konsep diri akademis. Konsep diri akademis

adalah persepsi kemampuan akademis siswa yang dipengaruhi oleh pengalaman dan interaksi individu terhadap lingkungan. Menurut O’Mara et al (2006), “Konsep diri akademis adalah persepsi siswa terhadap kemampuan akademisnya yang dibentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan”. Konsep diri akademis erat kaitannya dengan prestasi belajar. Pernyataan ini sejalan dengan

Marsh dkk (2002), yang menyatakan bahwa indikator utama dalam prestasi

belajar adalah konsep diri akademis. Hubungan keduanya bersifat timbal balik,

(12)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akademis dan motivasi belajar untuk mencapai serangkaian prestasi akademis

lain.

Konsep diri akademis yang positif membuat siswa melakukan usaha-usaha

yang positif untuk mencapai keberhasilannya di bidang akademik. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Marsh (2002) bahwa perilaku akademis, pilihan akademis,

aspirasi pendidikan, dan pencapaian prestasi akademis dipengaruhi oleh

tercapainya konsep diri akademis yang positif. Sebaliknya, individu tidak berdaya

menghadapi persaingan akademik dengan orang lain disebabkan memiliki konsep

diri akademis yang negatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Rakhmat (2005)

orang yang memiliki konsep diri akademis negatif lebih cenderung pesimis dalam

sebuah perlombaan dan tidak mau bersaing dengan orang lain dalam membuat

prestasi, ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan

dirinya. Akibatnya, perasaan tersebut akan membuatnya malas dalam berusaha

mencapai keberhasilan akademis.

Dalam kasus siswa membolos di SMPN 1 Cisarua, diperoleh informasi

bahwa siswa yang sering membolos dalam kesehariannya di sekolah selalu

menyendiri atau tidak bergaul dengan teman-temannya, terlihat tidak semangat

ketika belajar, bosan dalam belajar, tidak ceria, dan memiliki keinginan yang

kurang untuk berprestasi (Erham, wawancara, 08 Juni, 2015). Peneliti menduga

siswa tersebut belum menemukan makna hidupnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bastaman (2007: 80) yang menyebutkan bahwa “ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan

hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis”.

Berdasarkan penelitian Mazaya dan Supradewi (2011) mengenai “Hubungan antara konsep diri dengan kebermaknaan hidup pada remaja putri di Panti Asuhan” diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dan kebermaknaan hidup pada remaja di Panti

(13)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberikan intervensi tentang kebermaknaan hidup secara tepat, maka konsep diri

akademis siswa tersebut diprediksikan akan positif.

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memberi intervensi positif

terhadap proses kebermaknaan hidup siswa berisiko putus sekolah adalah

konseling logoterapi. Berdasarkan penelitian Suprapto (2013) tentang “konseling

logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia diperoleh

kesimpulan bahwa konseling logoterapi dapat meningkatkan kebermaknaan hidup

pada lansia. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa teknik konseling logoterapi

dapat digunakan sebagai metode dalam menemukan makna hidup pada siswa

berisiko putus sekolah.

“Teknik logoterapi adalah teknik terapi yang berlandaskan dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta makna

hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning)

merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the

meaningful life) yang didambakannya” (Bastaman, 2007: 36).

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa logoterapi dapat digunakan

untuk beberapa kasus klinis atau kasus sosial, diantaranya dapat menurunkan

hipertensi (Fatimah, 2009), dapat menurunkan intensitas nyeri dan skor depresi

pada pasien nyeri kronik (Herawati & Sudiyanto, 2010), dapat mencegah

penyalahgunaan narkoba (Suranata, 2009), dan dapat menurunkan kecemasan

pada pasien gagal ginjal (Slametiningsih, 2012).

Pada penelitian Slametiningsih (2012) menunjukkan bahwa kebermaknaan

hidup dapat menurunkan kecemasan dan penelitian Amwalina (2010)

menunjukkan bahwa konsep diri akademik yang tinggi berimplikasi terhadap

rendahnya kecemasan. Peneliti menduga bahwa konsep diri akademik dan

kebermaknaan hidup memiliki hubungan positif. Hal inilah yang mendasari

peneliti menggunakan teknik konseling logoterapi untuk menumbuhkan

kebermaknaan hidup pada siswa berisiko putus sekolah yang berdampak positif

(14)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan asumsi diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa yang

berisiko putus sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh

konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa berisiko putus

sekolah?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling logoterapi

terhadap konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran apakah terdapat pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep

diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah kelas VIII di SMPN 1

Cisarua, Bandung Barat.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan

mengenai pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada

siswa berisiko putus sekolah. Lebih lanjut hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut.

(15)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini memiliki manfaat dalam pengembangan ilmu

Psikologi Pendidikan yaitu memperkaya khazanah wawasan dan pengetahuan

dalam pengembangan ilmu psikologi pendidikan terutama mengenai

pengaruh konseling logoterapi terhadap konsep diri akademis pada siswa

berisiko putus sekolah.

2. Manfaat bagi Siswa Berisiko Putus Sekolah

Tercipta konsep diri akademis yang lebih positif, sehingga siswa

berisiko putus sekolah mengurangi segala perilaku yang memicu terjadinya

putus sekolah seperti tindakan membolos belajar di sekolah.

E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Adapun struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang akan mencantumkan teori-teori

yang dijadikan landasan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun teori

yang akan dibahas yang pertama mengenai konseling logoterapi, yaitu terdiri atas

pengertian konseling, tujuan konseling, pengertian logoterapi, asas-asas dalam

logoterapi, pengertian konseling logoterapi, dan tahap-tahap dalam pelaksanaan

konseling logoterapi, dan teknik-teknik konseling logoterapi. Kemudian yang

kedua membahas mengenai konsep diri akademis yaitu terdiri dari pengertian

konsep diri, pengertian konsep diri akademis, aspek-aspek konsep diri akademis.

Pada bab ini juga berisi kerangka pemikiran penelitian.

(16)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab ini berisi variabel penelitian, definisi operasional variabel, desain

penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengambilan data, teknik analisis

data, dan prosedur penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil analisis data yang diperoleh dengan

menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

membuktikan hipotesis penelitian. Bab ini juga berisi pembahasan mengenai

gambaran umum subjek penelitian, terdiri dari profile subjek, perilaku berisiko

subjek sebelum diberikan intervensi, data yang diperoleh setelah diberikan

intervensi, hasil analisis data, dan pembahasan setelah intervensi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi kesimpulan mengenai terbukti atau tidaknya hipotesis,

(17)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah suatu konstruk yang bervariasi atau yang dapat memiliki

bermacam nilai tertentu (Latipun, 2006: 57). Penelitian ini terdapat dua variabel

penelitian, yaitu :

1) Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang dimanipulasi

untuk dipelajari efeknya pada variabel-variabel lain, yaitu variabel terikat

(Latipun, 2006 : 60). Variabel bebas pada penelitian ini adalah konseling

logoterapi.

2) Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang berubah jika

berhubungan dengan variabel bebas (Latipun, 2006 : 62). Variabel terikat

dari penelitian ini adalah konsep diri akademis yang diukur melalui 3

dimensi aspek-aspek konsep diri akademis yaitu kepercayaan diri,

penerimaan diri, dan penghargaan diri.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

variabel tersebut (Umbara, 2012 :38). Adapun secara operasional variabel dalam

penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

1) Konseling logoterapi sebagai variabel bebas.

Konseling logoterapi diartikan sebagai teknik konseling yang

berlandaskan aspek kerohanian (spirituality) dan kehendak untuk hidup

bermakna (the will to meaning), dalam rangka pemberian perlakuan

(treatment) kepada siswa berisiko putus sekolah.

Pemberian perlakuan (treatment) akan dilakukan oleh psikolog. Dalam

(18)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

biasanya. Akan tetapi, teknik konseling logoterapi memberi fokus dalam

treatment dengan landasan aspek kerohanian (spirituality) dan pemahaman untuk hidup bermakna.

2) Konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah sebagai variabel

terikat.

Adapun definisi operasional dari konsep diri akademis adalah persepsi

siswa terhadap kemampuan akademisnya yang dibentuk melalui pengalaman

dan interaksi dengan lingkungan. Dalam pengukuran persepsi siswa terhadap

kemampuan akademisnya dilakukan dengan menggunakan alat ukur konsep

diri akademis yang dirancang peneliti dengan menggunakan metode skala

Likert (Summated Rating Scaling) yang memiliki reliabilitas Cronbach's

Alpha 0,815

Dalam penelitian ini, tingkat konsep diri akademis pada siswa berisiko

putus sekolah dilihat dari skor subjek pada alat ukur konsep diri akademis.

Semakin tinggi skor subjek maka semakin tinggi konsep diri akademis, begitu

pun sebaliknya semakin rendah skor subjek maka semakin rendah konsep diri

akademisnya.

C. DESAIN PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan terhadap kajian empiris

untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk

numerik dari pada naratif (Given, 2008: 713).

2. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen (experimental methodology), yaitu metode penelitian yang

dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui

(19)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu

perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti (Latipun, 2006: 8).

3. Desain Eksperimen

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksperimen kasus tunggal (single-case experimental design) atau Single

Subject Research. Eksperimen kasus tunggal merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan (intervensi) dengan kasus

tunggal (Latipun, 2006 : 85)

Adapun desain yang digunakan adalah desain A-B-A withdrawal.

Desain A-B-A withdrawal merupakan desain yang melibatkan fase keadaan

awal (baseline) (A) dan fase perlakuan (B). Fase keadaan awal (baseline)

adalah pengukuran beberapa aspek dari perilaku subjek selama beberapa

waktu sebelum perlakuan. Withdrawal adalah menghentikan perlakuan dan

kembali kepada baseline. (Latipun : 2006: 91).

Desain A withdrawal yang akan digunakan adalah desain

A-B-A. Desain A-B-A dilakukan dengan menambah fase baseline kedua setelah

perlakuan. Efek suatu perlakuan terlihat jika ada perbedaan perilaku selama

perilaku pada fase baseline dan perilaku pada saat diberi perlakuan atau

intervensi. Skema desain eksperimen ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skema Desain Eksperimen

O1 O2 O3 O4 O5 O6 X1 O7 X2

O8 X3 O9 O10 O11 O12 O13 O14

O 16 O17

Fase A2

(20)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Latipun, 2006: 92)

Keterangan :

O1, O2, O3, O4, O5, O6 = fase A1 (baseline) pretest 1, pretest 2, pretest 3,

pretest 4, pretest 5, dan pretest 6.

O7, O8 = fase B (baseline posttest 1, dan baseline posttest

2)

X1, X2, X3 = fase B (treatment 1, treatmen 2, treatment 3 ).

O9 sampai O16 = fase A2 (baseline hasil treatment).

Fase basline (O) yaitu O1 dilakukan untuk mengetahui perilaku subjek

di sekolah sebelum pemberian treatment. Teknik yang digunakan peneliti

untuk mengetahui perilaku subjek yaitu dengan wawancara. Informasi

mengenai subjek diperoleh dari wali kelas subjek. Wawancara pada fase

basline dilakukan sebanyak satu kali. Selain wawancara, pada fase baseline (O1, O2, O3, O4, O5, O6 ) peneliti melakukan pengukuran konsep diri akademis

pada siswa berisiko dengan menggunakan kuesioner konsep diri akademis

yang peneliti rancang. Tujuan dilakukan pengukuran konsep diri akademis

pada saat sebelum treatment adalah untuk mengetahui tingkat konsep diri

akademis siswa berisiko, sehingga menjadi dasar peneliti untuk mengetahui

perubahan konsep diri akademis setelah treatment dilakukan. Pemberian tes

kuesioner pada fase baseline (pretest) dilakukan sebanyak 6 kali untuk

mencapai skor data yang stabil. Data yang stabil menunjukkan homogenitas

dari deretan suatu data. Sunanto (2005) penelitian pada single research

subject dapat dilaksanakan pada tahap pemberian treatment jika data pada baseline sudah menunjukkan stabil. Jika data pada baseline belum stabil maka pengambilan kesimpulan hasil dari proses treatment akan bias.

Pada fase B, treatment (X) diberikan tiga kali dalam proses konseling

(21)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seterusnya sampai tiga kali treatment. Pemberian tes kuesioner pada fase B

(treatment) dilakukan sebanyak 5 kali yaitu setelah 3 kali treatment dan 2 kali

basline (O7, O8).

Setelah tiga kali treatment dilakukan pada fase B, maka penelitian

dilanjutkan pada fase baseline (A2), yaitu observasi dan posttest. Tahap ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari treatment yang

diberikan konselor. Observasi dan tes (posttest) dilakukan enam kali (O9, O10,

O11, O12, O13, O14) dengan menggunakan kuesioner konsep diri akademis untuk

mengetahui pengaruh dari treatment yang telah diberikan.

4. Pengendalian Extraneous Variable

Extraneous variable adalah variabel yang bukan merupakan fokus dalam penelitian. Variabel ini dapat secara tidak sengaja termanipulasi seiring

manipulasi variabel independen dan mempengaruhi perubahan variabel

terikat (Yulindrasari, 2011). Extraneous variable yang digunakan adalah

controlled variable, karena extraneous variable itu akan dikontrol atau dikendalikan, agar extraneous variable tidak berubah sesuai dengan

manipulasi variabel bebas, sehingga hubungan sebab-akibat antara variabel

bebas dan variabel terikat dapat disimpulkan (Yulindrasari, 2011).

Adapun pengendalian extraneous variable dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Penggunaan prosedur perlindungan ganda (double blind procedure)

Untuk menghindari efek peneliti (experimenter effects), yaitu efek

yang tidak dikehendaki pada perilaku responden/siswa berisiko yang

disebabkan oleh asisten peneliti (observer)/ konselor, maka selama

treatment diberikan peneliti menggunakan prosedur perlindungan ganda (double blind procedure), dimana asisten peneliti (observer)/ konselor

yang mengadakan kontak dengan responden/siswa berisiko tidak

mengetahui hipotesis penelitiannya, sehingga tidak sampai mengurangi

(22)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Bekerjasama dengan orang tua dan guru di sekolah subjek untuk

menghindari pengaruh spiritual.

Untuk menghindari variabel terikat yang termanipulasi bukan oleh

variabel bebas, maka peneliti mengkondisikan subjek sebagai berikut:  Orang tua dan guru mengkondisikan subjek (anaknya/siswanya)

untuk tidak mendapatkan pengaruh positif atau hal-hal tentang

kebermaknaan/spiritualitas.

Contoh : orang tua dan guru selama fase B (treatment) tidak

memberi nasihat, tidak mengizinkan pergi ke pengajian (belajar

islam), atau mendengar ceramah baik langsung maupun tidak

langsung.

 Orang tua subjek mengkontrol subjek untuk tidak berteman dengan anak yang baik selama fase B (treatment) ini.

5. Prosedur Treatment Konseling Logoterapi

Pada penelitian ini, peneliti bertindak merancang modul panduan

konseling logoterapi bersama psikolog, pedoman observasi, dan mengukur

konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah sebelum dan setelah proses

konseling logoterapi. Pelaksana pemberi treatment adalah psikolog. Adapun

langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam proses pelaksanaan treatment

konseling logoterapi yaitu sebagi berikut :

a. Tahap Persiapan

1. Peneliti dan psikolog merancang modul panduan proses konseling

logoterapi.

2. Peneliti meminta kesediaan psikolog untuk bertindak sebagai

konselor dan siswa yang berisiko putus sekolah sebagai konseli

dalam penelitian ini.

3. Peneliti mengkoordinasikan terhadap konselor dan konseli terkait

waktu dan tempat pelaksanaan konseling.

(23)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Proses pelaksanaan konseling logoterapi dilakukan selama tiga kali

pertemuan dalam tiga hari. Dari satu kali pertemuan menuju

pertemuan selanjutnya di selingi baseline 1 hari yaitu tidak ada

pemberian treatment.

2. Konselor menerapkan tahapan-tahapan konseling logoterapi

(Bastaman, 2007: 138) yaitu sebagai berikut :

1) Tahap perkenalan dan pembinaan rapport

Konselor membangun rapport yang baik, dan menjelaskan rambu-rambu konseling yang perlu disepakati.

 Konselor dan konseli berkenalan satu sama lain.

 Konselor memaparkan bahwa tujuan proses konseling ini adalah untuk membantu konseli dalam menyelesaikan

permasalahannya.

2) Tahap pengarahan

 Konselor meminta kepada konseli menjelaskan mengenai kronologi permasalahan konseli.

 Konseli memaparkan sikap yang dilakukan setelah terjadi permasalahan tersebut.

3) Tahap pembahasan bersama

 Konselor meminta penjelasan kepada konseli mengenai alasan konseli melakukan tindakan tersebut dan apa saja akibatnya.  Konselor membahas bersama perilaku membolos merupakan

perilaku yang kurang baik dan melangar tata tertib sekolah dan

norma-norma yang berlaku.

 Jika konseli sudah tahu bahwa perilaku membolos merupakan perilaku yang salah, konseli menjelaskan mengapa masih

melakukan perilaku tersebut.

(24)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Konselor meminta kepada konseli untuk membuat dan menuliskan tujuan hidup dalam secarik kertas.

 Konselor membahas tujuan hidup konseli dan memotivasi konseli untuk terus mencapai tujuan hidupnya.

 Konselor menjelaskan kepada konseli mengenai tujuan hidup yang benar dan sesuai dengan tuntunan agama, dan nilai-nilai

spiritual.

 Konselor memberikan motivasi bahwa dalam setiap diri manusia memiliki potensi dan sumber daya rohaniah yang

bersih (hati nurani).

 Konselor menerapkan 5 cara menemukan makna hidup yang disebut “Panca Cara Temuan Makna” modifikasi karya HD. Bastaman (2007:153).

3. Peneliti sesaat setelah selesai proses setiap konseling, memberikan

kuesioner konsep diri akademis kepada subjek.

4. Pada saat selang satu hari dari treatment 1 menuju treatment

selanjutnya (baseline O7 dan O8) peneliti memberikan kuesioner

konsep diri akademis pada subjek.

c. Tahap Akhir

1. Konselor mengarahkan konseli untuk menyimpulkan beberapa

latihan yang telah dilakukan dalam proses konseling.

2. Peneliti berkoordinasi dengan orang tua subjek dalam pengendalian

exraneous variabel pada penelitian ini, seperti: orang tua selama proses konseling logoterapi tidak memberi nasihat, menghindari

siswa mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

spiritualitas untuk sementara waktu.

D. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

(25)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lokasi yang dipilih peneliti untuk mengadakan penelitian adalah SMPN 1

Cisarua, Bandung Barat. Beberapa pertimbangan yang digunakan oleh peneliti

dalam menentukan SMPN I Cisarua sebagai lokasi penelitian, adalah sebagai

berikut:

a) Adanya kesiapan dari pihak sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian.

b) Di sekolah ini, peneliti melihat fenomena perilaku siswa membolos yang

merupakan ciri awal dari siswa yang berisiko putus sekolah.

c) SMPN I Cisarua merupakan salah satu sekolah terbaik di Kab. Bandung

Barat dengan nilai akreditasi A. Hal ini yang mendasari ketertarikan peneliti

untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, karena menjadi bahan

pertanyaan peneliti mengapa di sekolah terbaik terdapat siswa yang suka

membolos sekolah.

2. Subjek Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah satu orang siswa yang berisiko putus

sekolah yang di tandai perilaku siswa yang sering membolos sekolah (pergi

dari rumah tapi tidak sampai di sekolah).

E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Menurut Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun instrumen

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah mengumpulkan informasi yang tidak mungkin

diperoleh lewat observasi (Alwasilah, 2000: 110). Wawancara dalam penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui informasi perilaku subjek sebelum diberikan

treatment dan setelah treatment.

Adapun pedoman wawancara yang dilakukan sebelum treatment diberikan

(26)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Pedoman wawancara pretest

Aspek yang diamati Item pertanyaan

Melakukan usaha-usaha positif untuk mencapai

keberhasilan.

Apakah subjek selalu masuk sekolah dengan rajin? Berapa jumlah kehadiran rata-rata subjek dalam sebulan terakhir?

Apakah subjek selalu mengerjakan tugas dengan baik?

Apakah subjek pernah melanggar aturan tata tertib di sekolah?

Apakah subjek selalu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik ketika guru sedang menyampaikan materi pembelajaran?

Adapun pedoman wawancara yang dilakukan setelah subjek diberikan

treatment yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.3

Pedoman wawancara posttest

Aspek yang diamati Item pertanyaan

Melakukan usaha-usaha positif untuk mencapai

keberhasilan.

Setelah diberikan treatment, apakah subjek selalu masuk sekolah dengan rajin?

Berapa jumlah rata-rata kehadiran subjek setelah diberikan treatment? (terhitung dari tanggal selesai treatment sampai tanggal pengambilan data posttest).

Bagaimana sikap subjek terhadap tugas-tugas dari sekolah dalam waktu dekat ini? Apakah tugas-tugasnya dikerjakan atau tidak?

Apakah subjek pernah melanggar tata tertib sekolah setelah diberikan treatment? (terhitung dari tanggal selesai treatment sampai tanggal pengambilan data posttest).

Bagaimana sikap subjek terhadap guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas?

b. Observasi

Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

(27)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan cara observasi didasari pentingnya informasi akurat mengenai perilaku

subjek penelitian sebelum dilakukan treatment (Pretest) dan setelah diberikan

treatment (Posttest) untuk melihat efektivitas dari hasil treatment yang diberikan. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebanyak tiga kali (saat

fase A1 basline (pretest)), dua kali pada fase B (O4, O5) yang dilakukan setelah

berselang satu kali treatment, dan tiga kali setelah treatment diberikan (O6, O7,

O8). Berikut ini pedoman observasi pada pretest (sebelum pemberian

treatment) dan posttest (setelah pemberian treatment) yang diberikan ketika pengambilan data konsep diri akademis siswa.

Tabel 3. 4

Pedoman observasi pretest dan posttest

Aspek yang diamati Indikator Pengamatan

Respon positif subjek Siswa mengisi kuesioner dengan tenang dan tertib. Siswa bertanya ketika ada pertanyaan yang sulit dipahami.

Siswa cooperative dengan observer.

Adapun pedoman observasi ketika treatment diberikan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.5

Pedoman observasi ketika treatment

Aspek yang diamati Indikator Pengamatan Respon positif subjek Subjek mendengarkan konselor dengan baik

Selama proses konseling, subjek terlihat bahagia tergambar dari raut wajah yang berseri-seri.

Subjek bertanya ketika ada pertanyaan yang sulit dipahami.

Siswa cooperative dengan konselor.

c. Kuesioner

Kuesioner yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data berupa Skala

Likert, dimana subjek diminta untuk menyatakan sikapnya terhadap

pernyataan-pernyataan yang diberikan dengan cara memilih salah satu jawaban

sesuai dengan keadaan dirinya. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur

(28)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

treatment diberikan (posttest). Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui perbedaan konsep diri akademis yang terjadi sebelum dan setelah

treatment diberikan kepada sampel penelitian.

Alat ukur yang digunakan adalah skala konsep diri akademis terhadap siswa

berisiko putus sekolah. Alat ukur ini dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan

aspek-aspek konsep diri akademis yang mengacu pada teori Wyle, Hansford,

dan Hatie (Marsh,1992). Untuk mengetahui kualitas intrumen penelitian ini,

maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap salah satu kelas VIII

di SMPN I Cisarua dengan jumlah responden 60 siswa. Di samping itu, skala

ini memiliki lima kategori jawaban, yaitu :  Sangat Sesuai (SS)

 Sesuai (S)  Ragu-ragu (R)  Tidak Sesuai (TS)

 Sangat Tidak Sesuai (STS)

Tugas subjek adalah menyatakan sikapnya terhadap pernyataan-pernyataan

yang diberikan dengan cara memilih salah satu jawaban sesuai dengan keadaan

dirinya. Cara memilihnya adalah dengan membubuhkan tanda ceklis pada

bagian yang disediakan. Pernyataan pada instrumen penelitian ini bernilai

favorable (+) dan unfavorable (-), serta metode penskalaan yang digunakan adalah metode penskalaan yang berorientasi pada subjek. Menurut Azwar

(2012: 70), penskalaan subjek adalah metode penskalaan yang bertujuan

meletakkan individu-individu pada suatu kontinum penilaian sehingga

kedudukan relatif individu menurut suatu atribut yang diukur dapat diperoleh,

sehingga pendekatan ini digunakan oleh perancang skala yang tidak begitu

merisaukan cara bagaimana memberi bobot nilai bagi stimulus atau respon.

Pada instrumen penelitian ini, jawaban setiap pernyataan diberi bobot skor

dengan rentang 0-4.

(29)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pola Skor Item

Bentuk Item

Pola Skor

STS TS R S SS

Favorable (+)

0 1 2 3 4

Unfavorable (-)

4 3 2 1 0

F. ANALISIS ITEM, RELIABILITAS, DAN KATEGORISASI SKALA

INSTRUMEN KONSEP DIRI AKADEMIS

1. Analisis Item

Analisis item adalah seleksi atau pemilihan item yang harus dibuktikan

secara empiris (Sopariah, 2007: 59). Peneliti memilih item-item yang

dianggap layak berdasarkan hasil uji coba terhadap 60 siswa kelas VIII di

SMPN I Cisarua Bandung Barat. Pemilihan item-item yang dianggap layak

dengan cara korelasi product-moment Pearson, agar dapat dilihat korelasi

item-total kuesioner, yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara

keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap

item dengan skor keseluruhan. (Azwar, 2010: 19).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 20.0,

diketahui bahwa pada alat ukur konsep diri akademis ini, dari 33 item

diperoleh 17 item yang dianggap layak dan 16 item tidak layak.

2. Reliabilitas Kuesioner

Menurut Suherman (Umbara, 2012: 46), ”suatu instrumen dikatakan reliabel, jika hasil evaluasi dari instrumen tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama”. Dengan melakukan uji reliabilitas, sebuah alat tes dapat diketahui apakah memiliki reliabilitas tinggi, sedang, atau rendah,

dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya (Azwar, 2011).

Dalam menghitung koefisien reliabilitasnya, penelitian ini digunakan

prinsip konsistensi internal (internal consistency), yaitu pengujian akan

(30)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam alat ukur ini, reliabel berarti tingginya konsistensi di antara

komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar, 2011:

43). Rumus yang dipakai adalah rumus koefisien Alpha Cronbach, karena

koefisien alpha dapat menghasilkan estimasi reliabilitas yang cermat

meskipun belahan-belahan tes yang diperoleh tidak memenuhi asumsi pararel

(Azwar, 2010: 75). Rumus koefisien Alpha Cronbach adalah sebagai berikut.

rxx’ = α =

(Ihsan, 2013: 87)

Keterangan:

α = Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach n = Banyaknya bagian (potongan tes)

Vi = Varians tes bagian yang panjangnya tidak ditentukan

Vt = Varians skor total (perolehan)

Kriteria reliabilitas yang dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat

oleh Guilford yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. 7

Kriteria Reliabilitas Guilford

Berdasarkan hasil perhitungan program spss 20.0, diperoleh hasil

koefisien reliabilitas konsep diri akademis sebesar 0,815.

Tabel 3.8

Derajat Reliabilitas Interpretasi

0,90 ≤ α ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ α ≤ 0,90 Tinggi

0,40 ≤ α ≤ 0,70 Sedang

0,20 ≤ α ≤ 0,40 Rendah

(31)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koefisien Reliabilitas Alat Ukur Konsep Diri Akademis

Karena nilai yang diperoleh di atas 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa

reliabilitas instrumen variabel konsep diri akademis dapat dikategorikan

tinggi dan dapat diterima untuk dianalisis secara lebih lanjut.

3. Kategorisasi Skala

Menurut Azwar (2012: 147), ”kategorisasi merupakan usaha untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya

berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur”. Dengan

demikian, kategorisasi skala ini bersifat relatif, dengan syarat selama

penempatan itu berada dalam batas wajar dan dapat diterima akal sehat

(Azwar, 2012). Pada penelitian ini, kategorisasi skala konsep diri akademis

digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan kategori konsep diri

akademis subjek sebelum dilakukan treatment dan setelah dilakukan

treatment. Pada variabel konsep diri akademis, data dikelompokan ke dalam lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah,

yang kemudian digunakan sebagai norma dalam pengelompokan skor sampel

berdasarkan norma kelompoknya. Berikut ini kategorisasi skala yang

[image:31.595.198.401.146.210.2]

digunakan.

Tabel 3.9

Kategorisasi Skala

Rentang Skor Kategori

T > µ + 1,5σ Sangat tinggi

µ + 0,5σ< T ≤ µ + 1,5σ Tinggi µ - 0,5σ< T ≤ µ + 0,5σ Sedang µ - 1,5σ< T ≤ µ - 0,5σ Rendah

T ≤ µ - 1,5σ Sangat rendah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

(32)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Ihsan, 2013:

63)

Penyusunan norma dilakukan dengan cara mengkonversikan skor mentah

menjadi skor baku T. Skor baku inilah yang digunakan dalam interpretasi.

Adapun rumus skor baku T, adalah sebagai berikut.

T = 50 + (10 x z)

(Ihsan, 2013: 61)

Berikut ini kategorisasi skala konsep diri akademis. Perhitungan yang

diperoleh berdasarkan hasil uji coba alat ukur kuesioner konsep diri akademis

pada populasi 60 siswa kelas VIII SMPN 1 Cisarua, diperoleh rata-rata baku (µ) = 31,450, dan deviasi standar baku (σ) = 4,979 (Ihsan, 2013: 62).

Tabel 3.10

Kategorisasi Skala Konsep Diri Akademis

Kategori Kalkulasi Norma Norma

Sangat Tinggi T > µ + 1,5σ T > 65 Tinggi µ + 0,5σ< T ≤ µ + 1,5σ 55 < T ≤ 65 Sedang µ - 0,5σ< T ≤ µ + 0,5σ 45 < T ≤ 55 Rendah µ - 1,5σ< T ≤ µ - 0,5σ 35 < T ≤ 45

Sangat Rendah T ≤ µ - 1,5σ T ≤ 35

G. ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Pada

penelitian eksperimen ini dalam menganalisis data menggunakan teknik statistik

deskriptif. Dalam Sunanto (2005) ada dua aspek analisis dalam menganalisis data

kasus tunggal, yaitu analisis kondisi dan analisis antarkondisi. Analisis kondisi

meliputi analisis panjang kondisi, tingkat stabilitas, kecenderungan stabilitas,

kecenderungan arah, rentang, dan level perubahan. Adapun analisis antarkondisi

meliputi variabel yang dirubah, perubahan kecenderungan arah dan efeknya,

perubahan stabilitas dan efeknya, perubahan level data, dan data yang tumpang

tindih (overlap).

(33)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis kondisi adalah menganalisis perubahan data pada suatu kondisi.

Dalam memulai menganalisis kondisi, poin yang pertama yang harus

diperhitungkan adalah panjang kondisi. Menurut Sunanto (2005) panjangnya

kondisi dalam penelitian kasus tunggal dilihat dari banyaknya data poin atau

skor pada setiap kondisi. Panjang atau pendeknya suatu data poin pada kondisi

tertentu bukan hal yang utama, melainkan tingkat kestabilan data poinnya itu

yang terpenting (Sunanto, 2005: 93). Sedangkan panjang dan pendeknya

kondisi intervensi sangat tergantung pada jenis intervensi yang diberikan.

Tingkat stabilitas data merupakan tingkat homogenitas data dalam suatu

kondisi (Sunanto, 2005: 68). Tingkat kestabilan data dapat ditentukkan dengan

menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di

bawah mean. Sunanto (2005) Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam

rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dikatakan stabil.

Data yang stabil pada kondisi tertentu merupakan data yang baik untuk

dilanjutkan pada analisis kondisi dan antarkondisi.

Selain tingkat stabilitas suatu kondisi, terdapat juga kecenderungan

stabilitas data. Sunanto (2005) menjelaskan bahwa kecenderungan stabilitas

menunjukkan kecenderungan tingkat stabilitas suatu data pada kondisi tertentu.

Kriteria sabilitas dalam menentukan kecenderungan stabilitas data kondisi

tertentu yaitu sebesar 15%. Kecenderungan stabilitas suatu kondisi dikatakan

stabil jika persentase stabilitasnya antara 85% - 90 % (Sunanto, 2005: 80).

Selanjutnya dalam menganalisis data suatu kondisi, yaitu dengan mencari

kecenderungan arah. Menurut Sunanto (2005) kecenderungan arah

menunjukkan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti. Pada

kecenderungan arah juga terlihat perubahan setiap jejak data dari sesi ke sesi.

Metode yang digunakan dalam menentukan kecenderungan arah pada

penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode belah dua (split middle).

Metode split middle adalah metode menentukan kecenderungan arah grafik

(34)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya menentukan rentang suatu data, rentang adalah jarak antara

data pertama dengan data terakhir (Sunanto, 2005: 70). Rentang memberikan

informasi besarnya perubahan antara dua data. Dan yang terakhir dalam

analisis kondisi adalah menentukan level perubahan suatu kondisi. Menurut

Sunanto (2005) Level perubahan menunjukkan hal yang sama seperti rentang

yaitu besarnya perubahan antara dua data. Level perubahan pada suatu kondisi

merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

2. Analisis Antarkondisi

Analisis antarkondisi adalah menganalisis perubahan data antara satu

kondisi dengan kondisi lainnya. Dalam analisis antarkondisi, variabel yang

dirubah merupakan variabel terikat dan merupakan variabel yang difokuskan

hanya untuk satu perilaku. Selanjutnya analisis perubahan kecenderungan arah

antarkondisi. Perubahan kecenderungan arah antarkondisi menunjukkan makna

perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh treatment

(Sunanto, 2005: 72). Secara garis besar, perubahan kecenderungan arah

antarkondisi kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar

ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke menaik, (e) menaik ke

mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke

mendatar, dan (i) menurun ke menurun.

Selanjutnya dalam analisis antarkondisi yaitu mencari perubahan stabilitas

data. Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan

data. Data dikategorikan stabil jika menunjukkan arah (mendatar, menaik, atau

menurun) secara konsisten. Kestabilan data pada analisis antarkondisi

memegang peranan penting dalam mengetahui hasil penelitian secara

menyeluruh.

Perubahan level data pada analisis antarkondisi menunjukkan seberapa

besar data berubah dari setiap kondisi. Perhitungan perubahan level

antarkondisi diperoleh dengan mencari selisih data poin terakhir pada fase

(35)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggambarkan perubahan perilaku sebagai akibat pengaruh treatment.

Terakhir, pada analisis antarkondisi yaitu menentukan data yang tumpang

tindih (overlap). Data overlap merupakan data yang sama pada kedua kondisi

tersebut. Data overlap menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua

kondisi dan semakin banyak data yang overlap semakin menguatkan dugaan

tidak adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut. Semakin kecil persentase

overlap, maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior (Sunanto, 2005: 76).

H. PROSEDUR PENELITIAN

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan ruang lingkup dan topik permasalahan penelitian.

b. Melakukan studi pustaka untuk memperoleh informasi tentang konseling

logoterapi dan konsep diri akademis pada siswa berisiko putus sekolah.

c. Melakukan studi pendahuluan melalui wawancara dan dokumentasi

(dengan pihak sekolah) untuk mengetahui bagaimana perilaku siswa

berisiko putus sekolah.

d. Menentukan sampel penelitian.

e. Membuat desain penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

f. Mempersiapkan alat ukur sebagai alat pengambilan data.

g. Melakukan uji coba alat ukur terhadap populasi siswa di sekolah tersebut.

h. Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap hasil uji coba alat ukur.

2. Tahap Pengumpulan Data

a. Menghubungi wali kelas VIII dan guru BK untuk meminta izin dan

mendampingi peneliti dalam proses awal pertemuan dengan konseli.

b. Meminta kesediaan siswa berisiko putus sekolah sebagai sampel

penelitian.

(36)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Melakukan pretest (fase baseline A1) pada sampel penelitian untuk

mengetahui bagaimana konsep diri akademis sebelum diberikan treatment.

Pelaksanaan pretest dilakukan sebanyak enam kali selama enam hari,

dengan menggunakan kuesioner konsep diri akademis.

e. Melakukan treatment pada sampel penelitian, yaitu menerapkan teknik

logoterapi pada saat konseling oleh konselor. Pelaksanaan konseling

dilakukan tiga kali selama tiga hari, akan tetapi pelaksanaannya tidak

berturut-turut selama tiga hari, melainkan diselingi baseline (tidak ada

perlakuan) antara satu treatment menuju treatment selanjutnya.

f. Sesaat setelah treatment selesai dilaksanakan, konseli mengisi kuesioner

konsep diri akademis yang diberikan oleh peneliti. Saat baseline pada fase

B (O7 dan O8), konseli mengisi kuesioner konsep diri akademis lagi. Oleh

karena itu, pengambilan data hasil pengisian kuesioner konsep diri

akademis subjek pada fase B yaitu sebanyak lima kali.

g. Melakukan observasi ketika fase baseline A1, fase B (treatment), dan fase

baseline A2. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk

mengetahui respon subjek selama proses penelitian dilakukan.

h. Melakukan posttest (baseline A2) pada subjek penelitian untuk mengetahui

bagaimana konsep diri akademis siswa berisiko putus sekolah setelah

diberikan treatment. Pengambilan data konsep diri akademis melalui

kuesioner pada fase baseline A2 dilakukan sebanyak enam kali secara

berturut-turut selama enam hari, akan tetapi untuk menghindari bias dari

subjek penelitian karena dikhawatirkan adanya proses belajar mengenai

item-item kuesioner, maka ditambah dua kali pengambilan data selang satu

minggu satu kali. Oleh karena itu, pengambilan data konsep diri akademis

subjek pada fase baseline A2 sebanyak delapan kali.

3. Tahap Pengolahan

a. Membandingkan hasil data antara pretest dan posttest untuk menentukan

(37)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada analisis antarkondisi menunjukkan sebagai pengaruh dari perlakuan

(treatment) yang telah diberikan.

b. Menetapkan statistik yang cocok yaitu statistik deskriptif. Dalam hal ini,

data hasil pretest dan posttest dianalisis dengan menggunakan tabel dan

grafik yang dilihat dari aspek analisis kondisi dan analisis antarkondisi.

4. Tahap Pembahasan

a. Menginterpretasi hasil analisis statistik dan membahasnya berdasarkan

teori dan kerangka pemikiran.

b. Membuat kesimpulan hasil penelitian dan mengajukan rekomendasi yang

ditujukan untuk penelitian selanjutnya.

c. Menyusun laporan hasil penelitian.

d. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian.

e. Mempertanggungjawabkan laporan penelitian dalam sidang ujian skripsi.

I. MATERI KONSELING LOGOTERAPI SEBAGAI PANDUAN

KONSELOR DALAM PEMBERIAN TREATMENT

Konseling logoterapi merupakan konseling seperti pada umumnya, dimana

inti dari kegiatan tersebut adalah kegiatan menolong (helping activity). Artinya

seorang konselor memberikan bantuan psikologis kepada seorang klien yang

membutuhkan bantuan untuk pengembangan diri atau penyelesaian permasalahan

dirinya. Adapun prosedur treatment konseling logoterapi seperti yang sudah di

jelaskan di awal bab 3 adalah sebagai berikut :

a. Tahap perkenalan dan pembinaan rapport.

b. Tahap pengarahan.

c. Tahap pembahasan bersama.

d. Tahap evaluasi dan penyimpulan.

(38)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup dari HD. Bastaman (2007: 153). (Panduan konselor dalam pemberian

(39)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian maka secara garis besar dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Sebelum pemberian konseling logoterapi, siswa berisiko putus sekolah

memiliki konsep diri akademis yang termasuk kategori rendah (skor T dari

mean levelnya dibawah skor 45 dari populasi teman sekelasnya).

2. Perubahan level antar kondisi pada analisis data membuktikan bahwa

terdapat perubahan konsep diri akademis sebelum dan sesudah diberikan

treatment yaitu perubahan ketegori konsep diri akademis rendah menjadi kategori konsep diri akademis tinggi. Hal ini menandakan adanya

pengaruh konseling logoterapi terhadap peningkatan konsep diri akademis

pada siswa berisiko putus sekolah.

3. Berdasarkan analisis kecenderungan stabilitas data antar kondisi, ada

penurunan tingkat konsep diri akademis pada subjek setelah pemberian

konseling logoterapi. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat

faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat konsep diri akademis pada

subjek. Faktor eksternal tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan

konsep diri akademis subjek, tergantung kondisi lingkungan dan iklim

yang membentuk konsep diri akademisnya. Akan tetapi, skor konsep diri

akademis subjek masih lebih tinggi dari pada skor konsep diri

akademisnya sebelum pemberian konseling logoterapi.

B. REKOMENDASI

1. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah, khususnya guru pelajaran diharapkan sering

membentuk aktivitas pembelajaran yang melibatkan kerjasama tim dan

(40)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang mendidik disertai unsur hiburan, metode ini bertujuan

agar siswa yang berisiko putus sekolah terbangun rasa ketertarikan dan

kenyamanan belajar di bersekolah. Selain itu, guru diharapkan tidak

memberi label (julukan) siswa berisiko dengan istilah nakal, pembolos,

dan lain-lain yang dapat menurunkan harga diri siswa tersebut.

Bagi Guru Bimbingan Konseling (BK), siswa berisiko hendaknya

diberi layanan konseling yang tersistematis, terstruktur, dan terukur. Guru

BK diharapkan dapat membentuk opini massa (kepada siswa) bahwa yang

diberikan layanan konseling oleh BK tidak terstigma khusus untuk siswa

yang bermasalah (nakal), sehingga akan membentuk rasa kebutuhan dari

siswa untuk mendapatkan layanan konseling baik bagi siswa yang

bermasalah atau siswa yang berprestasi.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua memberi peran yang sangat utama dalam pendidikan

seorang anak. Orang tua hendaknya tidak mendidik anak dengan pola asuh

yang keras. Karena berdasarkan pernyataan subjek dalam penelitian ini

bahwa orang tua subjek selalu menasihatinya dengan marah-marah dan

nada suara yang tinggi, sehingga subjek selalu menghindar ketika orang

tuanya hendak akan menasihatinya. Selain itu, orang tua hendaknya

memberi kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapat,

mengajak anak untuk berdiskusi, dan berbagi ide dengan keluarga

mengenai suatu permasalahan yang ada.

3. Bagi Siswa Berisiko Putus Sekolah

Bagi siswa yang berisiko putus sekolah, diharapkan sering bergaul

dengan siswa-siswa yang berprestasi, tapi tanpa melupakan pergaulan

dengan teman-teman yang tidak berprestasi. Siswa diharapkan sering

terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di

lingkungan. Di sekolah seperti kegiatan ekstra kurikuler yaitu kegiatan

(41)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lingkungan seperti kegiatan karang taruna, remaja mesjid, dan lain-lain.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk pola tingkah laku yang

positif demi tercapainya tujuan hidup dan nilai-nilai kebermaknaan hidup

(meaningfull of life) siswa.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini, masih terdapat banyak kekurangan dan

keterbatasan, diantaranya perubahan level antar kondisi yang masih

rendah, menandakan pengaruh intervensi yang masih belum signifikan

meningkatkan konsep diri akademis subjek. Selain itu, modul atau

panduan konseling harus lebih ditingkatkan kualitasnya yaitu diantaranya

belum adanya panduan bagi konselor dalam teknik penyampaian konseling

logoterapi seperti gestur, postur, facial sign dan lain-lain, karena setiap

konselor memiliki gaya dan ciri khas penyampaian yang berbeda-beda,

maka perlunya panduan khusus agar siapapun konselornya dalam

melakukan konseling logoterapi bisa dapat dikontrol lebih baik. Oleh

karena itu, perlunya penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut dari modul

panduan konseling logoterapi dalam membantu membuka kebermaknaan

(42)

Ilmi, 2015

PENGARUH KONSELING LOGOTERAPI TERHADAP KONSEP DIRI AKADEMIS PADA SISWA YANG BERISIKO PUTUS SEKOLAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | p

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Pedoman wawancara pretest
Tabel 3.9

Referensi

Dokumen terkait

Hasil R Squaremenunjukkan sebesar 91,1% yang mana persentase tersebut merupakan besarnya sumbangan pengaruh penerapan media kuis interaktif berbasis game edukasi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan experiential marketing terhadap kepuasan pelanggan sesuai dengan hasil C.R 15,008 > 2,0 dan nilai P

Tutkimus tarkastelee kolmen suomalaisen naistenlehden, Eevan, Annan ja Olivian, miesrepresentaatioita. Työssä pohditaan myös lehden konseptin ja lukijaoletusten vaiku-

Tapakan barong dan rangda yang hadir nunas pasupati di Pura Luhur Natar Sari merupakan penyeledi (pengganti) simbol Ida Bhatara Pura Luhur Natar Sari yang disungsung di

Penelitian ini memberi gambaran keragaman genetik dan struktur populasi dari burung walet sarang putih di Riau dan sebagai uji pendahuluan untuk memberikan informasi

Dari perhitungan statistik Chi-square didapatkan nilai p value sebesar 0,46 sehingga nilai p ini lebih kecil dari nilai alpa (α = 0,05) artinya ada terdapat

dengan adanya aktivitas menyimpan notulen rapat tinjauan manajemen serta tindak lanjut yang disepakati sesuai dengan ketentuan pada Prosedur Pengendalian Informasi

Secara umum masyarakat Jawa Barat atau Tatar sunda , sering dikenal dengan masyarakat religius.Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “ silih asih, silih asah dan