Penggunaan Irai Hyougen Berdasarkan Tingkatan lawan Bicara pada Pembelajar Bahasa Jepang (mahasiswa Tingkat III Jurusan Sastra Jepang
Universitas Bung Hatta Tahun Akademik 2012/2013)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Program Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh:
Rita Arni 1007078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG PROGRAM PASCA SARJANA
Penggunaan Irai Hyougen Berdasarkan Tingkatan lawan Bicara pada Pembelajar Bahasa Jepang (mahasiswa Tingkat III Jurusan Sastra Jepang
Universitas Bung Hatta Tahun Akademik 2012/2013)
Oleh Rita Arni
S.Hum Universitas Bung Hatta, 2007
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Rita Ani 2014
LEMBAR PENGESAHAN
PENGUJI I
Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed NIP. 195201281982031002
PENGUJI II
Nuria Haristiani, M.Ed, Ph.D NIP. 19829162010122002
PENGUJI III
LEMBAR PENGESAHAN
Penggunaan Irai Hyougen Berdasarkan Tingkatan lawan Bicara pada Pembelajar Bahasa Jepang (mahasiswa Tingkat III
Jurusan Sastra Jepang Universitas Bung Hatta Tahun Akademik 2012/2013)
Menyetujui,
PembimbingI
Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed NIP. 195201281982031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Wawan Danasasmita, M. Ed
AFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
UCAPAN TERIMA KASIH ...ii
DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Batasan Masalah...6
D. Tujuan Penelitian ...6
E. Manfaat Penelitian ...7
F. Sistematika Penulisan ...8
BAB II LANDASAN TEORI...9
A. Ungkapan Permohonan/rai Hyougen Bahasa Jepang...9
1. Defenisi Ungkapan Permohonan/rai Hyougen Bahasa Jepang...9
2. Jenis Ungkapan Permohonan/rai Hyougen Bahasa Jepang...11
3. Bentuk Ungkapan Permohonan/rai Hyougen Bahasa Jepang...13
B. Penelitian Terdahulu...25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...29
A. Metode Penelitian...29
B. Populasi dan Sampel Penelitian...30
1. Populasi...30
2. Sampel...30
C. Instrumen Penelitian...30
1. Tes...30
2. Angket...33
D. Teknik Pengolahan Data Tes...3
1. Teknik pengolahan data tes...3
2. Teknik pengolahan data angket...36
E. Hasil Uji Coba Instrumen...38
1. Pengumpulan data tes...38
2. Analisis data tes hasil uji coba ...38
3. Uji Validitas...1
. Uji Reliabilitas... IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...8
A. Hasil Penelitian...8
1. Kemampuan rai Hyougen...8
2. Faktor-faktor Kesulitan ...55
6
B. Pembahasan...67
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...77
A. Kesimpulan...77
B. Rekomendasi...80
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Penggunaan Irai Hyougen Berdasarkan Tingkatan Lawan Bicara pada Pembelajar Bahasa Jepang (Mahasiswa Tingkat III Jurusan Sastra Jepang
Universitas Bung Hatta Tahun Akademik 2012/2013).
Rita Arni. 1007078. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam memahami penggunaan irai hyougen dan kesulitan dalam penggunaan irai
hyougen serta usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan instrumen dan angket.
Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa, kemampuan mahasiswa terhadap penggunaan irai hyougen tergolong kurang (56,5%). Kemampuan irai hyougen yang diperoleh dari tes pilihan ganda adalah (58%) tergolong kurang dan kemampuan irai hyougen yang diperoleh dari tes isian pendek (55%) tergolong kurang. Kemampuan irai hyougen berdasarkan tingkatan lawan bicara level -1 (48,09%) dikategorikan sangat kurang, level lawan bicara 0 (65,33%) dikategorikan cukup, level lawan bicara +1,+2 (58,33%) dikategorikan kurang.
Berdasarkan data yang telah diambil, diketahui bahwa faktor kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penggunaan irai hyougen disebabkan oleh kurangnya pemahaman responden terhadap penggunaan tingkatan kesopanan, situasi, bentuk-bentuk irai hyougen. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan usaha dari pengajar dan pembelajar.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk berkomunikasi dengan bahasa asing khususnya bahasa Jepang,
kemampuan untuk memilih jenis ungkapan yang tepat sangat penting. Dalam bahasa Jepang, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Ishimori (1994:710),
hyougen adalah mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan dan dirasakan dalam
kata-kata, warna, bentuk dan lain-lain. Kemudian menurut Kindaichi (1994:1842)
hyougen adalah ungkapan perasaan, pikiran yang ditunjukkan dalam bentuk
isyarat, bahasa, ukiran, gambar, musik dan lain-lain yang dapat mengungkapkannya.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan hyougen adalah ungkapan yang menunjukan perasaan, pikiran dan lain-lain yang dapat ditunjukkan melalui isyarat, bahasa, ukiran, musik dan lain-lain. Dengan kata lain hyougen berfungsi
mengungkapkan perasaan dan kehendak kepada orang lain sehingga memudahkan lawan bicara untuk mengerti dan memahami maksud kita. Pemakaian hyougen
selalu disesuaikan dengan makna, maksud, inti yang terkandung dalam kalimat yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Bentuk-bentuk
Iori Isao (2000:146), membedakan ungkapan berdasarkan perasaan penutur yaitu ungkapan yang menyatakan perintah, ungkapan yang menyatakan
permohonan dan ungkapan yang menyatakan ajakan. Ketiga ungkapan tersebut memiliki fungsi yang sama, untuk menyampaikan keinginan kepada lawan bicara
agar melakukan sesuatu. Dari segi penggunaannya, verba ini memiliki situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan mengenai kondisi penggunaan dan perbedaan karakteristik mengenai ungkapan-ungkapan
tersebut, agar tidak terjadi kesalahan penggunaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, pada saat kita meminta bantuan orang lain
untuk mengerjakan sesuatu, dalam bahasa Indonesia sering diungkapkan dengan kata “tolong” yang diikuti dengan hal atau aktivitas yang pembicara ingin
sampaikan kepada lawan bicara untuk melakukannya. Berbeda dalam bahasa
Jepang, banyak sekali bentuk ungkapan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan permohonan tersebut, sesuai dengan situasi, kapan dan dimana
pembicara tersebut mengungkapkan keinginannya. Oleh karena itu, kurangnya pengetahuan mengenai ungkapan permohonan akan menimbulkan kesalahan
berbahasa dikalangan pembelajar bahasa Jepang.
Menurut Mefa Herlina (2003) ungkapan permohonan langsung bahasa Jepang mempunyai struktur tersendiri dalam penbentukannya, hal ini disebabkan
berpengaruh dalam menentukan bentuk ucapan yang akan dipergunakan dalam hal
tingkat kesantunan dan keresmian pada saat pengungkapannya.
Untuk menggunakan ungkapan permohonan dalam bahasa Jepang tidaklah mudah. Hal ini, dikarenakan bahasa Jepang memiliki tingkatan bahasa yang akan
berpengaruh pada permasalahan kesopan santunan dalam bertutur, termasuk bagaimana caranya menggungkapkan suatu permohonan kepada lawan bicara. Dilingkungan sosial orang yang memiliki kedudukan lebih rendah biasanya
menggunakan bentuk sopan ketika berbicara dengan orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, sebaliknya orang yang memiliki kedudukan yang
lebih tinggi akan menggunakan bentuk biasa. Dilingkungan kerja seseorang bawahan akan menggunakan bentuk hormat ketika berbicara dengan atasannya dan sebaliknya atasan akan menggunakan bentuk biasa. Begitu juga seorang
junior akan berbicara sopan pada seniornya baik dilingkungan kerja maupun dilingkungan sekolah. Namun, dilingkungan keluarga, ragam bahasa yang
digunakan pada umumnya ragam bahasa non formal.
Berikut ini contoh ungkapan permohonan bahasa Jepang.
(1) 地図 書いてください。
(2) 地図 書いてくださいませ か。(Ogawa:2003)
Dari dua contoh kalimat di atas, dapat kita simpulkan bahwa kalimat tersebut sama-sama memiliki arti yang sama yaitu memohon untuk menuliskan
tersebut ditujukan. Pada kalimat (1) kalimat tersebut hanya bisa digunakan kepada teman, bawahan. Akan tetapi kalimat tersebut memiliki kesan kurang sopan jika
diucapkan kepada seorang atasan. Sedangkan pada kalimat (2) diucapkan ketika pembicara ingin memohon sesuatu kepada sensei, atasan atau orang yang
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pembicara.
Seseorang yang memiliki kemampuan dalam tata bahasa belum tentu bisa menggunakan irai hyougen dengan baik dan benar. Pada waktu peyampaian
ungkapan permohonan kepada lawan bicara, agar tidak menimbulkan kesalahan, kita harus memperhatikan situasi percakapan dan siapakah yang menjadi lawan
bicara kita serta penggunaan bentuk irai hyougen manakah yang tepat bagi lawan bicara. Oleh karena itu, kita sedapat mungkin harus menyesuaikan tingkat kesantunan berbahasa di dalam meyampaikan tuturan memohon tersebut kepada
lawan bicara.
Sepengetahuan penulis, ungkapan permohonan sering muncul dalam buku
pelajaran bahasa Jepang dan sering dipakai dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari. Akan tetapi ungkapan permohonan tidak dibahas secara khusus dalam perkuliahan dan buku-buku referensi yang membahas tentang irai hyougen sulit
ditemukan. Pada hal ungkapan dan pola seperti ini banyak sekali muncul dalam novel-novel, artikel, teks pada buku pelajaran, atau bahkan dalam ujian
kemampuan bahasa Jepang.
Jika dilihat dari penggunaan sehari-hari serta pengalaman pribadi penulis,
menimbulkan kesalahan penggunaan. Penyebabnya adalah tata bahasa yang kurang dimengerti sewaktu perkuliahan dan akibat dari budaya dan kebiasaan
yang berbeda dengan bahasa target pembelajar. khususnya bagi pembelajar bahasa Jepang yang memiliki budaya yang berbeda dengan Jepang seperti Indonesia.
Dalam memahami sebuah permohonan, pembelajar seringkali tidak paham dengan maksud pembicara yang sebenarnya. Sebagai pembelajar bahasa Jepang sebaiknya memperdalam pengetahuan khususnya pengetahuan budaya dari bahasa
Jepang yang sedang dipelajari, baik budaya non verbal (kebiasaan/tingkah laku orang Jepang) maupun budaya verbal (bahasa dan ungkapan).
Materi tentang irai hyougen telah dipelajari mahasiswa ketika berada pada semester dua pada mata kuliah percakapandan tata bahasa. Materi ajar mengenai
irai hyougen terus berlanjut dipelajari sampai semester enam terutama pada mata
kuliah percakapan. Oleh karena itu, mahasiswa semester enam dijadikan sebagai responden, karena telah memiliki pengetahuan yang cukup dan telah mempelajari
irai hyougen kurang lebih selama dua tahun. Untuk mengetahui kemampuan serta
permasalahan yang terjadi mengenai irai hyougen.
Berdasarkan permasalahan itu, pemahaman mahasiswa terhadap ungkapan
permohonan perlu diukur dan diberi tindak lanjut jika pemahamannya ternyata kurang. Untuk mengukur pemahaman tersebut, penulis melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di latar belakang masalah,
maka dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan mahasiswa Sastra Jepang Universitas Bung Hatta tingkat III dalam memahami penggunaan ungkapan permohonan Bahasa
Jepang?
2. Faktor-faktor kesulitan apa saja yang dialami mahasiswa Sastra Jepang
Bung Hatta tingkat III pada saat mempelajari ungkapan permohonan ? 3. Bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut ?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya meneliti kemampuan mahasiswa dalam memahami
irai hyougen yang tergambar dari hasil data tes.
2. Penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor kesulitan mahasiswa dalam
mempelajari irai hyougen.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa Sastra Jepang Universitas Bung Hatta tingkat III dalam pemahaman ungkapan permohonan Bahasa Jepang.
3. Untuk mengetahui usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
E. Manfaat Penelitian Manfaat secara teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan
yang akan memberikan pemahaman mahasiswa dalam penggunaan ungkapan permohonan/irai hyougen.
Manfaat secara praktis
a. Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat menambah wawasan serta pengalaman
tentang ungkapan ungkapan permohonan/irai hyougen.
b. Bagi jurusan pendidikan bahasa Jepang
Ikut serta memberikan informasi tentang terhadap kondisi mahasiswa mengenai pemahaman penggunaan ungkapan permohonan/irai
hyougen.
c. Bagi pengajar bahasa Jepang
Menjadi referensi bagi pengajar bahasa Jepang untuk mengetahui
tingkat pemahaman mahasiswa dan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penggunaan ungkapan permohonan/irai hyougen sehingga mengetahui gambaran kondisi mahasiswa dan dapat menemukan metode
F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penelitian.
Bab II Kajian Teori
Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang membahas mengenai irai hyougen serta penelitian terdahulu.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini berisi tentang metode dan teknik penelitian seperti populasi, sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan
pengolahan data penelitian.
Bab IV Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis tentang
variabel yang diteliti, yaitu kemampuan tentang penggunaan irai hyougen.
Bab V Kesimpulan dan Saran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk
menjawab masalah penelitian. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pengambilan kesimpulan (Sutedi, 2009:53).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengambarkan, menjabarkan suatu penomena yang terjadi saat ini dengan
menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi,2009:58). Penulis menggunakan metode deskriptif karena dalam
penelitian ini, penulis akan menjabarkan kemampuan mahasiswa tingkat III dalam menggunakan irai hyougen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desriptif
kuantitaif. Metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang telah
didapatkan, lalu data tersebut dianalisis sehingga terdapat angka sebagai hasilnya.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat III Jurusan Sastra Jepang Universitas Bung Hatta tahun ajaran 2012-2013.
2. Sampel.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa tingkat III semester VI, dengan alasan bahwa mahasiswa
tingkat III telah menerima materi mengenai penggunaan irai hyougen. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
C. Instumen Penelitian.
Intrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
atau menyediakan berbagai data atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian (Sutedi, 2009:155). Instrumen yang berbentuk tes berupa tes tertulis, sedangkan instrumen yang berbentuk non tes berupa angket.
1. Tes
Tes berupa tes tertulis yang memuat soal tentang irai hyougen,
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa tingkat III Jurusan Sastra Jepang Universitas Bung Hatta dalam memahami irai
hyougen. Tes dibagi menjadi dua kategori, yaitu berupa soal tes pilihan
a) Bagian I pilihan ganda
Bagian I terdiri dari 10 soal pilihan ganda yang bersumber dari jitsurei.
Sampel diharuskan memilih jawaban yang paling benar sesuai dengan pilihan jawaban a,b,c, atau d. Tes ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan mahasiswa dalam penggunaan ungkapan permohonan yang ditujukan kepada bawahan/meshita, kolega/douryou, dan atasan/meue.
b) Bagian II melengkapi kalimat
Bagian II terdiri dari 10 soal berupa kalimat tidak lengkap yang
bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan mengisi bagian yang kosong dengan menggunakan ungkapan permohonan yang sesuai
dengan situasinya. Tes ini juga bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam penggunaan ungkapan permohonan yang ditujukan kepada bawahan/meshita, kolega/douryou, dan atasan/meue.
Tabel 1
Kisi-Kisi Penulisan Tes
irai hyougen Keterangan No soal Jumlah
soal
L-1 Jika kita sebagai pembicara ingin meminta suatu
permohonan kepada lawan bicara yang aite reberu atau
Pilihan Ganda:
I.1, I.2, I.3, I.4
Level lawan
bicara/aite reberu
tingkatan lawan bicaranya berada pada level -1 seperti
teman seangkatan atau seumur yang dekat, keluarga
Isian: II.1,II.2,II.
3
L0 Jika kita sebagai pembicara
ingin meminta suatu permohonan kepada lawan bicara yang aite reberu atau
tingkatan lawan bicaranya berada pada level 0. Seperti
orang seangkatan atau seumur yang tidak begitu dekat, (khususnya tidak ada hubungan
khusus) dan orang yang baru pertama dijumpai
Pilihan
ganda: I.5, I.6, I.7 Isian: II.4, II.5 5 soal L+1 dan L+2
Jika kita sebagai pembicara
ingin meminta suatu permohonan kepada lawan
bicara yang aite reberu atau tingkatan lawan bicaranya berada pada level +1. Seperti
guru atasan yang umurnya tidak beda jauh.Pada level +2 seperti
dalam lingkup guru atau atasan yang berumur (jarak umurnya
yang jauh)
2. Angket
Angket dalam penelitian ini merupakan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada mahasiswa. Tujuan dari angket adalah untuk memperoleh informasi mengenai lama pengalaman belajar bahasa Jepang
diperguruan tinggi, pengetahuan tentang irai hyougen, keaktifan mahasiswa, kesulitan dan faktor dalam penggunaan irai hyougen, usaha untuk mengatasi kesulitan, pendapat mahasiswa tentang perkuliahan
khususnya dalam pemberian materi tentang irai hyougen. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dan terbuka.
Angket tertutup berjumlah 13 pertanyaan dan angket terbuka berjumlah 2 pertanyaan.
Tabel 2
Kisi-Kisi Penulisan Angket
No Indikator No
soal
Jumlah soal
1 Mengetahui lama pengalaman belajar
mahasiswa.
1,2 2 soal
2 Mengetahui pengetahuan mahasiwa tentang irai
hyougen
3,4,5, 6
3 Mengetahui keaktifan mahasiswa tentang irai
hyougen
7,8,9 3 soal
4 Mengetahui kesulitan dan faktor kesulitan
mahasiswa tentang materi irai hyougen
10,11,
12,13
4 soal
5 Mengetahui solusi atau cara yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengatasi kesulitan
14 1 soal
6 Untuk mengetahui pendapat mahasiswa tentang perkulihan belajar bahasa Jepang khususnya dalam pemberian materi tentang irai hyougen
15 1 soal
D. Teknik Pengolahan Data Tes 1. Teknik pengolahan data tes
Setelah mengumpulkan data dari hasil tes yang telah dilaksanakan, maka
tahapan selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Memeriksa dan menghitung banyaknya data. b. Memberikan skor mentah setiap aspek kemampuan
c. Mengubah skor mentah menjadi nilai standar 100 dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
% 100
Ideal Skor
Aktual skor
X
Skor Aktual = Skor yang dicapai
Skor Ideal = Skor Ideal
d. Membuat tabel distribusi hasil tes
Setelah mendapatkan hasil tes dan mengubahnya kedalam nilai standar
100, maka hasilnya akan penulis buat kedalam bentuk tabel dengan
ketentuan sebagai berikut:
X1 = nilai standar tes pilihan ganda
X2= nilai standar tes isian pendek
e. Menentukan nilai rata-rata untuk setiap aspek kemampuan dengan rumus:
1)
N X M1 1
Keterangan:
M1 = Nilai rata-rata tes irai hyougen bentuk pilihan ganda X1 = nilai yang tercapai
n jumlah responden
2)
N X M2 2
M2 = Nilai rata-rata irai hyougen bentuk isian
X2 = nilai yang tercapai
f. Menentukan keseluruhan nilai rata-rata aspek kemampuan dengan rumus:
X
X nilai rata-rata aspek kemampuan
M1 nilai rata-rata dalam soal pilihan ganda
M2 nilai rata-rata dalam soal isian pendek
g. Menginterpretasikan hasil data tes
Mengitung presentase rata-rata kemampuan dengan berdasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3
Tabel Nilai Skala Lima
Nilai Interpretasi
0-54 Sangat kurang
55-64 Kurang
65-74 Cukup
75-84 Baik
85-100 Sangat baik
2. Pengolahan Data Angket.
Data yang diperoleh melalui angket akan diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
b. Menyusun frekuensi jawaban c. Membuat tabel frekuensi
d. Menghitung presentase frekuensi dari setiap jawaban dengan menggunakan rumus:
Keterangan
P: Angka Presentase
F: Frekuensi yang sedang dicari presentasenya.
N: Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
(Sudijono, 2008:43)
e. Menginterpretasikan jawaban angket berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:
Tabel 4
Penafsiran Data Angket Presentase (P) Jumlah responden
0% Tidak ada seorang pun
1-5% Hampir tidak ada
6-25% Sebagian kecil
26-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51-75% Lebih dari setengahnya
96-99% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
E. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Pengumpulan data tes
Prosedur pengumpulan data tes penelitian sebagai berikut: a. Persiapan
Penulis melakukan beberapa langkah sebelum mengambil data dari responden, yaitu:
1) Membuat instrumen penelitian berupa tes.
2) Mengkonsultasikan isi dan bentuk tes tersebut kepada dosen pembimbing.
3) Memperbaiki isi dan bentu tes sesuai dengan petunjuk dosen pembimbing.
4) Memimta izin kepada dosen pembimbing untuk mengambil
data tes.
b. Pelaksanaan pengambilan data
Uji coba instumen penelitian dilakukan pada hari rabu, 12 Juni 2013, bertempat di gedung FPBS. Uji coba dilakukan pada 10
2. Analisis data tes hasil uji coba
Penulis mengolah semua data tes yang diperoleh dengan memeriksa hasil
tes masing-masing mahasiswa. Setelah memberikan skor mentah, penulis mengubah skor mentah tersebut menjadi skor standar nilai, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: a. Skor bersih
1) Soal pilihan ganda
Keterangan: Sk = skor
∑B = Jumlah jawaban yang benar
∑S = Jumlah jawaban yang salah
O = Banyaknya Option 2) Soal isian
Keterangan: Sk = ∑B
Sk = Skor
∑B = Jumlah Jawaban yang benar
b. Skor bersih menjadi standar nilai 100
% 100
Ideal Skor
Aktual skor
X
Keterangan:
X = nilai yang dicari
Skor Ideal = Skor Ideal c. Mean kemampuan mahasiswa
M.Ak = Nilai Rata-rata siswa ∑X = jumlah Seluruh nilai
N = Jumlah Sampel
M1 = Nilai rata-rata pilihan ganda M2 = Nilai rata-rata soal isian
Berdasarkan hasil tes uji coba, rata-rata/mean nilai yang diperoleh mahasiswa adalah sebagai berikut
1) Mean/rata-rata soal bentuk pilihan ganda
N X M1 1
65
2) Mean/rata-rata soal bentuk isian
N X M2 2
64
3) Mean kemampuan irai hyougen secara keseluruhan
2 2 1 .Ak M M
M
64,50.
Selanjutnya penulis menafsirkan hasil uji coba tersebut
berdasarkan standar nilai skala lima. Berdasarkan standar nilai skala lima, penulis memyimpulkan bahwa tingkat kemampuan mahasiswa terhadap kemampuan irai hyougen hasil uji coba sebesar 64,50 berada pada interval
55-64 yang berarti tergolong kurang.
3. Uji Validitas
Sebuah instrumen harus bisa mengukur apa yang akan diukur dengan baik (Sutedi, 2009:217). Oleh karena itu instrument tersebut harus memiliki
validitas. Adapun sesuai dengan jenisnya validitas dapat ditentukan oleh ahli (expert judgement).
Adapun tingkat kesukaran dan daya pembeda dihitung dari hasil uji
coba sebagai berikut.
a. Tingkat kesukaran
Untuk mengukur tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
TK: Tingkat kesukaran
BA: Jumlah skor jawaban kelompok atas BB: Jumlah skor jawaban kelompok bawah
(Sutedi, 2009:214) Adapun klasifikasi tingkat kesukarannya sebagai berikut:
Tabel 5
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Rentang Tingkat Kesukaran Klasifikasi Tingkat kesukaran
0,00-0,25 Sukar
0,26-0,75 Sedang
0,76-1,00 Mudah
Setelah dihitung dengan rumus diatas, terdapat hasil tingkat kesukaran soal tabel sebagai berikut:
1) Soal tes pilihan ganda
Soal
tingkat
Kesukaran Kriteria
PG
1 0,33 sedang
2 0,83 mudah
3 0,83 mudah
4 0,83 mudah
5 1,00 mudah
6 0,33 sedang
7 0,50 sedang
8 0,50 sedang
9 0,67 sedang
10 0,67 sedang
2) Soal tes isian pendek
Soal tingkat Kesukara Kriteria
1 0,17 Sulit
2 1,00 Mudah
3 0,67 Sedang
4 0,33 Sedang
5 0,50 Sedang
6 0,67 Sedang
7 0,67 Sedang
9 0,83 Mudah
10 0,50 Sedang
b. Daya pembeda
Untuk mengukur daya pembeda soal menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: DP: Daya Pembeda
BA: Jumlah skor jawaban kelompok atas
BB: Jumlah skor jawaban kelompok bawah
[image:32.595.147.396.112.142.2]N: Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah
Tabel 6
Klasifikasi Daya Pembeda
Rentang Tingkat kesukaran Klasifikasi Tingkat Kesukaran
0,00-0,25 Rendah
0,26-0,75 Sedang
0,76-1,00 Tinggi
tidak mempunyai daya pembeda akan diperbaiki, diganti atau ditiadakan sebelum mengambil tes yang sebenarnya.
1) Soal tes pilihan ganda
Soal Daya Beda Kriteria
PG
1 0,67 Sedang
2 0,33 Sedang
3 0,33 Sedang
4 0,33 Sedang
5 0,00 Rendah
6 0,00 Rendah
7 1,00 Tinggi
8 1,00 Tinggi
9 0,67 Sedang
10 0,00 Rendah
2) Soal tes isian pendek
Soal
tingkat
Kesukaran Kriteria
Isian
1 0,17 sulit
2 1,00 mudah
3 0,67 sedang
4 0,33 sedang
5 0,50 sedang
1 0,67 sedang
2 0,67 sedang
3 0,50 sedang
4 0,83 mudah
5 0,50 sedang
4. Uji Reliabilitas
Selain validitas, soal yang baik harus reliabel. Dalam menghitung uji reliabilitas, terdapat klasifikasi angka kolerasi yang digunakan
[image:33.595.156.441.187.356.2]seperti tabel dibawah ini.
Tabel 7
Rentang Reliabilitas Klasifikasi
0,00-0,20 Sangat Rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Kuat
0,81-1,00 Sangat Kuat
Sutedi (2009:221) menyatakan bahwa salah satu cara menguji
reliabilitas internal suatu perangkat tes adalah dengan menggunakan rumus Kuder Richardson yang dikenal dengan rumus KR 20 dan KR21. Untuk mencari nilai KR20 digunakan rumus:
∑
Sedangkan untuk mencari nilai KR21digunakan rumus:
Keterangan:
r : Koefisien reliabilitas tes k : Jumlah butir soal
M : Mean (nilai rata- rata) 1) soal tes pilihan ganda
KR – 20
5616 , 0 64 , 3 80 , 1 64 , 3 1 10 10 1 2 2 r r St pq St k k r
KR - 21
4078 , 0 64 , 3 10 4 , 6 10 ( 4 , 6 1 1 10 10 . ( 1 1 2 r r St k M k M k k r
Dengan demikian, tingkat reliabilitas berdasarkan rumus KR 20 diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar 0,56. Angka ini termasuk
kedalam kategori sedang. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus KR 21, diperoleh nilai koefesien reliabilitas tes sebesar 0,40. Angka ini
termasuk dalam kategori rendah, tetapi masih memungkinkan untuk digunakan.
2) soal tes isian pendek
864 , 0 05 , 8 79 , 1 05 , 8 1 10 10 1 2 2 r r St pq St k k r
KR - 21
797 , 0 05 , 8 10 5 , 6 10 ( 5 , 6 1 1 10 10 . ( 1 1 2 r r St k M k M k k r
Setelah dihitung dengan menggunakan rumus KR 20, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar untuk soal pilihan ganda 0,86. Angka ini
termasuk kedalam kategori reliabilitas sangat kuat. Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus KR 21, diperoleh nilai koefesien reliabilitas tes sebesar 0,79.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Tingkat kemampuan mahasiswa tingkat III Jurusan Sastra Jepang
Universitas Bung Hatta dalam kemampuan irai hyougen adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan mahasiswa dalam memahami irai hyougen adalah (56.5%) sehingga dapat dikategorikan kurang. Kemampuan mahasiswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda adalah (58%)
masih tergolong kurang. Sedangkan kemampuan irai hyougen yang diperoleh dari tes isian pendek (55%) masih tergolong kurang. Dari
data tes dapat diketahui bahwa adanya tingkat penguasaan mahasiswa terhada irai hyougen sesuai dengan penguasaan levelnya. Penguaasaan tingkatan lawan bicara/aite reberu Level-1
berada dalam angka (48,09%) atau dapat dikategorikan sangat kurang. Tingkat penguasaan lawan bicara Level 0 berada dalam
angka (65,33%) atau dapat dikategorikan cukup. Tingkat penguasaan lawan bicara Level+1 dan Level+2 berada dalam angka (58.33%) atau dapat dikategorikan kurang. Jadi, dapat
b. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang sering menggunakan irai
hyougen. Hal tersebut berdasarkan data angket yang presentase
rata-ratanya hanya sebesar (20%).
c. Sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa materi tentang irai
hyougen adalah materi yang sulit. Hal tersebut berdasarkan angka
hasil angket yang jumlah presentasenya (63.33%).
Kemudian berdasarkan hasil analisis angket , diketahui
bahwa sebagian besar mahasiswa telah mengetahui tentang pengertian irai hyougen, hanya saja mereka jarang menggunakan
irai hyougen dalam berkomunikasi sehingga wajar dalam
prakteknya mereka sering melakukan kesalahan. Hal ini terbukti
pada hasil jawaban tes mahasiswa.
2. Faktor-faktor kesulitan yang dihadapi oleh mahaswa tingkat III Jurusan Sastra Jepang Bung Hatta pada saat mempelajari irai hyougen
yang dilihat dari data angket adalah sebagai berikut: a. Penggunaan tingkat kesopanan/keigo.
b. kesulitan terhadap situasi atau konteks dalam irai hyougen c. kesulitan dalam penggunaan bentuk-bentuk irai hyougen.
d. Kurangnya sumber informasi/pengetahuan mengenai irai hyougen.
e. kurangnya waktu yang dialokasikan untuk membahas irai hyougen dikelas dalam kegiatan belajar mengajar dikelas
3. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah: a. Memberikan latihan kepada siswa dengan membuat kalimat
percakapan yang memakai irai hyougen, lalu dtampilkan didepan kelas dan mengadakan evaluasi setelahnya sehingga responden
dapat mengetahui secara langsung letak kesalahannya.
b. Pengajar hendaknya mencari dan membaca sumber ajar selain buku yang digunakan sebagai acuan mengajar agar referensi
tentang irai hyougen bertambah.
c. Pengajar diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
referensi sumber belajar lain untuk menambah wawasan mahasiswa.
d. Diharapkan agar pengajar lebih memberikan banyak latihan dan penjelasan mengenai suatu materi secara terperinci.
Selain peran serta pengajar usaha tersebut tidak akan
berhasil, apabila tidak ada motivasi dari mahasiswa. Hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa diantaranya:
a. Bertanya kepada teman yang lebih mengerti, bertanya kepada kakak kelas, dan bertanya kepada dosen pada saat tidak mengerti. b. Sering menggunakan irai hyougen dalam percakapan.
c. Membaca kembali materi tentang irai hyougen dan memperbanyak membaca tentang irai hyougen dari sumber lain selain dari buku
d. Membuat kelompok belajar seperti kaiwa kai sehingga mahasiswa dapat belajar bersama-sama.
e. Sering menonton dorama, anime, acara TV Jepang sehingga responden dapat belajar dari cara berkomunikasi antara orang
Jepang. Hal tersebut berguna agar mahasiswa dapat melihat interaksi antara orang Jepang dan juga menambah wawasan pengetahuan bahasa Jepang.
B. Rekomendasi
1. Kepada pembaca, penulis merasa bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini masih kurang untuk mengukur kemampuan irai hyougen secara tepat. Penulis menyarankan agar ada tambahan instrumen selain
tes dan angket. Pada penelitian ini, Penulis hanya menganalisis kemampuan irai hyougen dalam cakupan tingkatan lawan bicara saja, sedangkan ruang lingkup menggenai irai hyougen sangat luas seperti
alur komunikasi dan tingkat keperluan belum sempat dianalisis lebih lanjut. Sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar bisa
mengembangkan teori yang sebelumnya.
2. Ungkapan permohonan mempunyai kesamaan dengan ungkapan ajakan dan penawaran. Verba ini mempunyai situasi atau kondisi yang
DAFTAR PUSTAKA
_____. 1998. Minna no Nihongo Shokyuu I. Japan: 3A Corporation.
_____. 1999. Minna no Nihongo Shokyuu II. Japan:3A Corporation.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Etsuko, Tomomatsu, dkk. 2000. Donna Toki Dou Tsukau Nihongo Hyougen
Bunkei. Japan: Aruku.
Herlina, Mefa. 2003. Ungkapan Permohonan Langsung Bahasa Jepang Serta
Padanannya dalam Bahasa Indonesia. Skripsi pada Jurusan Sastra
Jepang UNPAD Bandung: tidak diterbitkan.
Iori, Isao dkk. 2000. Nihongo Bunpo Hando Bukku. Tokyo: Suriee Nettowaaku.
Ishimori. 1994. Gakken Kokugo Jiten. Japan: Kondansha.
Ishizuka, Kyoko. 2002. Jizenni Tsukaeru Bunmatsu Hyougen. Nihon: Aruku.
Kabaya, Hiroshi, Kawaguchi Yoshikazu, Sakamoto Megumi. 1993. Keigo
Hyougen. Japan.
Kahraman, Akkus. 2007. The Use Request Expression By Turkish learners Of
Japanese. tersedia dalam: http://eku.com.edu.tr/index/3/1/bkharaman
Kawamura, Yoshiko. 2008. Nihongo Hanashikata Kyoushitsu. tersedia dalam:
http://www. Nihongo 2.com/speaking/04.pdf (diunduh 25 Januari 2013)
Kindaichi, Haruko. 1982. Nihongo Daijiten. Tokyo: Kondansha.
Meilia, Linna. 2011. Tindak Tutur Permohonan (irai Hyougen) Orang Indonesia
dan Orang Jepang (Dilihat Dari Sudut Pandang Kalimat Permohonan
yang menyerahkan Keputusan Dari Lawan Bicara). Sekolah Tinggi
Bahasa Asing JIA: Bekasi.
Moriyama. 1998. Nihongo Bunpoubunnonobekata. Nihon: NHK grup.
Ogawa, Yoshio. 1982. Nihongo Kyoiku Jiten: Taishukan Publishing Company.
Ogawa, Yoshimi; Maeda, Naoko. 2003. Nihongo Bunpou Enshuu: Keigo o
Chuushin Toshita Taijin Kankei no Hyougen-Taiguu Hyougen. Tokyo:
3A Corporation.
Oyanagi, Noboru. 2004. New Approach Chukyuu Nihongo. Tokyo: Nihongo Kenkyusha.
Sagawa, Yuriko. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kurosio Publisher.
Shimada, Megumi. 2001. Wakaru Bisnis Nihongo. Nihon.
Shiro, Kaneko. 2004. Juni. Onegaisuru. Nihongo Jurnal hal 33-34.
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang (Panduan bagi guru
dan calon guru dalam meneliti bahasa jepang dan pengajarannya).
Bandung: Humaniora.
Susanti, Rita. 2007. Thesis. Tindak Tutur Memohon Bahasa Jepang dan faktor
Sosial Budaya dalam Skenario Drama Televisi Jepang Love Story Karya
Eriko Kitagawa.Program Studi Kajian Wilayah Jepang Program
Pascasarjana Universitas Indonesia.
Takahashi, Masuoka dan Yukinari, Takubo. 1989. Kiso Nihongono Bunpo.
Tokyo: Kurashio Shuppan.