• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila dilihat dari perkembangannya, perkembangan telepon nirkabel di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Apabila dilihat dari perkembangannya, perkembangan telepon nirkabel di"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Apabila dilihat dari perkembangannya, perkembangan telepon nirkabel di Indonesia sangatlah cepat dan agresif. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pelanggan telepon nirkabel dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun 2009 jumlah pelanggan telepon nirkabel tercatat sebanyak 184,2 juta pelanggan. Jumlah ini meningkat jauh dari jumlah sebelumnya di tahun 2004 yang hanya sebesar 30,3 juta pelanggan dengan tingkat pertumbuhan mencapai 43,3 %. Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan jumlah operator telekomunikasi tercatatat pada akhir 2009 sebanyak 10 operator telekomunikasi telepon bergerak yang beroperasi di Indonesia.

Peningkatan jumlah pelanggan dan persaingan yang signifikan ini menuntut operator melakukan ekspansi secara besar – besaran dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi nirkabel guna menunjang sistem telekomunikasinya. Salah satu infrastruktur penunjang yang sangat berperan penting adalah menara telekomunikasi atau yang biasa disebut dengan BTS (base transceiver station) yang berfungsi menangani radio interface ke terminal pelanggan dan melakukan routing voice atau data traffic dari dan ke switching serta menciptakan network interface untuk pengiriman dan penerimaan voice atau data, serta

(2)

2

menginformasikan alarm dan self-diagnostic routines untuk fault management (Setyo Budianto 2001).

Saat ini kita dapat melihat hampir diseluruh wilayah Indonesia banyak berdiri menara telekomunikasi (base transceiver station) secara tidak tertata atau yang biasa dikenal dengan “hutan menara”. Adapun keberadaan hutan menara ini menimbulkan dampak negatif antara lain sebagai berikut.

a. Terganggunya estetika atau tata kota suatu daerah dimana adanya jumlah menara yang terlalu banyak pada suatu daerah dengan pembangunan dan pendirian yang tidak teratur.

b. Tidak efisien dalam pemanfaatan lahan. Operator telekomunikasi melakukan pembangunan menara di lokasi yang dapat dikatakan sama (sangat berdekatan).

c. Terganggunya rasa aman warga yang disebabkan pembangunan menara yang terkesan dipaksakan.

d. Serta operator telekomunikasi hanya mendirikan menara di daerah yang dianggap menguntungkan dari segi ekonomi sehingga adanya daerah yang termarjinalkan yang belum terjangkau akses telekomunikasi ataupun internet.

Dapat dibayangkan apabila operator – operator tersebut membangun secara bersamaan pada titik kordinat yang sama maka akan terdapat kurang lebih 10 menara dalam lokasi yang berdekatan. Apabila untuk menjangkau telekomunikasi

(3)

3 pada satu daerah membutuhkan 100 titik menara maka akan terdapat kurang lebih 1000 menara telekomunikasi. Dengan adanya solusi menara bersama maka jumlah menara yang dibutuhkan dapat dikurangi hingga 250 menara saja (dengan asumsi 1 menara bersama dapat menampung 4 – 6 operator).

Melihat permasalahan – permasalahan yang timbul sehubungan dengan keberadaan menara telekomunikasi, Depertemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) sebagai regulator telekomunikasi di Indonesia mencoba menertibkan dan menata pembangunan menara – menara tersebut dengan mengeluarkan peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 pada tanggal 12 maret 2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Peraturan Mentri komunikasi dan Informatika tersebut kemudian ditindak lanjuti dan diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Bersama “Mentri Dalam Negeri, Mentri Pekerjaan Umum, Mentri Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal” Nomor 07/PRT/M/2009, Nomor 19/PER/M.KOMINFO/03/2009, Nomor 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi pada tanggal 30 Maret 2009.

Yang dimaksud dengan menara telekomunikasi bersama adalah menara yang digunakan secara bersama – sama oleh operator telekomunikasi (Permenkominfo nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008). Dalam pembangunannya pembangunan menara ini dibangun berdasarakan master plan yang dibuat oleh pemerintah

(4)

4 daerah. Pada master plan Kabupaten Tangerang merencanakan untuk membangun 240 titik menara yang tersebar diseluruh area. Hal ini dimaksudkan agar telekomunikasi dapat menjangkau seluruh daerah.

Titik – titk tersebut dibangun pada daerah yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda – beda. Hal ini harus menjadi perhatian khusus dalam melakukan studi kelayakan. Kemampuan meramalkan kondisi pembangunan pada tiap – tiap dareah merupakan salah satu faktor penentu dalam melakukan studi kelayakan yang baik sehingga dapat memberikan output yang benar bagi investor.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan investasi ini adalah sebagai berikut.

1. Kondisi sosial pada masing – masing daerah. Pembangunan ini harus mendapat ijin dari penduduk setempat yang bertempat tinggal pada radius sesuai dengan ketinggian menara yang akan dibangun. Pola pendekatan dan kompensasi yang diberikan haruslah dapat diramalkan dan diperhitungkan pada analisis studi kelayakan.

2. Pola investasi dan harga tanah. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dalam mendapatkan lahan pembangunan yaitu dengan pola sewa atau beli. Adanya harga tanah yang berbeda – beda dikarenakan NJOP (nilai jual objek pajak) yang berbeda – beda.

3. Tingkat kepadatan penduduk. Adanya kemungkinan tidak mendapatkan lahan pada daerah yang berpenduduk padat sehinga perlu dilakukan antisipasi

(5)

5 dalam pembangunan yang akan menyebabkan bertambahnya biaya pembangunan.

Pemerintah Daerah Propinsi Banten melalui Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Tangerang, dalam hal ini sebagai penguasa daerah sebelumnya sudah mengeluarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 54 tanggal 28 Desember 2007 tentang Penataan Pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Tangerang, yang mengatur pembatasan jumlah menara telekomunikasi guna efisiensi dan efektifitas serta menata lokasi pendiriannya terkait dengan rencana tata ruang daerah Kabupaten Tangerang, tetapi juga tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan atas pelayanan telekomunikasi baik kepada customer telekomunikasi maupun kepada para operator. Hal ini kemudian juga diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi pada tanggal 4 November 2008 yang mengatur secara teknis dan administrasi mengenai pendirian dan pembangunan Menara Bersama di Kabupaten Tangerang.

Melihat kepada kondisi, situasi serta peluang yang ada, PT. Bhakti Surya Telecomindo sebagai salah satu Perusahaan yang telah lama bergerak di bidang telekomunikasi sebagai penyediaan, pengadaan, pembangunan dan instalasi infrastruktur telekomunikasi serta penyewaan infrastruktur telekomunikasi "Antenna System for Multioperator" maupun sarana pendukung lainnya untuk operator telekomunikasi berniat untuk menjadi salah satu Perusahaan Penyedia,

(6)

6 Pengelola Menara Telekomunikasi Bersama serta Penyedia jasa konstruksi di seluruh wilayah Indonesia salah satunya adalah di wilayah Kabupaten Tangerang.

1.2. Perumusan Masalah

Keputusan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar. Dari uraian diatas, dengan memperhatikan fenomena yang terjadi saat ini perlu dilakukan analisis studi kelayakan yang dapat dijadikan indikator bagi manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan investasi.

1.3. Tujuan Penelitian

Penulisan ini ditujukan untuk menguji apakah investasi pembangunan menara bersama ini sudah layak secara keuangan sehingga dapat dijadikan media investasi bagi PT. Bhakti Surya Telecomindo.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat bagi perusahaan untuk mengetahui apakah investasi ini merupakan invesatasi yang tepat dengan mempertimbangkan analisis keuangan, analisis pasar dan analisis risiko.

2. Dapat memberikan gambaran aplikasi bisnis di sektor riil, terutama di industri telekomunikasi sekaligus menambah referensi dalam melakukan analisis investasi di bidang telekomunikasi

(7)

7 3. Penelitian diharapkan dapat memperkaya pemahaman dunia akademis

terhadap studi kelayakan pada bidang telekomunikasi.

1.5. Batasan Penelitian

Untuk lebih memudahkan dalam melakukan analisis penulis membatasi masalah sebagai berikut.

1. Definisi investasi yang dipakai adalah investasi dalam sektor riil yaitu merupakan pembangunan menara bersama.

2. Analisis studi kelayakan investasi ini dibatasi pada daerah Kabupaten Tangerang.

1.6. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dibagi dalam 6 bagian dengan isi masing – masing bab sebagai berikut.

 Bab I, Meliputi latar belakang penulisan penelitian, tujuan, dan manfaat penyusunan penelitian, pembatasan masalah, asumsi dan dasar teori serta sistematika pembahasan.

 Bab II, Pembahasan mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian.

 Bab III, Pembahasan mengenai gambaran umum proyek pembangunan menara bersama.

(8)

8  Bab IV, Pembahasan mengenai metode penelitian, sumber data dan teknik pengambilan data serta langkah – langkah dalam melakukan melakukan teknik analisis.

 Bab V, Pembahasan mengenai data dan analisis – analisis proyek pembangunan menara bersama.

 Bab VI, Pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil analisis disampaikan saran – saran untuk penyelesaian masalah yang timbul.

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Exhibition Center sendiri merupakan suatu desain bangunan yang mixture/bercampur serta berkolaborasi dengan fungsinya karena berbagai macam kegiatan konveksi,

The traditional process of batik making is the process used in the making of traditional batik using the colours indigo and soha with the following stages: mbatik (making

2011, Perancangan Sistem Pemesanan Tiket Pesawat Berbasis Web , Skripsi , Fakultas Teknik, universitas sriwijaya.. Jogiyanto, H.M., 2005, Analisis dan Desain Sistem Informasi ,

Game SL juga disukai karena ia dapat menjadi sarana untuk bertemu dan berkum- pul dengan komunitas, baik komunitas sesa- ma pemain di dunia nyata (misalkan teman- teman bermain

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pelaksanaan Sita Marital dalam perkara gugatan atas harta bersama akibat perceraian di Pengadilan Agama Kudus terdapat dua

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Luka Tusuk Jarum Atau Benda Tajam Lainnya Pada Perawat Di RSUD Cianjur Tahun 2006.. Thesis Program Studi Magister

Teknik Pergeseran dalam Penerjemahan Sistem Sapaan dalam Budaya Religi dalam Seminar dan Lokakarya Penelitian Tindakan Kelas dalam Perspektif Etnografi.. Program