• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tingkat Syaiful Umam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh tingkat Syaiful Umam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

 

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI ADITIF PADA SILASE RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)

TERHADAP ASAM LAKTAT, NH3, DAN pH

THE EFFECT OF CORN MEAL AS ADDITIVE TO NAPPIER SILAGE (Pennisestum purpureum) ON THE LACTIC ACID, AMONIA ACID, AND

pH

Syaiful Umam*, Nyimas Popi Indriani**, dan Atun Budiman**

Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Tahun 2014 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran

email : syaifulumam06@gmail.com

ABSTRAK

Hampir di setiap daerah indonesia mempermasalahkan mahalnya harga pakan dengan sulitnya sumber daya pakan untuk ternak, ditambah lagi dengan keberadaannya yang langka pada musim kemarau khususnya rumput. Silase ternyata mampu memberikan peluang sumber pakan. Diharapkan dengan adanya perlakuan terhadap fermentasi Rumput Gajah dapat mengatasi masalah tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung jagung terhadap kandungan asam laktat, asam N-NH3, dan pH silase

Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan P0 (tepung

jagung 0%), P1 (tepung jagung 2%), P2 (tepung jagung 4%), P3(tepung jagung

6%), P4 (tepung jagung 6%), dan P5 (tepung jagung 8%) dan setiap perlakuan

diulang sebanyak 4 kali. Data hasil penelitian di analisis dengan Uji Sidik Ragam, selanjutnya untuk mencari perbedaan diantara semua perlakuan diuji dengan menggunakan Uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung jagung berpengaruh nyata terhadap asam laktat,N-NH3, dan

derajat keasaman (pH).

(2)

 

ABSTRACT

The typical problem in Indonesia was the lack of grass as forage feed, especialy lack of forage in dry season.Silage wasable to provide opportunities as feed sources, it was expected by the fermentation treatment of nappiergrases could overcome this problem. The aim of the research was to investigated the effect of using corn mealon acid lactic content, amonia acid, and pH nappier grass silage (Pennisetum purpureum. The method was experimental method with using Completely Randomized Designed (CRD) with five treatments P0 (corn meal

0%), P1 (corn meal 2%), P2 (corn meal 4%), P3(corn meal 6%), P4 (corn meal

6%), dan P5 (corn meal 8%) with 4 times repetition frequency. The result

reasearch data was analyzed by Analysis of Variants, and then using Duncan test. The rsult of research showed that corn meal showed significantly affected to lactic acid, amonia acid, and pH.

(3)

    Pendahuluan

Pakan merupakan salah satu faktor dalam usaha peternakan disamping breeding dan manajemen. Tersedianya pakan yang cukup kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha peternakan. Salah satu kendala pada peternakan ruminansia adalah ketersediaannya hijauan. Keberadaan pakan hijauan dengan kualitas baik, dan kuantitas yang tinggi, dan berkelanjutan sangatlah fluktuatif dengan keadaan iklim di Indonesia. Untuk menjaga kelangsungan ketersediaan pakan harus dilakukan langkah-langkah untuk menjaga ketersediaan pakan, yaitu dengan memanfaatkan Rumput Gajah dengan teknik pengawetan (silase).

Rumput Gajah merupakan salah satu jenis rumput yang paling banyak digunakan dalam proses pembuatan silase di Indonesia terutama terhadap pemberian pakan ruminansia. Rumput Gajah memiliki kandungan 60-80%, sehingga mudah mengalami pembusukan dan menimbulkan bau (Mcllroy, 2000), maka untuk menghindari hal tersebut teknik pengawetan pakan atau silase terhadap Rumput Gajah sangatlah efektif untuk menjaga ketersediaan pakan di periode mendatang ataupun pada musim kemarau.

Silase adalah salah satu pakan alternatif ternak ruminansia yang mengalami proses fermentasi secara anaerob dengan menambahkan bahan aditif dengan tujuan meningkatkan nilai nutrisi tehadap kandungan pakan untuk ternak ruminansia (Bolsen dan Sapienza, 1993). Tujuan pembuatan silase adalah untuk mempertahankan kondisi anaerob yang dibutuhkan lactobacilli atau spesies lain untuk berkembangbiak dan menghasilkan asam laktat untuk mencegah pembentukan spora secara anaerob dan pertumbuhan clostridia yang dapat menghasilkan karbondioksida, N-NH3, dan senyawa lainnya yang tidak baik

(Bolsen dan Sapienza, 1993).

Proses pembuatan silase atau ensilase adalah proses fermentasi yang dikomtrol melalui peningkatan perkembangan jumlah bakteri penghasil asam laktat (McDonald, et al., 1981). Proses terbentuknya silase terjadi karena peristiwa konversi karbohidrat mudah larut air atau WSC (Water Soluble

(4)

 

4,2 (VanDervoorde, et al., 1994). Proses ensilase berlangsung 2-3 minggu (Cullison, et al., 1989). Tahapan proses ensilase dibagi menjadi empat fase yaitu, fase aerob, fase fermentasi, fase stabil, dan fase pengeluaran (Bolsen dan Sapienza, 1993).

Silase yang baik umumnya berasal dari pemanenan hijauan yang tepat waktu, pemasukan kedalam silo tepat waktu dan cepat, bentuk dan ukurannya sesuai, dan penutupan silo secara rapat (Utomo, 1999). Kriteria silase yang baik adalah beraroma asam, tidak berbau busuk, berwarna kekuningan, dan apabila dipegang terasa empuk dan lembut tetapi tidak basah atau berlendir (Ranjhan, 1980). Silase yang baik juga tidak memiliki kadar pH 3,2-4,2, kandungan asam laktat 1,5-2,5%, kandungan asam butirat ≤ 0,1%, dan kandungan asam asetat 0,5-0,8%, dan kandungan N-NH3 5-8% (Ranjhan, 1980).

Bau asama yang dihasilkan oleh silase disebabkan oleh proses pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja menghasilkan asam organik. Proses ensilase tejadi apabila oksigen telah habis dipakai, pernafasan tanaman akan berhenti dan suasana menjadi anaerob. Keadaan demikian tidak memungkinkan untuk tumbuhnya jamur dan hanya bakteri anaerob saja yang masih aktif bekerja terutama bakteri pembentuk asam (Susetyo et al., 1969).

Salah satu cara yang digunakan untuk mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan silase adalah dengan mempercepat keadaan kondisi anaerob, mempercepat penurunan kadar ammonia, dan mempercepat penurunan pH, oleh karena itu perlu ditambahkan aditif pada proses pembuatan silase (Bolsen dan Sapienza, 1993). Kandungan karbohidrat terlarut dalam air atau Water Soluble

Carbohydrate (WSC) di dalam aditif sangat mempengaruhi proses terbentuknya

asam laktat, karena bakteri penghasil asam laktat akan melakukan proses fermentasi yang paling utama pada karbohidrat terlarut (Smith, 1973).

Faktor yang mempengaruhi kualitas silase adalah hijauan yang akan digunakan sebagai bajan silase, perlakuan terhadap hijauan dengan pemotongan dan pelayuan, keadaan lingkungan yaitu ada atau tidaknya oksigen dalam silo dan penambahan aditif (Susetyo et al., 1989). Kandungan air rendah dalam bahan silase dapat menghambat penurunan pH, sehingga bakteri pembusuk

(5)

    dapat hidup lebih lama. Kandungan air pada hijauan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan cepatnya penurunan pH (Santoso et al., 2008).

Salah satu syarat untuk mencapai tingkat keberhasilan pembuatan silase adalah tersedianya karbohidrat terlarut (WSC) yang cukup untuk pertumbuhan mikroba. Kandungan WSC sangat diperlukan dalam pembuatan silase dan jumlah WSC yang dibutuhkan dalam pembuatan silase adalah sebanyak 3% dari total berat silase (Haigh dan Parker, 1985).

Tepung jagung berpotensial untuk dapat dijadikan aditif sebagai sumber WSC karena mengandung BETN yang tinggi, yaitu 81,37% yang mencerminkan WSC dalam jumlah besar yang terkandung di dalamnya (McDonald et al., 1981). Kandungan tepung jagung terdiri atas ; 14,77% kadar air, 1,88% abu, 1,63% serat kasar (SK), 7,78% lemak kasar (LK), 7,35% protein kasar (PK), dan 81,35% bahan ekstrak tanpa energy (BETN) (Hartadi et al., 1993). Penambahan tepung jagung 5% meningkatkan BK dan nutrisi Rumput Gajah (Despal, 2009).

Berdasarkan pertimbangan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruhtingkat penggunaan tepung jagung sebagai aditif pada silase Rumput Gajah (Pennisetum Purpurueum) terhadap asam laktat, N-NH3, dan pH.

Bahan dan Metode

1. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rumput Gajah yang diperoleh dari areal Universitas Padjajaran Bandung (0,05% WSC) dan Tepung jagung yang diperoleh dari areal Unviersitas Padjajaran Bandung (3,75% WSC) sumer Laboratorium Nutrisi Ternak Institut Pertanian Bogor (IPB).

2. Penelitian ini di laksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu ; § Pembuatan Silo

§ Pengukuran Kadar WSC Terhadap Bahan Penelitian § Pembuatan Silase

(6)

 

Peubah yang diamati 1. Asam Laktat 2. N-NH3

3. pH

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan :

P0 = silase Rumput Gajah + 0% tepung jagung

P1 = silase Rumput Gajah + 2% tepung jagung

P2 = silase Rumput Gajah + 4% tepung jagung

P3 = silase Rumput Gajah + 6% tepung jagung

P4 = silase Rumput Gajah + 8% tepung jagung

Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali, sehinga di dapat 20 unit percobaan dan untuk setiap peletakan setiap. Model matematika yang digunakan adalah analisis ragam dengan model matematika berdasarkan Gasperz (1995), sebagai berikut:

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan dari ulangan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

µ = Rata-rata umum / nilai tengah populasi α = pengaruh luar dari perlakuan

τi = Pengaruh perlakuan ke - i

εij = Pengaruh galat (error) yang timbul pada ulangan ke-j yang

memperoleh perlakuan ke-i i = Perlakuan ke-1, 2, 3, 4, dan 5 j = Ulangan ke-1, 2, 3, dan 4

(7)

    Asumsi :

1. Nilai εij menyebar normal satu sama lain

2. Nilai harapan dari εij = 0

3. Ragam dari εij = Jadi, εij NID (0, )

4. Perlakuan bersifat aditif Tabel 1. Daftar Sidik Ragam

Sumber Variasi db JK KT Fhit

Perlakuan (t-1) = 4 JKP KTP Galat T (r-1) = 15 JKG KTG Total (rt-1) = 19 JKT Sumber : (Gaspersz, 1995) Keterangan : t = Perlakuan r = Ulangan db = Derajat Bebas JK = Jumlah Kuadrat JT = JumlahTengah

JKT = Jumlah Kuadrat Total JKP = Jumah Kuadrat Perlakuan JKG = Jumlah Kuadrat Galat Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : P0 = P1 = P2 = P3 = P4 artinya tidak terdapat perbedaan antar perlakuan.

H1 : P0 ≠ P1≠P2≠P3 ≠P4 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak

sama.

KaidahKeputusan:

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya perlakuan tidak berpengaruh nyata (non

significant), terima H0 dan tolak H1.

2. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya perlakuan berpengaruh nyata (significant),

tolak H0 dan terima H1.

2

σ ≈ σ2

KTG   KTP  

(8)

  r S r galat KT Sy 2 = = X S SSR LSR= ×

Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda duncan dengan rumus :

dimana:

Sx = Standard error

r = Ulangan

KTG = Kuadrat Tengah Galat LSR = Least significant range test SSR = Studentized significant range

Bila selisih antar perlakuan (x) dibandingkan dengan LSR ternyata: x ≤ LSR, terima H0 (maka tidak berbeda nyata)

x > LSR, tolak H0 (maka berbeda nyata)

Hasil dan Pembahasan

1. Pengaruh Tingkat Penggunaan Tepung jagung Sebagai Aditif Silase Rumput Gajah Terhadap Asam Laktat

Rata-rata kandungan asam laktat silase Rumput Gajah yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 2. Rataan Kandungan Asam Laktat Silase Rumput Gajah dengan Aditif Tepung Jagung

Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 ...……….…(%)………... 1 0,34 0,38 0,47 0,56 0,87 2 0,31 0,40 0,44 0,64 0,91 3 0,31 0,40 0,43 0,60 0,92 4 0,29 0,44 0,57 0,59 0,85 Total 1,25 1,62 1,91 2,39 3,55 Rataan 0,31 0,42 0,48 0,59 0,88 Keterangan :

P0 = Penggunaan tepung jagung 0% P1 = Penggunaan tepung jagung 2%

(9)

    P2 = Penggunaan tepung jagung 4%

P3 = Penggunaan tepung jagung 6% P4 = Penggunaan tepung jagung 8%

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rataan kandungan asam laktat pada silase Rumput Gajah bervariasi pada setiap perlakuan dengan kisaran antara 0,31% sampai dengan 0,88%. Nilai asam laktat hasil penelitian dari seluruh perlakuan menunjukan di bawah standar silase yang baik berdasarkan Ranjhan (1980) yaitu 1,5%-2,5%. Hal ini menunjukan bahwa bahan pembentuk asam laktat yaitu WSC (Water SolubleCarbohydrate) tidak cukup untuk mencapai asam laktat yang baik. Kandungan WSC yang baik dipersyaratkan terdapat dalam bahan yang dibuat untuk silase mengandung 3% dari berat kering silase (Haigh and Parker, 1985). Kandungan WSC pada tepung jagung berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di IPB (2014) yaitu sebesar 3,75% dan Rumput Gajah sebesar 0,05%.

Aditif tepung jagung yang tertinggi pada perlakuan adalah 8% dan setelah dihitung jumlah WSC yang terdapat dalam bahan silase termasuk aditif tepung jagung masih kurang dari 1 %, maka penggunaan tepung jagung sebagai aditif dalam silase Rumput Gajah tidak mampu mencapai asam laktat yang baik dalam silase. Penggunaan teping jagung dengan kadar 8% masih harus ditingkatkan untuk mencapai kadar asam laktat yang baik.

Tabel 3. Hasil Uji Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Asam Laktat

Perlakuan Rata-rata Kadar Asam

Laktat Signifikansi 5%   (%)   P4   0,88 a   P3   0,59 b   P2   0,48 c   P1   0,42 d   P0     0,31 e    

keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata

(10)

 

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan nyata berbeda dengan perlakuan lainnya. Setiap penambahan tepung jagung sebanyak 2% meningkatkan asam laktat silase secara nyata (P<0,05).Tepung jagung memiliki karbohidrat terlarut, Water Soluble Carbohydrate (WSC) sebesar 3,75%, dan karbohidrat terlarut inilah yang dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat untuk memproduksi asam laktat. Semakin tinggi tepung jagung yang ditambahkan maka semakin banyak substrat yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi asam laktat (Van Soest, 1994).

Karbohidrat terlarut melalui fermentasi oleh mikroorganisme dirombak menjadi asam organik terutama asam laktat, dan sebagian kecil asam asetat dan asam butirat, oleh karenanya keberadaan karbohidrat terlarut sangat penting sekali dalam ensilase agar dapat menjamin produksi asam laktat untuk mencegah fermentasi sekunder oleh bakteri Clostridia (McDonald et al, 2002). Asam laktat sangat berpengaruh dalam mempercepat penurunan pH silase sehingga kerusakan nutrien akibat perombakan oleh bakteri yang tidak diinginkan dapat ditekan.

Penambahan tepung jagung secara nyata terbukti mampu meningkatkan kadar asam laktat melalui sumbangan karbohidrat yang diberikan. Karbohidrat terlarut yang terkandung pada setiap perlakuandimanfaatkan oleh bakteri penghasil asam laktat untuk menghasilkan kadar asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan akan menurunkan derajat keasaman dan menghambat bahkan menghentikan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan. Penurunan derajat keasaman inilah yang pada giirannya akan mempertahankan kualitas silase dan mencegah terjadinya kerusakan nutrien yang berlebihan (Kamal, 1994).

(11)

    2. Pengaruh Tingkat Penggunaan Tepung Jagung Sebagai Aditif Silase

Rumput GajahTerhadapN-NH3

Rata-rata kandungan N-NH3 silase Rumput Gajah yang diperoleh dari hasil

penelitian dapat dilihat dari table dibawah ini :

Tabel 4. Rataan Kandungan N-NH3 dari N-total Silase Rumput Gajah dengan

aditif tepung jagung

Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 ……….(%)………... 1   3,35 2,05 1,82 1,51 1,52 2   3,41 1,97 2,00 1,38 1,51 3   3,53 1,83 1,63 1,51 1,49 4   3,89 1,97 1,59 1,62 1,51 Total 14,18 7,82 7,04 6,02 6,03 Rataan 3,55 1,96 1,76 1,51 1,51

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa rataan kandungan N-NH3 total pada

silase Rumput Gajah bervariasi pada setiap perlakuan dengan kisaran antara 1,51% sampai dengan 3,55%. Rataan tertinggi diperoleh pada perlakuan P0

dengan rataan 3,55% sedangkan rataan terendah diperoleh pada perlakuan P3

dan P4 dengan rataan 1,51%. Pada perlakuan tersebut terlihat bahwa pada

perlakuan P0 sampai dengan P4 nilai rataan menurun.

Menurut Departemen Pertanian (1980) siilase dengan kriteria baik memiliki N-NH3 dari total N-total silase 10-15%. Berdasarkan acuan tersebut

nilai rata-rata kandungan N-NH3 yang dihasilkan pada tiap perlakuan diperoleh

nilai rata-rata kandungan N-NH3 < 15% dengan demikian jika dilihat dari

kandungan N-NH3 semua perlakuan berada pada kisaran N-NH3 yang berkriteria

baik (Ranjhan, 1980).

Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa penambahan aditif tepung jagung terhadap silase Rumput Gajah memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan N-NH3 silase Rumput Gajah.

(12)

 

Tabel 5. Hasil Uji Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar N-NH3 dari total N-total Silase Rumput Gajah dengan

Aditif Tepung Jagung

perlakuan Rata-rata Kadar Asam Amonia Signifikansi 5%

  (%)   P0   3,55 a   P1   1,96 b   P2   1,76 c   P3   1,51 d   P4     1,51 d    

keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan tidak berbeda nyata

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P0 nyata lebih tinggi dari P1, P2, P3,

dan perlakuan P4. Perlakuan P4 tidak berbeda nyata dengan P2 dan P3, sementara

perlakuanP3 dan P4 memliki kadar N-NH3 yang paling rendah.Kandungan

N-NH3adalah hasil perombakan bahansilaseolehprotein Clostridia. Selain itu pada

kondisi anaerob enzim protease juga berperan dalam proses proteolisis yang juga menghasilkan amonia.

Penambahan aditif karbohidrat berupa tepung jagung yang menjadi sumber karbohidrat terlarut, Water Soluble Carbohydrate (WSC) yang akan menjadi substrat bagi bakteri asam laktat untuk mempercepat fermentasi dan menurunkan derajat keasaman. Rendahnya derajat keasaman ini akan menekan pertumbuhan bakteri lain yang tidak diinginkan sehingga mengurangi kerusakan protein. Rendahnya kadar amonia menunjukkan bahwa kandungan protein dari bahan yang mengalami proses ensilase dapat dijaga, dengan kata lain perombakan protein dapat ditekan.

(13)

    3 Pengaruh Tingkat Penggunaan Tepung Jagung Sebagai Aditif Silase

Rumput Gajah Terhadap Derajat Keasaman pH.

Rata-rata kandungan pH silase Rumput Gajah yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 6. Rataan Kandungan pH Silase Rumput Gajah

Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 1   4,10 3,80 3,20 3,30 3,70 2   4,20 3,90 3,80 3,50 3,40 3   3,60 3,70 3,60 3,60 3,20 4   4,30 3,90 3,60 3,40 3,20 Total 16,20 15,30 14,20 13,80 13,50 Rataan 4,05 3,83 3,55 3,45 3,34

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa rataan kandungan pH pada silase Rumput Gajah pada penambahan tepung jagung berkisar antara 4,05 sampai dengan 3,34%. Menurut Skerman dan Riveros (1990), silase yang baik mempunyai pH < 4,2. Berdasarkan nilai rata-rata pH yang dihasilkan pada berbagai dosis tepung jagung yang diberikan, didapat pH < 4,2, dengan demikian jika dilihat dari nilai pH, silase Rumput Gajah termasuk kriteria baik pada semua perlakuan.

Data hasil penelitian ini selanjutnya dianalisis statistik menggunakan analisis ragam (lampiran7). Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa penambahan aditif tepung jagung terhadap silase Rumput Gajah memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap rataan pH silase Rumput Gajah (P<0,05).Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan bertambahnya sumber karbohidrat dalam hal ini tepung jagung, maka nilai pH akan rendah, hal tersebut berjalan dengan pendapat Moran (1995) bahwa tepung jagung sebagai sumber karbohidrat bagi mikroorganisme untuk menghasilkan asam laktat dan menurunkan pH.

Asam-asam organik yang terbentuk di dalam silase sangat bergantung pada kandungan karbohidrat terlarut.Kandungan karbohidrat terlarut yang tinggi akan menghasilkan silase dengan asam laktat yang tinggi. Pada penelitian ini diperoleh hasil asam laktat dari semua perlakuan mempunyai kriteria yang rendah berdasarkan kandungan asam laktatnya, namun nilai pH nya sesuai

(14)

 

kriteria sebagai silase yang baik. Dominasi asam yang menyebabkan penurunan pH bukan berasal dari asam laktat, akan tetapi berasal dari asam-asam lainnya. Asam laktat adalah asam yang memberikan aroma yang enak, sedangkan asam lainnya cenderung memberikan aroma yang tidak enak. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap aroma silase yang dihasilkan secara subjektif menghasilkan aroma yang kurang enak.

Tabel 7. Hasil Uji Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Derajat Keasaman (pH).

perlakuan Rata-rata Kadar pH Signifikansi 5% P0   4,05 a   P1   3,83 b   P2   3,55 c   P3   3,45 d   P0     3,34 e  

keterangan : Huruf yang sama ke arah kolom menunjukan tidak berbeda nyata Tabel 7 tersebut menunjukan bahwa pH yang mendapatkan perlakuan 2, 4, 6, dan 8% tepung jagung nyata lebih asam jika dibandingkan dengan yang mendapatkan perlakuan 0%tepung jagung, sedangkan antar perlakuan 2, 4, 6, dan 8% tepung jagung tidak berbeda nyata terhadap pH silase. Hal ini menunjukan bahwa tanpapenggunaan tepung jagungsudah mampu memberikan sumbangan karbohidrat yang cukup untuk proses ensilase Rumput Gajah karena dengan kadar karbohidrat yang tersedia sudah mampu memberikan kondisi yang layak bagi perkembangan bakteri penghasilasam, akan tetapi asam yang dihasilkan tidak didominasi oleh asam laktat melainkan oleh asam-asam lainnya. Kondisi ini terdeteksi dari aroma silase yang dihasilkan dari semua perlakuan menghasilkan aroma yang kurang enak.

Tinggi rendahnya nilai derajat keasaman silase sangat bergantung terhadap cepat atau lambatnya pembentukan asam-asam organik terutama asam laktat (Woolford, 1984). Cepatnya pembentukan asam laktat akan disertai dengan meningkatnya kondisi asam. Hal ini akan menyebabkan turunnya pH silase, sehingga akan menghambat pertumbuhan bakteri Clostridia, karena pH pada pH < 4,2 aktifitas bakteri Clostridia akan terhenti sempurna. Asam laktat

(15)

    mempunyai pengaruh paling besar terhadap penurunan pH silase, akan tetapi asam organik lain seperti asam asetat ikut berperan terhadap penurunan pH sehingga kondisi silase tetap asam.

Dapat disimpulkan penambahan tepung jagung sebesar 8% adalah yang terbaik dilihat dari tingginya kadar asam laktat yang dihasilkan itu, perlakuan P4juga menghasilkan kadar pH terendah dan amonia terendah. Penambahan

tepung jagung pada perlakuan P1, P2, dan P3juga menurunkan kadar pH dan

amonia silase Rumput Gajah, namun tidak serendah pada perlakuan P4.

Simpulan

1) penamabahan tepung jagung sebagai sumber karbohidrat terlarut atau WSC dengan tingkat 0-8% dalam pembuatan silase Rumput Gajah berpengaruh terhadap asam laktat, N-NH3 dan nilai pH.

2) Penambahan tepung jagung 6% optimal menghasilkan kadar asam laktat yang tinggi serta kadar N-NH3 dan nilai pH yang rendah.

Ucapan Terimakasih

Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang tela membantu dalam berlangsungnya penelitian ini sehingga berjalan sesuai yang diharapkan yaitu kepada Fakultas Peternakan Unpad, Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Fapet Unpad, Dr. Ir. Nyimas Popi Indriani, M.Si. dan Ir. Atun Budiman sebagai pembimbing dalam penelitian ini.

Daftar Pustaka

Bolsen K.K & Sapienza. 1993. Teknologi Silase : Penanaman, Pembuatan dan

Pemberdayaan pada Ternak. Kansas : Pione Seed.

Despal dan I.G. Permana 2009. Prekondisian dan Penggunaan Aditif Organik

pada Ensilasi Sebagai Upaya Penyediaan Hijauan Sapi Perah Berkualitas Secara Bekesinambungan KPSBU Lembang. Laporan Penelitian. Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gasperz, V.1995. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian,

(16)

 

Haigh P M and Parker J W G 1985. Effect of silage additives and wilting on silage fermentation, digestibility and intake, and on live weight change of young cattle. Grass and Forage Science, 40: 429-436.

Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, Tillman, A.D,H.S. Lebdosoekojo. 1993. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Mcllroy, R. J. 2000. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnyaparamita, Jakarta.

McDonald, P. 1981. The Biochemistry od Silage . John Wiley and Sons, Ltd. Chichester. New York.

Moran JB. 1995. Feed Animal Nutrition. Proceding Seminar Ruminansisa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan dan Faklutas Peternakan IPB, Bogor.

Ranjhan, S. K. 1980 Animal Nutrition in Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing

House PVT Ltd, New Delhi.

Susetyo, S. 2001. Hijauan Makanan Ternak. Dirjen Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.

Santoso, B., B. T. Hariadi, H. Manik, dan H. Abubakar. 2008. Kualitas Rumput Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak Rumput Terfermentasi. Media Peternakan Vol 32(2): 137-144.

Smith G. C. 2000. Laboratory Manual for Meat Science. Seventh Edition, American Press, Boston Massachusetts.

Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan , Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

VanDervoorde, L., VanDewoestyne, B bruyneel, H. Christiaeus and W. Vestraete. 1994. Critical Factor Governing the Competive Behaveor of

Lactic Acid Bacteria in Mixed Culture. London. Pp 356-367

Van Soest, J.P. 1994 Nutritional Ecology of Ruminant. 2 Edition. Cornell University Press.

Woolford, M. K., 1984. The Silage Fermentation, Marcel Dekke, Inc. New York.

(17)

   

Gambar

Tabel  2.  Rataan  Kandungan  Asam  Laktat  Silase  Rumput  Gajah  dengan  Aditif Tepung Jagung
Tabel  3.  Hasil  Uji  Berganda  Duncan  Pengaruh  Perlakuan  terhadap  Kadar  Asam Laktat
Tabel  4.  Rataan  Kandungan  N-NH 3  dari  N-total  Silase  Rumput  Gajah  dengan  aditif tepung jagung
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P 0  nyata lebih tinggi dari P 1,  P 2 , P 3,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, musik dapat mempengaruhi emosi dan emosi yang merupakan hasil dari pengaruh musik tersebut dapat mempengaruhi kognisi.. Ketika beberapa stimulus muncul

Kesimpulan pengertian judul : asrama mahasiswa ITI adalah dengan menggunakan system Bersubsidi sebagian dengan pengelolaan dilakukan oleh YPTI untuk

Berdasarkan hal tersebut maka Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Tenggara bersama-sama dengan para pejabat struktural sesuai peran dan

Alasan orang tua dan siswa memilih homeschooling sebagai pendidikannya antara lain kesibukan siswa di bidang non akademis, kendala fisik, penyakit tertentu, pembelajaran

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara strategi coping dan efikasi diri dengan tingkat burnout pada perawat Rumah Sakit Jiwa Surakarta.. Secara

Anggrek yang di tanam pada media limbah sagu segar lebih optimal pertumbuhannya dibandingkan dengan anggrek yang di tanam pada media limbah sagu hitam dan sabut

Roda gigi cacing di gunakan untuk posisi sumbu bersilangan dan pengtransmisian  putaran selalu berupa reduksi.Pada sepasang roda gigi cacing terdiri dari batang cacing yang

Pada motor sinkron, perubahan beban tidak mempengaruhi kecepatan putar motor karena ketika motor masih bekerja maka rotor akan selalu terikat atau terkopel secara magnetis