PENGARUH MEDIA SOSIAL, WORD OF MOUTH, GAYA HIDUP DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GEPREK BENSU DEPOK
Andhisa Gita Pratiwi Email: andhisagita@gmail.com
Zuhad Ichyaudin Email: zuhad165@gmail.com
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Abstrac : The purpose of this study was to analyze the influence of social media, word of mouth, lifestyle, and service quality on purchasing decisions at Geprek Bensu Depok. The population used in this study is consumers of Geprek Bensu in Depok Branch. The sampling technique using purposive sampling, with a total sample of 100 respondents. Data collection methods were carried out using questionnaires. Data analysis techniques used in the study are using multiple linear regression analysis. The results showed that social media, word of mouth, lifestyle, and service quality had an effect on purchasing decisions in Geprek Bensu Depok. obtained the value of social media t count (X1), word of mouthi (X2, lifestyle (X3), and service quality (X4) the value is greater with t table of 0.1985, and the significance value is smaller than the alpha value of 0, 05. As for the F test obtained a significant value of 0,000 smaller than the alpha value of 0.05. So it can be concluded that the social media variables (X1), word of mouth (X2), lifestyle (X3), and service quality (X4) have an effect partially and simultaneously to the purchase decision at Geprek Bensu Depok.
Keywords: Social Media, Word of Mouth, Lifestyle, Service Quality, Purchase Decisions.
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh media sosial, word
of mouth, gaya hidup dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Geprek
Bensu Depok. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsumen Geprek Bensu yang berada di Cabang Depok. Teknik pengambilan sampel menggunakan metodepurposive
sampling, dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 100 responden. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan media sosial, word of mouth, gaya hidup dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.diperoleh nilai t hitung media sosial (X1), word of mouth (X2), gaya hidup (X3) dan kualitas pelayanan (X4) nilainya lebih besar dengan t tabel sebesar 0,1985, dan nilai signifikansi nilainya lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Sedangkan untuk uji F didapat nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05.Maka dapat disimpulkan bahwa variabel media sosial (X1), word of mouthi (X2, gaya hidup (X3) dan kualitas pelayanan (X4) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Kata kunci : Media Sosial, Word of Mouth, Gaya Hidup, Kualitas Pelayanan, Keputusan Pembelian.
PENDAHULUAN
Saat ini menu ayam geprek sedang terkenal di kalangan masyarakat. Salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan peluang tersebut adalah Ruben Onsu dengan Geprek Bensu nya. Geprek Bensu menawarkan sensasi rasa kriuk dan pedas ditambah lelehan keju mozarella yang membuat ketagihan para pembeli. Selain itu Geprek Bensu menawarkan ayam geprek dengan level
tumbuh sebanyak 51% dalam kurun waktu satu tahun. Hasil survey Globalwebindex pada pengguna internet di Indonesia dalam rentang usia adalah 16-64 tahun, menunjukkan bahwa ada beberapa sosial media yang aktif digunakan oleh masyarakat Indonesia. Ada dua kategori media sosial, yaitu media jejaring sosial dan
messenger/chat app.
Tabel 1.2
Media Sosial Yang Paling Sering Digunakan Di Indonesia Tahun 2017 pedas yang berbeda sehingga membuat
para pembeli bisa memilih level kepedasannya. Dilansir dari Tabloidbintang.com, Ruben mengatakan bahwa awalnya ia hanya mempromosikan Geprek Bensu lewat instagram miliknya. Sehingga membuat Geprek Bensu tidak kalah saing dengan rumah makan ayam geprek lainnya. Buktinya dalam kurun waktu satu tahun Geprek bensu sudah memiliki 70 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pemanfaatan teknologi komunikasi saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. Karena dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari namanya komunikasi, dimana dalam proses komunikasi kita akan saling bertukar informasi. Saat ini masyarakat bukan hanya sekedar saling bertukar informasi saja, akan tetapi kesempatan ini digunakan para pelaku usaha untuk memperkenalkan produk mereka melalui sosial media seperti facebook, twitter, instagram, youtube dan lain sebagainya.
Media sosial mulai terkenal di Indonesia pada tahun 2002 dengan berdirinya Friendster, namun kalah saing dengan Facebook yang berdiri pada tahun 2004. Sejak saat itu perkembangan media sosial di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data WeAreSocial.net dan Hootsuite tahun 2017, perkembangan penggunaan internet di Indonesia
Sumber: WeAreSocial.net dan Hootsuite tahun 2017
Dalam tabel di atas menunjukkan
Youtube menjadi media sosial yang
paling sering digunakan dengan persentase 49%, selanjutnya diikuti oleh Facebook (48%), Instagram (39%), dan Twitter (38%). Di posisi nomor lima ada Whatsapp dengan persentase 38% yang mengalahkan
Line diurutan nomor delapan dengan
persentase 30% dalam kategori
messenger/chat app. Menurut APJII
pada survei konten komersial yang sering di kunjungi pada tahun 2016 adalah konten online shop dengan persentase 62%, disusul oleh konten bisnis personal dengan persentase 34,2%. Hal ini membuktikan media sosial menjadi salah satu alat pemasaran produk yang digunakan oleh para pelaku usaha. Selain menggunakan media sosial dalam memasarkan produk, alat komunikasi pemasaran lain pun masih banyak dilakukan salah satunya pemasaran
word of mouth.
Media Sosial Jumlah Persentase (%) 1 Youtube 49% 2 Facebook 48% 3 Instagram 39% 4 Twitter 38% 5 Whatsapp 38%
Pemasaran dari mulut ke mulut atau yang sering disebut Word of
mouth adalah salah satu alat
komunikasi pemasaran yang simpel karena tidak membutuhkan biaya yang besar. Apalagi dengan perilaku masyarakat Indonesia yang suka berkumpul dan bersosialita. Sehingga memudahkan para pelaku usaha untuk memasarkan produknya. Di era moderen ini pun pemasaran word of
mouth tidak hanya dilakukan saat tatap
muka langsung saja, akan tetapi bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada sehingga dikenal dengan istilah eWOM (Electronic
Word Of Mouth).
Maka dari latar belakang ini, peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Media Sosial, Word Of Mouth, Gaya Hidup Dan Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Geprek Bensu Depok”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap keputusan pembelian, mengetahui pengaruh word
of mouth terhadap keputusan
pembelian, mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian, mengetahui pengaruh kualitas terhadap keputusan pembelian,dan mengetahui pengaruh media sosial, word of mouth, gaya hidup, dan kualitas pelayanan secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
LANDASAN TEORI Komunikasi Pemasaran
Menurut Priansa (2017:94) Komunikasi pemasaran merupakan pendekatan multidisiplin yang menggabungkan teori dan konsep ilmu komunikasi dan ilmu pemasaran. Kajian tersebut menghasilkan kajian “baru” yang disebut dengan komunikasi
pemasaran . Komunikasi pemasaran adalah salah satu kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan maupun produk agar bersedia menerima, membeli, dan setia kepada produk yang ditawarkan. Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu menyebarkan informasi, memengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik konsumen, dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang. Tujuan komunikasi pemasaran pada dasarnya adalah memberikan efek. Efek kognitif, yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu dalam benak pelanggan. Efek afektif, yaitu memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu yang diharapkan adalah reaksi pembelian dari pelanggan. Efek konatif atau perilaku, yaitu membentuk pola khalayak menjadi perilaku selanjutnya. Perilaku yang diharapkan adalah pembelian ulang.
Pemasaran Melalui Media Sosial Media Sosial yaitu sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun berdasarkan fondasi ideologis dan teknologi dari web 2.0, yang memungkinkan terjadinya penciptaan dan pertukaran konten yang diciptakan oleh penggunanya (Kaplan Andreas M. & Haenlein Michael, 2010:59). Sedangkan menurut Evans (2011) dalam Donni (2017:358) menyatakan media sosial dalam pemahaman yang luas sering dikaitkan dengan istilah demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten ke penerbit konten.
Menurut penelitian dari Hauer dalam Solis (2010) bahwa terdapat 4C dalam penggunaan social media:
a. Context, adalahbagaimana membentuk sebuah pesan atau cerita (informasi).
b. Communication, adalah cara berbagi cerita atau informasi yang meliputi cara mendengarkan, merespon, dan menumbuhkan.
c. Collaboration, adalah kerja sama antara pengguna social media untuk membuat hal baik yang lebih efektif dan efisien. d. Connection, yaitu
pemeliharaan hubungan yang sudah terbina.
Pemasaran Word of Mouth
Menurut Hasan (2010:32) Word of
Mouth adalah tindakan konsumen
memberikan informasi kepada konsumen lain dari seseorang kepada orang lain (antarpribadi) non komersial baik merek, produk, maupun jasa. Saluran komunikasi personal yang berupa ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth) dapat menjadi metode promosi yang efektif karena pada umumnya disampaikan dari konsumen oleh konsumen dan untuk konsumen, sehingga konsumen atau pelanggan yang puas dapat menjadi media iklan bagi perusahaan.
Menurut Priansa (2017:348) word
of mouth dapat diukur dengan
menggunakan sejumlah dimensi yang dapat menakar persebarannya, yaitu sebagai berikut:
1. Talkers (pembicara), adalah konsumen yang telah mengkonsumsi produk. Banyak konsumen yang memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi produk karena saran dari pembicara tersebut, atau biasa disebut dengan
referral, yaitu pihak yang
merekomendasikan produk. 2. Topics (pesan), pesan tersebut
terkandung dalam word of mouth dan menjadi substansi dari
sesuatu yang dibicarakan, pesan misalnya pelayanan yang diberikan, keunggulan produkkanya, lokasi yang mudah dijangkau, dan lain sebagainya. 3. Tools (alat), setelah kita
mengetahui pesan atau perihal yang membuat mereka berbicara mengenai produk atau jasa tersebut, dibutuhkan suatu alat untuk membantu agar pesan tersebut dapat berjalan, contohnya produk gratis, postcard, brosur, spanduk, melalui iklan di radio, dan lainnya yang bisa membuat orang mudah membicarakan atau menularkan produk kepada orang lain.
4. Taking part (partisipasi perusahaan), seperti halnya dalam menanggapi respon pertanyaan- pertanyaan mengenai produk atau jasa tersebut dari para calon konsumen dengan menjelaskan secara lebih jelas dan terperinci mengenai produk atau jasa tersebut, melakukan follow up kepada calon konsumen sehingga mereka melakukan suatu proses pengambilan keputusan.
5. Tracking (pengawasan), Pengawasan hasil word of mouth
marketing setelah alat tersebut
berguna dalam proses word of
mouth dan perusahaan pun cepat
tanggap dalam merespon calon konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan pengawasan dengan melihat hasil seperti dalam kotak saran sehingga terdapat informasi banyaknya word of mouth positif atau word of mouth negatif dari konsumen.
Gaya Hidup
Menurut Mowen dan Minor (2001:282) Gaya hidup didefinisikan secara sederhana sebagai “bagaimana
seseorang hidup”. Gaya hidup juga dipergunakan untuk menguraikan tiga tingkat agregasi orang yang berbeda: individu, sekelompok kecil orang yang berinteraksi, dan kelompok orang yang lebih besar. Konsep gaya hidup konsumen cukup berbeda dengan kepribadiannya. Gaya hidup menunjukkan bagaimana rang hidup, bagaimana orang membelanjakan uang nya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka.
Gaya hidup akan berkembang pada masing-masing dimensi activity, interest, opinion atau AIO (aktivitas,
minat, opini) yang dikemukakan oleh Sutisna (2005:145) AIO didefinisikan sebagai berikut gaya hidup:
a. Activity,adalah tindakan nyata. b. Interest,adalah tindakan kegairah
yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus.
c. Opinion,adalah jawaban lisan atau
tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain.
Kualitas Pelayanan
Kotler dan Keller (2009:143) menyatakan bahwa kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Tjiptono (2005) menyatakan bahwa kualitas layanan merupakan pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Menurut Parasuraman et al. (1985) dalam Aryani (2010:118) terdapat lima dimensi kualitas layanan sebagai berikut:
1. Berwujud (tangible), yaitu
kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2. Kehandalan (reliability), yaitu
kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpacaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berart ketepatan waktu, layanan yang sama untuk semau pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan layanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas yang tidak akan membiarkan pelanggan menunggu kemudian muncul persepsi yang negatif dalam kualitas layanan.
4. Jaminan dan Kepastian
(assurance), yaitu pengetahuan, kesopanan santunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas,keamanan, koompetisi dan sopan santun.
5. Empati (empathy), yaitu
memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.
Keputusan Pembelian
Menurut Sciffman dan Kanuk (2007:485) Keputusan pembelian adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan kata lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keutusan. Jika seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian dan tidak melakukan pembelian maka orang tersebut berada dalam posisi pengambilan keputusan. Proses keputusan pembelian konsumen merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen (consumer
behavior) yang tercipta. Para konsumen
akan melewati lima tahapan dalam melakukan pembelian yaitu:
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. b. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang minatnya telah tergugah hanya akan ada dua kemungkinan yaitu, mencari informasi secara aktif atau mencari informasi
kemudian hanya
mengendapkannya dalam ingatan.
c. Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh salah satu konsumen dalam semua situasi pembelian, itu berarti setiap konsumen pasti memiliki beberapa alternatif sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan. d. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat
untuk membeli merek yang paling disukai.
Hipotesis Penelitian
Pengaruh Media Sosial Terhadap Keputusan Pembelian
Rahman (2016) meneliti “Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Lewat Internet Dikalangan Mahasiswa”, dimana menunjukkan bahwa didapatkan pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan keputusan pembelian lewat online dengan nilai signifikan sebesar 95%. Penelitian Putri (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Media Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Cherie Melalui Minat Beli” menunjukkan hasil yang sama yaitu variabel media sosial berpengaruh langsung signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Cherie. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Terdapat pengaruh Media sosial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian
Hendrawati (2015) dengan penelitiannya “Analisis Pengaruh Dimensi Word of Mouth Communication Terhadap Keputusan
Pembelian Sajian Kuliner Lapak Angkringan Yogyakarta” menunjukkan bahwa dalam lima dimensi word of mouth, hanya ada dua variabel independen (WOM-Talkers dan WOM-Topics) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Sedangkan tiga variabel independen lainnya (WOM-
Tools, WOM-Taking Part dan WOM- Tracking) tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap Keputusan Pembelian sajian kuliner di lapak angkringan Mangkubumi Yogyakarta. Sedangkan dalam penelitian Dewi dan Warmika “Pengaruh Internet Marketing, Brand Awareness, Dan
WOM Communication Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Spa Bali Alus” (2017) menunjukkan bahwa variabel word of mouth communication berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Terdapat pengaruh Word of mouth terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian.
Penelitian Debora dan Anindhyta “Pengaruh Gaya Hidup, Promosi, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada Cosmic Surabaya” (2016) menyimpulkan variabel gaya hidup memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi tingkat gaya hidup konsumen ketika berbelanja akan semakin meningkatkan keputusan pembelian. Penelitian Dawud dan Heru “Pengaruh Kualitas Layanan Dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Cafe Jalan Korea Surabaya” (2017) menunjukkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa keputusan pembelian konsumen pada
Café Jalan Korea di Surabaya dapat
dipengaruhi melalui variabel gaya hidup. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3: Terdapat pengaruh Gaya hidup terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Dawud dan Heru “Pengaruh Kualitas Layanan Dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Cafe Jalan Korea Surabaya” (2017) menyimpulkan variabel kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada
Café Jalan Korea di Surabaya dapat
diterima. Kualitas layanan yang baik berpengaruh secara signifikan dengan keputusan pembelian. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4: Terdapat pengaruh Kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok. Pengaruh Media Sosial, Word of
Mouth, Gaya Hidup Dan Kualita
Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian.
Media sosial sering di gunakan dalam sehari-hari sebagai wadah menyebarkan atau melihat informasi yang bisa digunakan pelaku usaha untuk menarik pelanggan. Word of
mouth adalah cara komunikasi
pemasaran yang efektif dan tidak mengeluarkan biaya. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana konsumen membelanjakan uangnya dan bagaimana konsumen mengalokasikan waktunya. Menurut Assael (2001: 382) bahwa gaya hidup dapat berpengaruh pada pembelian, perubahan kebiasaan, citarasa serta perilaku pembelian konsumen. Kualitas Pelayanan yang baik merupakan bagian dari penilaian konsumen terhadap variabel keputusan pembelian dan akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk bersaing dalam merebut konsumen, serta memelihara konsumen dengan memenuhi harapan mereka agar tercipta suatu keputusan pembelian. Dilihat dari beberapa
H1 H2 H4 H3 Keputusan Pembelian (Y) penelitian terdahulu variabel-variabel
tersebut cukup berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: H5: Terdapat pengaruh Media sosial, Word of mouth, Gaya hidup dan Kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Model Penelitian
Berikut gambar kerangka pemikiran dalam penulisan ini:
Media Sosial (X1) Word of Mouth (X2) Gaya Hidup (X3) Kualitas Pelayanan (X4) H5 METODE PENELITIAN Populasi Dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah konsumen Geprek Bensu Depok. Dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan tidak diketahui maka digunakan menurut Purba (2006) dengan meggunakan Moe sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal yang dapat diambil sebesar:
1,962
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang ditentukan adalah : (1) Berdomisili di kota Depok. (2) Memiliki akun media sosial. (3) Pernah membeli Geprek Bensu Depok.
Alat Analisis Yang Digunakan Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrument dalam mengukur variabel penelitian. Pengujian ini dilakukan dengan mengajukan butir- butir pernyataan kuesioner yang nantinya diberikan kepada responden.
Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliable 𝑛 =
4(0,10)2 atau handal apabila instrumen tersebut mampu mengungkapkan data yang bisa 𝑛 = 96,04 𝑎𝑡𝑎𝑢 100 dipercaya dan sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya. Arikunto (2008:154) menyatakan : “Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik”. Dengan metode Alpha Chronbach, koefisien yang diukur akan beragam antara 0 hingga 1. Nilai yang kurang dari 0,6 menunjukkan bahwa keandalan konsistensi internal yang tidak reliabel (Arikunto, 2008:193).
Uji Asumsi Klasik Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian mempunyai sebaran distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan menggunakan uji normalitas probability
plot (p-plot) yang menyatakan suatu
variabel berdistribusi normal jika gambar titik-titik berdistribusi atau sebaran data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Kriteria dalam pengambilan keputusan:
a. Jika teramati bahwa sebaran titik- titik terlihat relatif dekat mengikuti garis diagonal yang menunjukkan arah hubungan antara variabel X akan diikuti kenaikan variabel Y yang artinya berdistribusi normal. b. Jika teramati bahwa sebaran titik-
titik tidak cukup dikatakan dekat mengikuti garis diagonal yang menunjukkan arah hubungan antara variabel X akan diikuti kenaikan variabel Y yang artinya berdistribusi tidak normal.
Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Nilai korelasi tersebut dapat dilihat dari
colliniearity statistics, apabila nilai VIF
(Variance Inflation Factor)
memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak boleh lebih kecil dari 0,1 maka menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, sedangkan apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai
tolerance lebih besar dari 0,1 maka gejala
multikolinearitas tidak ada (Gozali, 2011:95).
Heterokedastisitas
Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan membuat Scatterplot (alur sebaran) antara residual dan nilai prediksi dari variabel terikat yang di standarisasi. Pengambilan keputusan dakam uji heterokedastisitas yaitu:
a. Jika ada titik-titik yang menyebar membentuk pola tertentu, maka menunjukkan terdapat gejala heterokedastisitas pada variabel bebas.
b. Jika ada titik-titik yang menyebar tidak membentuk pola yang jelas, serta menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka menunjukkan tidak terdapat gejala heterokedastisitas pada variabel bebas.
Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh media sosial, word of mouth, gaya hidup dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian Geprek Bensu Depok. Hasil dari analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Adapun persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :
Y= a + b1.𝑋1 + b2.𝑋2 + b3.𝑋3 + b4.𝑋4 +e
Keterangan :
Y = Kepuasan Konsumen a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi dari media sosial b2 = Koefisien regresi dari word of mouth b3 = Koefisien regresi dari gaya hidup b4 = Koefisien regresi dari kualitas pelayanan X1 = media sosial X2 = word of mouth X3 = gaya hidup X4 = kualitas pelayanan Uji Hipotesis
Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan uji t pada tingkat keyakinan 95% dengan ketentuan sebagai berikut :
Dengan menggunakan nilai probabilitas signifikansi :
1) Jika tingkat signifikansi lebih besar 0,05 maka disimpulkan bahwa Ho diterima, sebaliknya Ha ditolak. 2) Jika tingkat signifikansi lebih kecil
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Menurut Ghozali (2006), dalam penelitian ini uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dengan ketentuan sebagai berikut, dengan menggunakan nilai probabilitas signifikansi :
1) Jika tingkat signifikansi lebih besar 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, sebaliknya Ha ditolak.
2) Jika tingkat signifikansi lebih kecil 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima.
Koefisien Determinasi Berganda (R2) Analisis korelasi berganda (R) yaitu digunakan untuk menggambarkankekuatan asosiatif antara variabel bebas dan variabel terikat secara keseluruhan. Nilai korelasi berkisar antara 0 dan 1 yang menunjukkan bahwa nilai 0 adalah hubungan yang terjadi sangat lemah, dan 1 menunjukkan hubungan yang terjadi sangat kuat. Dari nilai korelasi selanjutnya di dapatkan nilai kuadrat dari korelasi atau R square. Nilai
R Square merupakan derajat kemampuan
determinator variabel bebas dalam menjelaskan setiap perubahan pada variabel terikat. Bila R² = 1, maka kontribusi variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) adalah 100%, dimana model penelitian yang digunakan adalah tepat. Dan, apabila R² = 0, maka kontribusi dari variabel bebas (Xi,..,..) terhadap variabel terikat (Y) hampir dikatakan tidak ada.
HASIL PENELITIAN Analisis Statistik Deskriptif
Dari hasil yang sudah diolah maka didapat bahwa konsumen pada Geprek Bensu Depok lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Dimana konsumen perempuan sebanyak 69% sedangkan laki-laki sebanyak 31% . Dengan usia konsumen Geprek Bensu Depok usia <20 tahun sebanyak 8%, untuk usia konsumen 21-27 tahun adalah yang terbanyak yaitu 84%, selanjutnya usia konsumen 28-34 tahun sebanyak 8%, sedangkan untuk usia konsumen >35 tahun adalah 0%. Konsumen Geprek Bensu Depok yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa/i sebanyak 64%, untuk kosumen yang berkerja sebagai PNS/TNI/POLRI sebanyak 1%, untuk
konsumen yang berkerja sebagai karyawan sebanyak 23%, untuk konsumen yang berkerja sebagai wiraswasta sebanyak 9%, untuk konsumen yang berkerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 1%, sedangkan konsumen yang berkerja lain-lain (Buruh dan Bidan) sebanyak 2%. Konsumen Geprek Bensu Depok yang berpenghasilan < Rp.1000.000 sebanyak 42%, konsumen yang berpenghasilan Rp.1.000.000 – Rp.3.000.000 sebanyak 35%, untuk konsumen yang berpenghasilan Rp.3.000.000 – Rp.5.000.000 sebanyak 21%, sedangkan konsumen yang berpenghasilan > Rp.5.000.000 sebanyak 2%.
Hasil Uji Validitas
Peneliti mengambil 100 responden untuk dilakukan uji validitas. Dengan responden sebanyak 100 (n), maka dapat diperoleh derajat bebas (df) sebesar (n-2) 100-2 = 98 dengan nilai alpha sebanyak 5% , maka diperoleh nilai r tabel sebesar 1,966. Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid. Dengan taraf keyakinan sebesar 95%. Dari hasil yang sudah diolah maka didapat bahwa instrumen penelitian dalam penelitian ini dinyatakan valid.
Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas penelitian yang diperoleh variabel keseluruhan cronbach’s
alpha sebesar 0,943 atau 94,3% lebih
besar dari kriteria r yaitu 0,60 atau 60%. Dengan demikian secara keseluruhan variabel penelitian yaitu Media Sosial,
Word of Mouth, Gaya Hidup, dan Kualitas
Pelayanan dinyatakan reliabel. Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Berikut gambar normal probability plot atau normal P-Plot yang dihasilkan:
Normal P-Plot
(Sumber: Hasil olah data SPSS v21, 2018)
Pada gambar diatas menunjukkan titik-titik penyebaran terlihat relatif dekat mengikuti garis diagonal yang menunjukkan arah hubungan antara variabel X akan diikuti kenaikan variabel Y. Maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan model regresi layak untuk digunakan.
Hasil Uji Multikolinearitas
Berikut hasil dari uji multikolinearitas yang didapat:
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) Media Sosial ,599 1,669 1 Word of Mouth ,385 2,599 Gaya Hidup ,569 1,758 Kualitas Pelayanan ,472 2,118 a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
(Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS v21, 2018)
Hasil tabel diatas menunjukkan nilai
0,10. Sehingga dapat disimpulkan dari ke empat varibel independen tersebut tidak ada multikolinearitas yang berarti tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi tersebut. Hasil Uji Heterokedastisitas
Berikut hasil dari uji heterokedastisitas yang diperoleh:
Hasil Uji Heterokedastisitas
(Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS v21, 2018)
Berdasarkan hasil gambar tersebut menunjukkan titik-titik menyebar secara acak diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut sebuai dengan kriteria dan hasil yang diharapkan, maka disimpulkan tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai untuk prediksi keputusan pembelian berdasarkan variabel independen nya.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda Berdasarkan pada hasil tersebut maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = -0,964 + 0,275X1 + 0,143X2 + 0,204X3 + 0,084X4 + e
Hasil dari analisis tersebut maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (a) sebesar -0,964 ,dapat diartikan apabila variabel bebas yaitu media sosial, word of mouth, gaya hidup, dan kualitas pelayanan bernilai nol makakeputusan pembelian akan bernilai negatif atau semakin berkurang.
2. Nilai koefisien regresi variabel media sosial (X1) sebesar 0,275 yang artinya jika variabel media sosial (X1) mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel keputusan pembelian (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,275 dengan asumsi bahwa variabel bebas (media sosial, word
of mouth, gaya hidup, dan kualitas
pelayanan) dari model regresi adalah tetap. 3. Nilai koefisien regresi variabel word of
mouth (X2) sebesar 0,143 yang artinya jika
variabel word of mouth (X2) mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel keputusan pembelian (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,143 dengan asumsi bahwa variabel bebas (media sosial, word
of mouth, gaya hidup, dan kualitas
pelayanan) dari model regresi adalah tetap. 4. Nilai koefisien regresi variabel gaya hidup
(X3) sebesar 0,204 yang artinya jika variabel gaya hidup (X3) mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel keputusan pembelian (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,204 dengan asumsi bahwa variabel bebas (media sosial, word
of mouth, gaya hidup, dan kualitas
pelayanan) dari model regresi adalah tetap. 5. Nilai koefisien regresi variabel kualitas
pelayanan (X4) sebesar 0,084 yang artinya jika variabel kualitas pelayanan (X4) mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel keputusan pembelian (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,084 dengan asumsi bahwa variabel bebas (media sosial, word of mouth, gaya hidup, dan kualitas pelayanan) dari model regresi adalah tetap.
Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan dengan uji t pada tingkat keyakinan 95% atau taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dan
nilai df (n-k-1) atau 100-4-1= 95 (n adalah data dan k adalah jumlah variabel bebas), maka diperoleh untuk t tabel sebesar 0,1985.Berikut hasil dari uji t yang diperoleh sebagai berikut:
Hasil Uji t Coefficientsa Model t Sig. (Constant) -,607 ,545 Media Sosial 2,340 ,021 1 Word of Mouth 2,669 ,009 Gaya Hidup 3,428 ,001 Kualitas Pelayanan 2,010 ,047 Dependent Variable: Keputusan Pembeliaan
memberikan informasi produk terbaru nya secara cepat. Geprek Bensu Depok sangat memanfaatkan sekali teknologi informasi masa kini sehingga membuat pemasaran produk nya sangat baik. Penelitian Putri (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Media Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Cherie Melalui Minat Beli” menunjukkan hasil yang sama yaitu variabel media sosial berpengaruh langsung signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Cherie. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel media sosial berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Geprek
(Sumber: Hasil olah data menggunakan SPSS v21, 2018)Bensu Depok.
Rangkuman Hipotesis
Berikut hasil rangkuman dari uji hipotesis:
1. H1: Terdapat pengaruh Media sosial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Berdasarkan hasil pada tabel diperoleh nilai t hitung media sosial (X1) sebesar 2,340 yang dimana nilainya lebih besar dengan t tabel sebesar 0,1985, dan nilai signifikansi 0,021 dimana nilainya lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dari hasil responden yang terkumpul dalam kuesioner menunjukkan konsumen Geprek Bensu Depok memiliki media sosial dengan kisaran umur konsumen 21 tahun sampai 27 tahun, dan didominasi oleh perempuan sehingga mendapat hasil postingan atau informasi yang diberikan sangat bermanfaat bagi para pembeli ataupun calon pembeli, Geprek Bensu Depok sangat baik dalam menanggapi pertanyaan sehingga konsumen menanggapi balik, dan Geprek Bensu Depok selalu
2. H2: Terdapat pengaruh Word of
mouth terhadap keputusan
pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Berdasarkan hasil pada tabel diperoleh nilai t hitung word of
mouth (X2) sebesar 2,669 yang
dimana nilainya lebih besar dengan t tabel sebesar 0,1985, dan nilai signifikansi 0,009 dimana nilainya lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dari hasil data responden yang terkumpul dalam kuesioner dikarenakan di penelitian ini didominasi oleh perempuan yang tidak lepas dari hidup sosialita atau berkumpul sehingga membuat secara tidak langsung akan menyampaikan suatu produk ke orang lain, sehingga dalam penelitian ini menunjukkan konsumen berkunjung serta mendapatkan informasi mengenai Geprek Bensu Depok dari ucapan teman atau rekan kerjanya. Harga, kualitas pelayanannya,dan lokasi adalah topik yang meyakinkan pembeli atau calon pembeli untuk membeli Geprek Bensu Depok. Artis Indonesia sekaligus pemilik dari Geprek Bensu membuat para
pembeli atau calon pembeli tertarik untuk datang. Pembeli ataupun calon pembeli pun merasa Geprek Bensu Depok mempersilahkan konsumen untuk memberi kritik dan saran. Dalam penelitian terdahulu yaitu Dewi dan Warmika (2017) “Pengaruh Internet Marketing,
Brand Awareness, Dan WOM
Communication Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Spa Bali Alus” menunjukkan bahwa variabel word
of mouth communication
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
word of mouth (X2) berpengaruh
secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
3. H3: Terdapat pengaruh Gaya hidup terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Berdasarkan hasil pada tabel diperoleh nilai t hitung gaya hidup (X3) sebesar 3,428 yang dimana nilainya lebih besar dengan t tabel sebesar 0,1985, dan nilai signifikansi 0,001 dimana nilainya lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dari hasil data respoden yang terkumpul dalam kuesioner menunjukkan para konsumen Geprek Bensu Depok sebanyak 64% adalah Mahasiswa/Pelajar dengan pendapatan perbulan kisaran < Rp.1.000.000 dimana dapat diketahui bahwa banyak mahasiswa/pelajar yang mengikuti
trend makanan saat ini yang
membuat gaya hidup mereka tinggi. Sehingga melakukan pembelian lebih dari satu kali dalam satu bulan. Para pembeli atau calon pembeli termasuk orang yang tertarik serta mengikuti trend makanan saat ini. Menurut opini konsusmen menu
ayam geprek adalah menu yang terkenal dikalangan masyarakat serta dengan melakukan pembelian, pembeli ataupun calon pembeli merasa dapat menikkan gengsi mereka. Penelitian Debora dan Anindhyta “Pengaruh Gaya Hidup, Promosi, Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada Cosmic Surabaya” (2016) menyimpulkan variabel gaya hidup memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi tingkat gaya hidup konsumen ketika berbelanja akan semakin meningkatkan keputusan pembelian.Maka dapat disimpulkan bahwa variabel gaya hidup (X3) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
4. H4: Terdapat pengaruh Kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Berdasarkan hasil pada tabel diperoleh nilai t hitung kualitas pelayanan (X4) sebesar 2,010 yang dimana nilainya lebih besar dengan t tabel sebesar 0,1985, dan nilai signifikansi 0,047 dimana nilainya lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dari hasil data respoden yang terkumpul dalam kuesioner menunjukkan kebersihan ruangan serta kerapihan karyawan Geprek Bensu Depok baik. Ketepatan waktu buka dan penyajian yang cepat dinilai cukup baik bagi para konsumen. Karyawan Geprek Bensu Depok memiliki pelayanan yang ramah serta sopan dinilai baik. Konsumen pun beranggapan para karyawan Geprek Bensu Depok selalu memberikan perhatian penuh dan tidak memandang status sosial para konsumennya. Dari penelitian
terdahulu yaitu Dawud dan Heru “Pengaruh Kualitas Layanan Dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Cafe Jalan Korea Surabaya” (2017) menyimpulkan variabel kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Café Jalan Korea di Surabaya dapat diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan (X4) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
5. H5: Terdapat pengaruh Media sosial, Word of mouth, Gaya hidup dan Kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Berdasarkan hasil pada tabel diperoleh nilai t hitung media sosial (X1), word of mouth (X2), gaya hidup (X3) dan kualitas pelayanan (X4) nilainya lebih besar dengan t tabel sebesar 0,1985, dan nilai signifikansi nilainya lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Dari hasil kuesioner yang didapat menunjukkan statistik deskriptif dimana jenis kelamin konsumen yang dominan adalah perempuan dibandingkan laki-laki, rentang usia konsumen kisaran usia 21 tahun – 27 tahun, dimana Mahasiswa/i atau pelajar yang paling banyak, dan untuk pendapatan perbulan diperoleh sebesar
secara tidak langsung sangat menguntungkan perusahaan. Dari penelitian terdahulu yaitu Putri (2016), Dewi & Warmika (2017), Debora & Anindhyta (2016), Dawud & Heru (2017) masing-masing variabel yang diteliti memiliki hasil yaitu berpengaruh siginifikan terhadap keputusan pembelian. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel media sosial (X1), word of mouth (X2), gaya hidup (X3) dan kualitas pelayanan (X4) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.Maka dapat disimpulkan bahwa variabel media sosial (X1),
word of mouth (X2), gaya hidup
(X3) dan kualitas pelayanan (X4) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dengan F tabel sebesar 2,47. Berikut hasil pengujian uji F, sebagai berikut: Hasil Uji F ANOVAa Model F Sig. Regression 35,352 ,000b 1 Residual Total
a. Dependent Variable: Keputusan Pembeliaan
<Rp.1.000.000. Disimpulkan bahwa b. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan, Media Sos banyak pengguna media sosial
disemua kalangan yang memanfaatkan untuk mengetahui informasi suatu produk, karena di masyarakat Indonesia sering berkumpul dan suka sekali mengikuti trend masa kini sehingga mempengaruhi gaya hidup mereka dan dalam bersosialita akan memperkenalkan dan membagi informasi berupa WOM Communication suatu produk yang
Gaya Hidup, Word of Mouth
(Sumber : Hasil data diolah menggunakan SPSS v21, 2018)
Maka kesimpulannya, dari hasil program spss diperoleh nilai F hitung sebesar 35,352 yang lebih besar dari nilai F table sebesar 2,47. Sedangkan nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Sehingga Ho ditolak, artinya vaariabel media sosial, word of
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok. Hasil Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Berikut hasil uji koefisien determinasi yang sudah diolah, sebagai berikut:
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model Adjusted R Square
1 ,581
a. Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanan, Media Sosial, Gaya Hidup, Word of Mouth
(Sumber: Hasil data diolah menggunakan SPSS v21, 2018)
Berdasarkan data tabel tersebut, maka menunjukkan hasil uji koefisien determinasi diperoleh nilai yang positif dari nilai 𝑅2(Adjusted R Square) sebesar
0,581 yang artinya nilai tersebut adalah pengaruh yang diberikan variabel bebas media sosial, word of mouth, gaya hidup, dan kualitas pelayanan terhadap variabel terikat keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok. Hasil koefisien determinasi 𝑅2 sebesar 0,581 atau 58,1%, artinya 58,1% variasi keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas media sosial, word of mouth, gaya hidup, dan kualitas pelayanan kemudia sisanya 41,9% (100% - 58,1% = 41,9%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
PENUTUP Kesimpulan
Hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil dari analisis regresi linier berganda dan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa variabel media sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian pada Geprek Bensu Depok.
2. Berdasarkan hasil dari analisis regresi linier berganda dan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa variabel word of mouth
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
3. Berdasarkan hasil dari analisis regresi linier berganda dan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa variabel gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
4. Berdasarkan hasil dari analisis regresi linier berganda dan uji t, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
5. Berdasarkan hasil dari analisis regresi linier berganda, uji t, dan uji F, maka dapat disimpulkan bahwa variabel media sosial, word
of mouth, gaya hidup dan kualitas
pelayanan berpengaruh parsial maupun simultan terhadap keputusan pembelian pada Geprek Bensu Depok.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, saran peneliti adalah lebih kreatif dalam menciptakan strategi-strategi promosi yang dilkukan di media sosial serta lebih sering berinteraksi dengan pembeli maupun calon pembeli, ditingkatkan lagi kualitas pelayanan pada Geprek Bensu Depok agar menjadi sangat baik, dikarenakan dari data kuesioner yang terkumpul masih banyak yang beranggapan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan masih cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyandani, Hendri, Edy Yulianto dan Sunarti. 2017. Pengaruh Gaya
Hidup Dan Kelompok
ReferensiTerhadap Keputusan
Pembelian. Jurnal
Administrasi Bisnis Vol.50 No.2. Univeristas Brawijaya. As’ad, H. Abu-Rumman dan Anas Y
Alhadid. 2014. The Impact of
Social Media Marketing on Brand Equity: An Empirical
Study on Mobile Service
Providers in Jordan. Society
of Interdisciplinary Business Research Vol.3 (1) Halaman 315-326. Jordan.
Harianto, David dan Hartono Subagio. 2013. Analisa Pengaruh
Kualitas Layanan, Brand
Image, Dan Atmosfer
Terhadap Loyalitas Konsumen Dengan Kepuasan Kosumen Sebagai Vaiabel Intervening
Konsumen Kedai Deja-Vu
Surabaya. Jurnal Manajemen
Pemasaran Vol.1 No.1 Halaman 1-8. Surabaya.
Hasan, Ali. 2010. Marketing Dari Mulut
ke Mulut. Media Pressindo.
Yogyakarta.
Hendroyono, Handoko. 2012. Semua
Orang Adalah Brand
Gardener. Literati. Jakarta.
Hidayah, Irvan JN dan Harrie Lutfie. 2017.
Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Proses Keputusan Pembelian (Studi Pada Perum
Perumnas Rumah Subsidi
Bumi Parahyangan Kencana Sorean, Bandung 2017). e-
Proceeding of Applied Science : Vol.3, No.2 Halaman 272- 279. Universitas Telkom. Irawan, Deny dan Edwin Japarianto. 2013.
Analisa Pengaruh Kualitas Produksi Terhadap Loyalitas
Melalui Kepuasan Sebagai
Variabel Itervening Pada
Pelanggan Restoran Por Kee Surabaya. Jurnal Manajemen
Pemasaran Vol. 1, No.2, Halaman 1-8. Surabaya.
Kaharu, Debora dan Anindhyta Budiarti .2016. Pengaruh Gaya Hidup,
Promosi, Dan Kualitas Produk
Terhadap Keputusan
Pembelian Pada Cosmic.
Jurnal Ilmu dan Riste Manajemen Vol.5 No.3. Surabaya.
Kaplan, Andreas M, dan Michael Haenlein. 2010. Users of the
world opportunities of Social Media. Bussines Horizons.
Kotler, Philip, Hermawan Kertajaya dan Iwan Setiawan. 2010.
Marketing 3.0. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran
Edisi 13 Jilid 1. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Luthfianto, Dawud dan Heru Suprihhadi. 2017. Pengaruh Kualitas Layanan Dan Gaya Hidup
Terhadap Keputusan
Pembelian Café Jalan Korea.
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol.6 No. 2. Surabaya.
Marzolina dan Marnis. 2010. Pengaruh
Dimensi Produk dan Promosi Terhadap Citra Merek Rokok
Lucky Strike Di Kota
Pekanbaru. Jurnal Manajemen
Universitas Riau.
Nopriani. 2016. Pengaruh Atribut Produksi Terhadap Keputusan Pembelian Kecap Manis ABC.
Jurnal Universitas Pasir Pengaraian.
Olivia, Melias, Lisbeth Mananeke dan Christoffel Mintardjo. 2017.
Pengaruh Brand Image Dan
Wom (Word Of Mouth)
Terhadap Loyalitas Konsumen
Pada Rm.Dahsyat Wanea.
Jurnal EMBA Vol.5 No.2 Halaman 1081-1092. Universitas Sam Ratulangi. Pangestu, Suci Dwi dan Sri Suryoko.
2016. Pengaruh Gaya Hidup
(Lifestyle) Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
Kasus Pada Pelanggan
Peacockoffie Semarang). Jurnal
Administrasi Bisnis Vol.5 No.1. Universitas Dipnegoro.
Prakoso, Ario, Zainul Arifin dan Sunarti. 2016. Pengaruh Social Media
Advertising Terhadap Word Of Mouth Dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian (Survei
Pada Konsumen Cafe
Mochimaco Malang Yang
Menggunakan Instagram).
Jurnal Administrasi Bisnis Vol 41 No.1. Malang.
Priansa, Donni Juni. 2017. Komunikasi
Pemasaran Terpadu. CV
Pustaka Setia. Bandung.
Schiffman, Leon G dan Leslie Lazar Kanuk. 2007. Perilaku
Konsumen. PT. Macanan Jaya
Cemerlang. Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung.
Suryani, Ita. 2014. Pemanfaatan Media
Sosial sebagai Media
Pemasaran Produk dan Potensi
Indonesia dalam Upaya
Mendukung ASEAN Community
2015 (Studi Social Media
Marketing Pada Twitter
Kemenparekraf RI dan
Facebook Disparbud Provinsi Jawa Barat). Jurnal Komunikasi
Vol.8 No.2. Jakarta.
Thoifah, I’anatut. 2016. Statistika
Pendidikan Dan Metode
Penelitian Kuantitatif. Penerbit
Madani. Malang.
Wicaksono, Mohammad Pambudi Ary dan Ni Ketut Seminari. 2016.
Pengaruh Iklan Dan Word Of
Mouth Terhadap Brand
Awareness Traveloka. E-Jurnal
Manajemen Unud Vol.5 No.8. Bali.
Winadi, Jenica Sintya. 2017. Hubungan
word of mouth dengan Brand Awareness Teh Kotak. Jurnal E-
Komunikasi Vol.5 No.1. Surabaya.
www.geprekbensu.com (Ditelusuri pada tanggal 5 Agustus 2018)
www.tabloidbintang.com (Ditelusuri pada tanggal 17 Mei 2018)
www.globalwebindex.com (Ditelusuri pada tanggal 17 Mei 2018)