Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem
Menggunakan Bender Decomposition
Tri Prasetya Fathurrodli 2211106010
Dosen Pembimbing :
Dr. Eng. Rony Seto Wibowo, ST., MT.
• Latar Belakang, Tujuan, Permasalahan, Batasan Masalah
Pendahuluan
• Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem
Aliran Daya Optimal (ADO) dengan Batas Keamanan Sistem
• ADO dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition
Bender Decomposition pada ADO dengan Batas
Keamanan Sistem
• Sistem 9 Bus IEEE
• Sistem Jawa Bali 500 KV
Hasil Simulasi dan Analisa
• Kesimpulan
Penutup
Sistem tenaga listrik terinterkoneksi
penjadwalan optimal ekonomi sangat
diperlukan
Economic Dispatch
Aliran Daya Optimal
Aliran Daya Optimal dengan Batas
Keamanan Sistem
Constraints saluran
Constraints keamanan sistem
Tujuan
• Mengetahui penggunaan bender
decomposition dalam menyelesaikan masalah
aliran daya optimal dengan batas keamanan
sistem
• Mensimulasikan dan menganalisis aliran daya
optimal dengan batas keamanan sistem
menggunakan bender decomposition.
• Mengetahui nilai pembangkitan daya
generator dan deviasi pembangkitan daya
generator terhadap batas ramp rate.
Permasalahan
• Bagaimana membuat program aliran daya
optimal dengan batas keamanan sistem
menggunakan bender decomposition
• Bagaimana pengaruh dari kontingensi dan
parameter ramp rate terhadap daya
terbangkit, deviasi daya terbangkit, dan biaya
operasi pembangkitan
• Bagaimana meniadakan nilai deviasi daya
terbangkit saat terjadi kontingensi
Batasan Masalah
• Ramp rate dianggap sama untuk ramp up dan
ramp down
• Metode yang dipakai untuk menyelesaikan
permasalahan adalah Bender Decomposition
• Kontingensi lepas saluran single track atau
double track
• Studi aliran daya yang digunakan ac opf
• Simulasi dilakukan dengan menggunakan
Kondisi ADO
Kondisi Normal
Kondisi
Aliran Daya Optimal (ADO) merupakan Economic Dispatch yang
memperhatikan
pengoptimalan
daya
pada
saluran
dengan
mempertimbangkan batasan-batasan.
Aliran daya optimal bertujuan untuk meminimalkan biaya operasi
Aliran Daya Optimal dengan Batas
Keamanan Sistem
Fungsi Objektif
2 1 ( ) 1 ( . . ) N N T i i i i i i i i i MinF F P P P
Equality constraints
1 1 ( cos( ) sin( )) ( sin( ) cos( )) NB Gm Dm m n mn m n mn m n n NB Gm Dm m n mn m n mn m n n P P V V G B Q Q V V G B
Inequality Constraints
max min Gm Gm Gm P P P max min Gm Gm Gm Q Q Q
0 p ( ) p Gm Gm p Gm P u P u P max , min , m m m V V V max| S |
mn
S
mnBender Decomposition Subproblem Masterproblem Kondisi Kontingensi Kondisi Normal
Bender Decomposition
Bender Decomposition (BD)
Bender Decomposition dapat digunakan untuk membagi
(dekomposisi) program aliran daya optimal dengan batas
keamanan sistem ke dalam bagian subproblem dan
masterproblem.
Subproblem
- Fungsi Objektif:
Minimize α
p- Equality constraints
Power Balance
1 V (G cos( ) sin( )) NB Gm Dm m n mn m n mn m n n P P V B
1 V (G sin( ) cos( )) NB Gm Dm m n mn m n mn m n n Q Q V B
... lanjutan
- Inequality Constraints
Kapasitas pembangkitan daya aktif generator
Kapasitas pembangkitan daya reaktif generator
Batas tegangan
Kapasitas saluran
Batas ramp rate
min p max Gm Gm Gm
Q
Q
Q
min max m m mV
V
V
max| S |
mn
S
mn
0 p( )
p Gm Gm p GmP u
P u
P
u
0k
u
p
p
u
p 0 00
p Gm Gm pu
P
P
0 00
p Gm Gm pu
P
P
0
p
min p max Gm Gm GmP
P
P
... lanjutan
Master Problem
- Fungsi Objektif
- Equality Constraints
- Inequality Constraints
min p max Gm Gm GmP
P
P
min p max Gm Gm GmQ
Q
Q
min max m m mV
V
V
max| S |
mn
S
mn 0 0(
k) 0
pP
GP
G
2 0 N i i i i i iMinimize a P b P c
1 V (G cos( ) sin( )) NB Gm Dm m n mn m n mn m n n P P V B
1 V (G sin( ) cos( )) NB Gm Dm m n mn m n mn m n n Q Q V B
Hitung α ADO-kondisi kontingensi Kontingensi terakhir α = 0 ? Start End Y N Y N α, λ Pg0 Hitung Pg0 ADO- kondisi normal
Flowchart Program
Flowchart disamping merupakan
proses program dalam menghitung
nilai α dan biaya operasi pembangkit
yang terdapat dalam bagian master
problem dan subproblem
G3 T2 2 G2 8 7 6 9 5 3 4 1 T3 T1 G1 100 MW 35MVAR Load C Load B 90 MW 30MVAR Load A 125 MW 50MVAR
Sistem 9 Bus IEEE
Gambar di atas merupakan Sistem 9 Bus IEEE mempunyai 9 Bus, 9
Saluran, 3 Generator, dan 3 Beban
Hasil Simulasi
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE Profil 1
Ite rasi Kondisi Pg(MW) α (MW) λ Biaya ($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 31 normal 89.8 134.32 94.19 5296.69 Kontingensi 92.2 134.9 94.71 1.92 1 0.93 0.91 2 normal 92.2 132.87 93.17 5297.66 Kontingensi 94.48 133.45 93.69 1.80 1 0.93 0.91 3 Normal 94.48 131.49 92.21 5300.37 Kontingensi 96.64 132.07 92.73 1.68 1 0.93 0.92 4 Normal 96.64 130.17 91.31 5304.56 Kontingensi 98.69 130.76 91.83 1.58 1 0.93 0.92 5 Normal 98.69 128.93 90.44 5309.99 Kontingensi 100.65 129.51 90.96 1.48 1 0.94 0.92
... lanjutan
Ite rasi Kondisi Pg(MW) α (MW) λ Biaya ($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 334 normal 131.71 109.09 76.66 5590.93 Kontingensi 132.32 109.67 77.18 0.13 1 0.96 0.95 35 normal 132.32 108.73 76.41 5297.66 Kontingensi 132.91 109.31 76.93 0.11 1 0.96 0.95 36 Normal 132.91 108.38 76.16 5607.84 Kontingensi 133.47 108.96 76.68 0.09 1 0.96 0.95 37 Normal 133.47 108.05 75.93 5616.04 Kontingensi 134.02 108.63 76.45 0.07 1 0.96 0.95 38 Normal 134.02 107.72 75.7 5309.99 Kontingensi 134.55 108.3 76.22 0 1 0.96 0.95
0 0,5 1 1,5 2 2,5 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 α (MW) Iterasi Alfa (α) 5100 5200 5300 5400 5500 5600 5700 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 B iaya ($/h r) Iterasi Biaya
... lanjutan
Gambar di samping merupakan grafik
iterasi deviasi daya yang dibangkitkan
terhadap batas ramp rate. α bernilai 0
saat iterasi ke-38 dari α semula bernilai
1.92 MW.
Gambar di samping merupakan grafik
iterasi perhitungan biaya operasi
pembangkit. Iterasi berhenti pada iterasi
ke-38 dengan biaya operasi sebesar
5624.06 $/hr dari biaya semula sebesar
5296.69 $/hr
Iterasi Biaya Pembangkitan Iterasi Deviasi Daya
1.92 -> 1.80 -> 1.68 -> ...
Profil 2
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE profil 2
Ite rasi Kondisi Pg(MW) α (MW) λ Biaya ($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 31 normal 89.8 134.32 94.18 5296.69 Kontingensi 92.98 135.15 94.71 2.95 1 0.9973 0.87 2 normal 92.98 135.52 89.73 5300.45 Kontingensi 95.94 136.1 90.25 2.48 1 0.9965 0.88 3 Normal 95.94 136.58 85.63 5310.56 Kontingensi 98.51 137.16 86.15 2.09 1 0.9949 0.89 4 Normal 98.51 137.75 81.83 5325.41 Kontingensi 100.74 138.33 82.35 1.75 1 0.99 0.90 5 Normal 100.74 139.04 78.27 5343.87 Kontingensi 102.65 139.62 78.79 1.43 1 0.99 0.90 α Iterasi ke- 1 2 3 4 5 Unit 1 2.7019 2.48 2.0905 1.7463 1.4349 Unit 2 0.2504 0 0 0 0 Unit 3 0 0 0 0 0
... lanjutan
Ite rasi Kondisi Pg(MW) α (MW) λ Biaya ($/hr) Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 1 Unit 2 Unit 38 normal 105.67 143.9 68.41 5416.24 Kontingensi 106.83 144.48 68.93 0.68 1 0.99 0.92 9 normal 106.83 145. 89.73 5445.91 Kontingensi 107.77 136.1 90.25 0.46 1 0.99 0.93 10 Normal 107.77 136.58 85.63 5478.92 Kontingensi 108.52 137.16 86.15 0.27 1 0.99 0.93 11 Normal 98.51 137.75 81.83 5516.24 Kontingensi 100.74 138.33 82.35 0.07 1 0.99 0.94 12 Normal 100.74 139.04 78.27 5558.9 Kontingensi 102.65 139.62 78.79 0 0.89 0.90 0.83
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 α (MW) Iterasi Alfa (α) 5150 5200 5250 5300 5350 5400 5450 5500 5550 5600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Biaya ($/hr) Iterasi Biaya
... lanjutan
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE profil 2
Gambar di samping merupakan grafik
iterasi deviasi daya yang dibangkitkan
terhadap batas ramp rate. α bernilai 0
saat iterasi ke-12 dari nilai α semula
2.95 MW.
Gambar di samping merupakan grafik
iterasi perihitungan biaya operasi
pembangkit. Iterasi berhenti pada iterasi
ke-12 dengan biaya sebesar 5558.9 $/hr
dari biaya semula sebesar 5296.69 $/hr
Iterasi Biaya Pembangkitan Iterasi Deviasi Daya
2.95 -> 2.48 -> 2.09 -> ...
Sistem Jawa Bali 500 KV
Hasil Simulasi pada Sistem Jawa Bali 500 KV
99,3445 0 0 20 40 60 80 100 120 1 2 α (MW) Iterasi Alfa (α) 3022861,6 48 3024322,706 0,001 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 1 2 Biaya (Rp/hr) Iterasi Biaya x 103
Kesimpulan
1. Aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem
mempertimbangkan kontrol preventif dan korektif telah dilakukan. Hal ini dapat diamati bahwa pendekatan yang diusulkan telah berhasil
memecahkan masalah. Pelanggaran sistem dapat dihindari pada kondisi normal dan kontingensi. Jika kontrol korektif, redispatch daya dalam kasus ini, melanggar ramp rate, kontrol pencegahan harus
diambil untuk mengurangi penyimpangan pembangkit listrik. Meskipun kontrol preventif umumnya dapat mengurangi biaya dengan
menghindari load shedding, hal itu juga memerlukan biaya operasional tambahan. Kenaikan biaya operasi unit pembangkit yang tinggi dan penurunan biaya operasi yang murah unit pembangkit dapat
berkontribusi untuk biaya operasi pembangkit tambahan ini.
2. Pada simulasi sistem 9 bus IEEE program aliran daya optimal dengan batas keamanan sistem menghasilkan total biaya operasi pembangkit lebih mahal 6.18 % untuk profil 1, 4.95 % untuk profil 2 dan 0.0483 % untuk sistem Jawa Bali 500 KV jika dibandingkan dengan aliran daya optimal tanpa batas keamanan sistem. Hal ini karena perhitungan jadwal
pembangkitan memperhatikan batasan keamanan saat terjadi
kontingensi, penyesuaian daya yang dibangkitkan untuk meniadakan
Referensi
1. M. Haaban, W. Li, H. Liu, Z. Yan, Y. Ni dan F. Wu. “ATC calculation with steady-state
security constraints using Bender decomposition”, IEE Proc.-Gener. Transm. Distrib.,
Vol. 150, No. 5, September 2003.
2. F. Capitanescu, Louis Wehenkel. ”Experiments with the interior-point method for
solving large scale Optimal Power Flow Problems”, Electric Power Systems Research,
Vol81, pp. 276–283, August, 2012.
3. Costa, A.L., Simo es Costa, A. “Energy and ancillary service dispatch through dynamic
optimal power flow”, Electrical Power Systems Research, Vol.77, pp. 1047–1055,
August, 2007.
4. IEEE. “All in a Day’s Work Building Up Solar Energy”. IEEE Power & Energy Magazine for electric power professionals, Vol.11, No. 3, March 2013.
5. Chung, C.Y., Yan, W., Liu, F., “Decomposed predictor-corrector interior point method
for dynamic optimal power flow”, IEEE Trans. Power Syst, Vol.26, pp. 1030–1039,
March, 2011.
6. Allen J. Wood, Bruce F. Wollenberg, “Power, Generation, Operation, and Control”, John Willey & Sons Inc, America, 1996.
7. Saadat, Hadi, “Power System Analysis 2nd Edition”, McGrowHill, Ch.1, 1999.
8. Nikman T., M.R. Narimani, J. Aghaei, S. Tabatabaei, M. Nayeripour, ”Modified Honey
Bee Mating Optimisation to solve Dynamic Optimal Power Flow Considering Generator Constraints”, IET Generation Transmission and Distribution, vol.10,
Lagrange multiplier adalah sebuah pengali dalam teknik menyelesaikan optimasi
dengan batasan persamaan, mengubah persoalan titik ekstrim terkendala menjadi ekstrem bebas kendala, misal
𝐶𝑡= (𝛼𝑛𝑖=1 𝑖+𝛽𝑖𝑃𝑖 + 𝛾𝑖𝑃𝑖2)dengan 𝑃𝑖 = 𝑃𝐷 𝑛𝑔 𝑖=1 menjadi persamaan ℒ = 𝐶𝑡 + 𝜆 𝑃𝐷 − 𝑃𝑖 𝑛𝑔 𝑖=1
http://jendelapengetahuan.blogspot.com/2011/03/plant-ramp-rate.html
Ramp rate diartikan sebagai kemampuan power plant dalam
menanggung loncatan beban secara cepat. Biasanya diukur
berdasarkan berapa % dari kapasitas pembangkit dan diukur dalam
kurun waktu tertentu (biasanya dalam menit). Contoh sebuah
pembangkit diketahui mempunyai ramp rate = 5 % per menit. Sebuah
pembangkit dengan kapasitas 30 MW mempunyai ramp rate 5%/menit
atau sama dengan 1.5 MW/menit.
Dalam perancangan sebuah sistem kelistrikan yang akan diterapkan
mesti disesuikan karakteristik beban dengan pembangkit yang akan
dipasang. Hal ini yang sering kali dilupakan oleh banyak enginer.
Sehingga yang kerap terjadi, sisi pembangkit dan beban dibuat sendiri2
tanpa saling dihubungkan. Alhasil, banyak terjadi kasus dimana ketika
plant selesai dibuat akhirnya sisi pembangkit tidak mampu me-startup
beban yang terpasang. Yang akhirnya segala daya baik itu re-design
maupun penambahan peralatan pembangkit dilakukan untuk
meningkatkan kapasitas unit pembangkit agar dapat menghandle
operasi disisi beban.
Ramp rate sangat dipengaruhi oleh berbagai sistem yang terpasang di dalam pembangkit tersebut. Secara general, pembangkit dengan turbin uap bahan bakar batu bara mempunyai level ramp rate yang kecil. Karena untuk
membangkitkan daya gerak untuk memutar generator dibutuhkan proses panjang, dari mulai coal feeding ke tungku pembakaran, membakar batu bara, memanaskan air, steam generating, hingga akhirnya generator dapat berputar dan mensupply beban. Lamanya proses steam generating inilah yang menyebabkan response time oleh pembangkit batu bara menjadi lama dan hanya dapat menghasilkan ramp rate yang kecil saja.
Berbeda halnya dengan pembangkit seperti diesel genset. Dikarenakan proses pembakaran bahan bakarnya begitu cepat, hingga proses men-generate
Ramp rate adalah batasan yang menyatakan batas laju penambahan maupun pengurangan daya output generator [8].
Ramp rate digunakan untuk mempertahankan thermal gradient dan pressure
gradient dalam turbin maupun boiler pada batasan aman sehingga life time
pembangkit dan peralatan pendukung pembangkit tidak menurun.
Asumsi ramprate yang digunakan dalam Tugas Akhir ini menggunakan acuan standar IEEE 762-2006 yang dimuat di [4].
Unit Pmax
(MW)
(MW)
Pmin
(MW)
ΔP
Ramp rate
(MW)
1
250 10 240
0.48
2
300 10 290
0.58
3
270 10 260
0.52
Pembangkit Pmax (MW) Pmin (MW) (MW) ∆P Ramp rate (MW)PLTU Suralaya
2289
1202
1087
10.87
PLTGU
MuaraTawar
1401
795
606
606
PLTA Cirata
700
0
700
700
PLTA Saguling
700
0
700
700
PLTU Tanjung
Jati
658
408
250
2.5
PLTGU Gresik
1970
1084
886
886
PLTU Paiton
3080
1720
1360
13.6
PLTGU Grati
450
180
270
270
0.2 % /min x ∆P Ramp rate 9 Bus IEEE Profil 1 dan 2Ramp rate Sistem Jawa Bali 500 KV
5
1
1
1
5
1
5
1
Hasil Simulasi
Hasil Simulasi pada Sistem 9 Bus IEEE profil 2
Profil 2
α Iterasi ke- 1 2 3 4 5 Unit 1 2.7019 2.48 2.0905 1.7463 1.4349 Unit 2 0.2504 0 0 0 0 Unit 3 0 0 0 0 0G3 T2 2 G2 8 7 6 9 5 3 4 1 T3 T1 G1 100 MW 35MVAR Load C Load B 90 MW 30MVAR Load A 125 MW 50MVAR G3 T2 2 G2 8 7 6 9 5 3 4 1 T3 T1 G1 100 MW 35MVAR Load C Load B 90 MW 30MVAR Load A 125 MW 50MVAR
Profil 2
Profil 1
N o Pembangkit Daya (MW) Min Maks 1 Unit 1 10 250 2 Unit 2 10 300 3 Unit 3 10 270 Dari
bus Ke Bus r (pu) x (pu) b (pu)
1 4 0 0.0576 0 4 5 0.017 0.092 0.158 5 6 0.039 0.17 0.358 3 6 0 0.0586 0 6 7 0.0119 0.1008 0.209 7 8 0.0085 0.072 0.149 8 2 0 0.0625 0 8 9 0.032 0.161 0.161 9 4 0.01 0.085 0.176 No
bus Tipe Bus
Beban P (MW) (MW) Q 1 Slack 0 0 4 Generator 0 0 5 Generator 0 0 3 Load 0 0 6 Load 90 30 7 Load 0 0 8 Load 100 35 8 Load 0 0 9 Load 125 50 𝛾 𝛽 𝛼 0.11 5 150 0.085 1.2 600 0.1225 1 335 250 250 150 300 150 250 250 250 250
` ` 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 24 Suralaya Cilegon Balaraja Cibinong Gandul Kembangan Depok Tasikmalaya Muaratawar Cawang Bekasi Cirata Saguling Cibatu Mandiracan Bandung Selatan Pedan Ungaran Ngimbang Tanjung Jati Surabaya Barat Kediri Paiton Grati Gresik
Single Line Diagram
Sistem Jawa Bali 500 kV
Sistem Jawa Bali 500 kV
terdiri dari 25 Bus dengan 30
saluran dan 8 pembangkit.
Diantara
8
pembangkit
tersebut ada 2 pembangkit
listrik tenaga air [7].
Data Beban Sistem Jawa Bali 500 kV
NoBus Nama Bus Type Bus
Beban P (MW) Q (MVar) 1 Suralaya Slack 220 69 2 Cilegon Load 186 243 3 Kembangan Load 254 36 4 Gandul Load 447 46 5 Cibinong Load 680 358 6 Cawang Load 566 164 7 Bekasi Load 621 169 8 MuaraTawar Generator 0 0 9 Cibatu Load 994 379 10 Cirata Generator 550 177 11 Saguling Generator 0 0 12 Bandung Selatan Load 666 400 13 Mandiracan Load 293 27 14 Ungaran Load 494 200 15 Tanjung Jati Generator 0 0 16 Surabaya barat Load 440 379 17 Gresik Generator 123 91
18 Depok Load 327 67
19 Tasik Malaya Load 213 73
20 Pedan Load 530 180 21 Kediri Load 551 153 22 Paiton Generator 267 50 23 Grati Generator 111 132 24 Balaraja Load 681 226 25 Ngimbang Load 279 59
Data pembebanan pada
hari Kamis, tanggal 26 Mei
2011, pukul 19.00 WIB.
Dari Bus
Ke
Bus r (pu) x (pu) b (pu) 1 2 0.000626496 0.007008768 0 1 24 0.003677677 0.035333317 0 2 5 0.013133324 0.146925792 0.007 3 4 0.001513179 0.016928308 0 4 18 0.000694176 0.006669298 0 5 7 0.004441880 0.042675400 0 5 8 0.006211600 0.059678000 0 5 11 0.004111380 0.045995040 0.00884 6 7 0.001973648 0.018961840 0 6 8 0.005625600 0.054048000 0 8 9 0.002822059 0.027112954 0 9 10 0.002739960 0.026324191 0 10 11 0.001474728 0.014168458 0 11 12 0.001957800 0.021902400 0 12 13 0.006990980 0.067165900 0.0128 13 14 0.013478000 0.129490000 0.0248 14 15 0.015798560 0.151784800 0.00723 14 16 0.015798560 0.151784800 0.00723 14 20 0.009036120 0.086814600 0 16 17 0.001394680 0.013399400 0 16 23 0.003986382 0.044596656 0 Dari Bus Ke
Bus r (pu) x (pu) b (pu) 18 5 0.000818994 0.007868488 0 18 19 0.014056000 0.157248000 0.0302 19 20 0.015311000 0.171288000 0.033 20 21 0.010291000 0.115128000 0.022 21 22 0.010291000 0.115128000 0.022 22 23 0.004435823 0.049624661 0.009 24 4 0.002979224 0.028622920 0 25 14 0.02348 0.225580588 0.02 25 16 0.00597 0.057324466 0
No Pembangkit Daya (MW) Minimum Maksimum 1 Suralaya 1202 2289 2 Muaratawar 795 1401 3 Cirata (PLTA) - 700 4 Saguling (PLTA) - 700 5 Tanjung Jati 408 658 6 Gresik 1084 1970 7 Paiton 1720 3080 8 Grati 180 450