PEMBUATAN UREA PELEPASAN TERK
PELAPISAN DENGAN
Khair Ivanky
Jurusan TeknikJln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Indonesia adalah salah satu konsumen
tidak efisien karena 20-70% kandungan nitrogen dalam pupuk cepat larut dalam air. Oleh karena
dilakukan pelapisan urea dengan polimer untuk meningkatkan efisiensi pupuk agar nitrogen yang terserap lebih banyak. Salah satu cara untuk meningka
yang dikenal dengan nama Slow Release Fertilizer (SRF
Pelapisan urea telah banyak dipelajari oleh banyak peneliti, diantaranya pelapisan ure dilakukan oleh Liu (2008).Polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(PVA)yang berfungsi sebagai perekat dalam larutan pelapis. Rentang suhu yang digunakan berkisar antara 350C-500C, konsentrasi amilum yang digunakan 10%
Alat yang digunakan adalah fludized bed spray sebagai media untuk melapisi dan mengeringkan urea.Hasil yang diperoleh adalah Semakin tinggi suhu operasi maka efisiensi pelapisan
semakin menurun dan dustiness semakin menurun. Semakin tinggi konsentrasi pelapis maka efisiensi pelapisan akan semakin meningkat, laju disolusi
struktur morfologi sebagai partikel menunjukkan ada diperoleh dua lapisan.
.
Kata Kunci: Slow release fertilizer, urea,
Indonesia is one of the largest consumer of nitrogen
inefficient because 20-70% content of nitrogenin fertilizers quickly dissolvein water coating urea with polymer to improve the efficiency of fertilizer nitrogen absorbed so much
improve the efficiency of urea fertilizer is urea coated with the coating material known as Slow Release Fertilizer (SRF) which is a nitrogen-controlled
such as urea to the polymer coating is carried out by Liu(2008) Alcohol and starch which serves as an adhesive in a coating solution 350C-500C, the concentration of starch are us
used are fludized bed as a medium spray to coat and dry urea temperature of the coating efficiency
higher the concentration of coating
increasing dustiness. Microscopy analysis of morphology structure as coated urea particle by using Scanning Electron Microscopy (SEM) show there is obtained two layers
Keywords: Slowrelease fertilizer
PEMBUATAN UREA PELEPASAN TERKENDALI MELALUI
PELAPISAN DENGAN AMILUM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
FLUIDIZED BED SPRAY
Ivanky (L2C008069) dan Rizki Tri Wahyudi (L2C008096
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UniversitasDiponegoroJln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Pembimbing: Dr.Ing.Suherman,ST, MT
Abstrak
Indonesia adalah salah satu konsumen terbesar pupuk nitrogen. Namun penggunaan pupuk selama 70% kandungan nitrogen dalam pupuk cepat larut dalam air. Oleh karena
dilakukan pelapisan urea dengan polimer untuk meningkatkan efisiensi pupuk agar nitrogen yang terserap lebih banyak. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pupuk urea yaitu melapisi urea dengan bahan pelapis yang dikenal dengan nama Slow Release Fertilizer (SRF) dimana komponen yang dikontro
Pelapisan urea telah banyak dipelajari oleh banyak peneliti, diantaranya pelapisan urea dengan polimer yang dilakukan oleh Liu (2008).Polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Amilum
yang berfungsi sebagai perekat dalam larutan pelapis. Rentang suhu yang digunakan berkisar antara lum yang digunakan 10%-50% berat pelapis, dan PEG sebagai bahan tambahan. Alat yang digunakan adalah fludized bed spray sebagai media untuk melapisi dan mengeringkan urea.Hasil yang diperoleh adalah Semakin tinggi suhu operasi maka efisiensi pelapisan semakin menurun, laju disolusi semakin menurun dan dustiness semakin menurun. Semakin tinggi konsentrasi pelapis maka efisiensi pelapisan akan semakin meningkat, laju disolusi semakin menurun dan dustiness semakin meningkat.
partikel urea dilapisi dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy dua lapisan.
Slow release fertilizer, urea, amilum, PVA
Abstract
is one of the largest consumer of nitrogen fertilizer. However, the use of fertilizers has been content of nitrogenin fertilizers quickly dissolvein water.
coating urea with polymer to improve the efficiency of fertilizer nitrogen absorbed so much
improve the efficiency of urea fertilizer is urea coated with the coating material known as Slow Release Fertilizer controlled components. Coating of urea has been widely studied by many researchers to the polymer coating is carried out by Liu(2008). The polymers used inthis study is
and starch which serves as an adhesive in a coating solution. The range of temperatures used ranged from the concentration of starch are used10% -50% by weight of coating, and PEG as additives
used are fludized bed as a medium spray to coat and dry urea. The results showed that the higher the efficiency decreases, the dissolution rate decreases and the
coating then the coating efficiency is increased, decreased
dustiness. Microscopy analysis of morphology structure as coated urea particle by using Scanning Electron Microscopy (SEM) show there is obtained two layers.
Slowrelease fertilizer, urea, amylum, PVA
64
ENDALI MELALUI
TEKNOLOGI
L2C008096)
Kimia, Fakultas Teknik, UniversitasDiponegoroJln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
besar pupuk nitrogen. Namun penggunaan pupuk selama ini 70% kandungan nitrogen dalam pupuk cepat larut dalam air. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelapisan urea dengan polimer untuk meningkatkan efisiensi pupuk agar nitrogen yang terserap lebih tkan efisiensi pupuk urea yaitu melapisi urea dengan bahan pelapis ) dimana komponen yang dikontrol adalah Nitrogen. a dengan polimer yang milum serta Polivinil Alkohol yang berfungsi sebagai perekat dalam larutan pelapis. Rentang suhu yang digunakan berkisar antara pelapis, dan PEG sebagai bahan tambahan. Alat yang digunakan adalah fludized bed spray sebagai media untuk melapisi dan mengeringkan urea.Hasil semakin menurun, laju disolusi semakin menurun dan dustiness semakin menurun. Semakin tinggi konsentrasi pelapis maka efisiensi pelapisan meningkat. Mikroskopi analisis Electron Microscopy (SEM)
However, the use of fertilizers has been . Therefore, the necessary coating urea with polymer to improve the efficiency of fertilizer nitrogen absorbed so much more. One way to improve the efficiency of urea fertilizer is urea coated with the coating material known as Slow Release Fertilizer Coating of urea has been widely studied by many researchers, The polymers used inthis study is Poly vinyl temperatures used ranged from and PEG as additives. The tools The results showed that the higher the operating the decrease dustiness. The decreased dissolution rate and dustiness. Microscopy analysis of morphology structure as coated urea particle by using Scanning
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah terbanyak yang mengkonsumsi pupuk tahun 2010, total permintaan pupuk juta ton. Oleh karena itu, pupuk merupakan bagi indonesia, sebagai contoh pada subsidi pupuk dari APBN mencapai Salah satu penyebab tingginya subsidi efisiennya dalam penggunaan
disebabkan 20-70% dari pupuk yang digunakan hilang kelingkungan, mengakibatkan
bagi lingkungan dan tingginya biaya. Kehilangan disebabkan karena leaching ketanah, dekomposisi, dan volatilisasi amonium ditanah, penanganan, dan penyimpanan (Shavivand Mikkels
karena itu, akhir-akhir ini, banyak negara mengembangkan teknologi pelepasan
cara pelapisan, untuk meningktkan penggunaan pupuk.
Sementara itu, pada akhir peningkatan penggunaan teknologi terfluidikan untuk proses pelapisan pelapisan partikulat, unggun terfluidikan banyak kelebihan dibandingkan konvensional seperti, pans, drum Unggun terfluidikan memiliki laju perp dan massa yang tinggi, sehingga distribusi
seragam, dan proses relatif singkat (Morl et. Al., 2007; Saleh, et. Al. 2007; Jacob, 2007).
Pelapisan urea telah dipelajari oleh banyak peneliti, dengan berbagai teknik
berbeda. The Tennessee Valley Authority (TVA) pertama kali mengembangkan proses pelapisan urea dengan sulfur secara kontinu pada rotary drum (Blouindkk,1971). Salman (1989) melapisi urea dengan polietilen. Posey dan Hester (1991) melapisi urea dengan film LDPE. Tangboriboorantdkk, (1996) melakukan pelapisan urea denganruber latex.
Selanjutnya, akhir-akhir ini
upaya pengunaan polimer yang dikombinasikan dengan amilum sebagai material pelapis.
merupakan polimer polisakarida yang
jumlah sangat berlimpah. Amilum ini bias diblending dengan polimer sintesis polivinil alcohol
telah dipelajari sebagai polimer
(Chiellini, dkk, 1999; Tudorachi, dkk, 2000; Hana,dkk 2009; Chen dkk, 2008). Amilum
yang murah dan sangat biodegradable itu, dalam makalah ini akan dibaha
menggunakan polimer amilum dari tepung tapioca dan polyvinyl alcohol (PVA) melalui
unggun terfluidikan. Variable yang akan pengaruh suhu dan jumlah amilum
pelapisan, laju disolusi, dan dustiness Metodologi
Bahan yang digunakan yaitu urea, polivinil alkohol, amilum dari tepung tapioka
salah satu negara pupuk nitrogen. Pada pupuk mencapai 11,1 merupakan isu besar pada tahun 2010, dari APBN mencapai Rp. 19,3 triliun. subsidi adalah tidak pupuk. Hal itu pupuk yang digunakan akan kelingkungan, mengakibatkan masalah serius biaya. Kehilangan ini ketanah, dekomposisi, ditanah, penanganan, dan Mikkelsen, 1993). Oleh ini, banyak negara pelepasan lambat, dengan meningktkan efisiensi akhir-akhir ini, ada teknologi unggun untuk proses pelapisan parikulat. Dalam terfluidikan memiliki dibandingkan teknologi pans, drums dan mixers. perpindahan panas distribusi suhu lebih singkat (Morl et. Al., 2007; Pelapisan urea telah dipelajari oleh banyak teknik danbahanyang The Tennessee Valley Authority (TVA) pertama kali mengembangkan proses pelapisan urea ontinu pada rotary drum . Salman (1989) melapisi urea polietilen. Posey dan Hester (1991) melapisi LDPE. Tangboriboorantdkk, (1996)
ruber latex.
ini ada peningkatan polimer yang dikombinasikan sebagai material pelapis. Amilum polisakarida yang tersedia dalam ini bias diblending polivinil alcohol (PVA) yang polimer biodegradable. (Chiellini, dkk, 1999; Tudorachi, dkk, 2000; Hana,dkk adalah biopolimer biodegradable. Oleh karena dibahas pelapisan urea tepung tapioca dan penyemprotan di terfluidikan. Variable yang akan dibahas terhadap efisiensi dustiness
yaitu urea, polivinil tapioka, polietilen glikol,
pewarna, dan aquadest. menggunakan alat shieve shaker
mesh sampai mendapatkan ukuran yang seragam, kemudian urea yang sudah seragam ditimbang sebanyak 100gr untuk dilapisi
Pada pembuatan cairan pelapis
disiapkan sebanyak 30 ml dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Kemudian PVA, Amilum, dan PEG dimasukkan kedalam aquadest
sudah di tentukan. Larutan di stirrer dan panaskan sampai 50
berat ditempatkan pada fluidized bed pelapisan material 4 mL/menit.
setelah 35 menit fluidisasi disolusi, efisiensi pelapisan, dan Menunjukan skema peralatan
Gambar 1. Skematisrangkaianperalatan Parameter yang divariasikan
udara pengering 35-500C, konsentrasi PVA dan amilum yang digunakan 10%
PEG sebagai bahan tambahan.
Laju disolusi diukur dengan menempatkan 5gr partikel urea dalam
mengandung 50ml aquadest dipertahankan pada suhu kamar. Catat waktu yang dibutuhkan
tersebut (Philippe, 1983)
Efisiensi pelapisan diukur dengan menghitung selisih berat urea setelah pelapisan dengan berat urea sebelum pelap
Kucharski 1988)
η Efisiensi pelapisan Mf
M0Berat sebelum pelapisan
Dustiness, diukur menggunakan alat bunker funnel. Dimana 10gr urea terlapisi dimasukkan ke dalam bunker funnel. Kemudian udara
ke bagian bawah bunker funnel dengan tekanan 10 psi selama 5 menit, lalu ditimbang kembali berat urea tersebut.
10
Md Berat urea setelah dimasukkan ke dalam bunker funnel
Analisa mikroskopis
Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk Mo
Mf −
=
η
65
aquadest. Urea di screening shieve shaker dengan ukuran 50 mesh sampai mendapatkan ukuran yang seragam, kemudian urea yang sudah seragam ditimbang sebanyak 100gr untuk dilapisi untuk setiap run-nya..
embuatan cairan pelapis aquadest sebanyak 30 ml dan dimasukkan ke dalam PVA, Amilum, dan PEG aquadest sesuai variabel yang . Larutan diaduk dengan magnetic stirrer dan panaskan sampai 50oC. Partikel Urea 100gr pada fluidized bed. Cairan mL/menit. Produk dianalisa yaitu dengan analisa laju pelapisan, dan dustiness. Gambar 1.
peralatan eksperiment.
Skematisrangkaianperalatan Parameter yang divariasikan adalah suhu
C, konsentrasi PVA dan amilum yang digunakan 10%-50% berat pelapis, dan
tambahan.
Laju disolusi diukur dengan menempatkan 5gr partikel urea dalam beaker glass yang mengandung 50ml aquadest dipertahankan pada suhu Catat waktu yang dibutuhkan pelarutan urea Efisiensi pelapisan diukur dengan menghitung selisih berat urea setelah pelapisan dengan berat urea sebelum pelapisan (Kmie’c dan
Berat setelah pelapisan
Dustiness, diukur menggunakan alat bunker funnel. Dimana 10gr urea terlapisi dimasukkan ke dalam bunker funnel. Kemudian udara ditransmisikan ke bagian bawah bunker funnel dengan tekanan 10 psi selama 5 menit, lalu ditimbang kembali berat urea
10
10 100%
Berat urea setelah dimasukkan ke dalam bunker
mikroskopis dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat
100 x Mo
morfologi partikel. Observasi dilakukan dalam pembesaran 50X dan 500X. HasildanPembahasan
1. EfisiensiPelapisan (η)
Gambar 2. Pengaruh temperatur udara pengering terhadap
efisiensi pelapisan
Gambar 2 menunjukan bahwa pertumbuhan menurun seiring dengan meningkatnya udara pengering. Hal ini ditandai dengan persentasi efisiensi pelapisan yang terbentuk 0,65% menjadi 0,15 %. (Davies dan Crooks, 2005) yang mengatakan bahwa efisiensi
berbanding terbalik dengan temperatur. tinggi suhu udara pengering maka menjadi semakin rendah hal berkurangnya solid moisture karena mengering yang mengurangi pembentukan liquid bridges jaringan Selain itu meningkatnya suhu memberikan efek negatif terhadap karena hilangnya zat terlarut akibat meningkat.
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi Amilum
pelapisan
Pada gambar 3 menunjukan bahwa penambahan amilum (dalam satuan jumlah gram) akan meningkatkan efisiensi pelapisan. Konsentrasi merupakan parameter yang mempengaruhi mekanisme pelapisan, tingginya konsentrasi menyebabkan of saturation selama pengeringan meningkat. Hal ini mengarah pada meningkatnya laju kristalisasi atau solidifikasi dari larutan pada permukaan partikel.
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 35 40 45 e fi si e n si p e la p is a n (η ) Suhu (0C) 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1 2 3 e fi si e n si p e la p is a n ( ) Amilum (gr)
dilakukan dengan SEM
Pengaruh temperatur udara pengering terhadap
pertumbuhan partikel meningkatnya temperatur dengan penurunan pelapisan yang terbentuk dari % menjadi 0,15 %. (Davies dan Crooks, 2005)
efisiensi pelapisan temperatur. Semakin efisiensi pelapisan ini disebabkan berkurangnya solid moisture karena terlalu cepat mengurangi kemungkinan pembentukan liquid bridges jaringan antara partikel. udara pengering efisiensi pelapisan akibat pengeringan
Amilum terhadap efisiensi
njukan bahwa penambahan amilum (dalam satuan jumlah gram) akan meningkatkan efisiensi pelapisan. Konsentrasi merupakan parameter yang mempengaruhi mekanisme i menyebabkan degree selama pengeringan meningkat. Hal ini mengarah pada meningkatnya laju kristalisasi atau solidifikasi dari larutan pada permukaan partikel.
Selain itu, dalam satuan volum yang sama semakin tinggi konsentrasi, molekul
banyak sehingga massa yang menempel pada permukaan urea menjadi semakin banyak
2. LajuDisolusi
Gambar 4. Pengaruh temperature
laju disolusi
Meningkatnya suhu menyebabkan proses pembentukan akan semakin cepat. Hal ini penguapan air dalam cairan cepat. Sehingga, diprediksi
akan semakin rapat. Hal ini yang menyebabkan disolusi semakin menurun.
dengan penjelasan hasil menyatakan bahwa semakin laju disolusi akan semakin Osemeahon dan Barminas, 2007)
Gambar 5.Pengaruh konsentrasi Amilum terhadap laju
disolusi.
Gambar 5 menjelaskan
konsentrasi coating agent menyebabkan lajudisolusi produk. Hal ini
meningkatnya konsentrasi amilum, maka terbentuk akan semakin
permukaan urea yang memiliki molekul amilum akan berpenetrasi tersebut, sehingga saat agen pori pori akan terlapisi. Hasil
penelitian yang dilakukanVashishthadanDongara,
2010 yang melapisi urea dengan
phosphogygsum.Vashishtha laju disolusi produk menurun konsentrasi phosphogygsum 50 55 C) 4 5 5 6 7 8 9 10 35 40 D is o lu si R a te ( g r/ m e n it) Suhu (C) 4 5 6 7 8 9 10 1 2 D is o lu si R a te ( g r/ m e n it ) Amilum (gr)
66
Selain itu, dalam satuan volum yang sama semakin tinggi konsentrasi, molekul polimer menjadi semakin banyak sehingga massa yang menempel pada permukaan urea menjadi semakin banyak
temperature udara pengering terhadap
suhu udara pengering menyebabkan proses pembentukan Kristal pelapis cepat. Hal ini disebabkan proses cairan pelapis akan semakin cepat. Sehingga, diprediksi porositas yang terbentuk rapat. Hal ini yang menyebabkan laju menurun. Fenomena ini sejalan hasil penelitianlainya, yang semakin kecil ukuran pori, maka menurun ( Hu et al 2001; Barminas, 2007)
Pengaruh konsentrasi Amilum terhadap laju menjelaskan dengan meningkatnya konsentrasi coating agent menyebabkan menurunkan produk. Hal ini disebabkan dengan amilum, maka lapisan yang rapat. Selain itu, saat permukaan urea yang memiliki pori terlapisi, maka berpenetrasi kedalam celah agen pelapis ini mengering, terlapisi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukanVashishthadanDongara,
2010 yang melapisi urea dengan
ygsum.Vashishtha dan Dongara menjelaskan menurun dengan meningkatnya phosphogygsum sebagai zat pelapis
45 50 55
Suhu (C)
3 4 5
3. Persen Dustiness
Gambar 6 menunjukan bahwa yang dihasilkan lebih rendah jika operasi dilakukan pada suhu tinggi. Hal ini dengan meningkatnya suhu, maka akan semakin tinggi, sehingga
semakin kuat, hal ini disebabkan, dengan tinggi suhu, maka proses penguapan air lebih dan proses kristalisasi lebih cepat
Gambar 6. Pengaruh temperatur udara pengering terhadap
dustines
Gambar 7. Pengaruh konsentrasi Amilum terhadap persen
dustiness
Gambar 7 menunjukan semakin tinggi jumlah amilum yang ditambahkan maka persen dustiness akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena dengan semakin tingginya jumlah amilum maka, ikatan kristal dalam lapisan pelapis akan semakin kuat. Hasil ini sesuai dengan penelitian (Vashishtha,2010) yang menjelaskan dustiness pada metode dry coating menyebabkan partikel tidak mengikat kuat pada permukaan urea.
4. Analisa SEM
Gambar 8. Irisan MelintangUrea
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 35 40 45 D u st in e s (% ) Suhu (C) 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1 2 3 D u st in e s (% ) Amilum (gr)
bahwa peren dustiness operasi pengeringan tinggi. Hal ini dikarenakan kerapatan pelapis ikatannya akan disebabkan, dengan semakin suhu, maka proses penguapan air lebih cepat,
Pengaruh temperatur udara pengering terhadap
Pengaruh konsentrasi Amilum terhadap persen
7 menunjukan semakin tinggi jumlah amilum yang ditambahkan maka persen dustiness semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena dengan semakin tingginya jumlah amilum maka, ikatan kristal dalam lapisan pelapis akan semakin kuat. Hasil ini sesuai dengan penelitian (Vashishtha,2010) yang menjelaskan dustiness pada an partikel tidak mengikat kuat pada permukaan urea.
Urea murni
Gambar 9. Irisan melintangurea
Dari gambar 4.8 dapat morfologi urea murni yang belum
posisi melintang dalam pembesaran 50X (sebelah dan 500X (sebelah kanan). Sedangkan
memperlihatkan struktur morfologi urea terlapisi polimer dalam pembesaran 50X (sebelah
500X (sebelah kanan). Pada adanya dua lapisan yang terbentuk terluar tersebut merupakan
menempel pada permukaan urea. Permukaan urea yang terlapisi polimer
lebih halus meskipun masih menyebabkan laju disolusi
dapat melarutkan kandungan nitrogen didalamnya. Selain itu, amilum yang memliki
lebih rendah, sehingga penurunan laju disolusi urea Kesimpulan
Karakteristik urea pelepasan lambat
dicapai. Hal ini ditunjukan dengan adanya pelapisan menggunakan polimer ini. Kajian terhadap pengaruh suhu dan jumlah amilum dalam la
menunjukan bahwaSemakin tinggi suhu operasi maka efisiensi pelapisan semakin menurun, laju disolusi semakin menurun dan dustiness
Semakin tinggi konsentrasi pelapis maka efisiensi pelapisan akan semakin meningkat, laju disolusi semakin menurun dan dustine
Saran
Penelitian ini akan dilanjutkan dengan tujuan untuk meningkatkan karakteristik sebagai urea berlepasan lambat atau menurunkan laju disolusi urea. Hal ini bias dicapai dengan mereaksikan terlebih dahulu amilum dan PVA dengan form
terjadi reaksi crosslinking, yang akan mengurangi jumlah gugus –OH pada molekul PVA. Pengurangan gugus –OH ini akan mengurangi afinitas urea terhadap molekul air
.
UcapanTerimakasih
Penelitian ini telah didanai Teknik Universitas Diponegoro
50 55
4 5
Amilum (gr)
67
rea terlapisi dengan polimer Dari gambar 4.8 dapat dilihat struktur morfologi urea murni yang belum terlapisi dalam pembesaran 50X (sebelah kiri) dan 500X (sebelah kanan). Sedangkan gambar 4.9 memperlihatkan struktur morfologi urea terlapisi pembesaran 50X (sebelah kiri) dan 500X (sebelah kanan). Pada gambar 4.9 terlihat lapisan yang terbentuk dimana lapisan merupakan lapisan polimer yang permukaan urea. Permukaan lapisan memliki permukaan yang masih terdapat rongga yang disolusi semakin cepat sehingga ngan nitrogen didalamnya. Selain itu, amilum yang memliki afinitas terhadap air menyebabkan adanya disolusi urea
.
Karakteristik urea pelepasan lambat sedikit berhasil dicapai. Hal ini ditunjukan dengan adanya pelapisan menggunakan polimer ini. Kajian terhadap pengaruh suhu dan jumlah amilum dalam larutan pelapis Semakin tinggi suhu operasi maka efisiensi pelapisan semakin menurun, laju disolusi dustiness semakin menurun. Semakin tinggi konsentrasi pelapis maka efisiensi pelapisan akan semakin meningkat, laju disolusi
dustiness semakin meningkat
Penelitian ini akan dilanjutkan dengan tujuan untuk meningkatkan karakteristik sebagai urea berlepasan lambat atau menurunkan laju disolusi urea. Hal ini bias dicapai dengan mereaksikan terlebih dahulu amilum dan PVA dengan formaldehid, sehingga terjadi reaksi crosslinking, yang akan mengurangi OH pada molekul PVA. Pengurangan OH ini akan mengurangi afinitas urea terhadap
didanai oleh DIPA Fakultas iversitas Diponegoro TA 2010.
Daftar Pustaka
Blouin, G.M.; Rindt, D.W.; Moore, O.E, (1971).“Sulfur-Coated Fertilizers for Controlled Release: Pilot Plant Production”, Journal Agricultural Food Chemistry,19(5), 801-808.
Chen Li, Zhigang Xie, Xiuli Zhuang, Xuesi Chen, Xiabing Jung, (2008). “Controlled release of urea encapsulated by starch
Carbohydrate Polimer”, 72, pp. 342
Chiellini, E A. Corti and R. Solaro, (1999). “Biodegradation of poly (vinyl alchol) based blow films under different environment conditions”, Polym. Degrad. Stability, 64(2), pp. 305-312.
Hanna X, S. Chena, X. Hub, (2009). “Controlled release fertilizer encapsulated by starch/polyvinyl alcohol coating”, desalination, 240, pp. 21-26.
Jacob, M. (2007), Granulation, in Salman, A.D., M.J. Hounslow, J-P-K. Seville, Handbook of Powder Technology Vol. 11, Granulation, Elsevier, UK
Mörl, L, S. Heinrich, and M. Peglow (2007), “Fluidized bed spray granulation, in Salman, A.D., M.J. Hounslow, J
Handbook of Powder Technology Vol. 11”, Granulation, Elsevier, UK
Partha K. Chandra, Kunal Ghosh, Chandrika Varadachari (2009),”A New Slow
Iron Fertilizer”.Chemical Engineering Journal 155, 451-456.
Posey, T.; Hester, R.D. (1991),”Developing a Biodegradable Film for Controlled Release of Fertilizer”. Plastics Engineering, 50(1), 19 Saleh, K, P. Guigon (2007),”Coating and
encapsulation process in powder technology, in Salman, A.D., M.J. Hounslow, J
Handbook of Powder Technology Vol. 11”, Granulation, Elsevier, UK
Salman, O.A. (1989),”Polyethylene
Improved Storage and Handling Properties”. Industrial Engineering Chemical Research, 28, 630–632.
Shaviv, A.; Mikkelsen, R.L. (1993),”Controlled release fertilizers to increase efficie nutrient use and minimize environmental degradation—a review”, Fertilizer Research, 35, 1–12.
Tangboriboorant, P.; Sirichaiwat, C. (1996),”Urea Fertilizer Encapsulation Using Natural Rubber Latex.Plastics, Rubber and Composites Processing and Applications”, 25(7), 340 Tudorachi, N, C.N. Cascaval and M. Rusu, (2010).
“Testing of polyvinyl alcohol and starch mixtures as biodegradable polymeric materials”, Polym. Testing,19(7), pp. 785 Blouin, G.M.; Rindt, D.W.; Moore, O.E,
Coated Fertilizers for Controlled Release: Pilot Plant Production”, Journal Agricultural Food Chemistry,19(5), Zhuang, Xuesi Chen, Xiabing Jung, (2008). “Controlled release of urea encapsulated by starch-g-poly(L-lactide) Carbohydrate Polimer”, 72, pp. 342-348. Chiellini, E A. Corti and R. Solaro, (1999).
“Biodegradation of poly (vinyl alchol) based r different environment conditions”, Polym. Degrad. Stability, 64(2), Hanna X, S. Chena, X. Hub, (2009).
“Controlled-release fertilizer encapsulated by starch/polyvinyl alcohol coating”, desalination, ion, in Salman, A.D., M.J. K. Seville, Handbook of Powder Technology Vol. 11, Granulation, Mörl, L, S. Heinrich, and M. Peglow (2007), “Fluidized bed spray granulation, in Salman, A.D., M.J. Hounslow, J-P-K. Seville, Powder Technology Vol. 11”, Partha K. Chandra, Kunal Ghosh, Chandrika A New Slow-Releasing Chemical Engineering Journal Posey, T.; Hester, R.D. (1991),”Developing a Film for Controlled Release of Fertilizer”. Plastics Engineering, 50(1), 19–21. Saleh, K, P. Guigon (2007),”Coating and
encapsulation process in powder technology, in Salman, A.D., M.J. Hounslow, J-P-K. Seville, Handbook of Powder Technology Vol. 11”, Salman, O.A. (1989),”Polyethylene-Coated Urea. 1. Improved Storage and Handling Properties”. Industrial Engineering Chemical Research, 28, Shaviv, A.; Mikkelsen, R.L.
(1993),”Controlled-release fertilizers to increase efficiency of nutrient use and minimize environmental a review”, Fertilizer Research, Tangboriboorant, P.; Sirichaiwat, C. (1996),”Urea Fertilizer Encapsulation Using Natural Rubber Latex.Plastics, Rubber and Composites ations”, 25(7), 340–346. Tudorachi, N, C.N. Cascaval and M. Rusu, (2010).
“Testing of polyvinyl alcohol and starch mixtures as biodegradable polymeric materials”, Polym. Testing,19(7), pp. 785-799.
Vashishtha, M., P. Dongara , D. Singh (2010),”Improvement
phosphogypsum coating”, Int. J. of ChemTech Research, Vol.2, No.1, pp 36
68
Vashishtha, M., P. Dongara , D. Singh (2010),”Improvement in properties of urea by phosphogypsum coating”, Int. J. of ChemTech Research, Vol.2, No.1, pp 36-44.