• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RANKING KOMPETISI INDONESIA

Oleh : Ki Supriyoko

Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu ketika Bank Dunia mengucapkan salut pada Indonesia melalui publikasi ilmiahnya yang bertitel "The East Asian Miracle : Economic Growth and Public Policy"

(1993). Secara langsung atau tak langsung Bank Dunia memuji keberhasilan

Indonesia yang diang-gap berhasil memacu pertumbuhan ekonominya secara fantastis. Atas prestasinya ini Indonesia dimasukkan dalam kelompok "negara-negara ajaib" miracle countries".

Dalam publikasinya tersebut Bank Dunia menyatakan adanya de-lapan negara yang dikategori ajaib dalam pertumbuhan ekonominya. Untuk selanjutnya kedelapan negara ini dibagi menjadi dua kelompok besar; yaitu kelompok High Performing

Asian Economies (HPAEs) serta The Newly Industrializing Economies (NIEs).

Pada kelompok pertama yang dituliskan nama-nama negara Jepang sebagai "The

Best Economic Perfomer" serta negara-negara Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong

dan Singapura yang selama ini tergabung dalam kelompok "The Four Little

Dragons"; sedangkan dalam kelompok yang kedua dituliskan nama-nama negara

Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Hasil studi Bank Dunia tersebut cukup memberikan harapan bagi perkembangan ekonomi di Indonesia, baik ekonomi domestik maupun ekonomi internasional. Selanjutnya banyak pengamat memuji keberha-silan pemerintah RI yang telah membawa kemajuan nyata pada bidang ekonomi kita. Pujian ini memang tidak salah dan sangat beralasan.

Tetapi ..., ternyata kemajuan di bidang ekonomi tersebut belum mampu mengangkat daya saing Indonesia di pasar internasional, seti-dak-tidaknya di mata dua lembaga yang di pertengahan tahun 1996 ini baru saja mempublikasi laporan studinya.Adapun kedua lembaga yang dimaksud adalah World Economic Forum

(WEF) serta Institute for Management Development (IMD). Hasil Berbeda

(2)

ilmiah dari WEF dan IMD mengenai daya saing Indonesia (dan negara-negara lain) di pasar internasional. Bila WEF mengeluar-kan laporan studinya yang bertitel "Global

Competitiveness Report 1996" maka IMD pun juga mengeluarkan suatu laporan

penelitiannya yang senada dengan judul "World Competitiveness Report". Adapun daya saing itu sendiri (oleh WEF) didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan sebagaimana diukur dengan perubahan pertumbuh-an PDB per kapita. IMD memberi definisi yang senada.

Baik WEF maupun IMD mengukur daya saing dengan indikator-indikator ekonomi maupun indikator-indikator lain yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara; misalnya saja indikator efektivitas pemerintahan yang meskipun bukan merupakan indikator ekonomi tetapi mempunyai pengaruh langsung pada pertum-buhan ekonomi suatu negara. Dalam hal ini efektivitas pemerintahan difokuskan pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pihak pemerintah dalam suatu negara.

Ada delapan indikator yang diaplikasi IMD untuk mengukur daya saing suatu negara. Kedelapan faktor tersebut masing-masing adalah (1) kekuatan ekonomi domestik, (2) ekonomi internasional,(3) efektiv-itas pemerintahan, (4) struktur keuangan, (5) infrastruktur, (6) kinerja manajemen, (7) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta (8) kualitas sumber daya manusia (SDM). Secara lebih teknis kedelapan indikator ini selanjutnya dioperasionalisasi ke dalam berbagai sub-indikator yang dijadikan indikator daya saing.

Konklusi studi tentang daya saing tersebut di atas baik oleh WEF maupun IMD kemudian disistematisasi di dalam suatu peringkat atau ranking kompetisi. Melalui ranking kompetisi inilah setiap negara bisa melihat pencapaian daya saingnya di pasar internasional dan sekaligus dapat pula membandingkannya dengan negara-negara lain baik dalam suatu kelompok tertentu (misalnya kelompok ASEAN, Pacific-Rim, dsb) maupun secara keseluruhan.

Adapun yang menarik bagi kita adalah: meskipun WEF dan IMD sama-sama merupakan lembaga tidak resmi, sama-sama pernah saling bekerja sama, sama-sama berkedudukan di negara yang sama (Swiss), sama-sama didukung oleh para pakar yang berkredibilitas, sama-sama mempunyai reputasi internasional, serta sama-sama berkonsentrasi di bidang ekonomi, tetapi hasil penelitiannya mengenai daya saing untuk Indonesia ternyata berbeda. Apabila WEF menyimpulkan terjadinya kenaikan peringkat daya saing Indonesia di pasar internasional, yaitu dari peringkat 33 (1995) ke 30 (1996) maka IMD justru menyatakan terjadinya penurunan, dari peringkat 34 (1995) ke 41 (1996).

Hasil studi yang berbeda dari kedua laporan mengenai daya saing tersebut memang menarik untuk dicermati; meskipun tak berarti harus kita telan mentah-mentah konklusinya.

(3)

Apabila kita cermati laporan WEF dan IMD ternyata daya saing Indonesia relatif lebih rendah daripada negara-negara Kawasan Asia-Pasifik pada umumnya. WEF menempatkan sepuluh negara sebagai "top ten" (sepuluh besar) di dalam hal daya saing. Dalam versi WEF kesepuluh negara ini mempunyai Indeks Kompetisi (IK) paling tinggi dengan peringkat yang paling tinggi pula. Adapun kesepuluh negara yang dimaksudkan masing-masing adalah sbb: Singapura dengan IK sebesar 2,10 (2,10), HongKong (1,89), New Zealand (1,57), Amerika Serikat (1,34), Luksemburg (1,29), Swiss (1,27), Norwegia (1,03), Kanada (1,01), Taiwan (0,98), dan Malaysia (0,91).

Dari kelompok sepuluh besar versi WEF ternyata tujuh di antara-nya negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik; hanya tiga negara-negara yang berada di luar kawasan itu, yaitu Luksemburg, Swiss dan Norwegia.

Bagaimana dengan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik yang lainnya? Negara-negara seperti Australia (0,88), Jepang (0,65), serta Thailand (0,83) masing-masing menduduki peringkat 12, 13 dan 14. Sementara itu Korea Selatan (0,35) menduduki peringkat 20. Kesemua negara ini masih berada di atas Indonesia (-0,38) yang hanya menduduki peringkat 30.

Dari versi WEF Hanya ada dua negara yang peringkatnya berada di bawah Indonesia; masing-masing ialah Filipina (-0,61) yang hanya menduduki peringkat 31 serta Cina Daratan (-0,68) yang menduduki peringkat 36. Jadi dari 49 negara yang telah distudi WEF, yang 14 di antaranya negara-negara Kawasan Asia-Pasifik, maka posisi Indonesia masih jauh di peringkat bawah.

Secara keseluruhan laporan studi versi IMD sebenarnya bernada sama. Kelompok sepuluh besar versi IMD masing-masing adalah sbb: Amerika Serikat, Singapura, Hong Kong, Jepang, Denmark, Norwegia, Belanda, Luksemburg, Swis dan Jerman. Jadi empat dari sepuluh negara kelompok ini adalah negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik. Negara-negara lain seperti New Zealand, Kanada, Taiwan, dan Aus-tralia masing-masing ada di peringkat 11, 12, 18 dan 21. Sementara itu Malaysia, Cina Daratan, Korea Selatan, dan Thailand masing-ma-sing ada di peringkat 23, 26, 27 dan 30. Periksa Tabel!

Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa peringkat daya saing Indonesia lebih rendah dibandingkan ketiga negara tetangga terdekat kita; masing-masing ialah Singapura, Malaysia dan Australia. Ranking kompetisi kita lebih rendah dari ketiga negara tersebut.

Jadi, baik menurut versi WEF maupun IMD peringkat kompetisi Indonesia di pasar internasional adalah sangat rendah kalau dikompa-rasi dengan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik pada umumnya. Berdasarkan versi WEF peringkat kompetisi Indonesia adalah paling bawah setelah Filipina dan Cina Daratan, sementara itu berdasarkan versi IMD kita benar-benar berada di urutan paling bawah.

(4)

suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan. Daya saing itu mencerminkan kesiapan suatu negara untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi internasio-nal. Jadi apabila peringkat daya saing atau ranking kompetisi kita ada di urutan bawah dari negara-negara Kawasan Asia-Pasifik itu berarti bahwa kesiapan kita mengantisipasi perkembangan ekonomi internasi-onal masih lebih rendah (baca: lebih belum siap) dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik pada umumnya.

Mengkomparasi ranking kompetisi dengan negara-negara di Ka-wasan Asia-Pasifik sangatlah penting bila dikaitkan dengan munculnya prediksi mengenai bergesernya sentra ekonomi dan sentra peradaban dari Kawasan Atlantik ke Kawasan Pasifik pada tahun 2000-an nanti. Ketika pergeseran sentra ini berlangsung maka bagi negara-negara yang tidak siap berkompetisi tentu akan hancur; baik hancur ekonomi maupun peradabannya !!!*****

---

BIODATA SINGKAT; *: DR. Ki Supriyoko, M.Pd

*: Ketua Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Tamansiswa; Direktur Lembaga Studi Pembangunan Indonesia (LSPI); serta Ketua Pusat Kerja Sama Ilmiah (PKSI) Yogyakarta

*: Peneliti masalah-masalah sosek dan pendidikan

TABEL RANKING DAYA SAING VERSI WEF DAN IMD NEGARA-NEGARA DI KAWASAN ASIA PASIFIK

+­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­+­­­­­­­­­­­­­+­­­­­­­­­­­­­+ | | RANKING WEF | RANKING IMD | | NEGARA +­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+ | | 1995 | 1996 | 1995 | 1996 | +­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+ | | | | | | | Singapura | 02 | 01 | 02 | 02 | | Hong Kong | 03 | 02 | 03 | 03 | | New Zealand | 08 | 03 | 08 | 11 | | Amerika Serikat | 01 | 04 | 01 | 01 | | Kanada | 12 | 08 | 12 | 12 | | Taiwan | 11 | 09 | 14 | 18 | | Malaysia | 21 | 10 | 23 | 23 | | Australia | 14 | 12 | 14 | 21 | | Jepang | 04 | 13 | 04 | 04 | | Thailand | 26 | 14 | 27 | 30 | | Korea Selatan | 24 | 20 | 26 | 27 |

(5)

| Indonesia | 33 | 30 | 34 | 41 | | Filipina | 36 | 31 | 36 | 31 | | Cina Daratan | 31 | 36 | 31 | 26 | | | | | | | +­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+­­­­­­+ NB: Disusun dari berbagai sumber

Referensi

Dokumen terkait

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalti- Free Right) atas karya

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Clara Surbakti (Tp. PA Mamre Gabungen enggo erdalan ibas tgl 7 Februari 2021. Thema: "Sembahlah Tuhan Dibatandu. Benaken ibas minggu enda ihimbau gelah enggo mulai PA Mamre

ataupun forum diskusi terfokus (FGD) sebagai kegiatan koordinasi dan fasilitasi serta konsultansi semua pihak pemangku kepentingan penanggulangan bencana di Jawa

Putusan MK memiliki nilai maslahah bila dianalisa menggunakan konsep maslahah dalam pemikiran hukum Islam, mengingat putusan MK itu sejalan dengan prinsip maslahah

H1 : Independensi auditor, komisaris independen, komite audit, manajemen laba dan reputasi auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap integritas

Siswantoro dkk (2012) melakukan penelitian analisa emisi gas buang kendaraan bermotor 4 tak berbahan bakar campuran premium dengan variasi penambahan zat

membuka menu transaksi penjualan barang dan memasukan nama barang yang dibuthukan konsumen menampilkan kode barang, harga barang dan jumlah barang yang