• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

48

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yan menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun Sugiyono (2017:41) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah “sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu rrrtentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Berdasarkan pengertian diatas maka objek penelitian dalam penelitian ini adalah Gaji (X1), Masa Kerja (X2), Usia (X3), dan Produktivitas Karyawan (Y)

sedangkan observasi penelitian adalah karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Baratdan unit analisisnya adalah PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun laporan.

Menurut Sugiyono (2011:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan keadaan berdasarkan data dan

(2)

fakta yang dikumpulkan kemudian disusun secara sistematis yang selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan. Sedangkan metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk menguji hipotesis.

Menurut Sugiyono (2017:8) penelitian kuantitatif adalah :

“Metode penelitian yang berlandaskan pad filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Pendekatan deskriptif menurut Sugiyono (2017:35) adalah:

“Metode penelitian deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain”.

Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antar dua variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertantu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut denagn dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis, sehingga metode verifikatif ini digunakan untuk menjawab penelitian poin ketiga, yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh diantara variabel yang sedang diteliti.

(3)

Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh variabel independent mempengaruhi terhadap variabel dependent, serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

Berdasarkan jenis penelitiannya, yaitu penelitian deskriptif verifikatif, maka metode penelitian yang digunakan adalah Explanatory Survey.

Explanatory Survey adalah suatu survei yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel melalui pengujian hipotesis, survei dilakukan dengan cara mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

Metode verifikatif di gunakan untuk menguji pengaruh gaji terhadap produktivitas karyawan, pengaruh masa kerja terhadap produktivitas, dan pengaruh usia terhadap produktivitas karyawan .

3.2.1 Desain penelitian

Desain Penelitian menurut Moh. Nazir dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:30) adalah:

”Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

(4)

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30) adalah :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

Peneliti mengindikasi fenomena yang terjadi di perusahaan adalah produktivitas karyawan yang masih kurang yang disebabkan beberapa faktor seperti gaji, masa kerja dan usia.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.

Peneliti mengindentifikasikan masalah apa saja yang terjadi yaitu :

1. Karyawan yang masih kurang peduli terhadap target pekerjaan yang ditentukan perusahaan.

2. Karyawan yang merasa jenuh dengan pekerjaannya sehingga pekerjaan yang dikerjakan kurang maksimal.

3. Perbedaan bobot pekerjaan menurut lama kerja dengan gaji yang didapat sama.

4. Kesamaan gaji untuk semua karyawan dengan tingkat pekerjaan yang berbeda.

5. Beban kerja yang lebih banyak dibebankan kepada karyawan yang lebih lama bekerja.

6. Kepuasan kerja karyawan dengan usia tinggi masih kurang dalam bekerja. 7. Karyawan yang bekerja tidak mendapatkan bobot pekerjaan yang sama. 8. Usia yang lebih tua mendapatkan pekerjaan yang lebih banyak.

(5)

3. Menetapkan rumusan masalah.

Peneliti merumuskan masalah apa saja yang akan dipecahkan dan dijadikan acuan yaitu :

1. Bagaimana gaji karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat. 2. Bagaimana masa kerja karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa

Barat.

3. Bagaimana usia karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat. 4. Bagaimana produktivitas karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa

Barat.

5. Apakah terdapat pengaruh gaji, masa kerja, dan usia secara parsial dan simultan terhadap produktivitas karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

4. Menetapkan tujuan penelitian.

Peneliti telah menetapkan tujuan yang ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui gaji karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui masa kerja karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui usia karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui produktivitas karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

(6)

5. Untuk mengetahui pengaruh gaji, masa kerja, dan usia secara parsial dan simultan terhadap produktivitas karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.

H1 : Diduga Gaji berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H2 : Diduga Masa Kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H3 : Diduga Usia berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H4 : Diduga Gaji, Masa kerja, dan Usia berpengaruh secara simultan terhadap Produktivitas Karyawan pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan.

Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan. Pada skala ini, urutan symbol atau kode berupa angka yang mempunyai arti urutan jenjang yang dimulai dari positif sampai yang paling negatifdan sebaliknya.

(7)

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data.

Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Dimana data primer adalah sumber data yang lansung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan data sekunderadalah sumber tidak lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah populasi dan sampel pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Baratterdapat sebanyak 50 karyawan yang dijadikan populasi dan sampel.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian

Jenis Metode yang

Unit Analisis Time Horizon

Penelitian digunakan T – 1 Descriptive Descriptive dan Survey Karyawan PT. Sanbe Farma

Divisi Jawa Barat Cross Sectional

T – 2 Descriptive

Descriptive dan Survey

Karyawan

PT. Sanbe Farma

Divisi Jawa Barat Cross Sectional

T – 3 Descriptive

Descriptive dan Survey

Karyawan

PT. Sanbe Farma

Divisi Jawa Barat Cross Sectional

T – 4 Verifikatif

Descriptive dan Survey

Karyawan

PT. Sanbe Farma

Divisi Jawa Barat Cross Sectional

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan antara masing-masing variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan satu variabel tergantung.Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(8)

(X1)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Narimawati Umi (2008:30) Operasional variabel adalah proses

penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel dimens, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian oprasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analis faktor.

Sesuai dengan judul penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu Gaji, Masa Kerja, dan Usia terhadap produktivitas karyawan, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Independen X1, X2, dan X3

Variabel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah gaji sebagai X1, masa kerja sebaagai X2, dan usia sebagai X3.

2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel terkait yang mempengaruhi variabel

(X2)

(Y)

(9)

lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen produktivitas karyawan. Tabel 3.2 Operasional Variabel Variabel Konsep Variabel

Indikator Ukuran No.

Item

Skala Sumber Data Gaji (X1) Gaji adalah

pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan Mulyadi (2013:373) Kenaikan internal kenaikan gaji Tingkat kenaikan internal kenaikan gaji 1 Ordinal Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat Keadilan internal tunjangan Tingkat keadilan internal tunjangan 2 Ordinal Keadilan internal insentif Tingkat Keadilan internal insentif 3 Ordinal Keadilan internal gaji Tingkat keadilan internal gaji 4 Ordinal Keadilan eksternal kenaikan gaji Tingkat keadilan eksternal kenaikan gaji 5 Ordinal Keadilan eksternal tunjangan Tingkat keadilan eksternal tunjangan 6 Ordinal Keadilan eksternal insentif Tingkat keadilan eksternal insentif 7 Ordinal Kenaikan eksternal gaji Tingkat kenaikan eksternal gaji 8 Ordinal

(10)

Variabel Konsep Variabel

Indikator Ukuran No.

Item Skala Sumber Data Masa Kerja (X2) Masa Kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam perkerjaan dan jabatan. Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Lama masa percobaan atau magang Lamanya masa percobaan

atau magang 9 Ordinal

Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat Lama bekerja di perusahaan Lamanya bekerja di perusahaan 10 Ordinal Lama bekerja di posisi saat ini Lamanya bekerja di posisi saat ini 11 Ordinal Usia (X3) Hubungan kinerja dengan umur sangat erat kaitannya, alasannya adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia. Molan (2010) Usia yang lebih tua Tingkat Usia 12,13 ,14 Ordinal Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat Usia yang lebih muda Tingkat Usia 15,16 Ordinal Produktivitas Karyawan (Y) Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan Edy Sutrisno (2017) Kemampuan Tingkat kemamuan 17,18 Ordinal Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat Meningkatka n hasil yang dicapai Tingkat hasil

yang dicapai 19,20 Ordinal Semangat Kerja Tingkat semangat kerja 21,22 Ordinal Pengembang an diri Tingkat pengembang an diri 23,24 Ordinal Mutu Tingkat mutu 25,26 Ordinal

(11)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data (Primer dan Sekunder)

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah primer dan sekunder. Menurut Sugiyono (2009:137) data primer sebagai berikut : “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Penelitian menggunakan data primer apabila peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.

Sumber data sekunder menurut Sugiyono (2009:137) adalah : “Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Menggunakan data sekunder apabila peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data-data terkait Gaji, Masa Kerja, dan usia pada PT. Sanbe farma.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data (Penentuan Sampel Minimal)

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.

1. Populasi

Menurut Umi Narimawati (2011:161) populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Sanbe Farma yang berjumlah 50 orang.

(12)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian (Umi Narimawati,2011). Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sttatified random sampling berdasarkan fakultas dan prodi dimana dosen mengajar. Stratified random sampling adalah metode penarikan sampel dengan terlebih dahulu mengelompokan populasi kedalam strata-strata berdasarkan kriteria tertentu kemudian memilih secara acak sederhana setiap stratum (Vincent Gaspersz, 2000:63)

Maetode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh ini adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data (Observasi, kuesioner, wawancara, dokumentasi)

Metode pengumpulan data adalah penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan data sekunder.

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan langsung)

Melakukan pengamatan secara langsung diloksi untuk memperoleh data yang diperlukan. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan yang

(13)

berhubungan dengan variabel penelitian. Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.

b. Wawancara atau interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Penulis dapat mengadakan hubungan langsung dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian. Dalam teknik wawancara ini, penulis dapat mengadakan tanya jawab kepada sumber yang dapat memberikan data atau informasi.

c. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian ini.

Teknik pengolahan data hasil kuisioner digunakan skala likert dimana alternative jawaban nilai 5 sampai dengan 1. Pemberian skor dilakukan atas jawab pertanyaan baik mengenai Gaji (X1), Masa Kerja (X2), Usia (X3), maupun produktivitas karyawan (Y). Karena data ini bersifat ordinal maka selanjutnya niai dari alternative tersebut jumlahnya untuk setiap responden .

Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(14)

Tabel 3.3 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Cukup (C) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Menurut : Sugiyono 2011:142

3.2.4.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 2011:89). Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

𝒓 = 𝒏 ∑ 𝑿𝒀 − ∑ 𝑿 ∑ 𝒀

√ (∑ 𝑿𝟐 − (𝑿)𝟐) × (∑ 𝒀𝟐 − (𝒀)𝟐)

Keterangan:

r1 = koefisien validitas item yang dicari

X = skor yang diperoleh subjel dalam setiap item

(15)

∑X = jumlah skor dalam distribusi X yang berskala ordinal

∑Y = jumlah skor dalam distribusi Y yang berskala ordinal

∑X2 = jumlah kuadrat masing-masing skor X

∑Y2 = jumlah kuadrat masing-masing skor Y

n = banyaknya responden

Tabel 3.4

Kriteria Standar Validitas Instrumen Penelitian Keterangan Validitas

Good (baik) 0.5

Acceptable(cukup baik) 0.3

Marginal 0.2

Poor (Tidak baik) 0.1

Sumber: Baker, Pitstrang, Elliot. 200 dalam Umi Narimawati, 2016: 179.

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi 5%). Rumus yang dilakukan adalah sebagai berikut:

𝑡 =𝑟√𝑛 − 2

√1 − 𝑟2 ∶ 𝑑𝑏 = 𝑛 − 2

Dimana:

n = Ukuran sample

r = Koefisien Korelasi Pearson

Hasil perhitungan uji validitas ditentukan dengan kriteria yang digunakan adalah item valid berarti layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor totalnya, dan apabila koefisien korelasinya > 0,30 (Azwar Saefuddin, 2011:158) maka

(16)

pernyataan tersebut dinyatakan valid, sedangkan jika korekasinya < 0,30 menunjukan bahwa data tersebut tidak valid dan akan disisihkan dari analisis.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas

Variabel No Item Koefisien Validitas Titik Kritis Kesimpulan Gaji (X1) 1 0.561 0.300 Valid 2 0.600 0.300 Valid 3 0.307 0.300 Valid 4 0.392 0.300 Valid 5 0.388 0.300 Valid 6 0.460 0.300 Valid 7 0.531 0.300 Valid 8 0.543 0.300 Valid Masa Kerja (X2) 1 0.716 0.300 Valid 2 0.726 0.300 Valid 3 0.677 0.300 Valid Usia (X3) 1 0.393 0.300 Valid 2 0.367 0.300 Valid 3 0.591 0.300 Valid 4 0.577 0.300 Valid 5 0.575 0.300 Valid Produktivitas Karyawan (Y) 1 0.452 0.300 Valid 2 0.671 0.300 Valid 3 0.651 0.300 Valid 4 0.672 0.300 Valid 5 0.412 0.300 Valid 6 0.318 0.300 Valid 7 0.448 0.300 Valid 8 0.584 0.300 Valid 9 0.396 0.300 Valid 10 0.652 0.300 Valid

(17)

Pada tabel di atas menunjukkan hasil uji validitas seluruh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur Gaji, Masa Kerja, Usia dan Produktivitas Karyawan. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai koefisien validitas yang lebih besar dari 0.300 yang artinya seluruh instrumen pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper (2006) yang dikutip oleh Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Linna Ismawati (2010:43) mengemukakan:

“Reliability is a characteristic of measurenment concerned with accuracy, precision, and consistency.”

Berdasarkan definisi diatas, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman–Brown Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

(18)

a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II

b. Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Ґ𝟏 = 𝟐Ґ𝐛 𝟏 + Ґ𝐛 Ґ1= reliabilitas internal seluruh item

Ґb= korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Keputuasan pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikan 5 % satu sisi adalah :

1.Jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 % maka

instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

2.Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka instrument

dinyatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan.

Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS.

Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.

(19)

Tabel 3.6

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas

Kriteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et a l, 2012:70

Berdasarkan hasil data kuesioner yang diolah dengan SPSS 20.0 maka dapat diperoleh pengujian reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel rhitung rtabel Kesimpulan

Gaji (X1) 0.708 0.70 Reliabel

Masa Kerja (X2) 0.711 0.70 Reliabel

Usia (X3) 0.728 0.70 Reliabel

Produktivitas Karyawan (Y) 0.765 0.70 Reliabel

Sumber: Hasil pengolahan data : 2019

Pada tabel di atas dapat dilihat koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah seluruhnya lebih besar dengan dari rtabel yaitu 0,70, sehingga alat ukur yang

digunakan dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang telah diuraikan di atas, penulis menyimpulan bahwa keseluruhan jumlah pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sudah teruji valid dan reliabel sehingga seluruh instrumen pertanyaan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.

(20)

3.2.4.3 Uji MSI (Data ordinal ke Interval)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala interval melalui “Methode of Successive Interval” (Hays, 1969:39). Dan selanjutnya dilakukan analisis regresi korelasi serta determinasi.

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner

b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.

d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e) Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval

𝐌𝐞𝐚𝐧𝐬 𝐨𝐟 𝐈𝐧𝐭𝐞𝐫𝐯𝐚𝐥 = 𝐃𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐲 𝐚𝐭 𝐋𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐦𝐢𝐭 − 𝐃𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐲 𝐚𝐭 𝐔𝐩𝐩𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐦𝐢𝐭 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐃𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐲 𝐔𝐩𝐩𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐦𝐢𝐭 − 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐚𝐭 𝐁𝐞𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐋𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐦𝐢𝐭

(21)

Dimana:

Means of Interval = Rata-Rata Interval Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = Kepadatan atas bawah Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas Area Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah

f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41), mengemukakan: “Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti”. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif).

(22)

3.2.5.1.1 Analisis Deskriftif/Kualitatif

Analisis Deskriptif/kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.

Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden.

% 𝑺𝒌𝒐𝒓 =

𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒊𝒅𝒆𝒂𝒍

𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒂𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍

× 𝟏𝟎𝟎%

Sumber : Umi Narimawati (2012:84)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

(23)

Selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 - 36.00 Tidak Baik

2 36.01 - 52.00 Kurang Baik

3 52.01 - 68.00 Cukup

4 68.01 - 84.00 Baik

5 84.01 – 100 Sangat Baik

Sumber : Umi Narimawati (2012:85) 3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala interval melalui “Methode of Successive Interval” (Hays, 1969:39). Dan selanjutnya dilakukan analisis regresi korelasi serta determinasi.

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel dapat digunakan salah satunya adalah sebagai contoh analisis regresi Berganda (Multiple Regression).

1. Analisis Regresi dan Asumsi Klasik

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.

(24)

Persamaan Regresi Linier Berganda adalah: Y = 0 + 1X1 + 2X2 …+nXn +  Dimana : Y = variabel dependen X1, X2 = variabel independen Α = konstanta

β1, β2 = koefisien masing-masing faktor

Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah (X1) dan (X2), sedangkan variabel dependen adalah (Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah garfik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas (Husein Umar, 2011:181).

Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu :

(25)

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

b) Uji Multikolinieritas

Menurut Frisch, suatu model regresi dikatakan terkena masalah multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebasnya. Akibatnya model tersebut akan mengalami kesulitan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya (Mandala, 2001:268-270 dalam Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2011:198). Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah :

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar, yang mengakibatkan standar error nya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). Menurut Gujarati (2003: 362), jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas.

c) Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gujarati (2005:406), situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar

(26)

koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).

Selain itu, dengan menggunakan program SPSS, heteroskedastisitas juga bisa dilihat dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SDRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d) Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya.

Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin Watson (D-W). Kriteria uji: bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson :

(27)

a. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi

b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.

c. Tidak ada kesimpulan jika dL ≤ D-W ≤dU atau 4 – dU ≤ D-W ≤ 4-dL. Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

1. Analisis Korelasi

Menurut Sugiono (2017:302) menyatakan bahwa analisis korelasi menunjukan kuatnya pengaruh variabel independen terhadap dependen

Menurut Sujana (1989:152) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:49) mengungkapkan bahwa pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, dan dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus :

𝒓 = 𝒏 (∑ 𝑿𝒊𝒀𝒊) − (∑ 𝑿𝒊)(∑ 𝒚) √{𝒏(∑ 𝑿𝒊𝟐) − (∑ 𝑿𝒊)𝟐} − {𝒏(∑ 𝒀𝒊𝟐) − (∑ 𝒚𝒊)𝟐} Dimana: -1 ≤ r ≤ +1 r = koefisien korelasi x = variabel independen y = variabel dependen n = jumlah responden

(28)

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada Tabel dibawah ini.

Tabel 3.9

Tingkat Keeratan Korelasi

0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak hubungan) 0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 – 0.60 Korelasi sedang 0.61 – 0.80 Cukup tinggi 0.81 – 1 Korelasi tinggi

Sumber: Sugiyono (2017:184)

2. Analisis Koefisien Determinasi

Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SSreg/SStot .

Kd

r

2

x100%

Dimana:

d : Koefisien determinasi

r : Koefisien Korelasi

3. Analisis Koefisien Determinasi Parsial

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh Variabel X1, X2 Variabel dan X3 terhadap Y (Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja dan

(29)

Kompensasi terhadap Loyalitas) secara parsial. Rumus Koefisien determinasinya yang dikemukakan oleh Gujarati (2003:172) adalah sebagai berikut:

Sumber : Gujarati (2003 : 172)

Keterangan:

= Beta (nilai standardized coefficients)

Zero order = Matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat Dimana apabila:

Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah. Kd = 1, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, kuat.

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja dan Kompensasi terhadap Loyalitas. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistic yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.

Langkah-langkah dalam analisisnya sebagai berikut:

1. Pengujian secara parsial

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut:

a. Rumus uji t yang digunakan adalah :

thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar

error nya.

(30)

b. Hipotesis

Karena peneliti belum melakukan pengumpulan data, maka hipotesis sebagai berikut :

H1. β = 0, Terdapat Pengaruh Gaji Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H1. β ≠ 0, Tidak Terdapat Pengaruh Gaji Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H2. β = 0, Terdapat Pengaruh Masa Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H2. β ≠ 0, Tidak Terdapat Pengaruh Masa Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H3. β = 0, Terdapat Pengaruh Usia Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

H3. β ≠ 0, Tidak Terdapat Pengaruh Usia Terhadap Produktivitas Karyawan Pada PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

c. Kriteria pengujian

H0 ditolak apabila thitung < dari tabel ( α=0,05)

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima

artinya diantara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.

b. Jika thitung ≤ ttabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak

(31)

2. Pengujian Secara Simultan

Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

a. Rumus uji F yang digunakan adalah :

𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝑱𝑲𝒓𝒆𝒈𝒓𝒆𝒔𝒊 𝒌 𝑱𝑲𝒓𝒆𝒔𝒊𝒅𝒖 {𝒏 − (𝒌 + 𝟏)} Dimana:

JKresidu = Koefisien Korelasi Ganda

K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah anggota sampel

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas secara bersama–sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan anatara nilai Fkritis dengan nilai

Ftest yang terdapat pada Tabel Analisis of Variance (ANOVA) dari hasil perhitungan

dengan micro-soft. Jika nilai Fhitung > Fkritis, maka H0 yang menyatakan bahwa

variasi perubahan nilai variabel bebas tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel terikat ditolak dan sebaliknya.

Menurut (Sugiyono, 2009:183), menghitung keeratan hubungan atau koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y yang dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment Method atau dikenal dengan rumus Pearson.

(32)

b. Hipotesis

H0 : 𝛽1𝛽2 = 0, Gaji, Masa Kerja, dan Usia secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

Ha : 𝛽1𝛽2≠ 0, Gaji, Masa Kerja, dan Usia secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Produktivitas Karyawan PT. Sanbe Farma Divisi Jawa Barat.

c. Kriteria pengujian

H0 ditolak apabila Fhitung > dari Ftabel ( α = 0,05)

Apabila pada pengujian secara simultan H0 ditolak, artinya sekurang-kurangnya ada sebuah yxi 0. Untuk mengetahui ρyxi yang tidak sama dengan nol, maka dilakukan pengujian secara parsial.

Gambar 3.2

Gambar

Tabel 3.1  Desain Penelitian  Tujuan  Penelitian      Desain Penelitian
Gambar 3.1  Desain Penelitian
Tabel 3.3  Skala Likert
Tabel 3.5  Hasil Uji Validitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berpikir reflektif dalam memecahkan masalah matematika pada materi fungsi adalah kegiatan yang dilakukan otak berupa kemampuan dalam memahami permasalahan, mengaitkan

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis

telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) pada

Pada saat memberikan perlakuan di kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), peserta didik dibagi ke

Menurut Scott A.Bernard (2005, p73), Teknologi adalah jenis sumber daya yang memungkinkan informasi dan sumberdaya lainya mengalor untuk mendukung penciptaan dan

SEIRING perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, proses komunikasi dewasa ini tidak lagi sebatas dilakukan secara langsung (face to face), namun telah

Perlindungan Pernafasan : Gunakan perlindungan pernafasan melainkan jika pengalihan udara setempat yang mencukupi disediakan atau penilaian pendedahan menunjukkan bahawa

Dari enam butir pokok mengenai konsep pemberdayaan masyarakat ini, dapat disimpulkan, bahwa: (1) pemberdayaan masyarakat tidak dapat dilakukan hanya melalui