• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAPHASILBELAJARIPSSISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAPHASILBELAJARIPSSISWA KELAS IV SD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBASIS LINGKUNGAN

TERHADAPHASILBELAJARIPSSISWA KELAS IV SD

Ni Ngh. Widiantari

1

, Ni Wyn. Arini

2

, Kt. Pudjawan

3

1,2Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

[email protected], [email protected]2, [email protected]3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT berbasis lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model bukan NHT berbasis lingkungan pada siswa kelas IV Gugus III Kecamatan Kintamani. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus III Kecamatan Kintamani yang berjumlah 128orang. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik Random Sampling dan diperoleh sampel yaitu siswa kelas IV SDN Sekaan yang berjumlah 25 orang dan siswa kelas IV SDN Bayunggede yang berjumlah 22 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dengan instrument tes objektif pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipeNHT berbasis lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model bukan kooperatif tipe NHT berbasis lingkungan (thitung = 6,72 ; ttabel = 2,02). Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaraan kooperatif tipe NHT berbasis lingkungan memperoleh rata-rata hasil belajar yaitu 18,24 berada pada kategori tinggi. Sedangkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran bukan kooperatif tipe NHT berbasis lingkungan memperoleh rata-rata hasil belajar yaitu 12,68 berada pada kategori sedang. Jadi model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis Lingkungan berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS.

Kata-kata kunci: hasil belajar, IPS, lingkungan, NHT Abstract

This study aims to determine differences in social Sciences outcomes between students who follow learning with NHT learning model -based environment with students who follow learning with non-NHT learning model -based environment in the fourth graders in Gugus III Kintamani districts. This type of research is a quasi-experiment research. The population of this study is all students of class IV in Gugus III Kintamani districts which amounted to 128 people.The sample of this study was chosen by Random Sampling technique and obtained the sample that is the fourth grade students of SDN Sekaan which amounted to 25 people and the fourth grade students of SDN Bayunggede which amounted to 22 people. The data collected in this research use test method with multiple choice objective test instrument.The data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test). The result of the research shows that there are differences of outcomes between students who follow learning with cooperative type NHT learning model -based environment with students who follow learning with non- cooperative type NHT learning model --based environment (t = 6.72; ttable = 2.02). Students who were taught by cooperative type NHT learning model -based environment -based on the average result of learning result that is 18.24 are in high category. While the students who were taught by non-cooperative learning of NHT type based on the environment obtained an average of 12.68 learning outcomes in the medium category. So model of cooperative type NHT learning model -based environment the positive impact on social Sciences learning outcomes.

(2)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

2

Pendahuluan

Sekolah dasar sebagai salah satu lembaga pendidikan formal mengemban tugas yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkulitas. Peningkatan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan hasil pembelajaran di sekolah dasar. Oleh sebab itu, pembelajaran di SD hendaknya dilaksanakan dengan sebaik mungkin dengan melibatkan berbagai pihak. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SD diantaranya dengan pengadaan sarana dan prasarana belajar, peningkatan kualitas pendidik, pembaharuan kurikulum, dan menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran. Peran yang tidak kalah penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di SD adalah peran dari guru sebagai pendidik dan peran siswa sebagai peserta didik. Sepuluh mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar (SD) meliputi pendidikan kewarganegaraan, pendidikan agama, bahasa Indonesia, matematika, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani, ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS).

IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok di SD yang berperan penting dalam kehidupan peseta didik. Menurut Raga (2005:8) “ Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan

kebermaknaanya bagi siswa dan

kehidupanya”. IPS dipelajari untuk membantu siswa dalam memperoleh dan pengetahuan, keterampilan sosial, serta sikap siswa dalam hidup dimasyarakat. Jadi, selain kemampuan ranah kognitif, dalam proses pembelajaran juga harus dapat mengembangkan sikap maupun keterampilan sosial dasar yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Perencanaan dan pelaksaan pembelajaran IPS di SD selalu dikaitkan dengan permasalahan yang ada di masyarakat.

Pelaksanaan pembelajaran IPS yang selalu dikaitkan dengan permasalahan yang ada dimasyarakat akan membuat siswa merasa senang dan pembelajaran menjadi bermakna. Pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa

dalam pembelajaran IPS dapat

menumbuhkan keaktifan yang tinggi dan dapat memacu hasil belajar IPS. Kenyataanya di lapangan tidak seperti yang diharapkan pembelajaran IPS untuk meningkatan hasil belajar siswa belum optimal hal ini dikarenakan guru kurang kreatif dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, guru kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pembelajaran semacam ini akan membuat siswa merasa bahwa apa yang dipelajari kurang bermakna bagi kehidupanya. Jika pembelajaran seperti ini tetap diterapkan maka akan menimbulkan kejenuhan yang nantinya berdampak pada hasil belajar IPS siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2017 di kelas IV SD Gugus III Kecamatan Kintamani diperoleh data bahwa hasil belajar IPS siswa kelas IV masih banyak yang berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terbukti dengan daftar nilai ulangan harian siswa sebagai berikut.

Di SDN Bayunggede kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan adalah 75, dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 70,9. Di SDN Sekaan kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan adalah 75, dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 69,4. Di SDN Bonyoh kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan adalah 70, dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 67,9. Di SDN Abuan kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan adalah 70, dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 74,9. Di SDN Katung kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan adalah 75, dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 71,1. Di SDN Banua kriteria ketuntasan belajar (KKM)

(3)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

3 yang ditetapkan adalah 72, dengan rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 70,8. Nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas IV adalah 70,83 sehingga masih ada beberapa sekolah yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu rentangan antara 70-75. Hal tersebut memperlihatkan bahwa hasil belajar masih rendah.Untuk meningkatkan hasil belajar

diperlukan pembelajaran yang

menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan tercipta apabila seorang guru tepat memilih model dan mampu menciptakan pembelajaran yang nyata bagi siswa.

Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan setiap peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) berbasis

lingkungan.Pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) atau

penomoran berpikir bersama “adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional” (Trinato,2009:82). Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerjasama dan bertukar pikiran untuk menyelesaikan suatu masalah yang diberikan oleh guru.Pembelajaran NHT akan melibatkan siswa secara penuh dan memotivasi siswa untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran tidak hanya menunggu guru yang memberikan materi secara terus menerus, siswa akan secara aktif mencari konsep yang mereka pelajari. Permasalahan yang akan diberikan siswa berupa permasalahan yang ada di lingkungan karena lingkungan menyediakan berbagai hal yang bisa dipelajari siswa atau berbagai hal yang mampu memengaruhi tingkah laku siwa sehingga akan menciptakan pembelajaran yang nyata bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009:195) yang menyatakan bahwa “Lingkungan adalah “sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu”.

Pembelajaran yang nyata bagi siswa

adalah pembelajaran memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mencari pengetahuanya sendiri dan juga pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang bersifat real atau nyata agar proses pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna karena disertai dengan contoh-contoh nyata atau real dan tidak hanya terbatas pada buku ajar sebagai sumber belajar. Tidak hanya pembelajaran yang bersifat nyata pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang berbasis lingkungan akan memberikan siswa pengetahuan berupa teori dan juga bagaimana pengaplikasiannya, serta akan melibatkan kemampuan konsep afektif dan psikomotorik siswa sehingga pemahaman konsep yang didapatkan akan lebih bermakna di kehidupan siswa dibandingkan dengan penjelasan melalui cemarah.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan dikaji lebih jauh tentang Pengaruh Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Gugus III Kecamatan Kintamani dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) Berbasis Lingkungan dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model bukan kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) Berbasis Lingkungan pada siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Kintamani tahun pelajaran 2016/2017.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus III Kecamatan Kintamani tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian yang dilaksanakan termasuk penelitian eksperimen, dengan jenis penelitiannya adalah eksperimen semu (quasi

eksperimen). Rancangan penelitian yang

(4)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

4

Group Design. Terdapat dua kelompok

yang dipilih sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. kelompok eksperimen merupakan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis lingkungan, sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan tidak menggunakan model pembelajaran NHT berbasis lingkungan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus III Kecamatan Kintamani yang terdiri dari 6 SD dengan jumlah siswa 128 orang. Sebelum ditentukannya sampel penelitian terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan analisis dengan menggunakan ANAVA-A pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhit sebesar

0,001 sedangkan nilai Ftab pada dbantar = 5

dan dbdal = 122 yaitu diperoleh Ftabel sebesar

2,28. Dengan demikian, maka terlihat Fhit <

Ftab sehingga H0 diterima. Dari pernyataan

tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 yang menyatakan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan hasil ulangan akhir semester ganjil IPS siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Kintamani pada tahun pelajaran 2016/2017 adalah diterima. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan yang signifikan hasil ulangan akhir semester ganjil IPS siswa kelas IV di SDN Katung, SDN Banua, SDN Abuan, SDN Bonyoh, SDN Bayunggede dan SDN Sekaan Kecamatan Kintamani pada tahun pelajaran 2016/2017. Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi tersebut adalah setara.

Pada penelitian ini sampel diambil dengan teknik “random sampling”. Dari 6 kelas IV yang ada di Gugus III Kecamatan Kintamani dilakukan pengundian untuk diambil dua kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Berdasarkan pengundian yang dilakukan maka didapatkan kelas IV SDN Sekaan mejadi kelompok eksperimen dan kelas IV SDN Bayunggede sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan

perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbasis lingkungan dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan model pembelajaran NHT berbasis lingkungan..

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan metode tes berupa tes objektif (pilihan ganda). Jumlah soal pada tes adalah 25 butir soal yang telah diuji validitas isi, validitas butir, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar IPS siswa selanjutnya disajikan ke dalam poligon. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan poligon distribusi frekuensi. Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut, skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Skala penilaian atau kategori pada skala lima.

Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud adalah: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan uji-t sampel. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan uji-t sampel independent.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Berdasarkan hasil analisis data statistik deskriptif yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada Tabel 1.

(5)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

5 Tabel 1.

Rekapitulasi Perhitungan Data Hasil Post-Test

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen Mo>Md>M sedangkan pada kelas kontrol Mo<Md<M. Distribusi frekuensi data hasil post-test kelas eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1.

Poligon Data Post-test Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa sebaran data siswa kelas IV SD yang mengikuti model pembelajaran NHT berbasis lingkungan pada kelas eksperimen menunjukkan kurva juling negatif. Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar IPS siswa, skor rata-rata hasil belajar IPS siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal

(SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh

bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS kelas eksperimen dengan M = 18,24 tergolong kriteria tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil post-test kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran

dengan model bukan NHT berbasis lingkungan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2.

Poligon Data Post-test Kelas Kontrol Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa sebaran data siswa kelas IV SD yang mengikuti pembelajaran bukan dengan model NHT berbasis lingkungan menunjukkan kurva juling positif.

Untuk mengetahui kualitas variabel hasilbelajar IPS siswa, skor rata-rata hasil belajar IPS siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan

standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil

konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS kelas kontrol dengan M = 12,68 tergolong kriteria sedang.

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians terhadap data hasil belajar IPS 0 2 4 6 8 10 12 -13 14 -15 16 -17 18 -19 20 -21 22 -23

frekuensi

frekuensi 0 2 4 6 8 10

Frekuensi

Frekuensi Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Modus (Mo) 20,40 11,38

Median (Md) 19,00 12,25

Mean (M) 18,24 12,68

Varians 9,29 5,76

(6)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

6 siswa.Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis data post test kelas eksperimen dengan menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh

2hitung = 5,81.

Berdasarkan tabel distribusi

2, untuk taraf signifikansi 5 % dan dk = 3(dk= jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1) diperoleh

2

tabel = 7,815. Karena 2

hitung< 2

tabel,

maka data hasil belajar IPS siswa untuk kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis data post test kelas kontrol diperoleh

2hitung = 2,70. Berdasarkan tabel

distribusi

2, untuk taraf signifikansi 5 % dan dk = 2(dk= jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1) diperoleh

2tabel = 5,59. Karena

2

hitung<

2

tabel, maka data hasil belajar IPS

siswa untuk kelas kontrol berdistribusi normal. Jadi frekuensi data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians terhadap varians pasangan antar kelas eksperimen dan kelas kontrol.Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians didapatkan Fhitung = 0,91 dan Ftabel dengan dbpembilang 21, dbpenyebut 25, dan taraf

signifikansi 5% adalah 2,01. Dengan demikian hasil belajarIPS siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen.

Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Oleh karena data hasil belajar IPS berdistribusi normal dan homongen serta jumlah siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan jumlah siswa pada kelas kontrol, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel tak berkolerasi yaitu dengan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thitung> ttabel dan terima

H0 jika thitung< ttabel. Berikut ini ringkasan hasil

uji hipotesis yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.

Rangkuman Hasil Uji-t dengan Rumus Separated Varians

Hasil Perhitungan Kelompok

Eksperimen Kontrol N 25 22 Db 45 45 Mean (

x

) 18,24 12,68 s2 9,29 5,76 t hitung 6,72 t tabel 2,02

Rangkuman hasil analisis uji-t pada tabel 2 menunjukkan thitung = 6,72 dan ttabel =

2,02 untuk db = n1 + n2 – 2 = 45 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena thitung> ttabel maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan

yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa kelas IV SD yang mengikuti pembelajaran menggunakanmodel pembelajaran NHT berbasis lingkungandengan siswa kelas IV

(7)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

7 SD yang mengikuti pembelajaran bukan dan model NHT berbasis lingkungan di Gugus III Kecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2016/2017.

Pembahasan

Berdasarkan pada hasil analisis data menggunakan uji-t dan analisis deskritif yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Kintamani tahun pelajaran 2016/2017 antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) berbasis

lingkungan dan siswa yang tidak mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) berbasis

lingkungan dan perbedaan rata-rata hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)berbasis lingkungan lebih

tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan model bukan kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) berbasis

lingkungan. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) berbasis lingkungan memiliki

banyak keunggulan dan diterapkan dengan baik oleh guru, sehingga terjadi banyak perubahan positif dalam diri siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berbasis lingkungan membuat siswa senang mengikuti proses pembelajaran karena merupakan hal yang baru bagi siswa. Segala sesuatu yang baru dan membuat senang dapat menumbuhkan motivasi.Rasa senang mengikuti pembelajaran membuat siswa termotivasi dalam belajar. Hal ini sesuai dengan konsep motivasi yang diungkapkan oleh Hamzah B.Uno (dalam Suriani,2013), bahwa “ tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap sesuatu, apabila ia menyenangi kegiatan itu, maka termotivasi untuk melalukan kegiatan tersebut”. Motivasi dalam diri siswa merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh siswa.Siswa yang memiliki motivasi tinggi tidak mudah terpuruk ketika

menemukan masalah dan selalu berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya.

Selain siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar, siswa juga lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kegiatan siswa saat mendiskusikan permsalahan yang diberikan oleh guru dengan teman kelompoknya dan siswa juga aktif menyampaikan hasil diskusi. Dengan adanya keaktifan siswa didalam pembelajaran, akan meningkat pula hasil belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, hasil belajar bergantung pada keterlibatan siswa itu sendiri dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan siswa yang tidak mengikuti model NHT berbasis lingkungan, pembelajaran hanya berpusat pada guru dan siswa hanya mendengarkan materi yang guru sampaikan di depan kelas. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Puspitasari

(2016), yang menyatakan bahwa

implementasi model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) dalam pembelajaran

IPS melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk berpikir terlebih dahulu mengenai permasalahan yang diberikan, kemudian mendiskusikan dengan teman kelompoknya dan kemudian menyampaikan hasil diskusi dengan menggunakan bahasa sendiri.

Pada pembelajaran NHT berbasis lingkungan dapat menubuhkan rasa kerja sama pada diri siswa. Siswa yang sudah memahami materi pelajaran mampu membantu siswa lain yang belum paham atau kurang mampu dalam menerima pelajaran. Dengan tingkat kemampuan yang berbeda pada setiap kelompok menyebabkan terjadinya proses interaksi sosial, saling tukar informasi, ide dan gagasan pada masing-masing siswa. Dengan adanya kegiatan ini seluruh siswa saling membantu dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran merasa sangat terbantu karena mereka lebih leluasa untuk bertanya kepada temanya. Dengan model ini, siswa bisa belajar bersama dengan

(8)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

8 teman sebayanya dan merasa lebih berani untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka mengerti kepada temanya yang sudah menguasai materi yang dipelajari. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Suandewi (2017), menyatakan bahwa Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya, berinteraksi sosial, dan membagikan ide-ide baru dalam kelompok bisa dikatakan seperti tutor sebaya. Seorang siswa memberitahukan temannya yang belum paham atau kurang mampu dalam menerima pelajaran.

Model pembelajaran ini juga dapat menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab siswa. Rasa tanggung jawab sangat penting dimiliki oleh siswa, baik rasa tanggung jawab dalam kelompok maupun individu dalam kegiatan pembelajaran.Dalam kelompok siswa bertanggung jawab untuk berdiskusi dalam mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru sedangkan secara individu siswa berusaha menjawab pertanyaan sesuai dengan kemampuan dan melakukan yang terbaik agar dapat memperoleh nilai tertinggi tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga bagi kelompok. Tanpa rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap individu, maka kegiatan

kelompok dalam menyelesaikan

permasalahan yang diberikan oleh guru kurang optimal. Dengan memiliki rasa tanggung jawab permasalahan yang dihadapi kelompok dapat terselesaikan. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Yanti (2016) yang menyatakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dapat

meningkatkan tanggung jawab yang dimiki siswa, baik tanggung jawab dalam kelompok maupun individu.

Sumber belajar yang digunakan oleh siswa tidak hanya buku dan guru, tetapi siswa memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari karena konsep yang dipelajari

bisa dilihat bahkan bisa diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran semacam ini akan lebih bermakna bagi siswa dan lebih lama diingat oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Samatowa (2006) pembelajaran bermakna akan membuat siswa lebih lama mengingat materi pelajaran yang dipelajari sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Penggunaan

lingkungan dalam pembelajaran

memungkinkan siswa untuk mempelajari berbagai konsep yang nantinya bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa dan mampu mempersiapkan siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan keadaan disekitarnya.Hamalik (2009:194) menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan alam sekitar

akanmembantu anak didik untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya kesiapan diri siswa terhadap kondisi lingkungan siswa akan mampu menerapkan informasi yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan Setelah dilakukan analisis data dan berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,72. Sedangkan, ttabel dengan

taraf signifikansi 5% adalah 2,02. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung> ttabel),

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.Ini berarti

bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2016/2017 antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) Berbasis

Lingkungan dan siswa yang tidak mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) Berbasis

Lingkungan.Dengan demikianpenerapan model pembelajaran kooperatif tipe

NHTberbasis lingkungan berpengaruh positif

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV semester II di SD Gugus III Kecamatan Kintamanitahun pelajaran 2016/2017.

(9)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

9 Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut..

1. Siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus meningkatkan kemampuan serta pemahaman dengan mengembangkan sendiri pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa , lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, dan lebih percaya diri.

2. Guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan suatu strategi pembelajaran yang inovatif dan didukung media pembelajaran yang relevan sehingga motivasi belajar siswa lebih tinggi dan hasil belajar siswa juga akan lebih baik.

3. Sekolah-sekolah yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT)

berbasis lingkungan dalam pembelajaran di sekolah tersebut.

4. Peneliti yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together (NHT)berbasis

lingkungan dalam mata pelajaran IPS maupun bidang ilmu lain yang sesuaiagar memerhatikan kendala-kendala yang ditemukan dalam penelitian ini, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbanganuntuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

Daftar pustaka

Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar.Bandung: Bumi Aksara.

Puspitasari, Ni Luh Kadek Diah. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran

Numbered Head Together (NHT)

Terhadap Motivasi Berprestasi dan

Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD. E-Journal PGSD Universitas

Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 4 No: 1 Tahun:2016.)

Raga, Gede.2008. Buku Ajar pendidikan Ilmu

Pengetahun Sosial di Sekolah

Dasar.Singaraja: Undiksha.

Samatowa,Usman. 2006. Bagaimana Membelajarjan IPA di sekolah Dasar. Jakarta: Depertemen pendididkan nasional.

Suandewi, Ni Km. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together Meningkatkan Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas IV SD No. 3 Kapal.

Journal Ilmiah Sekolah Dasar (Vol:1 tahun 2017).

Suriani, Ketut. 2013. Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT)

berbantuan Media Flip Chart

terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Gugus I Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013. Journal Ilmiah Sekolah Dasar (Vol:1 tahun 2013).

Trianto.2009.Mendesain Model pembelajaran

inovatif Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum

Tingkat Satuan

Pendidikan(KTSP).Jakarta:Kencana.

Yanti, Komang Dina. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together( NHT)

Terhadap Hasil Belajar IPA. E-Journal

PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 4 No:1 Tahun 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Radius orbit r pada mobil percobaan dinaikkan dengan pemindahan neraca pegas dan diukur masing-masing gaya sentrifugal F z dan radius r... Gaya sentrifugal sebagai fungsi

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Pengawasan Revitalisasi Pasar Tradisional Setia Jaya Gampong Lhang Kecamatan Setia dengan ini

Group Investigation (GI) merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada upaya peserta didik dalam kelompok untuk merencanakan kegiatan

a. Memahami pengendalian internal-penjualan: auditor mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner, dan pengujian penelusuran. Mengukur resiko pengendalian

Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan

Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 4.500 jam dan 25 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan

[r]

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa