p-ISSN : 2623-1041 Berazam
EVALUASI PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
Tan Kelvin1, Timbul Dompak2
1Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara, Universitas Putera Batam 2Dosen Program Studi Administrasi Negara, Universitas Putera Batam
email: pb161010042@upbatam.ac.id
ABSTRACT
Implementation of environmental cleanliness is a necessity as human beings to create a clean environment and free from disease in this case in accordance with Law Number 18 Year 2008 concerning Waste Management and Regional Regulation Number 11 Year 2013 Regarding Waste Management that the government and the community need to guarantee a partnership to achieve maximum results, namely through the process of transportation, sorting, and waste management in the community. The data source used uses primary data sources obtained directly from data sources and secondary data that is not directly through the website. This research was conducted to the Department of the Environment and the Sanitation Officer and the community involved in the waste management process. The problems faced are related to waste bank management, improper waste management, sanitation worker rights that have not been fulfilled and unclean environment. In this case the cause of the existing problem is the process of socialization and education related to good waste management through waste banks and independent ones that have not been maximized, the lack of strength of the Regional Government Budget and the community's awareness of clean living. Based on the results of the researchers concluded that the implementation of government policy programs is currently running well but is still not optimal so it needs to be evaluated periodically.
Keywords: Waste, Evaluation, Wast Bank, Cleanliness, Regional Regulation
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu mencapai urutan ke-4 dunia setelah Pakistan yaitu 274.000.000 juta jiwa pada tahun 2019 dan terus berkembang seiring berjalannya waktu apabila tidak ditekan maka akan semakin banyak dan efeknya tentu kepada seluruh sektor termasuk kemiskinan, kebersihan, dan pengangguran, kesehatan dan sebagainya. Jumlah penduduk pada dasarnya mempengaruhi pengingkatan konsumsi di lingkungan masyarakat, ketika itu terjadi maka akan menambah permasalahan didalamnya yaitu salah satunya semakin banyak juga volume sampah yang dihasilkan setiap harinya.
Sampah merupakan hasil dari konsumsi masyarakat baik itu sampah organik maupun anorganik, tidak sampai di situ saja ketika banyaknya sampah dihasilkan maka akan berpengaruh kepada kebersihan lingkungan setiap harinya. Pada dasarnya pemerintah selalu melakukan upaya yang serius terkait masalah kebersihan karena akan mempengaruhi ikon dari kota tersebut juga. Kebersihan merupakan suatu kegiatan yang cukup sulit untuk diciptakan karena melihat dari masyarakat yang tidak teratur dan kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya. Daerah memiliki perannya masing-masing untuk membuat bagaimana caranya agar kota di daerah tersebut bersih, khususnya daerah Kepulauan Riau yang terdiri dari Kota Tanjung Pinang, Kota Bintan, Kota Anambas, Kota Lingga dan Kota Batam.
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
termasuk ke dalam kota terbesar dari beberapa kota yang ada di Kepulauan Riau dengan jumlah penduduk yang mencapai 1.376.009 jiwa pada tahun 2019 dan mengalami kenaikan yaitu sebesar 234.193 jiwa dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2018 sebesar 1.329.773 jiwa. (Badan Pusat Statistik 2019)
Dengan melihat besarnya angka peningkatan penduduk di Kota batam tidak menutup kemungkinan karena Batam menjadi ikon yaitu dari sektor industri serta pariwisata dan memiliki daerah yang strategis maka akan semakin banyak penduduk migrasi ke Kota Batam. Peran pemerintah tentu sangat penting baik kegiatan sosialisasi, pelayanan dan pengelolaan lingkungan bersih tetap harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk mempengaruhi peningkatan kebersihan pula. Kebersihan lingkungan tentu berkat kerjasama antara pemerintah dan masyarakat yang peka terhadap keberlangsungan lingkungan hidup sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah bahwa melewati Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam yang melaksanakan pengelolaan sampah merupakan tanggungjawab Dinas Lingkungan Hidup akan tetapi hal tersebut bukan menjadikan sepenuhnya kebersihan diserahkan kepada pemerintah tetapimembutuhkan kesadaran dari masyarakat itu sendiri ataupun stakeholder lainnya yang menghasilkan sampah.
Pada dasarnya Dinas Lingkungan Hidup melakukan kegiatan pengawasan, pengelolaan, pemilahan serta pengankutan sampah sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik terkait hal ini. Dinas Lingkungan Hidup dalam hal ini mengantisipasi kenaikan timbulan sampah maka intansi tersebut mengusulkan sesuai dengan Peraturan Daerah bahwa masyarakat diperlukan untuk proses pengurangan sampah secara mandiri yaitu dengan membuat bank sampah yang berfungsi untuk mengurangi sampah dan menambah nilai dari segi ekonomi masyarakat naik dan efeknya masyarakat rajin memilah dan menabung sampah melewati bank sampah ini, Kegiatan yang dilakukan di bank sampah ini meliputi pengumpulan sampah-sampah plastik, kardus, botol minuman dan sejenisnya yang dapat menghasilkan daya jual, tujuannya tentu sama-sama diuntungkan karena masyarakat mendapatkan penambahan penghasilan dan pemerintah pun bebannya berkurang di karenakan dampak yang ditimbulkan jika kegiatan berjalan dengan baik yaitu sampah dapat berkurang drastis. Hal tersebut dapat kita lihat melewati data Dinas Lingkungan Hidup mengenai banyaknya Tonase Sampah setiap tahunnya dari tabel di bawah ini:
Tabel 1 Data Tabel Tonase Sampah
No Tahun Mitra DLH Industri Jumlah
1 2017 51.435.010 232.041.6 00 - 610 283.476. 2 2018 - 234.959.3 30 3 2019 - 247.368.1 20 37.992.3 70 46.898.9 70 272.951. 700 294.267. 090 (Sumber: Dinas Lingkungan Hidup di Kota Batam)
Dapat kita lihat dari tabel di atas bahwa Tonase Sampah setiap tahunnya mengalami turun dan naik yang terjadi secara tidak signifikan sehingga dapat kita simpulkan bahwa kegiatan pengurangan tonase sampah melewati Dinas Lingkungan Hidup masih belum berjalan maksimal.
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
KAJIAN TEORI Kebijakan Publik
Kebijakan pcublik merupakan kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan pemerintah menurut Thomas R.Dye dalam (Islamy, 2014: 13) kebijakan publik merupakan suatu tindakan untuk di jalankan atau tidak di jalankan, memiliki makna bahwa tindakan melakukan suatu keputusan tentu memiliki dampak untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Selanjutnya Menurut pendapat Rose (Hamdi, 2014: 36) kebijakan yaitu proses aktivitas-aktivitas jangka Panjang yang memiliki dampak bagi mereka yang memiliki kaitan terhadap jalannya pemerintahan, Anderson dalam (Hamdi, 2014: 36) kebijakan di buat semata-mata untuk mengatasi masalah-masalah yang akandihadapi dan timbul, kata policy tersebut sering di salah gunakan sebagai kegiatan- kegiatan institusi mau pun kegiatan yang bersifat kepentingan diri sendiri dan terlepas dari kegiatan politik yang bernuangsa negatif.
Karakter utama dari kebijakan publik yaitu dalam (Hamdi, 2014: 37-39):
1. Kebijakan tentu harus memiliki dampak dan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki publik. Setiap kebijakan tentu selalu berupaya untuk menyelesaikan serta pemecahan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini maka dapat disimpulkan kebijakan publik merupakan solusi untuk permasalahan yang tidak bisa diselesaikan warga negara secara pribadi. Oleh karena itu, diharapkan mampu menjadi solusi dari pemecahan masalah
2. Kebijakan selalu harus memiliki pola yang terstruktur dalam rangkaian kegiatan dan program. Maka dari itu, dapat di lihat pada kegiatan perencanaan program yang memiliki tujuan yang di inginkan sesuai dengan pemecahan masalah yang di hadapi. Pada dasarnya hal ini dapat memunculkan keterkaitan masalah tersebut. Hal yang dilakukan Pertama atas jawaban masalah yang muncul untuk memenuhi penyelesaian kebijakan kepada kesepakatan semua pihak. Hal Kedua dalam suatu program terkait pemecahan masalah yang bersifat spesifik dan akhir masih jarang ditemui. Dalam hal ini peraturan terkadang masih harus terus mengalami suatu revisi untuk menyeimbangkan antara pergesaran kekuasaan ataupun tidak relevan lagi untuk diterapkan. Ketiga, kebijakan tentu mengalami perubahan-perubahan dalam penerapannya. Ini dikarenakan sering terjadinya ke tidak relevan jalannya kebijakan dengan program yang sudah dibuat secara prosedur. Keempat, kebijakan publik dalam bidang tertentu akan selalu berkaitan dengan kebijakan publik dalam bidang yang lain. Indonesia dalam hal ini memerlukan kebijakan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga mampu mengurangi kegiatan yang cacat prosedur.
3. Kebijakan publik pada umumnya harus memiliki hubungan dengan hukum dan sanksi pidana agar masyarakat tunduk dan patuh akan aturan kebijakan yang telah dibuat serta memaksa masyarakat mengikuti aturan tersebut karena memiliki sanksi pidana didalamnya.
Implementasi Kebijakan
Menurut Gordon dalam (Mulyadi, 2016:24) implementasi merupakan suatu kegiatan pelaksanaan kebijakan yang tentu sesuai dengan kebijakan yang telah di tetapkan agar didalam jalannya proses kebijakan tidak ada kesalahan prosedur sehingga pelaksanaan kebijakan sesuai dengan program yang sudah di tetapkan secara bersama-sama.
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan publik menurut Howlett dan Ramesh (Mulyadi, 2016: 121) memberikan pengertian pelaksanaan secara terstruktur, serta penalaran terkait dampak- dampak suatu kebijakan program yang dibuat pemerintah apakah memiliki kesesuaian terhadap tujuan yang di inginkan. Menurut Siagian (Mulyadi, 2016:122) mendefinisikan evaluasi sebagai proses pengukuran dan pembandingan dari hasil- hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Fitzpatrick, Dkk dalam (Sugiyono, 2017) mengemukakan perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif terletak pada: kegunaan, audience, pendukung, karakteristik utama, desain, tujuan pengumpulan data, frekuensi pengumpulan data, ukuran sampel dan pertanyaan utama. Secara teoritis pelaksanaan antara evaluasi formatif dan sumatif dilakukan secara seimbang. Evaluasi formatif dapat dilakukan sejak awal program dilaksanakan, dan evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir program. Selanjutnya dinyatakan bahwa, penelitian formatif, dapat digunakan untuk meneliti hal-hal sebagai berikut:
1. Need Assessment
Analisis kebutuhan, siapa yang menentukan program, seberapa luas programnya, bagaimana cara kerja untuk mencapai kebutuhan tersebut.
2. Evaluability Assessment
Keterlaksanaan penilaian, menentukan apakah evaluasi layak dilakukan, bagaimana pemangku kepentingan memanfaatkan hasil evaluasi Tersebut.
3. Structured Conceptualization Mengkonsep struktur, membantu pemangku kepentingan menjelaskan program atau teknologi, target populasi, dan kemungkinan hasilnya. Impelementation evaluation monitors Evaluasi implementasi,memantau pelaksanaan program atau teknologi.
4. Process Evaluation
Evaluasi proses, menginvestigasi proses pencapaian program atau teknologi, termasuk prosedur alternatifnya.
Sedangkan penelitian evaluasi sumatif dapat digunakan untuk meneliti seperti hal- hal berikut:
1. Outcome Evaluations
Evaluasi Outcome, mengungkapkan apakah program mencapai target yang jelas atau tidak.
2. Impact Evaluation
Melakukan evaluasi dampak dari program secara keseluruhan, baik yang terukur maupun tidak terukur.
3. Cost-Effectiveness and Cost-Benefit Analysis
Manfaat dan analisis untung rugi, untuk menjawab pertanyaan masalah efisiensi bila dibandingkan dengan standar biaya dan nilai.
4. Secondary Analysis
Menguji data yang telah ada, untuk menemukan pertanyaan baru dengan menggunakan metode yang telah digunakan.
Indikator Evaluasi Kebijakan
Menurut William N.Dunn dalam membedakan 6 macam kriteria untuk menilai kebijakan sebagai berikut (Anggara Sahya, 2014:280):
1. Efektivitas
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
Efektivitas, memiliki hubungan erat dengan pelaksanaan sesuai nalar yaitu kebijakan yang diukur melalui seberapa menghasilkan dampak dan sesuai dengan teknis yang masuk akal dari kebijakan tersebut.
2. Efisiensi
Berkenaan dengan jumlah usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimal dan ekonomis, biasanya memfokuskan pada biaya yaitu kegiatan yang memiliki pelaksanaan yang murah tetapi dengan hasil yang maksimal
3. Kecukupan
Berkenaan dengan tingkat efektivitas apakah sudah memuaskan kebutuhan dan memfokuskan pada hubungan antara pilihan kebijakan dan tujuan yang diinginkan
4. Perataan
Berkenaan dengan keadilan dalam suatu pelaksanaan kebijakan apakah sudah merata dalam hal pelaksanaannya tanpa memandang kelompok-kelompok kepentingan sehingga asas good governance terpenuhi dengan baik lalu berhubungan erat dengan rasionalitas legal yang menunjukkan pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok- kelompok yang berbeda hal ini pemerintah berusaha seadil mungkin dalam kegiatan pelaksanaan pengelolaan maupun pengangkutan sampah di 9 kecamatan tanpa memandang jarak lokasi dan sebagainya, lalu semua dilayani meskipun tidak membayar retribusi di perumahan liar dan tidak taat pada aturan agar mewujudkan Kota Batam menjadi bersih
5. Responsivitas
Berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat memuaskan serta memenuhi kebutuhan masyarakat ataupun kelompok tertentu sehingga arah kebijakan tergantung pada respon dari masyarakat untuk melakukan evaluasi karena kebijakan sesuai kebutuhan maka baik juga respon yang di dapat.
6. Ketepatan
Berkenaan dengan bagaimana kebijakan dibuat apakah sudah layak dijalankan artinya kegiatan kebijakan yang dilaksanakan mendatangkan manfaat dan hasil dari sebuah program.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Dalam (UUD No.18 Tahun 2008) yang dimaksud dengan:
1. Sampah merupakan hasil dari proses kegiatan setiap harinya manusia yang memiliki bentuk padat
2. Sampah khusus yaitu sampah yang harus dikelola dengan khusus pula karena sifat dan banyaknya sehingga perlu melakukan tindakan khusus pula
3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah
4. Sumber sampah adalah setiap manusia ataupun melalui proses alam yang menjadikan sampah
5. Pelaksanaan pengurangan dan penanganan terkait sampah dilakukan dengan pelaksanaan yang teratur serta mencangkup keseluruhan
6. Wadah sementara digunakan sebagai awal sebelum dilakukan ke lokasi pengolahan yang sesuai prosedur di tempat pembuangan akhir
7. Wadah pengelolaan sampah akhir itu dilakukan kegiatan pengumpulan, pemisahan, pengunaan ulang, pendauran ulang, pengelolaan dan pemrosesan akhir 8. Wadah proses akhir merupakan kegiatan untuk memproses dan mengembalikan
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
sampah ke media lingkungan yang baik. Ruang lingkup
1. Sampah yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku terdiri atas:
Sampah rumah tangga
Sampah khusus
2. Sampah pada point 1 yaitu sampah rumah tangga yang terdiri dari aktivitas- aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga tidak termasuk tinja dan sampah khusus 3. Sampah sejenis rumah tangga berasal dari kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial dan sebagainya
4. Sampah khusus sebagaimana point 1 meliputi:
Sampah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
Sampah mengandung limbah
Sampah dari akibat bencana
Puing bangunan
Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah Pengertian Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Sampah diklasifikasikan menjadi sampah basah, sampah kering, sampah abu dan arang yang berasal dari sisa pembakaran, sampah yang berasal dari bangkai hewan, sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan, dan sampah berasal dari kegiatan industri. Berdasarkan sifatnya, sampah kota dapat dibagi menjadi dua yaitu Sampah Organik dan Sampah Anorganik. Sampah organik adalah sampah yang mudah terdegradasi sehingga mudah terurai jenis- jenis sampah organik yaitu sayuran, daun- daunan, bagian tubuh hewan, sisa makanan, kertas, kayu.
Sampah anorganik adalah sampah yang sulit terdegradasi sehingga sulit terurai. Jensi-jenis sampah anorganik sebagai berikut: plastik, kaca, logam, besi. Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis jika tidak diolah secara baik dan benar. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan timbunan sampah sebesar 2-4% per tahun, namun tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga banyak sampah yang tidak ditangani dengan maksimal. Selain sarana dan prasarana, kesadaran manusia juga memegang peranan penting dalam mengelola sampah. Jika dilihat kondisi saat ini masyarakat belum banyak mengetahui bagaimana mengelola dan memanfaatkan sampah. Sampah masih dianggap sebagai barang yang tidak berguna. Sampah akan terus dihasilkan dan tidak pernah berhenti selama manusia masih tetap memproduksi barang organik dan non organik. Tidak terbayangkan apabila jumlah sampah terus meningkat tanpa diimbangi daur ulang (Hamdani Harahap, Tarigan, 2018)
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar,
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
kegiatan pengelolaan sampah meliputi: pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Penanganan sampah tidaklah mudah, melainkan sangat kompleks, karena mencakup aspek teknis, ekonomi dan sosiopolitis. Pengelolaan sampah adalah usaha untuk mengatur atau mengelola sampah dari proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan akhir.(Purnomo, & Salsabila, 2020) Bank Sampah
Bank sampah merupakan alternatif solusi dalam mengatasi masalah sampah di perkotaan, pengembangan bank sampah merupakan kegiatan bersifat Social Engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012 Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Bank sampah adalah salah satu alternatif mengajak warga peduli dengan sampah, yang konsepnya mungkin dapat dikembangkan di daerah-daerah lainnya. (Purnomo, & Salsabila, 2020)
Penelitian Terdahulu
Tabel 2 Penelitian Terdahulu No Nama
Penulis
Judul Jurnal Metode
Penelitian Nama Jurnal Tahun Terbit Hasil Penelitian 1 Muhammad Evaluasi Kualitat
if
Jurnal Ilmiah 2019 Menunjukkan
Sony Kebijakan Administrasi bahwa kebijakan
Wicaksono Masa Studi di Publik Vol 5, masa studi di
Perguruan No 3 :268- Fakultas Ilmu
Tinggi Studi di
276, ISSN Administrasi telah
Fakultas Ilmu 2302-2698 E- terlaksana dengan
Administrasi ISSN 2503- kriteria baik dan
Universitas 2887 berhasil, terlihat
dari
Brawijaya adanya tugas pokok
dan fungsi yang melekat pada struktur organisasi 2 Mujizatulla
h
Evaluasi Kualitat Jurnal Ilmu 2018 Menunjukkan if
Kebijakan Administrasi, bahwa evaluasi
Sistem Kelas Vol 7 (1), kebijakan Sistem
Tuntas ISSN: 2301- Kelas Tuntas
Berkelanjutan 573X Berkelanjutan
(SKTB) di (SKTB) di SMP
SMP Negeri 1 Negeri 1 Pallangga
Pallangga dari beberapa
p-ISSN : 2623-1041 Berazam indikator efektivitas, indikator kecukupan dan indikator ketetapan sudah dilaksanakan sesuai visi dan misi SMP
Negeri 1 Pallangga
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini memfokuskan permasalahan mengenai Pengelolaan Sampah di Kota Batam sesuai acuan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013. Teknik pengumpulan data yaitu melakukan observasi lapangan ke Dinas Lingkungan Hidup dan berbagai kegiatan pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat, lalu melakukan wawancara mendalam serta dokumentasi untuk memperkuat ke validan data.
Peneliti dalam hal ini melakukan kegiatan turun ke lokasi untuk memastikan serta melakukan observasi terkait kondisi saat ini. Peneliti melakukan uji keabsahan data melalu uji kredibilitas dengan perpanjangan pengamat, uji transferbility dengan menyusun laporan hasil pengamatan secara sistematis dan terstruktur, uji dependability dengan melakukan pengawasan terkait pelaksanaan kegiatan, uji Konfirmability dengan melakukan konfirmasi terkait observasi lapangan dan wawancara dengan kondisi sebenarnya.
PEMBAHASAN
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Implementasi merupakan suatu hal yang penting didalam kebijakan karena jika tidak ada implementasi juga kegiatan seluruh program kebijakan tidak jalan dan berjalan sia- sia. Kota Batam memiliki nilai tambah karena industri, pariwisata dan banyaknya perantauan dari luar daerah dengan tujuan mencari nafkah dan sebagainya. Kota Batam ketika semua hal itu ada dan banyak tentu terdampak juga akibat dari kondisi kebersihan dari daerah, inilah salah satu yang perlu diperhatikan agar pandangan baik lokal maupun internasional menjadi positif baik dari kebersihan lingkungan, udara maupun lainnya. Maka dari itu melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam melaksanakan kegiatan bersama dengan satuan tugas Pengelolaan Persampahan di Kota Batam 2020 untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Dalam pelaksanaan pengelolaan serta pengurangan sampah sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah, dapat kita lihat total keseluruhan untuk tugas pengelolaan sampah di Kota Batam Tahun 2020 dengan jumlah 904 dengan 9 kecamatan. Dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini mengenai jumlah Satuan Tugas Pengelolaan Persampahan (STPP) sebagai berikut:
Tabel 3 Satuan Tugas Pengelolaan Persampahan
No Seksi Satgas Jumla
h
1 Pengurangan
Sampah Penyapu Jalan 200
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
Retribusi
(Sumber: Dinas Lingkungan Hidup di Kota Batam)
Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Efektifitas
Pengelolaan sampah dalam mewujudkan Kota Batam menjadi kota bersih sangat baik tapi kembali lagi ketika pelaksanaan tanpa ada kerjasama dengan masyarakat maka hal-hal seperti kebersihan lingkungan menjadi tidak terkendali sehingga pemerintah kerja menjadi sedikit berat, padahal sering diberi himbauan serta slogan-slogan yang tujuannya agar masyarakat sadar, walaupun didalam Peraturan Daerah ini terkait pengankutan untuk sampah organik setiap hari 1x dan non organik 2x seminggu tapi hal tersebut tentu susah dilaksanakan karena keterbatasan armada dan sumberdaya itu tadi, lalu untuk pemberian hak petugas kebersihan belum dapat terpenuhi karena terkendala defisit anggaran dan sebagainya.
2. Efisiensi
Dalam kegiatan usaha pemerintah untuk memaksimalkan biaya maka pemerintah melakukan kegiatan rutin terkait pemantauan ataupun pengawasan lapangan yang dilakukan setiap hari sehingga sumberdaya yang ada berjalan semaksimal mungkin tanpa adanya pengaduan, lalu intansi berusaha untuk menghemat anggaran dengan memotong upah maupun beberapa hak petugas kebersihan agar cukup dari segi anggaran yang dikeluarkan, dan pemerintah juga memaksimalkan kegiatan bank sampah yang bertujuan agar masyarakat lebih mampu memperdayakan dan mampu meningkatkan pendapatan mereka maupun daerah dari hasil penjualan kerajinan yang bertujuan untuk mengecilkan timbulan sampah yang ada dan kondisi lingkungan bersih.
3. Kecukupan
Kecukupan dalam hal ini yang masyarakat rasakan mengenai Peraturan Daerah ini masyarakat merasakan hasil dari kebijakan ataupun dampak yang diberikan lalu pemerintah memberikan surat edaran terkait pengurangan sampah-sampah plastik seperti sedotan, kantong plastik dan sebagainya. Dalam hal ini yaitu pelayanan persampahan, pengankutan sampah, serta ide-ide yang berkaitan dengan pembuatan bank sampah. Tapi untuk sektor lain yaitu hak Petugas Kebersihan tentu mengacu pada Peraturan Daerah ini masih dirasa kurang berjalan maksimal. 4. Perataan
Mengenai hal ini Dinas Lingkungan Hidup sudah melakukan kegiatan semaksimal mungkin dengan memberikan himbauan ke semua kecamatan tanpa memandang Ras ataupun kepentingan dan sebagainya serta pengangkutan sampah di berbagai kecamatan sudah dilakukan dan dilayani merata dan maksimal di 9 kecamatan sehingga dalam indikator ini sudah berjalan baik sesuai dengan
3 Penanganan Sampah Sopir 119
4 - Kernet 306 5 - Pengamanan 14 6 - Operator Aplikasi 3 7 - Checker 18 8 - Penjaga Bin 27 9 - Mekanik 3 10 Retribusi Pemungut 70 11 - Drainase 93 12 UPT TPA 36 Jumlah 904
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
5. Responsivitas
Respon masyarakat akan Peraturan Daerah ini sangat baik karena Peraturan Daerah ini cukup tegas dan menjadi acuan dari Dinas Lingkungan Hidup maupun masyarakat terkait persampahan sehingga masyarakat lebih teredukasi dan merasakan hasil dari kebijakan yang dibuat jadi ada feedback antara masyarakat dan pemerintah ketika ada kondisi buruk masyarakat melakukan pengaduan kepada pemerintah terkait kendala yang dihadapi dan pemerintah melakukan respon akan pengaduan tersebut sehingga terjalin kerjasama yang menjadi tujuan dari Peraturan Daerah ini.
6. Ketepatan
Kelayakan dari kebijakan ketika dibuat tentu sekitar butuh waktu 3 tahunan untuk melaksanakan dan merasakan dampak dari kebijakan tersebut apabila sudah lama kebijakan tidak berubah tentu tidak ada yang salah pada kebijakan tersebut tapi kembali lagi kepada yang menjalankannya, kebijakan itu layak karena kebijakan dibuat bukan sembarangan melainkan perlu beberapa pihak dan stakeholder dalam perumusan kebijakan sehingga kebijakan dapat berlangsung lama, ketika kebijakan usang paling tidak revisi sedikit tanpa ada pembenahan kebijakan ulang.
Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Kebijakan 1. APBD
APBD pemerintah mengalami defisit sebesar RP.22.447.126.354,23 dan pada tahun 2019 sebesar RP.20.300.000.000,00 (Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah), dan kegiatan belanja dari tahun ke tahun biasanya selalu mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu karena biasanya setiap instansi mengajukan dana untuk kegiatan belanja langsung maupun tidak langsung yang tentunya untuk keperluan dinas terkait dalam mewujudkan kegiatan ataupun pelaksanaan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2. Sumber Daya Manusia dan Fasilitas Pendukung
Sumber daya manusia dan fasilitas pendukung tentu diperlukan yaitu armada pengangkutan, jumlah petugas kebersihan, serta teknologi pengolahan sampah yang modern agar tecapai kegiatan yang maksimal karena ketika hal itu tidak terpenuhi maka hasil dan dampak juga akan berkurang dan tidak berjalan maksimal sehingga hal ini perlu dilakukan perbaikan
3. Kesadaran Masyarakat
Hal ini sangat berpengaruh kepada kinerja dan pelaksanaannya karena dilihat dari observasi lapangan masih banyak masyarakat bandel dan tidak bisa menjaga lingkungan mereka akan terjadi apa nantinya tentu Kota Batam menjadi ikon yang buruk yang dipenuhi sampah, karena sumber sampah dari manusia itu sendiri sehingga perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat.
SIMPULAN
1. Pengelolaan sampah dalam mewujudkan Kota Batam menjadi kota bersih sangat baik tapi kembali lagi ketika pelaksanaan tanpa ada kerjasama dengan masyarakat maka hal-hal seperti kebersihan lingkungan menjadi tidak terkendali sehingga pemerintah kerja menjadi sedikit berat, padahal sering diberi himbauan serta slogan-slogan yang tujuannya agar masyarakat sadar, walaupun didalam Peraturan Daerah ini terkait pengankutan untuk sampah organik setiap hari 1x dan non organik 2x seminggu tapi hal tersebut tentu susah dilaksanakan karena
p-ISSN : 2623-1041 Berazam
Kebersihan belum dapat terpenuhi karena terkendala defisit anggaran dan sebagainya.
2. Dalam kegiatan usaha pemerintah untuk memaksimalkan biaya maka pemerintah melakukan kegiatan rutin terkait pemantauan ataupun pengawasan lapangan yang dilakukan setiap hari sehingga sumber daya yang ada berjalan semaksimal mungkin tanpa adanya pengaduan, lalu intansi berusaha untuk menghemat anggaran dengan memotong upah maupun beberapa hak Petugas Kebersihan agar cukup dari segi anggaran yang dikeluarkan, dan pemerintah juga memaksimalkan kegiatan bank sampah yang bertujuan agar masyarakat lebih mampu memperdayakan dan mampu meningkatkan pendapatan mereka maupun daerah dari hasil penjualan kerajinan yang bertujuan untuk mengecilkan timbulan sampah yang ada dan kondisi lingkungan bersih.
3. Adapun faktor-faktor penghambat dari kebijakan yaitu terletak pada kekuatan APBD, kesadaran masyarakat, dan juga sumber daya manusia yang masih kurang memadai karena mengingat jumlah sampah yang selalu meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara Sahya. (2014). Pengantar Kebijakan Publik (1st ed.). Bandung: CV.Pustaka Setia.
Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah. (n.d.). https://bpkad.batam.go.id/Apbd Badan Pusat Statistik. (2019). Retrieved from https://www.bps.go.id/
Dewanti, M., Purnomo, E. P., & Salsabila, L. (2020). Analisa efektifitas bank sampah sebagai alternatif pengelolaan sampah dalam mencapai smart city di kabupaten kulon progo. Publisia: Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 5(1).
https://doi.org/10.26905/pjiap.v5i1.382 8
Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam. (n.d.). http://dlh.batam.go.id/
Dongoran, Hamdani Harahap, Tarigan, U. (2018). Jurnal Administrasi Publik Implementasi Peraturan Walikota Medan tentang Unit Implementation of Mayor Regulation of Medan on Technical Implementation Unit of Cleaning Service and Waste Bank. Jurnal Administrasi Publik, 8 (1), 47–64.
Hamdi, M. (2014). Kebijakan Publik: Proses, Analisis dan Partisipasi (1st ed.; R. Sikumbang, Ed.). Bogor: Ghalia Indonesia. Islamy, M. I. (2014). Kebijakan Publik (ke-2;
R. S. Brontolaras, Ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Moh. Sony Wicaksono. (2019). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), 2(1), 58–67.
Mujizatullah. (2018). Evaluasi Kebijakan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan ( SKTB ) di SMP Negeri 1 Pallangga. 7(1), 22–28.
Mulyadi, D. (2016). Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik (ke-2; H. T. G. & W. Dwi, Ed.). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kebijakan Publik (1st ed.; S. Y. Ratri, Ed.). Bandung: Alfabeta. UUD No.18 Tahun 2008. (2008). Data Base Peraturan.