• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Aspek Fisik

4.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra produksi rambutan Kabupaten Klaten yang terdapat di Desa Gedongjetis. Gedongjetis merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata yang menjadi perhatian Kabupaten Klaten dengan luasan 161,7 ha. Sebagian besar wilayah Desa Gedongjetis berupa ruang terbuka hijau berupa sawah, pekarangan, dan kebun buah. Salah satu produksi buah yang menjadi andalan Desa Gedongjetis adalah buah rambutan. Desa Gedongjetis terletak pada 7°35’46”LS - 7°36’31”LS dan 110°37’07”BT - 110°38’46”BT (Gambar 4), dan berbatasan langsung dengan:

Utara : Desa Cokro Selatan : Desa Dalangan Timur : Desa Cokro Barat : Desa Sorogaten

Jarak tapak dari ibukota Kabupaten Klaten sekitar 15 km yang dapat ditempuh dalam waktu 40 menit dengan kendaraan bermotor dan 1,5 jam dengan kendaraan tidak bermotor. Sedangkan jarak Desa Gedongjetis dengan kantor Kecamatan Tulung hanya 1 km dapat ditempuh dengan waktu ± 25 menit dengan berjalan kaki dan 15 menit jika menggunakan kendaraan bermotor.

Akses utama menuju tapak adalah jalan raya Klaten-Boyolali (Gambar 5). Sarana transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju tapak adalah bus antar kota jurusan Klaten-Boyolali atau angkutan kota jurusan Klaten-Jatinom yang kemudian disambung dengan angkutan desa jurusan Jatinom-Boyolali.

Bus antar kota jurusan Klaten-Boyolali agak jarang beroperasi karena jeda antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya lebih dari satu jam, tergantung ada atau tidaknya penumpang. Hal ini karena sekarang sebagian besar masyarakat telah memiliki kendaraan pribadi sehingga keberadaan kendaraan umum terancam. Alternatif kendaraan umum yang dapat digunakan untuk mencapai Desa Gedongjetis lebih cepat adalah angkutan kota jurusan

(2)
(3)

Klaten-Gambar 5. Aksessibilitas Menuju Desa Gedongjetis (Sumber: www.googlemaps.com dengan penyesuaian)

Jatinom yang kemudian disambung dengan angkutan jurusan Jatinom-Boyolali. Akan tetapi, menggunakan angkutan kota yang kemudian disambung angkutan desa memerlukan biaya yang lebih besar daripada menggunakan bus antar kota. Perjalanan dari ibukota Klaten menuju Gedongjetis apabila menggunakan bus antar kota dikenakan tarif Rp 4.000,- langsung turun di gerbang Desa Gedongjetis, sedangkan perjalanan dengan angkutan kota dikenakan tarif Rp 3.000,- turun di pertigaan Gabus, Jatinom dan kemudian disambung angkutan desa dengan tarif Rp 2.000,- turun di gerbang Desa Gedongjetis. Perjalanan dengan angkutan desa terkadang membutuhkan waktu lebih lama karena angkutan akan keluar masuk desa mengantarkan penumpang yang sebagian besar pedagang dan masyarakat yang pulang dari berbelanja di Pasar Gabus, Jatinom. Jadi, perjalanan menggunakan bus antar kota dibandingkan dengan angkutan akan akan menghemat biaya transportasi sebesar Rp 1.000,-. Kendaraan umum baik bus

(4)

antar kota maupun angkutan kota dan angkutan desa beroperasi dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.

Desa Gedongjetis terbagi menjadi 10 dukuh yaitu, dukuh Pranan, Gatak, Kopat Gede, Kopat Cilik, Menggung, Kios Srayu, Jetis, Ngerangan, Bakungan, dan Gedong. Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa sebelah untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Desa Gedongjetis memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi.

4.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan

Desa Gedongjetis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 210-290 mdpl (meter di atas permukaan laut), termasuk daerah landai dengan tingkat kemiringan lahan 2-5%, dapat dilihat pada Gambar 6. Titik tertinggi Desa Gedongjetis berada di SMP Negeri 1 Tulung yaitu 290 mdpl (meter di atas permukaan laut), dan titik terendah di Dukuh Kios Srayu yakni 210 mdpl. Karena wilayahnya cukup luas dengan tingkat kemiringan 2-5%, desa Gedongjetis terlihat datar.

4.1.3 Hidrologi dan Drainase

Sumber air untuk keperluan pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil yang ada di Desa Gedongjetis, yaitu Umbul Kopat Gede, dan Umbul Jetis. Aliran air dari umbul yang ada memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Selain bendungan, di batas desa sebelah selatan terdapat sungai kecil namun debit airnya kecil, airnya keruh serta tercemar. Keadaan saluran irigasi dan sungai yang ada di Gedongjetis dapat dilihat pada Gambar 7.

Sistem pengairan kebun rambutan lebih banyak mengandalkan air hujan. Hal ini karena debit air sungai sangat kecil. Oleh karena itu tanaman padi yang juga banyak terdapat di Desa Gedongjetis akan berubah menjadi tanaman palawija pada musim kemarau yang lebih tahan terhadap kekeringan. Saluran drainase untuk keperluan irigasi yang ada terbuat dari tanah yang dibuat cekungan yang dibuat di sekeliling tiap petak kebun rambutan.

(5)
(6)

Kebutuhan air untuk rambutan tidak dapat diketahui dengan pasti. Tanaman rambutan yang masih berusia 1-2 minggu setelah tanam (MST) memerlukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore. Setelah itu penyiraman menjadi sekali sehari. Apabila tanaman rambutan telah tumbuh kuat, penyiraman dapat dikurangi lagi frekuensinya. Tanaman dapat disiram pada saat-saat yang diperlukan saja. Apabila pasokan air berlebih, diharapkan tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air, sehingga lubang drainase sangat diperlukan untuk menjaga kondisi tanah.

Gambar 7. Saluran Drainase untuk Irigasi (kiri), dan Kondisi Air Sungai Batas Desa (kanan)

4.1.4 Geologi dan Jenis Tanah

Tanah menurut Soepardi (1983) adalah tubuh alam tempat hidup tumbuhan dan binatang. Tanah sebagai tubuh alam memiliki dimensi dalam dan luas sebagai hasil kerja gaya-gaya pembangun dan penghancur. Tanah di Desa Gedongjetis adalah regosol kelabu, bertekstur lempung dan berwarna merah. Batuan yang membentuk struktur geologi desa ini berasal dari batuan gunungapi Merapi.

Tanah bertekstur lempung menurut Rachim dan Suwardi (2002) merupakan bahan tanah yang mengandung campuran yang relatif rata komposisinya antara pasir, debu dan liat berbagai ukuran, bahan terasa empuk seperti agak berpasir, namun agak halus dan agak plastis. Dalam keadaan kering akan membentuk lapisan yang bertahan baik, jika lembab lapisan yang terbentuk terpelihara cukup lembab tanpa pecah. Tanah yang berwarna merah memiliki ciri-ciri mengandung besi oksida anhidrat, kelembaban relatif rendah, drainase dan aerasi baik, lereng relatif cembung, bahan induk basik-ultra basik, dan fisiografi pengangkatannya tua (Rachim dan Suwardi, 2002).

(7)

Tanah jenis Regosol kelabu memiliki ciri-ciri tidak bertekstur kasar dari bahan albik, tidak mempunyai horizon diagnostik atau horizon apapun (kecuali jika tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon A okrik, horizon H histik atau sulfurik serta berkadar fraksi pasir 60% atau lebih pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral (Rachim dan Suwardi, 2002). Dan menurut Soepardi (1983), tanah regosol terdiri dari tekstur kasar berupa pasir dan debu (>60%), struktur kursai/lemah, konsistensi lepas sampai gembur, dengan pH 6-7.

4.1.5 Iklim

Data-data iklim Desa Gedongjetis diperoleh dari beberapa sumber. Data jumlah curah hujan dan hari hujan selama waktu 2007-2010 diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum bagian Sumber Daya Air Kabupaten Klaten. Sedangkan untuk data suhu, kelembaban rata-rata, dan kecepatan angin diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Kebayoran, Jakarta.

Desa Gedongjetis menurut data DPU-SDA tahun 2007-2010 memiliki bulan basah sebanyak 6 bulan, bulan lembab 1 bulan, dan bulan keringnya 5 bulan. Menurut klasifikasi iklim Mohr (Kartasapoetra, 2004) yang dimaksud bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih dari 100 mm, dan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang dari 60 mm. Bulan dimana memiliki curah hujan antara 60 mm hingga 100 mm merupakan bulan lembab. Curah hujan tertinggi Desa Gedongjetis selama 4 tahun adalah 374 mm pada bulan Januari dan curah hujan terendah pada bulan Juli sebanyak 2 mm, dapat dilihat pada Gambar 8. Besar curah hujan rata-rata tahunan Gedongjetis selama tahun 2000-2010 adalah 1827 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu 16 hari dan jumlah hari hujan terkecil pada bulan Juli yakni 1 hari. Persebaran hari hujan dapat dilihat pada grafik hari hujan dalam Gambar 9.

(8)

Gambar 8. Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

Gambar 9. Grafik Hari Hujan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

Suhu rata-rata bulanan Desa Gedongjetis tahun 2007-2010 berkisar antara 21,6-26,3°C. Suhu rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni 26,3°C dan suhu rata-rata bulanan terendah pada bulan Desember 21,6°C. Perbedaan suhu tiap bulannya tidak terlalu signifikan, dapat dilihat pada Gambar 10. Sedangkan kisaran kelembaban rata-rata bulanan Desa Gedongjetis antara 69-84,7%. Bulan dengan kelembaban rata-rata tertinggi pada bulan Februari yaitu 84,7% dan bulan dengan kelembaban rata-rata terendah pada bulan Desember 69% (Gambar 11). Kemudian untuk kecepatan angin di Desa Gedongjetis tergolong rendah dan hampir sama tiap bulannya dengan kecepatan angin rata-rata bulanannya sebesar 1,5 m/sec. Kecepatan angin tertinggi pada puncak musim

0 50 100 150 200 250 300 350 400 Cura h H uja n ( m m ) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 H a ri H uja n ( ha ri)

(9)

kemarau, yaitu bulan Agustus (3,6 m/sec) dan bulan Juli sebesar 2,9 m/sec. Grafik kecepatan angin dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 10. Grafik Suhu Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

Gambar 11. Grafik Kelembaban Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010 20 21 22 23 24 25 26 27 Su hu ( °C) 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 K elem ba ba n Ra ta -ra ta ( %)

(10)

Gambar 12. Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

4.1.6 Vegetasi dan Satwa

Jenis vegetasi yang dominan terdapat di tapak adalah rambutan (Nephellium

lappaceum L.) seluas 20 ha. Vegetasi lain yang ada dalam tapak yang juga

dibudidayakan warga adalah padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kedelai (Glycine max). Tanaman pertanian selain rambutan yang dibudidayakan warga berubah-ubah tergantung musim. Selain itu terdapat beberapa vegetasi liar yang tumbuh bukan karena ditanam, antara lain rumput (Pennisetum purpureum), bambu (Bambusa vulgaris), ki hujan (Samanea

saman), dan beberapa tanaman penaung lainnya. Vegetasi yang terdapat di Desa

Gedongjetis tersebar secara acak dan tidak teratur. Kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 13.

Satwa yang dapat ditemukan di tapak terbagi menjadi dua, yaitu hewan ternak dan satwa liar. Hewan ternak yang ada menurut data Kelurahan Gedongjetis bulan Januari 2011 meliputi sapi 225 ekor, kerbau 60 ekor, ayam kampung 1700 ekor, bebek 350 ekor, kuda 1 ekor, kambing 700 ekor, burung puyuh 15000 ekor, dan ikan lele. Satwa liar yang dijumpai di tapak antara lain berbagai jenis burung pemakan biji, kadal, dan ular sawah.

0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 K ce pa ta n Ang in (m /s ec )

(11)

4.1.7 Tata Guna Lahan

Desa Gedongjetis merupakan desa yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk pertanian. Dalam dokumen rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten tahun 2011-2031 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembanguna Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten, Desa Gedongjetis diarahkan untuk menjadi kawasan permukiman, pertanian lahan basah, dan perkebunan (Gambar 14). Pembagian luasan peruntukan lahan Desa Gedongjetis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Land Use Desa Gedongjetis

No. Peruntukan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Permukiman 58,3 36,1

2 Pertanian Lahan Basah 100,8 62,3

3 Perkebunan 2,6 1,6

Total Luas 161,7 100

Sumber: RTRW Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031

Sedangkan untuk luasan Desa Gedongjetis berdasarkan penutupan lahan yang dilihat pada tapak dibagi menjadi permukiman, pekarangan, lahan pertanian, perkantoran, dan prasarana umum (Tabel 3). Luas lahan pertanian 113,1 ha terdiri dari kebun rambutan seluas 20 ha, sawah untuk perangkat desa (tanah bengkok) 11,1 ha, dan sisanya merupakan sawah warga yang ditanami tanaman semusim.

Tabel 3. Penutupan Lahan Desa Gedongjetis Berdasarkan Survey Lapang

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

1 Permukiman (Perkampungan) 42,4

2 Persawahan 82

3 Tanah Bengkok 11,1

4 Kebun Rambutan 20

5 Area Konservasi Tepi Sungai 4,4

6 Perkantoran dan Prasarana Umum 1,8

(12)
(13)
(14)

Hak milik lahan di Desa Gedongjetis merupakan hak milik masyarakat, dan ada beberapa lahan yang menjadi hak milik negara dalam hal ini dikelola oleh Kantor Kelurahan Gedongjetis, dimana lahan tersebut digunakan sebagai ganti upah (gaji) untuk pegawai kelurahan. Lahan yang digunakan sebagai gaji pegawai ini disebut tanah bengkok. Tanah bengkok diberikan kepada pegawai yang saat itu menjabat di kelurahan dengan sistem peminjaman lahan untuk diolah sebagai lahan pertanian dan dimanfaatkan hasilnya. Setelah masa jabatan pegawai tersebut berakhir, tanah bengkok dikembalikan lagi kepada pihak kelurahan sebagai perwakilan dari negara untuk digunakan sebagai gaji pegawai yang menjabat berikutnya.

4.1.8 Visual dan Akustik

Kebun rambutan Gedongjetis tersebar di seluruh wilayah Gedongjetis dengan variasi tanaman sawah seperti padi, jagung, atau kedelai, tergantung musim. Desa Gedongjetis merupakan daerah yang cukup datar dengan kiri kanan berupa pohon rambutan. Ketika melintasi jalan raya Klaten-Boyolali akan terlihat kebun-kebun rambutan berwarna hijau subur dan akan berubah menjadi hijau dengan warna merah buah ketika musim panen tiba, apabila telah memasuki Desa Gedongjetis. Pemandangan kebun rambutan dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. View Kebun Rambutan di Desa Gedongjetis

Sepanjang jalan dalam tapak belum memberikan kesan visual yang baik karena masih berupa rumput-rumput liar dan ilalang yang sengaja tidak dirawat. Akan tetapi tanaman tepi jalan ini tidak mengurangi akses pengunjung untuk menikmati view kebun rambutan. Diantara kebun-kebun rambutan akan terdapat tanaman pertanian sawah yang juga diusahakan warga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, antara lain padi, jagung, kacang panjang, dan lainnya

(15)

tergantung musim. Sehingga berkunjung ke Desa Gedongjetis pada musim yang berbeda akan memberi kesan yang berbeda pula.

Pada waktu siang hari mengelilingi desa memberi kesan terang dan sejuk. Hal ini karena pancaran sinar matahari ke tapak khususnya jalan tidak terhalang. Kesan sejuk ditimbulkan oleh hijaunya kebun rambutan dan beberapa pohon penaung tepi jalan yang tumbuh di beberapa titik. Sedangkan kesan pencahayaan pada malam hari agak kurang terang, bahkan dapat dikatakan gelap karena penerangan hanya berasal dari lampu-lampu beranda rumah warga dan kurangnya lampu penerangan jalan yang ada. Lampu penerangan jalan hanya terdapat di beberapa titik dan jaraknya berjauhan. Bahkan di perempatan jalan tidak terdapat lampu jalan. Ketika malam hari berjalan di desa Gedongjetis akan terlihat gelap dan yang terlihat paling gelap adalah deretan kebun rambutan.

Kesan akustik yang dapat dinikmati di kawasan ini berasal dari aliran angin. Aliran angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan akan menciptakan suara yang memberi kesan sejuk. Suara kicauan burung yang hinggap terbang di sela-sela dedaunan memberi kesan ramai dan alami. Ketika berkunjung pada saat sawah tidak ditanami, akan terdengar suara mesin traktor membalik tanah. Apabila berkunjung pada musim tanam akan terdengar suara para petani dan buruh tani yang mengisi waktu sambil terus bekerja di sawah. Dan apabila berkunjung pada saat musim panen akan terdengar suara mesin perontok padi dan suara gesekan gabah-gabah yang berjatuhan dari mesin perontok. Apabila musim panen padi telah usai, ketika melewati rumah-rumah warga akan terdengar suara gabah kering yang dijemur.

4.1.9 Sirkulasi, Fasilitas, dan Utilitas

Tapak penelitian berada jauh dari ibukota Kabupaten Klaten merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Boyolali. posisi tapak cukup dekat dari jalan raya. Kondisi jalan menuju tapak cukup baik, jalan sudah diaspal secara merata dengan lebar ± 4-5 m, dapat dilihat pada Gambar 16. Kondisi lalu lintas jalan pada hari biasa tidak terlalu ramai. Namun di ruas jalan antara pertigaan Gabus, Jatinom hingga gerbang Desa Gedongjetis terdapat beberapa kerusakan, yakni jalan berlubang karena kualitas aspal yang kurang bagus, curah hujan yang tinggi

(16)

dan intensitas kendaraan berat membawa bahan material seperti truk pengangkut pasir, batu kali dan kerikil cukup tinggi. Hal ini karena jalan ini merupakan jalan alternatif dengan jarak lebih dekat yang menghubungkan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Karena kerusakan jalan ini, sering terjadi kemacetan jalan karena antrian kendaraan yang lewat menghindari lubang jalan. Gambaran keadaan jalan yang berlubang dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 16. Akses Utama Menuju Tapak (kiri), dan Gerbang Desa Gedongjetis (kanan)

Gambar 17. Beberapa Kerusakan Jalan Menuju Tapak

Akses utama masuk ke dalam tapak melalui gerbang Desa Gedongjetis yang kemudian membelah bagian tengah tapak menjadi dua. Selain itu, terdapat pula akses lain masuk ke dalam tapak, yakni melalui jalan kampung di sebelah SMP N 1 Tulung. Kondisi jalan sebelah SMP sama lebar dengan akses utama dari gerbang desa tetapi kondisinya lebih buruk. Aspalnya beberapa mengalami pengelupasan dan terdapat beberapa lubang sehingga ketika hujan turun akan menjadi genangan dan menimbulkan becek. Kondisi jalan masuk ke dalam tapak dan jalan dalam tapak dapat dilihat pada Gambar 18.

(17)

Gambar 18. Akses Utama Masuk ke Dalam Tapak (kiri), dan Kondisi Jalan dalam Tapak (kanan)

Fasilitas yang menunjang kegiatan wisata belum dijumpai pada tapak penelitian. Hal ini karena Desa Gedongjetis belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah daerah sebagai daerah wisata. Akan tetapi, potensi wisata desa ini telah menjadi salah satu alternatif wisata yang ada di Kabupaten Klaten. Sarana yang ada di Desa Gedongjetis dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 19.

Tabel 4. Sarana yang terdapat di Desa Gedongjetis

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Sarana Kesehatan 1 Puskesmas Tulung, terletak 2 km dari tapak ke arah

selatan

2. Sarana Pendidikan 3 Terdiri dari 2 SD dan 1 SMP

3. Sarana Ibadah 6 Mushola terdapat hampir di setiap kampung

4. Kios 4 Berderet di pinggir jalan raya

5. Jalan - panjang = 13,8 km, lebar = 3m, terbuat dari aspal

4.2 Aspek Sosial

4.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk Desa Gedongjetis menurut data Kantor Desa Gedongjetis bulan Januari 2011 adalah 2649 jiwa yang terbagi dalam 826 keluarga. Dari 2649 penduduk Gedongjetis, 1285 warga berjenis kelamin laki-laki dan 1364 warga memiliki jenis kelamin perempuan. Seluruh penduduk Gedongjetis merupakan warga negara Indonesia (WNI). Kepercayaan yang dianut sebagian besar warga adalah Islam yakni sebanyak 2637 warga (99,5%), dan sisanya 12 warga beragama Nasrani (0,5%).

(18)
(19)

Penduduk yang berprofesi sebagai petani sebanyak 540 keluarga dengan pembagian 172 keluarga sebagai petani dan 368 keluarga sebagai buruh tani. Dari 172 keluarga yang berprofesi sebagi petani terbagi lagi menurut kepemilikan lahan, yaitu 100 keluarga memiliki lahan < 10 ha, dan 72 keluarga mempunyai lahan 10-50 ha. Petani yang ada di Gedongjetis tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani Desa Gedongjetis ada tiga, yaitu Kelompok Subur Makmur (Kampung Gedong), Kelompok Tunas Taruna (Kampung Bakungan, Jetis, Ngerangan, Kios Srayu, dan Menggung), dan Kelompok Tani Maju (Kampung Pranan, Gatak, Kopat Gede, dan Kopat Cilik).

Tabel 5. Hewan Ternak yang Dibudidayakan di Desa Gedongjetis

No. Hewan Ternak Jumlah (ekor) Jumlah Penduduk yang Menekuni (orang)

1 Sapi 225 200 2 Kerbau 60 30 3 Ayam Kampung 1700 500 4 Bebek 350 25 5 Kambing 700 350 6 Burung Puyuh 15000 6 7 Kuda 1 1

8 Ikan (Lele dan Nila) - 10

Sumber: Data Kelurahan Gedongjetis Januari 2011

Selain petani, warga yang berprofesi sebagai peternak sebanyak 1122 orang. Jumlah hewan ternak dan jenisnya dapat dilihat pada Tabel 5. Burung puyuh yang dikembangkan warga tersebar ke beberapa dukuh, yaitu Dukuh Kopat Gede, Kopat Cilik, Gatak, dan Pranan. Produksi ikan lele dan nila terpusat di Dukuh Gedong. Ikan yang dikembangkan hanya ikan kecil dari telur yang dihasilkan oleh induk (pemijahan), ketika ikan berukuran 2-3 cm dikirim ke wilayah lain untuk dikembangkan di kolam-kolam pemancingan. Ikan kecil ini biasanya dikirim ke Desa Cokro, Kecamatan Tulung dan Desa Janti, Kecamatan Polanharjo untuk

Masyarakat Gedongjetis yang tidak berprofesi sebagai petani dan peternak ada yang menjadi buruh lepas, pedagang, dan pegawai negeri. Tingkat pendidikan terakhir masyarakat Gedongjetis adalah SMA. Sampai data Kelurahan Gedongjetis bulan Januari 2011 diterbitkan belum ada warganya yang mengenyam pendidikan di atas SMA.

(20)

4.2.2 Data Pengunjung

Pengunjung yang datang ke Gedongjetis berasal dari Desa Gedongjetis dan dari luar Desa Gedongjetis, bahkan ada yang berasal dari kecamatan yang berbeda. Sebagian besar pengunjung datang pada musim panen rambutan dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Selain musim panen, terkadang pada waktu liburan seperti hari minggu akan ada kunjungan dari wisatawan luar Desa Gedongjetis. Kunjungan ini biasanya beramai-ramai dengan menggunakan kereta mini. Ketika musim panen tiba, pengunjung dapat dengan bebas masuk ke kebun rambutan yang mana dan dapat memetik sendiri buah rambutan yang dikehendaki. Jumlah pengunjung setiap musim dan tarif masuk ke tiap kebunnya kurang diketahui karena tidak adanya koordinasi dari pihak desa dan pemilik kebun. Setiap pemilik kebun bebas menentukan tarif sendiri dan jumlah wisatawan kurang terkontrol. Untuk itu perlu diketahui persepsi dan preferensi pengunjung mengenai kawasan ini.

Persepsi dan preferensi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada pengunjung dengan menggunakan kuisioner. Dalam kuisioner dilakukan penilaian terhadap pengunjung dari setiap variabel, seperti asal daerah, jenis kelamin, usia, pekerjaan, frekuensi kunjungan, aktivitas, persepsi pengunjung dan preferensi pengunjung.

4.2.2.1 Identitas Pengunjung

Data kuisioner ini diberikan kepada wisatawan yang berasal dari Desa Gedongjetis dan luar Gedongjetis dengan proporsi yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keinginan antara warga Gedongjetis sendiri dan wisatawan luar Desa Gedongjetis mengembangkan potensi desa ini menjadi kawasan wisata agro. Jumlah yang sama juga digunakan untuk mengambil sampel dari berbagai tingkatan usia. Pengunjung yang datang ke tapak penelitian ada yang menggunakan sarana transportasi pribadi dan adapula yang menggunakan transportasi umum. Pengunjung yang datang dengan motor sekitar 50%, dengan mobil 11,1%, dengan bis umum 5,6%, dan dengan kereta mini 33,3%. Dari data kuisioner diketahui bahwa sebagian besar pengunjung menggunakan motor untuk berkunjung ke tapak penelitian. Pengunjung yang memanfaatkan kereta mini

(21)

untuk menuju tapak adalah pengunjung dari luar Desa Gedongjetis yang datang secara beramai-ramai (rombongan). Dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Identitas Pengunjung dari Hasil Kuisioner

No. Variabel Frekuensi (%)

1. Daerah Asal - Gedongjetis 50,0 - Luar Gedongjetis 50,0 2. Jenis Kelamin - Laki 50,0 - Perempuan 50,0 3. Usia - <16 tahun 33,3 - 16-25 tahun 33,3 - >25 tahun 33,3 4. Pekerjaan - Siswa 55,6 - Mahasiswa 11,1

- Ibu rumah tangga 8,3

- Pegawai Negeri Sipil 13,9

- Pegawai Swasta 2,8 - Wirausaha 5,6 - dll 2,8 5. Kunjungan ke Lokasi - 1 kali 5,6 - 2 kali 8,3 - 3 kali 11,1

- Lebih dari 3 kali 75,0

6. Frekuensi Kunjungan

- 2 kali/tahun 16,7

- 3 kali/tahun 19,4

- 2 kali/bulan 0,0

- Lebih dari 2 kali/bulan 50,0

7. Kecenderungan kunjungan ke kawasan

- Sendiri saja 41,7

- Beramai-ramai 58,3

8. Sarana transportasi yang digunakan untuk berkunjung

- Motor 50,0

- Mobil 11,1

- Bis Umum 5,6

- Lainnya 33,3

9. Asal informasi yang diperoleh mengenai tapak

- Keluarga 36,1 - Teman 38,9 - Selebaran 0,0 - Iklan Internet 8,3 - Diri Sendiri 16,7 4.2.2.2 Aktivitas Pengunjung

Berdasarkan hasil kuisioner (Tabel 7), aktivitas yang dilakukan oleh sebagian besar responden di tapak adalah membeli buah rambutan dan piknik

(22)

sebanyak 52,8%. Kegiatan piknik dilakukan di kebun rambutan, di bawah naungan pohon rambutan. Selain itu ada pula pengunjung yang bermain-main (25%), menikmati pemandangan (16,7%), olah raga (13,9%), dan foto-foto (8,3%).

Tabel 7. Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Kuisioner

No. Aktivitas yang dilakukan di Tapak ( > 1 jawaban ) Frekuensi (%)

1. Piknik 52,8

2. Bermain 25,0

3. Menikmati pemandangan 16,7

4. Membeli buah rambutan 52,8

5. Olah raga 13,9

6. Foto-foto 8,3

4.2.2.3 Persepsi Pengunjung

Persepsi pengunjung yang didapat dari hasil kuisioner meliputi persepsi pengunjung mengenai keindahan, kenyamanan, keamanan, pengalaman yang diperoleh, dan kebersihan kawasan (Tabel 8). Dari hasil survei, 77,8% pengunjung menilai bahwa tapak penelitian merupakan kawasan yang indah untuk menjadi kawasan agrowisata, dan 22,2% menganggap tapak penelitian sangat indah. Alasan keindahan kawasan penelitian menurut pengunjung sebanyak 52,8% karena tapak memiliki obyek yang unik, yakni potensi rambutannya. Dan sebanyak 47,2% menilai keindahan kawasan karena memiliki pemandangan yang indah. Sedangkan untuk tingkat kenyamanan kawasan menurut 91,7% pendapat pengunjung adalah nyaman, dan 8,3% nya mengatakan kawasan sangat nyaman. Alasan kenyamanan pengunjung karena beberapa hal, yaitu udara di tapak penelitian sejuk (41,7%), pemandangan hijau di kawasan (27,8%), tempatnya bersih (25%), dan banyak tempat untuk menikmati pemandangan (5,6%).

Tingkat keamanan kawasan berdasarkan hasil kuisioner cukup aman (97,2%), dan 2,8% pengunjung merasa sangat aman ketika berkunjung ke kawasan. Harapan pengunjung untuk mendukung tingkat keamanan kawasan adalah dengan terdapatnya penjaga kawasan (83,3%), dan penggunaan material yang tidak membahayakan pengguna (16,7%). Kemudian untuk tingkat kebersihan kawasan menurut pengunjung adalah 94,4% mengatakan kawasan

(23)

cukup bersih, dan 5,6% mengatakan kawasan sangat bersih. Dan fasilitas yang diharapkan pengunjung dapat meningkatkan kebersihan kawasan adalah dengan pengadaan tempat sampah pada tempat yang terjangkau (83,3%), adanya peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah sembarangan (11,1%), serta penggunaan material yang memberi kesan bersih (5,6%).

Selanjutnya jika dilihat dari pengalaman yang diperoleh pengunjung setelah berkunjung ke tapak penelitian, sebanyak 61,1% pengunjung merasa mendapat pengalaman baru, 27,8% merasa hanya sedikit pengalaman yang diperoleh, dan 11,1% pengunjung merasa mendapat sangat banyak pengalaman setelah berkunjung ke tapak penelitian. Dan menurut pengunjung, fasilitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di tapak penelitian adalah adanya arena bermain dan belajar pertanian (88,9%), adanya papan-papan informasi (5,6%), dan penggunaan tanaman yang bervariasi dan menarik (5,6%).

Kondisi jalan menuju tapak menurut wisatawan 91,7% kondisi jalannya buruk, dan sisanya 8,3% menyatakan kondisinya baik. Hal ini karena ketika survey dilakukan di beberapa sudut jalan banyak yang berlubang, aspalnya mengelupas. Sedangkan jalan di dalam tapak kondisinya cukup baik, semua responden menyatakan kondisi jalan di dalam tapak baik.

4.2.2.4 Preferensi Pengunjung

Berdasarkan data kuisioner pada Tabel 9 diperoleh hasil bahwa semua responden menghendaki adanya pengembangan jenis wisata persawahan, dan 16,7% mengharapkan pengembangan jenis wisata perikanan. Sedangkan untuk jenis wisata umum yang diharapkan pengunjung untuk dikembangkan di tapak penelitian adalah piknik (91,7%), bertani (69,4%), outbond (61,1%), menikmati pemandangan (30,6%), bermain (30,6%), photo hunting (13,9%), dan sisanya (8,3%) berkemah.

(24)

Tabel 8. Persepsi Pengunjung

No. Variabel Frekuensi (%)

1. Alasan Berkunjung ( > 1 jawaban )

- Memiliki pemandangan alam yang indah 91,7

- Kemudahan akses menuju kawasan 25,0

- Sebagai tempat untuk menyambung tali silaturahim (bersosialisasi) 25,0

- Memiliki fasilitas yang lengkap 0,0

- Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pertanian 44,4

2. Kondisi Jalan menuju tapak

- Sangat Baik 0,0

- Baik 8,3

- Buruk 91,7

3. Kondisi Jalan di dalam tapak

- Sangat Baik 0,0

- Baik 100,0

- Buruk 0,0

4. Persepsi pengunjung terhadap kawasan

Keindahan - Sangat Indah 22,2 - Indah 77,8 - Kurang Indah 0,0 Kenyamanan - Sangat Nyaman 8,3 - Nyaman 91,7 - Kurang Nyaman 0,0 Keamanan - Sangat Aman 2,8 - Aman 97,2 - Kurang Aman 0,0 Pengalaman

- Sangat banyak pengalaman baru 11,1

- Banyak pengalaman baru 61,1

- Sedikit pengalaman baru 27,8

Kebersihan

- Sangat Bersih 5,6

- Bersih 94,4

- Kurang Bersih 0,0

5. Faktor yang dapat menimbulkan rasa nyaman berkunjung ke kawasan

- Udaranya sejuk 41,7

- Tempatnya bersih 25,0

- Banyak tempat untuk menikmati pemandangan (istirahat) 5,6

- Memiliki pemandangan hijau 27,8

- Menggunakan material yang menarik 0,0

6. Fasilitas yang mendukung keamanan (tindak kriminalitas dan keamanan pengguna) di kawasan ini

- Terdapat penjaga kawasan (misal: satpam) 83,3

- Terdapat pagar pembatas kawasan agrowisata 0,0

- Penggunaan material yang sesuai dan tidak membahayakan 16,7

7. Fasilitas yang dapat menunjang kebersihan di kawasan ini

Penggunaan jenis material dan warna material yang memberikan kesan bersih 5,6

- Letak tempat sampah yang relatif terjangkau 83,3

- Terdapat peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah di

sembarang tempat 11,1

8. Fasilitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di kawasan

- Terdapat arena bermain dan belajar pertanian 88,9

- Terdapat papan informasi pada titik-titik utama 5,6

- Menggunakan jenis tanaman yang bervariasi dan menarik 5,6

9. Daya tarik kawasan ini

- Terdapat pemandangan yang indah 47,2

- Terdapat obyek yang unik dan berbeda dengan lokasi wisata alam lain 52,8

- Dengan berkunjung ke kawasan ini dapat menambah pengalaman dan ilmu

(25)

Fasilitas pelayanan yang diharapkan pengunjung dari data kuisioner yang disajikan pada Tabel 9 adalah 97,2% menginginkan adanya kios cinderamata, 88,9% menghendaki adanya tempat parkir, 86,1% ingin adanya toilet, 75% menginginkan adanya kafetaria, 72,2% menginginkan adanya kendaraan untuk menuju kawasan, 47,2% menginginkan adanya tempat ibadah, 41,7% menginginkan adanya tempat istirahat, 27,8% menginginkan adanya penginapan, dan 5,6% menginginkan adanya sarana pendidikan.

Dari data hasil survey, kesediaan pengunjung untuk dikenakan biaya masuk kawasan adalah sebanyak 69,4% responden bersedia dikenakan biaya masuk dan sisanya 30,6% tidak bersedia dikenakan biaya masuk. Responden yang menyatakan bersedia dikenakan biaya masuk mengusulkan biaya masuk kawasan berkisar antara Rp 1.000,00 per orang hingga Rp 7.000,00 per orang. Dan kawasan akan padat pengunjung ketika musim panen rambutan dan hari libur.

Tabel 9. Preferensi Pengunjung

No. Variabel Frekuensi (%)

1. Wisata pertanian yang cocok dikembangkan di tapak ( > 1 jawaban )

- Perikanan 16,7

- Perkebunan 0,0

- Persawahan (agronomi dan hortikultura) 100,0

- Kehutanan 0,0

- Peternakan 0,0

2. Jenis wisata yang cocok dikembangkan di tapak ( > 1 jawaban )

- Piknik 91,7 - Bermain 19,4 - Menikmati Pemandangan 30,6 - Berolahraga 0,0 - Berkemah 8,3 - Photo Hunting 13,9 - Outboond 61,1 - Bertani 69,4 - Berkebun 0,0

3. Fasilitas pelayanan yang diinginkan ( > 1 jawaban )

- Tempat parkir 88,9

- Tempat istirahat 41,7

- Penginapan 27,8

- Toilet 86,1

- Tempat ibadah 47,2

- Kendaraan menuju kawasan 72,2

- Kafetaria 75,0

- Kios cenderamata 97,2

- Sarana pendidikan 5,6

4. Kesediaan untuk ditarik biaya masuk

- Bersedia 69,4

Gambar

Gambar 5. Aksessibilitas Menuju Desa Gedongjetis  (Sumber: www.googlemaps.com dengan penyesuaian)
Gambar 8. Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010
Gambar 10. Grafik Suhu Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010
Gambar 12. Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis  Tahun 2007-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbicara mengenai pendidikan karakter, hal yang utama dikaji adalah sasaran kita dalam menerapkan pendidikan karakter itu sendiri yang tak lain adalah peserta didik

Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Ekonomi Kreatif Dan Penanaman Modal sebagai Instansi pemerintahan yang mempunyai peranan untuk

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari keempat subjek maka diperoleh kesimpulan bahwa dalam menghadapi ritual rambu solo’ subjek AS menggunakan strategi

Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi histologi gigi geligi, morfologi gigi sulung dan permanen, anomali gigi ,menjelaskan radiografi dasar serta menjelaskan material wax kedokteran

Kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berdasarkan pembagian kerja yang telah ditentukan dalam struktur organisasi dengan mendayagunakan sumber daya yang

penerimaan dan pengeluaran Laporan Awal Dana Kampanye yang dilaporkan terhitung dari sejak pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye sampai dengan paling lambat 14 (empat belas)

Adanya akumulasi enzim biotransformasi obat karena peristiwa induksi selama 3 dan 5 hari pemejanan dengan jus kubis bunga memberikan hasil yang berbeda signifikan dari

Penyakit ginjal dengan manifestasi hematuria yang lain seperti sindrom a lport , IgA-IgG nefropati, atau Benign Recurrent Haematuria (BRH) juga dapat disingkirkan