• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pemodelan Matematika untuk Visualisasi 3D Perpustakaan Universitas Mercu Buana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Pemodelan Matematika untuk Visualisasi 3D Perpustakaan Universitas Mercu Buana"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Pemodelan Matematika untuk

Visualisasi 3D Perpustakaan

Universitas Mercu Buana

Walid Dulhak1, Abdusy Syarif2 dan, Tri Daryanto3

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650

E-mail : abdusyarif@mercubuana.ac.id2, perut_montok@yahoo.com3

Abstrak -- Suatu pemodelan matematis dalam hal adalah matriks kordinat yang merupakan representasi dari sebuah vektor yang dapat dikembang menjadi sebuah objek 3D. Dengan bantuan tool pemodelan tersebut dapat digunkan untuk membuat sebuah visualisasi perpustakaan. Bentuk visualisasi pemodelan 3 dimensi perpustakan tersubut dengan cara pemberian transformasi dalam bentuk proses rotasi, translasi dan juga diilatasi, sehingga terlhat visualisasinya terlihat seperti bentuk sebenarnya. Kedepan penggunan pemodelan ini dapat digunkan untuk membuat bentuk atau ruang yang lain

Kata kunci : Pemodelan, Matematika,Visualisasi, 3D dan Perpustakaan.

I. PENDAHULUAN

Dengan teknologi komputer yang semakin maju, visualisasi sebuah gambar tidak lagi berbentuk 2 dimensi yang hanya terlihat seperti sebuah gambar yang bersifat statis, tetapi dengan menerapkan model matematis, kita dapat membuat sebuah model visulisasi 3 dimensi yang terlihat seolah-olah nyata dari sebuah benda atau ruang.

II. METODE PENELITIAN

Sistem Koordinat

Mempresentasikan objek dalam tiga dimensi dapat dilakukan dengan mengguakan sistem koordinat yang menyediakan tiga sumbu koordinat. Tiga sumbu ini biasanya dinamakan sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Dalam pembuatan visualisasi 3D terdapat dua macam sistem koordinat 3D yaitu sistem tangan kanan dan sistem tangan kiri. Perbedaan kedua sistem ini terletak pada arah sumbu Z. Pada sistem tangan kiri koordinat yang lebih jauh mempuya nilai Z yang lebih besar, sedangkan koordinat yang lebih dekat mempunyai nilai Z yang lebih kecil. Pada sistem

tangan kanan sumbu Z berkebalikan arah dengan sistem tangan kiri.

Gambar 1 Sistem koordinat tangan kanan

Gambar 2 Sistem koordinat tangan kiri Ada operasi-operasi tertentu yang teredapat pada matrik, yang lebih dikenal lagi sebagai tranformasi yang kadang-kadang harus dinyatakan dalam bentu matrik, dan digunakan dengan jalan melakukan perkalian matriks. Trranformasi adalah suatu cara untuk mengubah bentuk objek (memutar, menggeser, dan juga mengubah ukuran). Suatu objek apabila ditranformasikan dari titik koordinat awal (X, Y, Z), maka akan menghasilkan titik koordinat yang baru (X‟, Y‟, Z‟).

(2)

Bentuk-bentuk dari tranformasi yang digunakan di dalam pembuatan animasi 3D :

2.2.1. Rotasi

Rotasi adalah tranformasi dengan memutar sebuah objek. Objek-objek tersebut dapat diputar terhadap sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z.

Apabila ada sebuah matrik Pi dengan titik koordinat awal (Xi, Yi, Zi) kemudian dirotasi dengan sudut putar 0, maka akan dihasilkan matrik baru Pi‟ dengan titik-titik koordinat baru (Xi‟, Yi‟, Zi‟). Jika diturunkan dengan persamaan adalah seperti berikut : Xi‟ = ρ cos (Φ+ 0) = ρ cos Φ cos 0 – ρ sin Φ sin 0 =

xi cos 0 – yi sin 0

Yi‟ = ρ sin (Φ+ 0) = ρ cos Φ sin 0 + ρ sin Φ cos 0 = xi sin 0 + yi cos 0

Zi‟ = zi

Persamaan-persamaan ini dapat ditulis dalam bentuk matrik seperti berikut

Xi‟ cos 0 -sin 0 0 Xi Yi‟ = sin 0 cos 0 0 Yi Zi‟ 0 0 1 Zi

Gambar 3 Rotasi Pada Sumbu Koordinat tegak Lurus Berikut ini contoh suatu objek kubus yang akan dirotasikan terhadap sumbu X, Y, atau Z, dimana kubus ini berada pada sistem koordinat tegtak lurus yang arahnya menurut sumbu-sumbu x, y, dan z positif. Kubus ini akan dirotasi terhadap sumbu X, Y, dan Z dengan sudut 900. Gambar di bawah ini merupakan gambaran dimana kubus tersebut dan nantinya akan dirotasikan terhadap sumbu X, Y, dan Z.

Gambar 4 Kubus dirotasikan terhadap sumbu X dengan sudut besar 900

Gambar 5 kubus dirotasikan terhadap sumbu Y dengan sudut sebesar 900

Gambar 6. kubus dirotasikan terhadap sumbu Z dengan sudut sebesar 900

2.2.2 Translasi

Translasi merupakan tranformasi yang paling sederhana, yaitu memindahkan koordinat asal ke tempat yang baru. Sebagai contoh misalnya ada sebuah objek yang akan ditranslasi dengan vektor translasi (Tx, Ty, Tz).

1 0 0 Tx 0 1 0 Ty 0 0 1 Tz

Maka akan didapat kordinat baru dari translasi

X‟ = X + Y Y‟ = y + Ty Z‟ = Z + Tz

Gambar di bawah ini memperlihatkan translasi sebuah segitiga dengan garis putus-putus ke posisi yang baru dengan translasi (2,-3)

(3)

Gambar 7. translasi pada objek segititga

2.2.3. Dilatasi

Dilatasi adalah operator untuk membuat sebuah benda lebih besar atau lebih kecil. Kita dapat mengubah ukuran benda dengan skala tertentu terhadap masing-masing sumbu.

Jenis tranformasi dilatasi yang akan kita tinjau terdiri dari pengubahan skala dari sebuah gambaran sepanjang arah x, y, dan z berturut-turut oleh faktor-faktor α, β, γ. Dengan ini kita artikan bahwa jika sebuah titik Pi mempunyai koordinat (xi, yi, zi) dalam gambaran aslinya, maka titik tersebut akan bergerak ke sebuah titik Pi‟ yang baru dengan koordinat (αxi, βyi, γzi) dalam gambar yang baru itu. Misalkan kita ingin mentranformasikan sebuah kubus satuan dalam gambar asli menjadi lebih besar dengan siku-siku yang dimensinya α x β x γ. Secara sistematis, hal ini dapat dirampungkan dengan perkalian matrik seperti berikut. Definisikanlah sebuah matrik diagonal 3 x 3.

α 0 0 S = 0 β 0 0 0 γ

Maka, jika titk Pi dalam gambar aslinya dinyatakan oleh:

vektor kolom.

Xi Yi Zi

Titik Pi yang dihasilkan oleh tranformasi itu akan dinyatakan dalam vektor kolom.

X‟i α 0 0 Xi

Y‟i 0 β 0 Yi

Z‟i 0 0 γ Zi

Dengan menggunakan matrik koordinat P yang mengandung koordinat-koordinat dari semua n titik dari gambaran yang asli sebagai kolom-kolomnya, maka ke-n titik ini dapat ditranformasikan secara serempak untuk menghasilkan matrik koordinat p‟ dari gambaran yang berskala baru.

α 0 0 X 1 X2...X n S = 0 β 0 Y 1 Y 2 ....Y n 0 0 γ Z 1 Z 2 ...Z n

αx 1 αx 2 ... αx n

= βy 1βy 2 ... βy n = P‟ γz 1 γz 2 ... γz n

Gambar 8 pensaklaan (scale) pada kubus Penulis melakukan uji coba dan implentasi pada masing-masing teori model matematis yang digunakan pada metodologi penelitian

III. IMPLEMENTASI DAN UJI COBA Dilatasi

Dalam pembuatan modeling 3 dimensi (3D) penulis memperbesar ukuran dengan skala 1:1 untuk mempermudah penulisan dalam pembuatan detail model. Kemudian penulis kembali memperkecil model dengan skala 1:20.

(4)

Gambar 9. Titik Sumbu Pada Lantai 1 Untuk titik A= (-1117.5, 1410, 2500) B= (1117.5, 1410, 2500) C=(-1117.5, -1410, 2500) D=(1117.5, -1410, 2500) α 0 0 X A‟ = 0 β 0 Y 0 0 γ Z

Dengan skala 1/10 dan pusat (0, 0, 0).

1/10 0 0 -1117.5 A „= 0 1/10 0 1410 0 0 1/10 2500 1/10x(-1117.5) + 0x1410 + 0x2500 A „= 0x (-1117.5) + 1/10 x1410 + 0x2500 0x (-1117.5) + 0x1410 + 1/10x2500 -111.75 A „= 141 250 Jadi A‟(-111.75, 141, 250)

Gambar 10. Hasil Dilatasi

Translasi

Dalam pembuatan modeling 3 dimensi penulis menggeser modeling. Penulis akan menggeser model 100 cm kearah kanan dengan titik pusat (0, 0, 0). Berikut adalah perhitungan untuk melakukan penggeseran model.

100 0 0 Tx 0 0 0 Ty 0 0 0 Tz

Maka akan didapat kordinat baru dari translasi

A(-111.75, 141, 250) X‟ = x + ty A‟ = Y‟ = y + Ty Z‟ = Z + Tz X‟ = (-111.75) + 100 A‟ = Y‟ = 141 + 0

(5)

Z‟ = 250 + 0 A‟(-11.75, 141, 250)

Gambar 11. Hasil Translasi

Rotasi

Dalam pembuatan modeling 3 dimensi penulis memutar modeling. Penulis akan merotasi model 90 derajat terhadap sumbu y berlawanan jarum jam dengan titik pusat (0, 0, 0). Berikut adalah perhitungan untuk melakukan rotasi model.

Titik P(x,y,z) dirotasi sebesar a berlawanan arah jarum jam dengan pusat O(0,0) dan diperoleh bayangan P‟(x‟,y‟,z‟) maka:

A (-11.75, 141, 250)

Di rotasi 90 derajat terhadap sumbu y

Cosa 0 sina -11.75 A‟ = 0 1 0 141 -sina 0 Cosa 250 Cos90 0 sin90 -11.75 A‟ = 0 1 0 141 -sin90 0 Cos90 250 0 0 1 -11.75 A‟ = 0 1 0 141 -1 0 0 250 0x(-11.75) + 0x141 + 1x250 A „= 0x(-11.75) + 1x141 + 0x250 -1x(-11.75) + 0x141 + 0x250 250 A „= 141 11.75 Jadi A‟(330, 975.5, 368)

Gambar 12. Hasil Setelah Dirotasi 90 Derajat

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pemodelan matematis untuk visualisasi 3 dimensi ini, adalah sebagai berikut:

1. Dengan menggunkan pemodelan matematis kita dapat mebuat bentuk pemodelan 3 dimensi dengan penggunaank transformasi koordinat

2. Pemodelan visualisasi ini dapat memperhatkan bentuk dari sebuah ruang dalam hal ini adalah ruang perpustakaan Univeritas Mercu Buana

V. DAFTAR PUSTAKA 1. J.Leon, Steve, 2001. “Aljabar Linier &

Aplikasinya”, Jakarta: Erlangga.

2. Digital Studio, 2007. “Visualisasi 3 Dimensi”, Jakarta: Elex Media Komputindo.

3. Jubilee Enterprise, 2006. “3d Studio Max 7 Utk

Pemula”, PT Elex Media Komputindo kelompok

Gramedia, Jakarta. 4. Non personal, “Blitz3D”,

http://www.blitzbasic.com/, 29 Desember 2008. 5. Non personal, “Blitz3D”,

http://en.wikipedia.org/wiki/Blitz_BASIC, 29 Januari 2009.

Gambar

Gambar 3 Rotasi Pada Sumbu Koordinat tegak Lurus  Berikut  ini  contoh  suatu  objek  kubus  yang  akan  dirotasikan  terhadap  sumbu  X,  Y,  atau  Z,  dimana  kubus  ini  berada  pada  sistem  koordinat  tegtak  lurus  yang  arahnya  menurut  sumbu-sumbu
Gambar 7. translasi pada objek segititga
Gambar 9. Titik Sumbu Pada Lantai 1  Untuk titik  A= (-1117.5, 1410, 2500)     B= (1117.5, 1410, 2500)  C=(-1117.5, -1410, 2500)  D=(1117.5, -1410, 2500)              α     0    0            X      A‟ =     0     β    0            Y                 0     0
Gambar 11. Hasil Translasi

Referensi

Dokumen terkait

Novelty dalam penelitian ini merupakan eksplorasi terhadap bagaimana getaran berpengaruh terhadap manusia dilihat pola yang dihasilkan akibat perubahan nilai

Pada saat ini, suatu DBMS biasanya memiliki kegunaan untuk memasukkan file kedalam basis data yang baru dengan tujuan agar memungkinkan pengembang dapat

Hal ini berarti bahwa bahan ajar yang dipilih untuk diajarkan oleh pengajar di satu pihak dan harus dipelajari peserta diklat di lain pihak hendaknya berisikan

Media pembelajaran dalam hal ini media presentasi merupakan Media pembelajaran dalam hal ini media presentasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

Berdasarkan hasil penelitian, salah satu ulangan dalam perlakuan ikan yang divaksin dosis 10 9 sel/ml ada yang mati pada hari kedua sebanyak 1 ekor, sehingga memberikan

Bentuk dari kelenjar parotis bervariasi, tetapi yang paling sering terdapat adalah bentuk triangular dengan apeks menghadap inferior (Carlson dan Ord, 2008). Duktus

mengkombinasikan beberapa macam metode yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan, dan metode demonstrasi; 3) media pembelajaran

Pada kelompok kelas yang diberi perlakuan menggunakan alat peraga tulang napier berbasis model pembelajaran problem based learning, siswa menggunakan alat peraga