• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo pada tahun 1994 menyatakan bahwa program Keluarga Berencana (KB) perlu mencakup kesehatan reproduksi dan hak reproduksinya dengan menempatkan konsumen sebagai individu yang mempunyai hak dalam mencapai tujuan reproduksinya. Hak-hak reproduksi yang paling pokok ialah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang dilahirkan, dan upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut melalui pemakaian kontrasepsi. Setiap orang mempunyai hak untuk memilih metode kontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau dan akseptabel (Prawirohardjo et al., 2006). Terkait dengan tujuan ICPD, London Summit on Family Planning 2012 menghasilkan komitmen Family Planning 2020 (FP2020) yang ingin memperjuangkan agar semua perempuan mendapatkan akses kontrasepsi di tahun 2020. Komitmen lain yaitu peningkatan sebanyak 120 juta wanita di negara termiskin di dunia untuk menggunakan kontrasepsi modern pada tahun 2020 serta memastikan setiap individu mendapatkan akses layanan kesehatan reproduksi secara gratis di tahun 2030 (Cohen, 2012).

Pada tahun 2015, 64 persen wanita usia subur di dunia telah menggunakan kontrasepsi (UN, 2015). Pemakaian kontrasepsi semua cara pada wanita di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 62 persen dan 58 persen pada pengunaan modern kontrasepsi (BPS, 2013). Pemakaian modern kontrasepsi mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 59 persen (National Population and Family Planning Board of Indonesia (BKKBN) et al., 2015). Metode kontrasepsi yang paling dominan digunakan di seluruh dunia pada tahun 2015 yaitu pil (15 negara), suntik (10 negara), IUD (7 negara). Metode kontrasepsi lain seperti sterilisasi wanita, kondom pria, dan metode tradisional hanya digunakan di beberapa negara (UN, 2015). Di Indonesia, pada tahun 2012 metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah pil dan suntik masing-masing sebesar 14 persen dan 32

(2)

persen (BPS, 2013). Penggunaan pil dan suntik meningkat di tahun 2015 masing-masing sebesar 22 persen dan 52 persen. Pada wanita usia subur di atas 35 tahun penggunaan pil sebesar 25 persen dan suntik 47 persen (National Population and Family Planning Board of Indonesia (BKKBN) et al., 2015).

Usia meningkatkan risiko beberapa penyakit dan oleh karena itu memerlukan keseimbangan manfaat dan risiko baru mengenai penggunaan metode kontrasepsi. Meningkatnya usia dapat meningkatkan risiko terkait penggunaan pil kombinasi (Baldwin and Jensen, 2013). Perempuan berusia lebih dari 35 tahun yang tidak ingin memiliki anak memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif hingga menopause karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil (Allen et al., 2013). Wanita yang merokok seharusnya menghindari pil kombinasi (Mendoza et al., 2013). Studi epidemiologi telah melaporkan adanya peningkatan myocardial infarction yang dan peningkatan mortalitas kardiovaskular pada pengguna pil kombinasi yang merokok dan berusia di atas 35 tahun (Roach et al., 2014).

Gambar 1. Perokok wanita dan penggunaan pil kontrasepsi pada usia di atas 35 tahun

Sebuah panel konsensus menyarankan agar pil kombinasi tidak boleh diberikan pada wanita lebih dari 35 yang merokok lebih dari 15 batang rokok per hari (Schiff et al., 1999). Di Indonesia, seperti yang digambarkan pada gambar 1 pengguna pil kontrasepsi yang berusia di atas 35 tahun dan merokok lebih dari 15 batang per hari sebesar 16 persen pada tahun 2014. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan seluruh pengguna kontrasepsi modern pada wanita di atas 35 tahun yang merokok lebih dari 15 batang per hari yaitu sebesar 5 persen (Strauss et al., 2016). Hal ini berarti 1 hingga 2 dari 10 wanita di Indonesia pada tahun 2014

5

16

Seluruh Kontrasepsi modern Pil kontrasepsi Sumber: IFLS 5

(3)

yang menggunakan pil kombinasi dan mengkonsumsi rokok lebih dari 15 batang per hari akan berisiko mengalami myocardial infarction.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang seperti Intra Uterine Device (Lete et al.), Implants, dan sterilisasi sebagai metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi. Metode ini memiliki tingkat kegagalan kurang dari 1 persen. Metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil kontrasepsi dan suntik tidak dianjurkan karena dinilai kurang efektif (Allen et al., 2013). Selain berisiko meningkatkan myocardial infarction, tingkat kegagalan pil kontrasepsi sebesar 2–3 persen dan lebih dikarenakan masalah kepatuhan penggunaan (Martin and Douglas, 2013). Penelitian Huber et al. (2013) memperkirakan lebih dari 1 juta kehamilan yang tidak diinginkan merupakan konsekuensi dari kegagalan metode karena masalah kepatuhan.

Kehamilan karena konsekuensi dari kegagalan pil kontrasepsi pada usia di atas 35 tahun memiliki resiko tertentu termasuk peningkatan angka keguguran, kelainan janin, dan kematian ibu. Pusat studi ibu dan anak di Inggris memperlihatkan adanya peningkatan angka kematian ibu dengan usia di atas 35 tahun akibat kehamilan (Gardner, 2011). Selain itu, peningkatan resiko komplikasi kandungan, diabetes, hipertensi, plasenta previa, sesar, dan kematian bayi merupakan resiko kehamilan pada ibu yang berusia di atas 35 tahun (Cleary-Goldman et al., 2005).

Penggunaan pil kontrasepsi tidak sesuai digunakan pada wanita usia di atas 35 tahun. Penelitian Women’s Healthcare Experiences and Preferences Study yang dilakukan pada 1.078 wanita menemukan penggunaan kontrasepsi yang tidak sesuai (mismatch) sebesar 36 persen. Sebagian besar wanita pada penelitian ini menginginkan metode yang lebih efektif dari yang mereka gunakan. Penyebab ketidakcocokan alat kontrasepsi adalah biaya, ketakutan pada efek samping dan tidak diberikan pilihan metode kontrasepsi lain oleh petugas pelayanan keluarga berencana. Ketakutan akan efek samping merupakan indikasi tidak diberikan informed choice dengan baik (He et al., 2016).

(4)

FP2020 menjelaskan indikator (MII) dalam layanan keluarga berencana untuk mengukur sejauh mana perempuan disadarkan akan metode alternatif kontrasepsi dan diberikan informasi yang memadai yang sesuai dengan kebutuhan. MII mencakup pertanyaan yang meliputi apakah diberitahu tentang metode kontrasepsi lain, apakah diberitahu tentang efek samping dan apakah dikatakan apa yang harus dilakukan jika mengalami efek samping (FP2020, 2014). Berkaitan dengan MII, PMA2020 tahun 2015 telah melakukan survei pada indikator kualitas pelayanan yang menunjukan bahwa pemberian informed choice masih tergolong rendah sebesar 29,3 persen (National Population and Family Planning Board of Indonesia (BKKBN) et al., 2015).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai MII dan penggunaan pil kontrasepsi pada wanita usia di atas 35 tahun. Penelitian ini berdasarkan data (PMA2020) Indonesia tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diambil adalah: “apakah ada hubungan antara MII dengan penggunaan pil kontrasepsi pada wanita di atas usia 35 tahun?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan MII terhadap penggunaan pil kontrasepsi pada wanita di atas usia 35 tahun.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Menganalisis karakteristik pengguna pil kontrasepsi pada wanita usia di atas 35 tahun.

b. Menganalisis hubungan MII terhadap penggunaan pil kontrasepsi pada wanita usia di atas 35 tahun.

c. Menganalisis faktor-faktor lain yang berhubungan terhadap penggunaan pil kontrasepsi pada wanita di atas usia 35 tahun.

(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan keilmuan kesehatan reproduksi dan menambah kajian keilmuan kesehatan reproduksi mengenai hubungan MII terhadap penggunaan pil kontrasepsi pada wanita usia di atas 35 tahun.

2. Manfaat praktis

Dapat memberikan masukan yang penting bagi profesional di bidang pelayanan kontrasepsi sebagai bahan evaluasi pelayanan keluarga berencana, sehingga perbaikan dan peningkatan pelayanan dapat dilakukan secara komprehensif, efektif dan efisien.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang membahas tentang methods information index dan penggunaan metode kontrasepsi hormonal jangka pendek pada wanita usia di atas 35 tahun belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini disebutkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Keaslian penelitian

No Nama dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Jain (2016)

Information about methods received By contraceptive users in india

Tujuan:

Untuk mengetahui sejauh mana perempuan menerima informasi tentang metode kontrasepsi yang digunakan. Hasil:

Informasi tentang metode kontrasepsi yang diterima pengguna kontrasepsi masih sangat sedikit, hanya 15,6 persen pengguna yang menerima MII.

Variabel bebas Tempat penelitian, variabel terikat, besar sampel, sumber data.

2. Hamodi Alkaisi and Niazi (2014)

Certain Determinants Affecting the Current Choice of Family Planning Methods Used by Women Attending Some Family Planning Clinics in Baghdad City

Tujuan:

Untuk mengetahui faktor demografi, sosial ekonomi dan kesuburan yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Hasil:

Faktor yang berhubungan dengan penggunaan pil kontrasepsi dan suntik adalah usia pernikahan, usia anak terkahir, jumlah anak hidup, dan usia suami.

Variabel terikat Tempat penelitian, variabel bebas, besar sampel, sumber data.

(6)

Gambar

Gambar 1. Perokok wanita dan penggunaan pil kontrasepsi pada usia di atas  35 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini ada beberapa parameter “ responsiveness ” dari suatu perencanaan, yang kelihatannya mengacu pada proses, sebagai berikut: (1) sejauh mana masyarakat di wilayah objek

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik non eksperimen pada materi kesetimbangan kimia kelas XI IPA SMA N 8 Muaro Jambi yang layak menurut

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri mengatur bahwa perlindungan hukum hak atas karya Desain Industri diberikan pada seorang pendesain berdasarkan

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Perbincangan meliputi beberapa perkara utama, iaitu: konsep dan falsafah pendidikan Islam, falsafah pendidikan Islam negara Malaysia, dan perbincangan khusus

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong