• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu alat penting dalam memajukan pembangunan ekonomi negara. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. suatu alat penting dalam memajukan pembangunan ekonomi negara. 1"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan sektor ekonomi terutama sektor-sektor industri yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara amat ditunjang oleh sektor indutri dan perdagangannya. Korelasi yang sangat erat antara keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dengan sektor perdagangan dan industri tersebut pada akhirnya akan ditentukan oleh keunggulan komparatif yang dimiliki. Sementara itu, keunggulan komparatif sangat bergantung pada keunggulan Hak Kekayaan Intelektual. Oleh karena itu, negara-negara industri sudah sejak lama mengakui dan menggunakan Hak Kekayaan Intelektual sebagai suatu alat penting dalam memajukan pembangunan ekonomi negara.1

Indonesia sebagai negara berkembang sudah menjadi anggota dan secara sah ikut dalam Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs), melalui ratifikasi WTO Agreement dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Ratifikasi ini kemudian diimplementasikan dalam revisi terhadap ketiga Undang-Undang bidang Hak Kekayaan Intelektual yang berlaku saat itu, diikuti perubahan yang menyusul kemudian, serta pengundangan beberapa bidang Hak Kekayaan Intelektual yang baru bagi Indonesia, yakni Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang

1 Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004, Hal. 202-203.

(2)

Desain Industri, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain Tata letak Sirkuit Terpadu, Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang serta Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.2

Salah satu kewajiban yang dipersyaratkan dalam TRIPs Agreement adalah seluruh negara anggota termasuk Indonesia wajib melaksanakan penegakan hukum Hak Kekayaan Intelektual. Sebagai negara berkembang, Indonesia pun harus memajukan sektor industri yang meningkatkan pada kemampuan daya saing dari berbagai sudut pandang maupun oleh daya pikir yang lebih modern dan lebih maju lagi, dengan mendasarkan pada hasil olah pikir yang telah ada sebelumnya. Daya saing tersebut, antara lain dengan memanfaatkan peranan desain industri, dalam upaya peningkatan terhadap hasil industri atas suatu produk tertentu yang lebih berkualitas, dimana kualitas tersebut dapat dinilai dari segi kreasi dan inovasi produk yang bersangkutan dan dalam menjamin kelangsungannya maka haruslah diberlakukannya suatu perlindungan hukum yang layak atas desain industri.3

Sejak lahirnya revolusi industri di Inggris, desain industri berkembang pesat. Semula terdapat desain industri dengan dua dimensi, yang diatur pada tahun 1789 dan berkembang menjadi tiga dimensi, diatur melalui Sculpture Copyright Act 1789 dan direvisi tahun 1814, hingga kemudian lahir Registered Desain Act 1949 yang

2Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, P.T Alumni, Bandung, 2005, Hal. 7.

3Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak kekayaan Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Hal. 265.

(3)

menentukan desain industri sebagai bagian seni terapan (Applied Art) dan di Inggris dicakup tiga bentuk perlindungan desain, yaitu desain registration, full copyright dan

desain copyright.4

Di Indonesia desain industri diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri. Dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 disusun pengertian desain industri yang bunyinya sebagai berikut :

”Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.”

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri mengatur bahwa perlindungan hukum hak atas karya Desain Industri diberikan pada seorang pendesain berdasarkan sistem pendaftaran pertama (first to file system), berarti bahwa orang yang pertama mengajukan permohonan hak atas desain industri itulah yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan bukan orang yang mendesain pertama kali. Selain itu, sistem pendaftaran pertama (first to file system) bersifat konstitutif, yakni sistem yang menyatakan hak itu baru terbit setelah dilakukan pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan hukum dan menjamin suatu keadilan setelah diundangkan dan sebagai bukti telah dilakukannya pendaftaran hak dan telah dipenuhinya, baik persyaratan substantif maupun persyaratan administrasi, maka pendaftar akan memperoleh sertifikat hak desain industri. Pendesain yang telah mendaftarkan 4 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, Hal. 20.

(4)

desainnya berhak untuk memonopoli Hak atas Desain Industri, artinya dia mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa persetujuannya membuat karya yang telah didaftarkannya. Setelah masa berlakunya itu habis sesuai dengan yang tertuang pada Undang-Undang Desain Industri Pasal 5 maupun pada TRIPs

Agreement, desain tersebut tidak dapat dipergunakan kembali sebelum diperpanjang

dan secara otomatis akan menjadi milik publik (public domain).5 Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung setelah tanggal penerimaan.6

Hak atas desain industri tercipta karena pendaftaran dan hak eksklusif atas suatu desain akan diperoleh karena pendaftaran. Pendaftaran adalah mutlak untuk terjadinya suatu hak desain industri. Oleh karena itu sistem pendaftaran yang dianut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 adalah bersifat konstitutif, yakni sistem yang menyatakan hak itu baru terbit setelah dilakukan pendaftaran (first to file). Sistem konstitutif lebih menjamin adanya kepastian hukum dan ketentuan yang menjamin keadilan.7

Hak desain industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri tesebut harus disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak dan wajib dicatat dalam daftar umum desain 5 Emawaty Junus, Perlindungan Hukum terhadap Desain Industri Masih Kurang,,

http//www.sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/1ndi.html, di akses pada tanggal 10 Maret 2012..

6 Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt dan Tomi Suryo Utomo, Hak kekayaan Intelektual

Suatu Pengantar, P.T Alumni, Bandung 2002, Hal. 222.

7Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Perlindungan Hak kekayaan Intelektual, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004, Hal. 175.

(5)

industri pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual dengan membayar sesuai ketentuan. Pemegang hak desain industri juga dapat memberikan lisensi kepada pihak ketiga dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu untuk melaksanakan hak desain industri.8

Permintaan pendaftaran desain industri menurut Undang-Undang Desain Industri disebut dengan istilah permohonan yang merupakan dasar bagi timbulnya hak desain industri. Dengan adanya pendaftaran ini, maka pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya, dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimport, mengekspor, dan atau mengedarkan barang yang diberikan hak desain industri.9

Hanya desain industri yang memiliki bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau gabungan hal-hal tersebut yang dapat diwujudkan dalam pola 3 (tiga) dimensi atau 2 (dua) dimensi yang kemudian dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang komoditas industri, atau kerajinan tangan (diproduksi secara massal) yang layak untuk mendapatkan hak desain industri. Terkait dengan hal ini, perlu diperhatikan ketentuan pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Desain Industri yang menyatakan bahwa hak desain industi diberikan untuk desain industri yang baru dan desain industri yang dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. 8 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal Hak Kekayaan Intelektual, Hak cipta,

Paten, Merek dan Seluk Beluknya, Erlangga, Hal. 64-65.

(6)

Penjelasan pasal ini menyebutkan yang dimaksudkan dengan pengungkapan adalah pengungkapan melalui media cetak atau elektronik termasuk juga keikutsertaan dalam suatu pameran. Sedangkan pengungkapan sebelumnya sebagaimana dimaksud diatas adalah pengungkapan desain industri yang dilakukan sebelum tanggal penerimaan atau tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengam hak prioritas ataupun telah diumumkan, digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.10

Walaupun negara Indonesia sudah mempunyai aturan hukum di bidang Desain Industri, namun demikian dalam praktek, aturan tersebut belum mampu sepenuhnya untuk mendukung perkembangan industri kreatif di Indonesia. Salah satunya dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tidak mengatur pentingnya pemeriksaan substantif dalam sistem pendaftaran desain industri yang menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat industri mengenai pentingnya suatu pendaftaran desain industri yang menyebabkan para pendesain tidak mendaftarkan hak desainnya dan hanya menjadi tukang. Sehingga tidak memiliki hak eksklusif terhadap hasil karyanya. Kelemahan itu tentunya dimanfaatkan oleh produsen lain untuk meniru dan mendaftarkannya dengan itikad tidak baik. Padahal pemeriksaan substantif adalah pemeriksaan yang paling penting untuk mengetahui syarat kebaruan suatu desain industri, yang dapat membedakan suatu desain industri berbeda atau mempunyai persamaan pada pokoknya.

(7)

Hak desain industri dapat pula berakhir sebelum waktunya karena adanya pembatalan. Pembatalan pendaftaran desain industri tersebut bisa terjadi karena permintaan pemegang hak desain industri dan bisa juga karena adanya gugatan perdata dari pihak lain. Pembatalan pendaftaran desain industri berdasarkan permintaan hak desain industri diatur dalam Pasal 37 Undang-Undang Desain Industri. Berdasarkan Pasal 37 ini, pemegang hak desain industri mempunyai hak untuk membatalkan pendaftaran desain industrinya. Pembatalan hak desain industri ini hanya dapat dilakukan bila mendapat persetujuan secara tertulis dari penerima lisensi hak desain industri yang tercatat dalam daftar umum desain industri.11

Suatu desain industri yang terdaftar pun bukanlah berarti tidak dapat dibatalkan. Sesungguhnya apabila mencermati ketentuan desain industri, maka dalam kondisi-kondisi tertentu sangat dimungkinkan untuk dilakukan suatu pembatalan. Apabila pembatalan pendaftaran dilaksanakan ada akibat hukum yang ditimbulkan. Akibat hukumnya bahwa pembatalan pendaftaran desain industri menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan hak desain industri dan hak-hak lainnya yang berasal dari desain industri tersebut. Hak-hak lain yang dimaksudkan disini apabila pemegang hak desain industri telah mengalihkan haknya kepada pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, pada akhirnya dapat dipahami bahwa pembatalan desain industri terdaftar pada dasarnya menurut ketentuan Undang-Undang Desain industri sangat mungkin terjadi yang tentunya didasarkan pada

11 Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan Dan Dimensi

(8)

syarat-syarat sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang Desain Industri.12

Salah satu contoh kasus yang terjadi, yaitu desain kanal pintu besi lipat dan daun pintu besi lipat dikalangan distributor besi ataupun pengusaha bengkel folding gate. Dimana Jusman Husein selaku tergugat pada tingkat Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mendaftarkan desain industri berupa kanal pintu besi lipat dan daun pintu besi lipat sebagai hasil desainnya dan mendapatkan hak eksklusif melalui permohonan pendaftaran hak desain industrinya, yaitu sertifikat desain industri kanal pintu besi lipat terdaftar dengan No. ID 010 726-D dan No. ID 0 010746-D serta daun pintu besi lipat terdaftar dengan No. ID 0 10 735-D dan No.ID 0 010 723-D.

Tody selaku penggugat mendalilkan bahwa bahan terpenting untuk pembuatan folding gate adalah secara umum telah dikenal dan menjadi milik umum (Public Domain) dan memiliki kesamaan dengan desain industri yang diperdagangkan oleh penggugat maupun pihak lain baik dari segi konfigurasi maupun bentuknya. Dalam hal ini Tody berkeyakinan bahwa Jusman Husein dengan itikad tidak baik (Bad Faith) sengaja mendaftarkan seluruh objek sengketa desain industri tersebut.

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan membatalkan desain industri milik Jusman Husein. Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga dalam memutuskan perkara adalah tidak adanya unsur kebaruan sesuai ketentuan dalam pasal 2 Undang-12 Muhammad Arief, Desain Industri terdaftar, dapatkah dibatalkan?, 17 April 2011, http://pusathki.uii.ac.id/artikel/artikel/desain-industri-terdaftar-dapatkah-dibatalkan.html, Diakses pada tanggal 7 Maret 2012.

(9)

Undang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000. Desain industri milik Jusman Husein tidak memiliki perbedaan dalam bentuk dan konfigurasi secara signifikan dengan desain industri yang telah ada sebelumnya. Maka dalam Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan gugatan penggugat dalam hal ini Tody seluruhnya. Menyatakan batal atau membatalkan sertifikat desain industri kanal pintu besi lipat terdaftar dengan No. ID 010 726-D dan No. ID 0 010 746-D serta daun pintu besi lipat terdaftar dengan No. ID 0 10 725-D dan No. ID 0 010 723-D atas nama Jusman Husein (tergugat) adalah dilandasi itikad tidak baik (Bad Faith) karena tergugat mendaftarkan desain industrinya secara melawan hukum secara tidak layak serta tidak jujur. Pengadilan Niaga memutuskan membatalkan pendaftaran desain industri kanal pintu besi lipat terdaftar dengan sertifikat No. ID 010 726-D tanggal 11 Juli 2007, serta desain industri serta daun pintu besi lipat terdaftar dengan No. ID 0 010 725-D tanggal 27 Juni 2007 dan sertifikat dan No. ID 0 010 723-D tanggal 27 Juni 2007 atas nama Jusman Husen (tergugat) dari Daftar Umum Desain Industri, Direktorat Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Memerintahkan kepada Direktorat Desain Industri, Direktorat Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia selaku turut tergugat untuk menaati putusan ini dengan mencoret pendaftaran desain industri kanal pintu besi lipat terdaftar dengan sertifikat No. ID 010 726-D tanggal 11 Juli 2007. sertifikat No. ID 0 010 746-D tanggal 11 Juli 2007, serta desain industri serta daun pintu besi lipat terdaftar dengan No. ID 0 010 725-D tanggal 27 Juni 2007 dan sertifikat dan No.

(10)

ID 0 010 723-D tanggal 27 Juni 2007 atas nama Jusman Husen (tergugat) dari Daftar Umum Desain Industri dengan segala akibat hukumnya.

Kemudian dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 533K/Pdt.Sus/2008 Tanggal 25 September 2008 Jo. Putusan Pengadilan Niaga Nomor 05/Desain Industri/2008/PN.Niaga.Jkt.Pst Tanggal 19 Juni 2008 menyatakan bahwa Pengadilan Niaga telah benar dan tepat dalam memutuskan bahwa dalam perkara desain kanal pintu besi lipat dan daun pintu besi lipat, yang mana Jusman Husein sebagai pemohon kasasi sedangkan Tody sebagai termohon kasasi. Maka permohonan kasasi yang diajukan oleh pemohon kasasi Jusman Husein tersebut haruslah ditolak.

Berdasarkan uraian dan permasalahan seperti tersebut diatas, maka akan diteliti lebih jauh permasalahan tersebut, sehingga dapat menjadi suatu informasi dan berguna bagi semua simpatisan pembaca yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah (tesis) yang berjudul, ”Pembatalan Desain industri Karena Alasan

Mempunyai Persamaan Pada Pokoknya.” B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut diatas, maka penulis merasa perlu untuk mengedepankan permasalahan-permasalahan pokok untuk dicari pemecahannya dalam penelitian ini, yaitu :

1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya gugatan pembatalan desain industri?

2. Bagaimana akibat hukum pengalihan hak desain industri kepada pihak ketiga dalam hal desain industri dibatalkan oleh pengadilan?

(11)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gugatan pembatalan desain industri.

2. Untuk mengetahui akibat hukum pengalihan hak desain industri kepada pihak ketiga apabila hak desain industri dibatalkan oleh pengadilan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pada pihak yang membutuhkan sebagai kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembatalan desain industri.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi para akademisi, pemerintah, penegak hukum, akademisi, mahasiswa, masyarakat umum khususnya lembaga perindustrian. Sehingga dapat menghindari terjadinya sengketa dibidang desain industri.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang telah dilakukan penulis pada kepustakaan khususnya di lingkungan sekolah Pasca Sarjana Megister kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, ternyata belum ada penulis sebelumnya yang melakukan penelitian dengan judul ”Pembatalan Desain Industri Karena Alasan

(12)

Mempunyai Persamaan Pada pokoknya”, akan tetapi telah ada ulasan ataupun penelitian tentang desain industri, yaitu :

1. Dengan judul tesis Pengaturan Hak Desain Industri Untuk Memajukan Perekonomian Indonesia yang ditulis oleh Widya N. Rosari, Mahasiswi Megister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Nomor Induk Mahasiswi 027005026.

2. Dengan judul tesis Upaya Perlindungan Hak Desain Industri Dalam Era Industrialisasi dan Perdagangan bebas yang ditulis oleh Pulungan Parulian Napitupulu, Mahasiswa Megister kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Nomor Induk Mahasiswa 027005053.

3. Dengan judul tesis Implementasi Perlindungan Hukum Desain Industri Ditinjau Dari Konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 (Studi Desain Industri Di Kota Medan) yang ditulis oleh Riyanto, Mahasiswa Megister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Nomor Induk Mahasiswa 037011074.

Namun demikian apabila terdapat materi penelitian yang serupa dengan materi penelitian tesis ini, maka penelitian tesis ini adalah tetap bagian dari upaya untuk memperkaya keilmuan dibidang hukum.

(13)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Pengertian Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang bagi pembaca menjadi bahan pertimbangan, pegangan teori yang mungkin ia setujui ataupun yang tidak disetujui, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti.13

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka teori adalah merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan kerangka teori itu digunakan sebagai landasan berfikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas.

Teori itu sendiri adalah serangkaian proposisi atau keterangan yang saling berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi yang mengemukakan suatu penjelasan atas segala gejala yang ada atau seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antara variabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis dan fenomena yang digambarkan oleh variabel dengan lainnya yang menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.14

13M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80. 14Maria S.W. Sumardjono, Pedoman pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia Yogyakarta, 1989, Hal 12-13.

(14)

Kecerdasan intelektual masyarakat dalam suatu bangsa memang sangat ditentukan oleh seberapa jauh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh individu-individu dalam suatu negara. Kreatifitas manusia untuk melahirkan karya-karya intelektualitas yang bermutu seperti hasil penelitian, karya-karya sastra dan karya-karya seni yang bernilai tinggi serta apresiasi budaya yang memiliki kualitas seni yang tinggi tidak lahir begitu saja. Kelahirannya memerlukan energi dan tidak jarang diikuti dengan pengeluaran biaya-biaya yang besar.15

Konsep mengenai Hak kekayaan Intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmati. Berdasarkan konsep tersebut, maka mendorong kebutuhan adanya penghargaan atas karya yang telah dihasilkan berupa perlindungan hukum bagi Hak Kekayaan Intelektual. Tujuan pemberian perlindungan hukum ini untuk mendorong dan menumbuh kembangkan semangat berkarya dan mencipta. Untuk mewujudkan iklim kondusif bagi peningkatan semangat gairah untuk menghasilkan kemampuan intelektual manusia, menumbuhkan suatu kebutuhan yaitu perlindungan hukum. Kebutuhan akan perlindungan hukum ini sebenarnya adalah wajar.16

15

H.OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2004, Hal 56.

16

Edy Damian, Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional, UU Hak Cipta

1997, dan Perlindungan terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitan, Alumni, Bandung, 1999, Hal

(15)

Undang-Undang tentang Desain Industri merupakan hal yang baru, seperti dikemukakan dalam Mukadimah bahwa tujuan rancangan Undang-Undang ini adalah supaya kita menyesuaikan diri karena sudah ikut dalam persetujuan pembentukan WTO. Persetujuan ini telah dicakup berbagai persetujuan lain, diantaranya tentang Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual (HKI), yang lazim dinamakan dengan

TRIPs. Salah satu ketentuan dari TRIPs adalah juga mengenai tentang Desain

Industri. Kemudian keikutsertaan Indonesia dalam Konvensi Paris, yang juga merupakan salah satu hukum positif bagi Indonesia, sehingga diperlukan suatu peraturan khusus mengenai perlindungan di bidang desain industri. Desain Industri ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada hak-hak desain orang yang membuat Desain Industri ini. Selain itu, diatur pula bagaimana menjaga pihak yang tidak berhak menyalahgunakan Hak Desain Industri yang bersangkutan.17

Oleh karena itu, diperlukannya peraturan Perundang-Undangan untuk memberikan perlindungan hukum untuk desain industri. Peraturan Perundang-Undangan merupakan salah satu sistem hukum. Sistem hukum (legal system) menurut Lawrence M. Friedman adalah satu kesatuan hukum yang tersusun dari tiga unsur, yaitu:

1. Struktur Hukum

Struktur hukum adalah pola yang memperlihatkan tentang bagimana hukum itu dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya, yaitu memperlihatkan

17Sudargo Gautama dan Rizwanto Winata, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Peraturan

(16)

bagaimana pengadilan, perbuatan hukum, dan lain-lain badan serta proses hukum itu berjalan dan dijalankan. Struktur hukum adalah kelembagaan yang diciptakan oleh peraturan-peraturan hukum itu dengan berbagai macam fungsinya dalam rangka mendukung bekerjanya sistem hukum tersebut.18

Unsur struktur dari suatu sistem hukum mencakup berbagai institusi dalam sistem hukum tersebut dengan berbagai fungsinya, dalam rangka bekerjanya sistem hukum tersebut. Salah satu di antara lembaga itu adalah pengadilan.19

Struktur hukum menurut Lawrence M. Friedman merupakan suatu mekanisme lintas sektoral dari suatu sistem hukum. Struktur hukum akan melibatkan unsur-unsur dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Lembaga eksekutif yang terkait dengan pengelolaan administrasi Undang-Undang Desain Industri adalah Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di seluruh Indonesia.20

2. Substansi Hukum

Substansi hukum menurut Lawrence M Friedman adalah peraturan-peraturan yang dipakai oleh para pelaku hukum pada waktu melakukan perbuatan-perbuatan serta hubungan-hubungan hukum, sedangkan komponen struktur merupakan institusi-institusi yang telah ditetapkan oleh substansi ketentuan hukum untuk melaksanakan,

18Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2005, Hal 151.

19Abdul Gani Latar, Teori Hukum, http://abdulganilatar.blogspot.com/2011/06/teori-hukum.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2012

20 Ansori Sinungan, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan Dalam

(17)

menegakkan, mempertahankan, dan menerapkan ketentuan-ketentuan hukum tersebut.21

Substansi hukum sebagai aspek lainnya dari sistem hukum adalah bagaimana aturan yang sebenarnya, norma, dan pola sikap masyarakat terhadap sistem itu sendiri. Apabila dihubungkan dengan substansi yang ada dalam Undang-Undang Desain Industri, dalam praktik masih ditemui adanya pasal-pasal yang mengandung kelemahan-kelemahan dalam implementasinya. Selain itu, kelemahan lainnya dari Implementasi Undang-Undang Desain Industri ini disebabkan masih banyak peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Desain Industri yang belum terselsaikan oleh pemerintah.

3. Budaya Hukum

Sedangkan budaya hukum mengacu kepada bagian-bagian dari budaya pada umumnya yang berupa kebiasaan, pendapat, cara-cara berperilaku dan berpikir yang mendukung atau menghindari hukum. Atau dengan kata lain, budaya hukum merupakan sikap dan nilai-nilai dari individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan – kepentingan (interest) yang kemudian diproses menjadi tuntutan-untutan (demands) berkaitan dengan hukum. Kepentingan dan tuntutan tersebut merupakan kekuatan sosial yang sangat menentukan berjalan atau tidaknya sistem hukum. Pendapat Lawrence M. Friedman bahwa peraturan-peraturan hukum bisa tegak tergantung pada budaya hukum dan budaya masyarakat tergantung pada budaya masyarakat anggota-nggotanya, yang dipengaruhi oleh

(18)

tradisi, latar belakang pendidikan, lingkungan budaya, posisi atau kedudukan dan kepentingan ekonomi. Budaya masyarakat disini adalah keseluruhan dari sikap-sikap warga masyarakat yang bersifat umum dan nilai yang ada dalam masyarakat akan menentukan bagaimana hukum itu berlaku dalam masyarakat dan hukum yang benar-benar diterima dan diperlukan oleh masyarakat ataupun oleh komunitas tertentu.22

Menurut Lawrence M. Friedman budaya hukum dibedakan menjadi dua macam. Pertama internal legal culture, yakni kultur hukumnya para lawyer’s dan

judged’s dan external legal culture, yakni kultur hukum masyarakat pada umumnya.

Semua kekuatan sosial akan mempengaruhi bekerjanya hukum dalam masyarakat. Sikap masyarakat, salah satunya tidak melaksanakan produk hukum karena masyarakat mempunyai budaya hukum sendiri. Hukum sebagai sistem nilai dalam masyarakat kadang dipatuhi kadang tidak dipatuhi. Dalam suatu komunitas hukum kadang-kadang tidak selalu dipatuhi.23

Hubungan antara hukum dan masyarakat, diungkapkan oleh H.L.A Hart, yang memperkenalkan tipe masyarakat yaitu primary rules of obligation dan secundary

rules of obligation. Dalam tipe mayarakat primary (sederhana, kecil) tidak dijumpai

peraturan yang terperinci dan resmi. Tidak dijumpai adanya diferensiasi dan spesialisasi badan-badan penegak hukum. Karena komunitasnya kecil dan berdasarkan kekerabatan. Kontrol sosial bagi masyarakat ini sudah dapat berjalan

22Ibid. Hal 153-154.

23 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru Utama, Semarang, 2005, Hal 113.

(19)

efektif. Oleh karena itu tidak perlu peraturan yang terperinci dan resmi seperti undang-undang.24

Budaya hukum menempati posisi yang strategis dalam menentukan pilihan perilaku dalam menerima hukum atau justru sebaliknya (menolak). Oleh karena itu suatu peraturan hukum akan diterima menjadi hukum apabila benar-benar diterima dan digunakan untuk masyarakat, dipengaruhi oleh budaya hukum masyarakat yang bersangkutan. Jadi budaya hukum masyarakat akan mempengaruhi efektifitas hukum dalam masyarakat.25

Kasus pelanggaran desain industri yang terjadi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sikap dan pandangan masyarakat serta budaya hukum terutama para pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi berbeda budaya hukumnya. Pelaku ekonomi yang mempunyai sikap dan pandangan yang maju dan mempunyai budaya hukum (kesadaran hukumnya baik), sehingga tidak akan melakukan pelanggaran hukum. Di lain pihak bagi pelaku ekonomi yang budaya hukumnya kurang baik akan melakukan pelanggaran hukum.

Pelanggaran terhadap desain industri selain dipengaruhi oleh pemahaman yang keliru juga dipengaruhi oleh budaya hukum masyarakat. Masyarakat tidak mempunyai budaya hukum sendiri. Dalam masyarakat hukum yang baru terkadang tidak diterima atau ditolak. Penolakan atau tidak menerima hukum berarti hukum

24H.L.A Hart, The Concept of Law, London, London University Press, 1972. Lihat dalam Esmi Warassih, Pranata Hukum Telaah Sosiologis, 2005 , Hal. 86.

(20)

tidak dilaksanakan, sehingga fungsi hukum tidak efektif, yang pada akhirnya kesadaran hukum masyarakat rendah,sehingga terjadi pelanggaran hukum.

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.26 Soerjono Soekanto berpendapat bahwa kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.27

Oleh karena itu dalam penelitian ini didefinisikan beberapa konsep dasar atau istilah, agar dalam pelaksanaannya diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebagai berikut :

a. Pembatalan pendaftaran adalah suatu proses, cara, ataupun perbuatan membatalkan dalam hal ini pembatalan suatu permohonan secara tertulis dalam bahasa indonesia.

b. Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis

26Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1999, hal. 34.

(21)

dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

c. Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

d. Pendesain adalah seorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri.

e. Permohonan adalah permintaan pendaftaran desain industri yang diajukan kepada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual.

f. Persamaan pada pokoknya adalah adanya kesamaan baik mengenai bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya sehingga tidak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap unsur-unsur yang akan diwujudkan.

G. Metode Penelitian 1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikirian tertentu, bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertetu dengan jalan menganalisisnya. Kecuali itu, maka juga diadakanlah pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

(22)

hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.28

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis, maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menggambarkan atau mendeskripsikan semua gejala dan fakta hukum dan menganalisa permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini. Deskriptif maksudnya untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara menyelurus dan sistematis tentang peraturan yang dipergunakan berkaitan dengan hak kekayaan intelektual khususnya desain Industri. Analisis maksudnya menuraikan secara cermat terhadap aspek-aspek hukum dari apa yang telah digambarkan secara menyeluruh dan juga sistematis dari permasalahan yang dikemukakan.29

Untuk suatu keberhasilan penelitian, baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat ditentukan oleh metode yang dipergunakan dalam penelitian.30

Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian hukum normatif (yuridis normatif) atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka.31 Karena pada hakekatnya penelitian ini melihat sejauh mana Undang-Undang Desain Industri Nomor 31 tahun 2000 dalam penyelesaian sengketa Hak 28 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, Hal. 38.

29Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2009, Hal. 22. 30Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, Hal. 66.

31Soerjono Soekamto dan Sri Mamudhi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat, PT Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal. 13-14.

(23)

Desain Industri yang terjadi di Pengadilan Niaga khususnya mengenai pembatalan pendaftaran hak desain indutri.

Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan perundang-undangan (Statute Approach). Pendekatan dengan Statute Approach dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.32

2. Sumber dan Jenis Data

Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data, karena dengan pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan atau library

research.33

Penelitian kepustakaan atau library research, yaitu himpunan data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum terstier. Maka penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Adapun data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu data yang meliputi bahan hukum yang mengikat seperti peraturan Perundang-undangan, Yurisprudensi, dan peraturan dari zaman penjajahan

32Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, Hal. 93. 33Bambang Sunggono, Op.Cit, Hal. 10-11.

(24)

yang hingga kini masih berlaku. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dan Trade

Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs) Agreement.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan pustaka yang bersifat penunjang dari bahan hukum primer serta implementasinya seperti buku-buku, laporan penelitian hukum, makalah pertemuan ilmiah dari kalangan hukum serta artikel yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan Hukum Tertier yaitu bahan referensi, bahan acuan atau bahan rujukan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder. Dalam penelitian ini bahan hukum tersier yang digunakan adalah ensiklopedi dan kamus sebagai bahan rujukan untuk memperoleh informasi berupa pengertian suatu kata atau istilah yang diperlukan dalam penelitian ini.

(25)

3. Teknik Pengumpulan Data

Berhubung penelitian ini bersifat yuridis normatif, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari perundang-undangan, peraturan-peraturan, buku-buku hukum, artikel, literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumen yang dilakukan secara tidak langsung digunakan untuk memperoleh data sekunder, dengan membaca, mempelajari, meneliti dan mengindentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Penelaah dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diharapkan.34

Analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif kualitatif. Analisa data dilakuan setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan evaluasi sehingga diketahui rehabilitas data tersebut, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban.35 Kemudian dilakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan demikian kegiatan analisis data 34Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, Hal. 67.

(26)

ini diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan akurat serta dapat direpresentasikan dalam bentuk deskriptif.36

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan logika berfikir deduktif induktif. Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan demikian,

36Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Univesitas Indonesia Press, Jakarta, 1999, Hal. 6.

(27)

untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.37

37Radita Anggraeni, Metode Penalaran Deduktif dan Induktif, http://wartawarga.gunadarma. ac.id/2011/02/penalaran-induktif-dan-deduktif-3/, Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012.

Referensi

Dokumen terkait

replacer dapat menurunkan kadar air, kadar lemak, kadar NaCl, kadar natrium, dan cooking loss. Namun, penambahan salt replacer dapat meningkatkan kadar abu dan

Penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian Winae, guru SMPN- 1 Kuala Kurun dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Serap tumpahan dengan vermikulit atau bahan lengai yang lain, kemudian isikan dalam bekas untuk bahan buangan kimia.. Bersihkan permukaan dengan rapi untuk menghapuskan saki

Guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2013 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik melaksanakan berbagai kegiatan yang mengacu pada program

Kata Kunci : Strategi Inquiring Minds Want To Know dan Hasil Belajar Dari hasil observasi penelitian di kelas V MIN Lhoknga Aceh Besar, penulis melihat masalah rendahnya hasil

Pembelajaran Bahasa dengan materi tentang Days diajarkan di kelas V semester I. Dalam penelitian ini, materi tersebut diajarkan dengan menggunakan model

• Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui apakah ada pembengkakan, demam tanpa adanya penyebab yang jelas, atau gejala

Namun beberapa provinsi justru mengalami penurunan yang berkala dari tahun 2009 hingga tahun 2011 seperti Jakarta yang walaupun masih memegang penerima investasi terbanyak