• Tidak ada hasil yang ditemukan

F PPP F. PD 7. DRS. H. HAKIM SAEFUDDIN 8. DRS. H. DJABARUDDIN AHMAD DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "F PPP F. PD 7. DRS. H. HAKIM SAEFUDDIN 8. DRS. H. DJABARUDDIN AHMAD DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Tahun sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Deng an Sifat Rapat Hari, Tanggal Pukul Tempat Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota REPUBLIK INDONESIA RISALAH

RAPAT PANSUS RUU KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

: 2005-2006 : Ill

: ke-5 : Panja

: Dirjen HUKUM dan Perundang - undangan : Terbuka

: Kamis, 2 Maret 2006 : 14.00WIB.

: Ruang Rapat Pansus A, Lt 3 Gedung Nusantara II

: Dra. Hj. Ida Fauziah : Drs. Budi Kuntaryo : Pembahasan DIM. : 15 dari 26 Anggota

PIMPINAN PANJA RUU TENTANG KEWARGANEGARAAN RI. 1. 'ORA. HJ. IDA FAUZIAH.

F-PG: F· POI P:

2. DRS. H. MAMAT RAHA YU ABDULLAH,MM 4. DRS. CYPRIANUS AOER. 3 Hj. SOEDARMANI WIRYATMO, SH. M. HUM. 5. IR. RUDIANTO T JEN.

6. NURSUHUD

F· PPP

F.

PD

7. DRS. H. HAKIM SAEFUDDIN 8. DRS. H. DJABARUDDIN AHMAD

(2)

F· PAN:

F· PKS

10. YUSUF SUPENDI, Le 11. IR.UNTUNG WAHONO F·PBR

TIDAK HADIR ( IZIN )

14. DRS. H. SLAMET EFFENDYYUSUF, M.Si 15. BENNY. K. KARMAN. SH

16. MU RDA YA POO.

17.DR. H. BOMER PASARIBU, SH. SE. MS. 18.ASIAH SELEKAN.BA.

19.PROF. DRS. H. RUSTAM E. TAMBURAKA,MA. 20.DRA. ELVIANA, MSi.

21.H. DADAY HUDAYA. 22.DRS. SOFY AN ALI, MM. 23.TUTI LUKMAN SOETRISNO.

24.DRS. NURUL FALAH EDDY PARIANG. 25.NURSYAHBANI KANT JA SUNGKANA, SH. 26.H. ANDI DJALAL BACHTIAR.

F· PKB:

9. PROF. DR.MOH, MAHFUD MD ·F· BPD

12. ANTON A. MASHUR SE

F·PDS

13. St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE.MM.

KETUA RAPAT: RAPAT: (DRA.Hj. IDA FAUZIAH/FKB) Assalamu'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Sejahtera untuk kita semua .

Yang saya hormati Bapak-lbu Anggota Panja. Saudara Dirjen dan teman-temannya.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya pada kita sekalian, sehingga pada malam hari ini kita bisa hadir dalam rapat Panja. Sesuai dengan acara maka pada hari ini Panja mengadakan Rapat Panja untuk membahas materi Panja yang diserahkan oleh Pansus kepada Panja, men~rut laporan Sekretariat, rapat telah dihadiri 10 orang Anggota, ijin 5, jadi 15 dari 26 Anggota, rnaka berarti terpenuhi kuorum, ijinkanlah saya membuka rapat pada malam hari ini, rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA)

Bapak/lbu yang saya hormati, menurut teman-teman dari F- PG rapat ini dibuka dan ditutup, mudah-mudahan kita bisa menyelesaikan Rapat Panja pada malam hari ini, kita bikin kesepakatan dulu kita akan sudahi rapat ini sampai jam, ada yang nantang jam 10, ada yang lebih malam lagi jam11, jam 9, dapat disetujui.

(RAPAT SETUJU)

Baik Bapak/lbu yang saya hormati, kemarin kita telah menyelesaikan rapat Panja pada DIM 102, malam ini kita mulai pembahasan Panja masuk DIM 105 Pasal 27, hilangnya kewarganegaraan bagi suami/istri yang terikat pemikahan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari pasangan itu disetujui. Mohon rna~f DIM 103 sudah tidak ada masalah,

(3)

kemudian DIM 104 tidak ada masalah, DIM 105 tidak ada masalah, 106 tidak ada masalah, 107 tidak ada masalah, DIM 108 tidak ada masalah, baru kita membahas pada DIM 109, DIM 109 ayat (2) dibacanya mungkin dari DIM 108 dulu ini berkaitan deligan syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI. Pasal 30 ayat (1)seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali kewarganegaraan tersebut. Kemudian di ayat ke (2)-nya ketentuan mengenai tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI sebagaimana dimaksud pada ayat {1) dilakukan melalui prosedur kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 18 disetujui Pansus pembahasan lebih lanjut diserahkan pada

f

anja. Ada beberapa catatan disini penunjukan pasal disesuaikan Timsin, saya kira ini telah disepakati tidak perlu kita bahas, akan disesuaikan di Timsin. Kemudian yang ke 2 usul pemerintah penambahan ayat baru disetujui, kemudian pembahasan lebih lanjut diserahkan kepada Panja. Pemerintah mengusulkan penambahan ayat baru yaitu ayat (3) , yang merupakan pengecualian bagi warga negara RI yang kehilangan kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud pada pasal 25 dan 26 ayat (1) dengan rumusan sebagai berikut. Saya kira kami persilahkan kepada pemerintah untuk menjelaskan tambahan pasal itu.

PEMERINT AH (OKA MAHENDRA, SH) :

lbu Pimpinan karena tidak ada temannya jadi sendirian disitu, Bapakllbu Anggota Panja yang saya hormati. Pemerintah memang mengusulkan satu tambahan pasal yang baru, namun demikian kita perlu mencermati kembali DIM 109, ketentuan mengenai tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 18.

Jadi orang-orang kehilangan kewarganegaraan RI itu dapat memperoleh kembali kewarganegaraannnya melalui proses pewarganegaraan, jadi ia sama dengan orang asing yang baru mau masuk menjadi warga negara Indonesia. Apakah memang demikian prosedurnya, saya kira itu perlu kita cermati bersama.

Kemudian yang ke 2 di dalam ayat (3} disini mengatur bagi anak dan istri yang menjadi warga negara asing, sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 karena mengikuti suaminya itu yang telah putus perkawinannya, untuk memperoleh kembali kewarganegaraannya tidak melalui prosedur pewarganegara·annya. Jadi anak dan istri yang semacam itu dipermudah prosedur memperoleh kewarganegaraannya.

Sedangkan yang di ayat (2) ini mohon kita cermati bersama apakah memang bagi mereka itu harus melalui prosedur Pewarganegaraan, orang-orang yang kehilangan kewarganegaraan, kalau dia memang asalnya itu warga negara Indonesia, tapi hilang kewarganegaraannya karena sebab-sebab yang disebut pada pasal-pasal sebelumnya. lni yang perlu kita diskusikan .Terima kasih lbu Pimpinan.

KETUA RAPAT : Ya Silahkan Pak.

PEMERINTAH (IMAN SANTOSO) :

Menambahkan ya, yang menambahkan yang disampaikan Pak Oka. Pimpinan Sidang dan anggota Dewan yang kami hormati, kalau kita mengacu pada Pasal 18 UU Nomor 62 Tahun1958, juga disana mengatur seorang warga negara ex warga negara Indonesia yang telah ke~ilangan kewarganegaraan lndonesianya dan bagaimana cara untuk mendapatkan nya kembali. Jadi dalam konteks ini bagaimana kita harus bisa membedakan antara mereka yang memperoleh karena kelahiran dan mereka memperoleh kewarganegaraan Indonesia sebelumnya itu karena pewarganegaraan atau naturalisasi.

Jadi untuk mendapatkan kembali kewarganegaraan Indonesia atau renduare dari itu, kami pikir tidak bisa melalui prosedur naturalisasi. jadi misalnya, saya yang karena kelahiran kemudian kehilangan kewarganegaraan Indonesia kemudian untuk menjadi warga negara Indonesia kembali melalui proses naturalisasi, sedangkan didalam Pasal 18 UU Nomor: 62 Tahun 1958, rendunce ini dapat dilakukan apabila, yang bersangkutan bertempat tinggal satu tahun di Indonesia ia dapat

(4)

mengajukan ke Pengadilan Negeri setempat. Tapi berbeda barangkali mereka-mereka atau harus dibedakan mereka yang mendapatkan kewarganeg~raan Indonesia sebelumnya dari proses naturalisasi. Jadi jangan disamakan antara mereka yang karena kelahiran dan mereka yang karena naturalisasi. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik terima kasih, saya hanya membacakan kesepakatan di Pansus pada waktu itu memang tidak mendiskusikan lebih jauh apakah kita membedakan proses Pewarganegaraan kembali balk yang karena naturalisasi ataupun yang karena kelahiran, karena disini disetujui di Pansus. Kemudian yang ke dua yang harus didiskusikan lagi adalah tambahan ayat yang ada di ayat yang ke (3).

Saya mengundang Bapak/lbu Anggota Panja untuk menyampaikan pandangannya. Ya silahkan Pak.

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le} :

Terima Kasih. Saya mau minta penjelasan mengenai tambahan ayat yang ke tiga, itu pengertian putus perkawinannya. Kalau kita lihat pada Pasal

19

DIM

71

ayat yang pertama disitu kalau terjadi perceraian yaitu ditentukan dengan keput1,1san hakim, mungkin kalau merujuk pada RUU Administrasi Kependudukan yaitu akte perceraian. Kemudian pada DIM 72 ayat (2) putusnya perkawinan karena kematian berarti disini putusnya perkawinan terkait masalah perkawinan. Pertanyaan saya bagaimana dengan perceraian, atau juga mungkin suaminya menghilang tidak jelas ini masuk kemana. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terimakasih, mau dijawab dulu Pak nanti kita kemudian diskusikan beberapa hal tadi, silahkan pemerintah, apa Anggota dulu, silahkan Pak Lukman

F· PPP ( DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN ) :

Terima kasih, DIM 109 ini seingat saya Pansus belum membicarakan tentang substansi ayat (2) dari Pasal 30 ini . Jadi memang apa yang tercantum di ayat (2) ini tidak bisa kita generalisir bahwa kehilangan kewarganegaraan itu seperti yang diatur di Pasal 23 itukan ada dibutir a sampai k itu. Ada banyak ragamnya seseorang kehilangan kewarganegaraan itu karena faktor apa saja dan dari a sampai k.ltu tidak bisa kemudian semuanya harus melalui proses seperti naturalisasi yang diatur disini.

Oleh karenanya memang harus ada pengklarifikasian a sampai k yang dari pasal 23 yang menyebabkan hilangnya kewarganegaraan itu harus dipilah-pilah itu dan bagaimana untuk memperoleh kembali status kewarganegaraannya, itu yang pertama. Jadi usul konkret saya memang dalam kaitannya Bab V ini yang berbicara syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan, itu harus kita tidak bisa tidak harus melihat Pasal 23 butir a sampai k lalu dari situ harus diklasifikasikan bagaimana untuk mendapatkan status itu, ini yang pertama.

Yang kedua tambahan

ayat

(3) dari pemerintah ini ada pengkecualian menyang~ut pasal 25 dan

Pasal

26 yang

juga

blsa menyel'>abkan hilangnya kewarganegaraao, mesklpun

balk pasal

2~

dan pasal 26 itu keniarln ~e.sepak'9tan kita adalah

diendapkl"

te~efllh

d,ul.u

unt~k ~emudlan ~I

bahas kem~ali dalam Timus.

Tapl

lnUnya memang Pasal

26

it~ ~dq kftt~o~~~t'l ¥l~tang ~agalman~ kalaupun k1ta sepakat bahw.a perempuan yang k~~en~ nlk~h. ~~pg~ WN.~

'™

l~Iµ kehl"1Q"" W~l nya lalu pr~ses !a men~apatka,n

WNI

nya kembah 1tu d1at~r d1 ~'~@' ~6. ~I aya~ (?.~~Q. (~). Tapl p~ti Pasal 25 1tu tldak d1atur . bagalmana untuk memperoleh

111At41

k~~E;trgan~araannya!. Ole~ karenanya menanggapl

ay'1t

baru

usulan pemerintah ay~t

(a) ·

inl

untuk ·

konteks

Pasal

28

pengecualian itu dimun9~inka11 t~pl

di

Pasal 25 dan

perfu

dlm~~~~aQ. ~alaro ayat (2) pas~f

30

11)1, ~~~,~~!~ya, bagalmana lh1,

yang

jelas tidak sebagalmana natu:ri.11~~1 y~~Q d18,t~r di ayat (2) inl.

(5)

KETUA RAPAT: RAPAT:

Terima kasih Pak Lukman, silahkan lbu Soedarmani W. F· PG (Hj.SOEDARMANI WIRYATMO, SH, M.HUM):

Terima kasih Pimpinan, memang kehilangan kewarganegaraan yang telah diatur di Pasal 23 tentunya akan sinkron dengan memperoleh kembali kewarganegaraan yang diatur Pasal 20, yang diatur didalam tadi diusulkan oleh pemerintah, namun apabila kita maju selangkah dari Pasal (31) disitu juga memang disebutkan bahwa juga mengatur didalam memperoleh kembali sesuai Pasal 23 huruf c dan d dan Pasal 26 sehingga ada suatu pengecualian yang tadi dirumuskan oleh pemerintah. Apabila pengecualian itu mempermudah untuk memperoleh saya kira tidak masalah. Dalam hat ini merumuskan hal-hal yang sudah diatur dalam kehilangan kewarganegaraan dalam Pasal 23, sehingga perumusan yang diusulkan ini kurang jelas. Oleh karena itu mungkin dapat disesuaikan dengan perumusan yang dimuat antara Pasal 23 a sampai z tadi disini juga sebetulnya sudah ada, namun belum terang atau belum memperjelas. Jadi anak kalimatnya itu apabila dibaca oleh mayarakat umum, saya kira masih belum kita ketahui, tapi kalau kita saya kira tahu, tetapi kalau sudah umum saya kira ini butuh penjelasan dari pemerintah yang secara rinci.Terima Kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, masih ada Bapak/lbu yang lain, jika tidak saya kira kami persilahkan kepada pemerintah beberapa hal yang dimintakan oleh Pak Yusuf, kemudian tadi Pak Lukman, sedikit saya menyampaikan bahwa sedikit sepakat ada pengklasifikasian baik yang membedakan antara yang kewarganegaraan karena naturalisasi atau karena kelahiran. Kemudian yang di ayat (3) saya kira mesti melihat lagi Pasal 25 dan 26 yang telah disepakati tadi, bisa ditayangkan kembali kesepakatan kita terhadap apa Pasal 25 dan 26 yang kemarin saya persilahkan Pak.

PEMERINTAH (OKA MAHENDRA, SH.) :

Terima kasih, yang pertama Pa Lukman karena prinsip-prinsipnya sudah mendekati tinggal milah-milah, mana yang tidak perlu melalui prosedur pewarganegaraan, mana yang melalui prosedur Pewarganegaraan, tujuannya kan supaya orang yang telah memiliki kewarganegaraan Indonesia apalagi kalau itu asalnya dari warga negara Indonesia supaya dipermudah memperoleh kembali kewarganegaraannya yang hilang. Kalau yang di Pasal 26 ayat (3) bagi anak dan istri yang putus perkawinannya itu yang dipermudah, sedangkan di ayat (2) ia mengikuti prosedur kewarganegaraan agak susah, karena ia sudah pernah memiliki warga negara Indonesia. Kalau di Amerika misalnya bagi orang yang telah memiliki kewarganegaraan Amerika untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Amerika hanya cukup mengucapkan sumpah saja, nanti Pak Imam yang sudah sering ke Amerika juga akan menjelaskannya.

Kemudian mengenai putus, ya perkawinan itu menurut UU No.1 Tahun 1974 disebabkan karena kematian salah satu pihak, perceraian dan ketiga atas putusan pengadilan, jadi tercakup ketiga-tiganya disini dengan istilah putusnya perkawinan di UU N0.1 th 1974 mencakup tiga hal itu kematian salah satu pihak, perceraian atas keputusan pengadilan. Misalnya kalau sudah sekian lama pisah tempat tidur nanti bisa diajukan permohonan ke pengadilan atau sudah sekian tahun hilang juga bisa diajukan ke pengadilan untuk dinyatakan putus.

Demikian lbu Pimpinan terima kasih, Pak Imam teman saya mohon diperkenankan. KETUA RAPAT :

Ya Silahkan Pak Iman.

PEMERINT AH ( IMAN SANTOSO ) :

Terima kasih Thu Pimpinan, jadi kami juga mengacu pada sebagai contoh bahwa di UU Kewarganegaraan Amerika Serikat juga dinyatakan seseorang yang atas dasar kelahiran

(6)

-berkewarganegaraan Amerika Serikat dan kehilangan kewarganegaraannya, itu dapat mendapatkan kembali kewarganegaraannya hanya cuk.up dengan mengticapkan sumpah setia sebagaimana yang ditentuk.an sesuai dengan UU yang berlaku. Kemudian Australia. kehilangan kewarganegaraan orang Australia dapat diperoleh kembali apabila dia dua tahun berturut-turut menetap di Australia dan menyatakan memperoleh kembali kewarganegaraan Australia.

Jadi kalau kita menunggu lima tahun akibat kelahiran, itu karena naturalisasi mensyaratkan lima tahun ini terlampau lama sebagaimana tadi dikatakan kalau tadi kita bisa mempermudah karena proses atau dasar dari kelahiran kenapa harus menunggu begitu lama 5 tahun. lni juga berkaitan dengan banyak eksmahid atau mahasiswa Indonesia yang berada diluar negeri saat ini yang telah kehilangan kewarganegaraan lndonesianya pada saat mereka akan kembali ke Indonesia dan disyaratkan untuk nanti melalui naturalisasi, sedangkan usia mereka rata-rata di atas 60 tahun kasihan ini.

Mohan dapat dipertimbangkan terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, ya silahkan Pak Jansen.

F· PDS (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM)

Pimpinan yang terhormat, Rekan-rekan anggota DPR yang kami hormati dan Dirjen Departemen Hukum dan Ham yang kami hormati, mengenai memperoleh kembali kewarganegaraan ini kita bisa mengingat kemarin mengenai perolehan kewarganegaraan . Dalam hat ini kita mengetahui kemarin sudah ada pembicaraan mengenai dwi kewarganegaraan terbatas, yang sudah jelas itu semua Pansus dan Panja memberikan untuk anak dan kemarin kita juga sudah menggagas bahwa bukan hanya untuk anak saja dwi kewarganegaraan terbatas itu, tapi juga kepada orang tuanya. Jadi dalam hal ini sekiranyapun perkawinan mereka itu putus karena divorce atau karena kematian sudah tidak masalah lagi megenai kewarganegaraannya. Karena dia otomatis menjadi warga negara yang dia miliki. Nah saya kira kita fokus kepada diluar itu, artinya yang naturalisasi bukan karena perkawinan, nah ini yang akan kita bahas. Saya kira kemarin itu mengenai dwi kewarganegaraan terbatas itu untuk perkawinan campuran sama dengan anaknya dan kita untuk ini sekarang adalah untuk yang naturalisasi bukan karena perkawinan.

Jadi saya mengenai kewarganegaraan yang karena naturalisasi atau tidak naturalisasi tapi pada waktu dia kehilangan kewarganegaraan Indonesia kemudian kembali mau masuk Indonesia sedangkan dia tadinya sudah menjadi kewarganegaraan Indonesia tak melalui naturalisasi tentu · berbeda dengan yang memperoleh kewarganegara Indonesia yang melalui naturalisasi dia pergi lagi kehilangan kewarganegaraan dan kemudian kembali lagi, tentu itu melalui permohonan. Jadi kalau masalah perkawinan saya kira kemarin itu apakah perkawinan wanita Indonesia atau pria Indonesia kita sudah mengatakan kita kembangkan saja dwi kewarganegaraan terbatas itu. Jadi tidak perlu untuk mengurus apa permanent esidence. yang dikatakan bisa solusinya dengan memberikan permanent residence. Kalau bisa kasih permanent esidence ya sudah saja dinyatakan dwi kewarganegaraan terbatas daripada ada nanti clausul-clausul atau mengurus surat-surat permanent esiden itu. Jadi saya kira saya tadi memikirkan yang itu saja yang naturalisasi dan tidak melalui naturalisasi dwi kewarganegaraan yang bukan karena perkawinan.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Bapak/lbu yang saya hormati, saya ingin mendekatkan beberapa pandangan Bapak/lbu sekalian, yang ayat (2) saya kira kita sepakat ya antara yang naturalisasi dan yang bukan, nanti kita kita lihat menyesuaikan pasal-pasal yang kemarin yang kita pending ini kita serahkan pada Timus ya yang ayat (2) nya.

(7)

(RAPAT SETUJU)

Kemudian yang ayat (3) tambahan dari pemerintah mengacu pada Pasal 25 dan Pasal 26, saya kira bisa ditayangkan disitu ada pengecualian terhadap ketentuan yang ada pada ayat sebelumnya. DIM 25 ada beberapa ayat dari 1 sampai 4, kemudian (1), "perempuan warga negara RI nikah dengan pria warga negara asing kehilangan kewarganegaraan RI, apabila menurut hukum negara asal suami kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat pernikahan terebuf'. lni kita masuk Timus juga ya, kan ada hubungannya. Baik prinsipnya kita setuju kemudian disesuaikan dengan pasal-pasal yang kita sepakati dan prinsip persetujuannya bahwa kita ada klasifikasi.

Baik kita beralih pada pasal berikutnya DIM 10, Pasal 31 (1), "warga negara RI yang kehilangan kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c, d dan Pasal 26 dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI dengan mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh kewarganegaraan RI". Pemerintah mengusulkan rumusan alternatif ayat (1) "warga negara RI yang kehilangan kewarganegaraan RI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf k, Pasal 25 dan Pasal 26 ayat (1) dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri dengan tidak melalui prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 16". Disetujui Pansus pembahsasnnya diserahkan pada Panja. Saya · kira ini kalau melihat alternatif pemerintah ini ada prosedur cukup diajukan kepada Menteri kemudian pengecualiannya. Tapi biar lebih jelas pemerintah kami persilahkan untuk menjelaskan.

PEMERINT AH (OKA MAHENDRA, SH) :

lbu dan bapak Pimpinan sekarang sudah ada temannya saya lihat Pak Pao sudah datang. Bapak/lbu anggota Pansus, pemerintah hanya mengajukan perumusan yang apa namanya ini, prinsip-prinsipnya sama. Cuma rumusannya yang agak berbeda, dengan menambahkan tadi prosedurnya cukup melalui Menteri supaya lebih konkrit melalui sipa sih ini permohonan diajukan. Kemudian yang dirujuk disini adalah Pasal 23 huruf k, Pasal 25 dan Pasal 26 ayat (1). Kalau di dalam rumusan DPR malah 23 huruf c dan d dan Pasal 26, Pasal 25 tidak dimasukkan. lni maksudnya semata-mata untuk mempermudah mereka-mereka yang kehilangan kewarganegaraan karena sebab-sebab Pasal 23 huruf k, Pasal 25 dan Pasal 26 ayat (1) supaya dia lebih mudah memperoleh kewarganegaraan hanya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri tanpa perlu melalui prosedur kewarganegaraan. lni maksudnya mempermudah. Sekarang kita eek apakah Pasal 23 huruf k yang dipermudah atau mungkin Pasal 23 huruf c dan d seperti yang diusulkan oleh DPR-RI. Pasal 23 huruf k itu berkaitan dengan dinas negara, bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik Indonesia, 5 tahun berturut-turut dengan tidak menyatakan keinginan tetap menjadi WNI. Kalau mereka-mereka ingin memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia cukup dengan mengajukan permohonan. Sedangkan yang di c dan d sebagaimana usul pemerintah atau usul dari DPR-RI, c itu bagi anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh bapaknya yang berkewarganegaraan asing. Jadi apakah dia mau dimasukkan prosedur permohonan atau tidak begitu bagi anak yang diangkat dengan sah cukup permohonan yang mesti dengan permohonan saja. Jadi kalau memang itu

prosedur tambah c, d dan k demikian lbu Pimpinan. ·

KETUA RAPAT :

Jadi kita sepakati dulu "melalui Menteri" kita sepakati ya, melalui Menteri ini usulan warganegara RI yang kehilangan kewarganegaraan RI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf k, selain pemerintah lebih menjelaskan, itu sepakat dulu. Baru kemudian kita eek kembali Pasal 23 huruf.k dari untuk dinas negara selama 5 tahun berturut-turut, bertempat tinggal di luar negeri dengan tidak menyatakan keinginan untuk tetap menjadi warga negara sebelum waktu itu lampau dan seterusnya tiap-tiap 2 tahun keinginan itu harus dinyatakan kepada Perwakilan RI dari tempat tinggalnya. Atau rumusan alternatif bertempat tinggal diluar wilayah RI selam 5 tahun terus-menerus bukan datam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah, tidak menyatakan keinginannya tidak tetap menjadi warga negara Indonesia, sebelum waktu 5 tahun itu lampau dan berikutnya untuk setiap jangka waktu

(8)

-yang sama pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia, tidak diajukan di Perwakilan RI, yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon.

Sementara ini, ini dulu kita simpan. Kalau di usulan DPR itu 23 huruf c, d dan Pasal 26 ayat (1). Kita simpan dulu ada beberapa pasal yang berbeda 23 huruf c, dan d dan Pasal 26 nya tidak ada masalah tinggal perbedaan c, d dank. Kalau 23 huruf c itu bunyinya adalah "Bagi anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin diakui secara sah oleh bapaknya yang berkewarganegaraan asing, jlka yang bersangkutan kehilangan kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraan". K~mudian yang d "Anak yang diangkat dengan sah oleh seseorang asing sebagai anaknya, jika anak yang bersangkutan belum 5 tahun dan dengan kehilangan kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraan". lni saya kira kemarin juga bagian yang diendapkan juga ini, pasal c sama d, kalau ini diendapkan saya mengusulkan ini termasuk Pasal ini yang kita endapkan juga kalau begitu Timus.

F· PDIP (NURSUHUD) :

Bu kalau tidak ya diketok mengendap itu Pimpinan. KETUA RAPAT:

Belum Pak, jadi Pasal 31, baik tambahan usulan pemerintah ini karena berhubungan dengan Pasal 23 kita endapkan dan kita rumuskan di Timus setuju, Pemerintah setuju? Setuju ya Pak?

( RAPAT SETUJU)

Kemudian yang 111, DIM Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada presiden melalui Menteri melalui, disetujui Pansus pembahsan lebih lanjut diserahkan ke PANJA. Catatannya jika usul pemerintah pada DIM No.109 diterima maka ayat (2) diusulkan dihapus. lnikan dari Pasal sebelumnya saya kira kita masukkan ke Timus saja sekalian ya. DIM 112 dalam hal bagian permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal diluar Negara Republik lndonsia, permohonan tersebut disampaikan melalui Perwakilan RI, yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. Disetuji Pansus pembahasannya lebih lanjut diserahkan kepada Panja. saya kira ini ada hubungannya dengan ayat (1) tetapi sebenarnya, kita bisa putuskan juga ini. Kita putuskan ya? Miskipun ada hubungannya dengan ayat (1) tapi tidak ada yang perlu diperdebatkan saya kira setuju ya, Pemerintah setuju.

( RAPAT SETUJU)

Kemudian ayat 4 nya "Permohonan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan RI bagi orang-orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 hurup j dapat diajukan pada Perwakilan RI. lni ada hubungannya dengan ayat yang sebelumnya, disetujui Pansus.

Kemudian DIM 14" Permohonan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan RI sebagaiamana DIM dimaksud dalam Pasal 25 ayat ( 3) diajukan paling lama 1 tahun setelah putusnya pernikahan." Yang dimaksud putusnya pernikahan adalah putus karena perceraian atau karena suami meninggal dunia, begitu penjelasnnya. Disetujui Pansus pembahasannya diserahkan kepada Panja.

F PDl-P ( NURSUHUD } :

Saya pikir Timus ini terkait sama kemarin yang kita endapkan juga tentang status seorang istri atau suami ketika kawin dengan orang asing. Saya pikir ini Timus juga.

KETUA RAPAT:

(9)

PEMERINTAH ( OKA MAHENDRA, SH. ) :

Sebetulnya yang ayat 5 inikan hanya menentukan permohonan itu diajukan paling lama berapa tahun,setelah putusnya perkawinan itu, apakah kita setuju 1 tahun atau 2 tahun atau lebih cepat dari itu. Kemudian penjelasan putusnya perkawinan itu disesuaikan dengan UU No.1 Tahun 1974 karena ini ada satu kurang menurut Pasal 38 UU Perkawinan, itu perkawinan putus karena kematian, perceraian dan atas putusan pengadilan, 3 sebab ini, sehingga mencakup ketiga-tiganya.

F· PDS (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM) :

Pimpinan, tadi kita sudah membicarakan kalau masalah untuk pernikahan itu kan tidak lagi kita persoalkan. karena kita tinggal di Timus untuk merumuskan bagaimana itu dwi kewarganegaraan terbatas untuk perkawinan campur. Jadi kita mengusulkan supaya dwi kewarganegaraan terbatas itu diperluas bukan hanya untuk anak tetapi juga kepada bapak/lbu, baik wanita Indonesia maupun pria Indonesia yang kawin, dengan orang asing. Jadi DIM No.114 ini adalah dengan kalimat "putusnya pernikahan, jadi saya kira karena perluasan daripada dwi kewarganegaraan terbatas itu di Timuskan ini juga saya rasa di Timuskan saja.

KETUA RAPAT:

T erima Kasih, sebelum diTimuskan saya baca Pasal 25 ayat (3) dulu "Kehilangan kewarganegaraan RI karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus pernikahannya berlaku juga terhadap anak-anaknya dengan ketentuan anak tersebut belum berumur 21 tahun dan belum kawin. Apabila anak-anak tersebut berada dan bertempat tinggal diluar. negeri (LN}. Sambungannya adalah ayat 5 ini." Permohonan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan RI sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) diajukan paling lama 1 tahun setelah putusnya pernikahannya. lni yang kita sepakati adalah berapa lama waktu yang diberikan untuk mengajukan kembali permohonan itu. Nah kalau Timus rumusannya ini Pak, tapi batas waktu ini saya kira kalau sudah kita sepakati ya kita sudah, hanya rumusan misalnya penjelasannya tadi pemerintah menyampaikan ada tambahan kita tambahkan tinggal apakah 1 tahun ini sudah disepakati di Pansus, sehingga kita tidak perlu lagi membicarakan lagi atau seperti apa.

Bu Nur silahkan

F-PKB(NURSYAHBANIKANTJASUNGKANA,SH):

Saya ingin menegaskan isu yang diangkat oleh Pak Jansen sebelumnya. Pak Jansen kalau tidak salah ingin mengatakan bahwa karena kesepakatan untuk memperluas kewarganegaraan terbatas itu tidak terbatas hanya pada anak tapi juga diperluas pada pasangan perkawinan campurannya, masih dipending atau diTimuskan, jadi ini juga di Timuskan. Jadi persolana jangka waktu dan lain sebagainya menjadi tidak relevan, itu yang ingin. dikemukakan dan saya mendukung ide itu. Kalau kita sudah sepakat bahwa perkawinan campuran bisa memperoleh dwi kewarganegaraan ini kan tidak .relevan ketentuan pasal-pasal ini, soal putus pernikahan dan lain sebagainya tidak relevan lagi. Terima kasih.

F PG. ( Hj. SOEDARMANI WIRYATMO, SH, M.HUM ) :

Karena memang belum sepakat waktu itu, masuk Timus saja Suk Pasal ini, dan apa yang disampaikan untuk penjelasan pemikahan termasuk penjelasan pasal saya kira tidak ada masalah. Jadi apa isi DIM 114 terkait dengan yang diendapkan, jadi Timus saja, kita belum sepakati.

KETUA RAPAT : Pak Yusuf silahkan Pak.

F. PKS (YUSUF SUPENDI Le}:

Saya usulkan yang dimaksud ke Timus saja karena ini terkait dengan DIM 72, 109. kita pertanyakan kepada pemerintah nanti ada keserasian masalah redaksi, kanapa yang saya tanyakan itu kan memang beda pada DIM 72.

(10)

KETUA RAPAT:

Oke. Sebagian besar anggota menghendaki di Timus, pemerintah setuju kita Timuskan, setuju ya dengan catatan tadi yang tambahan penjelasan saya kira ini kita sudah sepakati ya.

( RAPAT SETUJU)

DIM

115".

Kepala perwakilan RI sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) meneruskan tersebut pada Menteri dalam waktu paling lama 30 hari setelah menerima permohonan. Disetujui Pansus ayat (1) sampai (C) pembahasan lebih lanjut diserahkan kepada Panja. Kalau ini bagian dari pasal-pasal atau ayat sebelumnya yang di Timuskan, saya kira ini sekalian kita Timuskan. Pak Yusuf silahkan.

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le) :

Saya melihat yang 30 hari nampaknya terlalu pendek, karena kalau kita lihat diteluk, karena diteluk itu hari Kami dan Jum'at libur, jadi Saudi kemudian disekitar situ jadi hari kamis, jumat libur kemudian di kita Sabtu dan Minggu libur, berarti hari efektif cuma 3 hari. Kemudian 3 hari x 4 cuma 12 hari. Kecuali Negara - negara yang lain yang liburnya Sabtu, Minggu saya kira tidak ada masalah, tapi untuk negara Teluk akan bermasalah, mungkin ditambahlah umpamanya 60 hari juga boleh, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, kita mau rumuskan waktu ini sekalian di Timus atau kita disepakati disini Timus, baik mengurangi ataupun menambah, silahkan Pemerintah.

PEMERINT AH (OKA MAHENDRA, SH) :

Bisa saja dibawa ke Timus tapi dengan catatan tadi memperhitungkan hari-hari libur di negara-negara lain juga, sebab negara-negara lain ada yang liburnya 3 hari, kalau kita Sabtu, Minggu saja. Oleh karena itu 30 hari ini untuk negara tertentu sudah terlampau pendek meskipun sudah misalnya 30 hari kerja masih terasa terlalu pendek. Saya kira nanti mengenai hari jangan terlampau lama mengambil keputusannya, inikan hanya ditujukan kepada Menteri. Jadi Menteri itu jangan terlampau lama setelah ia menerima permohonan 30 hari sudah harus putus, perintahnya ini kepada Menteri, jadi dia harus mengambil keputusan, meneruskan permohonan ini kepada Menteri perintahnya kepada Ke[pala Perwakilan RI, begitu dia terima 30 hari harus sudah sampai ke Menteri jangan berlama-lama ditaruh di kantor Perwakilan itu, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya silahkan Pak

F. BPD. (ANTON MASH UR, SE. } :

Saya juga sangat setuju dengan usul pemerintah, tetapi ditambah dengan 30 hari kerja, saya rasa dia hanya mengantar saja tidak perlu terlalu lama, jadi saya rasa cukup 30 hari kerja dan

itu

sudah terlalu lama. Terima Kasih.

KETUA RAPAT:

. Ya Pak Yu.suf, jadi pemerintah dan Pak Anton tadi menyampaikan prinsipnya inikan bagaimana, 1ustru me~benkan pelayanan yang cepat, sehingga waktu yang diberikan itu 30 hari, Pak Anton menyampa1kan 30 hari kerja. Pemerintah setuju saja di Timuskan tapi dengan catatan bahwa memperhitungkan waktu libur di negara-negara yang hari liburnya Panjang.

(11)

F· BPD (ANTON A. MASHUR, SE) :

Pimpinan, barangkali kita tidak boleh meninggalkan hal-hal yang bisa diinterpretasikan macam-macam, jadi saya rasa 30 hari kerja definisinya, tempat perwakilan itu ada. Jadi kalau itu di Arab Saudi berarti hari kerja yang disana. Kalau itu ada di tempat yang lain hari kerja yang ada disana pula, kalau kita memberikan ruangan untuk menghitung berbeda-beda, nanti pengawasannya atau kontrolnya agak susah. Jadi saya usulkan hari kerja ini adalah hari kerja tempat perwakilan itu berkedudukan Terima Kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Pak Yusuf berpendapat

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le) :

Kalau saya lebih condong waktu 60 hari, karena urusan disana Senin, Selasa,Rabu itu· nanti berkas dikirim ke sini sampai Sabtu, Minggu, libur gitu kan, maka Senin itu kan, maka efektifnya 3 hari itu, saya rasa perlu dipertimbangkan itu.

PEMERINTAH ( OKA MAHENDRA, SH. ) :

lbu Pimpinan, yang penting dikirimnya, perkara sampainya ke Menteri itu tidak diatur disini, tergantung posnya pakai kilat khusus atau DHL, kalau kilat khusus Indonesia sami mawon sama lamanya, tapi kalau OHL agak cepat. Ini bukan promosi DHL. Jadi disini yang dipersoalkan pengirimannya itu, jadi jangka waktunya, jadi mengendap di kedutaan tidak boleh lebih lama dari 30 hari kerja, kalau 3 hari kerjanya kalikan saja 10 bisa sepuluh minggu, mengendapnya di perwakilan. Cukup waktu Pak Yusuf karena hanya ngirim saja, kalau tidak sanggup ngirim 30 hari ya sudah kelewatan saja, Terima Kasih.

KETUA RAPAT:

Pak Yusuf, itu kepada kepala perwakilan RI, sebagaimana di makksud pada ayat (3), meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 30 hari, ini tidak boleh ngendon lebih 30 hari, masalah nyampainya itu kapan itu tidak diatur memang, Silahkan Pak Lukman

F· PPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDIN) :

lni penafsiran yang menurut saya lalu apa kerjanya perwakilan kita disana itu, kalau hanya mau ngirim saja 30 hari, apalagi kerja. Menurut saya harus dimaknai sampai ke Menterinya itu. Kalau ukurannya kemudian hanya pengirimannya lalu untuk apa urgensi kita mengatur pengiriman, yang pentingkan berkas itu sampai di pejabat yang berwenang di republik ini dalam hal ini Menteri. ltu yang harus diatur, kalau pengirimannya itu ngak perlu diatur, tapi batas waktu paling lamanya itu sampai kepada pejabat berwenang supaya itu bisa statusnya jelas diterima atau ditolak permohonan itu. Jadi menurut saya kalau rumusannya ini belum sempurna kita harus satu persepsi bahwa waktu yang kita atur disini adalah sampai kepada Menteri, di tangan Menteri, saya pikir itu. Terima Kasih.

KETUA RAPAT :

Baik pemahaman sementara kita nanti kita akan didiskusikan lagi kalau jika memang diperlukan penjelasan yang lebih rinci lagi. Pemahaman disini Kepala Perwakilan RI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling lama 30 hari setelah menerima permohonan. Jadi ini kalau letter lexs membaca ayat ini memang meneruskan saja, disini belum ada batasan berapa lama waktu bagi Menteri itu untuk merespon permohonan tersebut. lni ada dua hal yang berbeda, satu yang ada disini kita sepakati dulu, tadi ada usulan 60 hari, ada usulan 30 hari kerja, ada usulan 30 hari kerja sebagaimana dimaksud di ayat ini. Jadi ada 3 pilihan. Baru kemudian jika Pak lukman menambah ketentuan baru atau substansi baru mengatur juga berapa waktu yang diberikan oleh Menteri untuk merespon permohonan tersebut. Satu-satu kita sepakti dulu apakah 30 hari, menurut saya itu sudah suatu yang lama, apalagi kalau

(12)

kemudian kita menambahi kata kerja, menurut saya itu lama sekali. Kalau 60 hari itu saya pikir terlalu lama kalau dalam konteks masih meneruskan saja permohonan itu. Bolehkah kita sepakati sebagaimana bunyi UU ini saja, inikan konteksnya bagaimana memberikan pelayanan yang cepat, agar Kedutaan-kedutaan kita itu liburnya jangan panjang-panjang, 3 hari kemudian diendonkan lahi, 30 hari ya Pak Yusuf

F. PKS. (YUSUF SUPENDI. Le.)

30 hari tapi jangan ditambahkan kerja 30 hari saja, kalau tambah kerja tambah repot lagi KETUA RAPAT:

Pak Lukman Silahkan

F· PPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SYAIFUDIN) :

lni pasal DIM 115, ini menurut saya bukan pengertian meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri, itu bukan di maknai pengirimannya, jangka waktu pengiriman, tapi kapan meneruskan permohonan itu, kemudian kepada Menteri itu sampai di tangan Menteri. Karena kalau dilihat DIM berikutnya DIM 116 itu kan juga ada waktu paling lambat 6 bulan terhitung sejak tanggal diterima permohonan itu kepada Menteri. Jadi ini kalau kita melihat DIM berikutnya DIM 115 itu harus dimaknai bahwa jangka waktu kita atur disini adalah ketika sampai di tangan Menteri, bukan kapan perwakilan itu mengirimkan ke Menteri, nah itu yang pertama.

Lalu yang kedua semangatnya juga harus supaya Kantor-kantor Perwakilan kita di negara-negara lain, itu memang yang bekerja serius begitu ini kan permohonan hak warga negara-negara untuk dapat pelayanan. Jadi waktu yang kita berikan jangan terlalu longgar betul. Justru disini harus memacu mereka untuk betul - betul bisa memberikan pelayanan publik, meskipun kita juga bisa memperkirakan bahwa itu juga jangan terlalu menyulitkan, jadi 30 hari dengan perkembangan teknologi sekarang, saya pikir memadai 30 hari sampai di tangan Menteri, demikian.

KETUA RAPAT :

Oke Pak Lukman, kalau seperti itu yang dimaksudkan Pak Lukman, maka kita harus merumuskan mengganti bahasa meneruskan dengan bahasa yang lebih eksplisit bahwa permohonan itu sampai ke tangan Menteri, karena kalau masih menggunakan bahasa seperti ini meneruskan, pengertiannya waktu pengirimannya permohonan itu sampai kepada Menteri. T erhadap 2 hal itu saya minta kepada bapak/lbu untuk memberikan pandangan itu, silahkan Pak Anton.

F· BPD (ANTON A. MASHUR, SE) :

Saya rasa DIM 115 dan DIM 116 ini dilihat sebagai suatu kesatuan, DIM 116 ini dikatakan bahwa terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan, jadi efisiensi .ditetapkan 6 bulan setelah Perwakilan itu menerima, karena diterimanya permohonan yang terkontrol dalam kedua ayat ini adalah diterima oleh perwakilan,diterima oleh Menteri atau kantor Menteri di sini tidak disebut,tapi dipatok apapun juga yang terjadi 6 bulan setelah diterimanya permohonan yaitu setelah permohonan diterima oleh perwakilan sud ah harus ada keputusan. T erima Kasih.

KETUA RAPAT :

Ada yang berpendapat silahkan.

F· PDS (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE. MM) :

Terima kasih Pimpinan, ini sebenarnya menjadi hitung-hitungan administrasi saja, jadi DIM 115 dan DIM 116 memang ini satu kaitan, DIM 115 saya setuju diperbaiki kalimatnya supaya jangan hanya meneruskan saja perwakilan itu dan tanda terima itu tentu permohonan pasal 16 kan sejak tanggal diterimanya permohonan. Jadi yang menerima permohonan itu adalah perwakilan.

Jadi berarti

tanggal permohonan ini diterima oleh perwakilan., 6 bulan sesudah tanggal diterimanya oleh

(13)

perwakilan sudah harus ada jawaban dari pemerintah, diterima atau tidak permohonan kewarganegaraannya.

Jadi berarti kalau DIM 115 di perwakilan mengendap 30 hari, berarti di Jakarta hanya mengendap 5 bulan. Nah saya kira 5 bulan ini juga sudah terlalu lama, karena begini kita memperhitungkan orang di luar negeri, jadi orang di luar negeri, ini sangat tergantung pada kewargenegaraan, paspornya itu, sehingga kita tidak dapat berbuat tertalu lama untuk membiarkan seorang diluar negeri terkatung-katung begitu. Karena itu saya yang DIM

116

diperkecil lagi ini, kalau bisa hanya dalam tempo 3 bulan, karena ini menyangkut orang diluar negeri kalau didalam negeri setahun tidak apa-apalah. Jadi usul saya DIM 116 jangan 6 bulan tapi 3 bulan gitu.Terima Kasih.

F· PD (DRS.SOFYAN ALI, MM) :

Kita bulatkan lalu DIM 115 masih benjol gitu. KETUA RAPAT :

Ya silahkan Pak

F· PDIP (DRS. CYPRIANUS AOER) :

lnikan ayat yang menyangkut pelayanan pemerintah, kelihatan pemerintah tambah enak, terlalu lama, kelihatannya inikan mereka ya bekerja ini kok terlalu lama sekali. Berarti pemerintah mengabaikan, karena itu nanti ada sanksi hukumnya, karena itu mungkin terlalu lama artinya pemerintah bekerja 30 hari, juga yang 32, tapi saya juga melanjutkan apa yang dikatakan Pak Lukman, memang ada dua soal yang DIM 115 itu, meneruskan dan sekaligus menerima, kata meneruskan dan menerima itu pekerjaan yang dilakukan oleh perwakilan disana, karena kita merumuskannya masuknya di TIMUS. Tapi ada dua substansi ini sudah masuk, meneruskan sekaligus

menerima.Terima Kasih. ·

KETUA RAPAT : Ya silahkan Pak

F·PKS (YUSUF SUPENDI, Le) :

lni kan terkait DIM 115 dan DIM 116 ini, kalau dijumlah 30 hari disini 6 bulan berarti 7 bulan ini keburu lahir prematur. Oleh karena itu alangkah baiknya 3 bulan, jadi proses disana sebulan totalnya maksimal kemudian disini 3 bulan berarti 4 bulan , kalau 6 berarti 7 bulan terlalu jauh, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Oke, jadi kalau mengajukan tanggal 1 Januari berarti bulan April sudah dapat permohonan itu sudah harus dapat diterima atau diterima diketok 1 bulan tambah 3 bulan berarti 4 bulan Pak, Silahkan Pak.

F· BPD (ANTON A. MASHUR, SE) :

lni maksudnya disini kalau bilang bulan dan bukan 6 bulan , berarti waktu yang diberikan kepada pemerintah untuk meneruskan 2 bulan, karena kata di terima disini telah diterima oleh perwakilan bukan diterima oleh Departemen. Jadi 30 hari setelah diterima oleh perwakilan dan itu yang diakui tanggal diterima oleh intansi pemerintah, berarti kalau kita tetapkan 3 bulan, berarti 2 bulan waktu diberikan kepada pemerintah andaikata jangka waktu 30 hari itu betul-betul di manfaatkan oleh perwakilan, lebih rajin misalnya. Saya tidak mempermasalahkan apakah 3 bulan atau 4 bulan Saya hanya mengatakan konsistensi berpikir kita bahwa kalau kata diterima itu diterima perwakilan, kalau kita taruh 3 bulan dibawah berarti waktu yang diberikan kepada pemerintah hanya 2 bulan, itu saja yang saya maksudkan. Jadi saya setuju kalau 4 bulan, setuju kalau 6 bulan itu saja pengertian saya .Terima Kasih,.

(14)

KETUA RAPAT :

Silahkan Pemerintah, pada umumnya anggota Panja menghendaki proses, baik proses yang ada di perwakilan maupun yang ada di Menteri. Silahkan Pak? .

PEMERINTAH (OKA MAHENDRA, SH. ) :

lbu Pimpinan dan para anggota Panja yang terhormat, prinsip untuk mempercepat tentunya pemerintah tidak keberatan, cuma berapa lama jangan sampai cepat tapi tidak realistis, jadi supaya realistis juga karena paling tidak ada proses-proses lanjutan juga, dalam menerima atau menolak permohonan seseorang. Oleh karena itu supaya konsisten dengan ayat (6) maka pemerintah mengusulkan Pasal 32 ini kita gunakan hari juga, seratus hari. Jadi kalau di ayat (6) ini 30 hari, Pasal · 32 ini seratus hari tidak usah menggunakan hitungan bulan, 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan jadi cukup seratus hari saja.

KETUA RAPAT:

Seratus hari itu pengertiannya mulai diterima di perwakilan, ini yang seratus hari ini yang termasuk di perwakilan atau seratus hari yang di Pasal 32 ini Pak?

PEMERINTAH (OKA MAHENDRA, SH. ) :

Pasal 32, ini kan menghitungnya Menteri itu bisa hitung setelah dia konkrit menerima kiriman itu dari perwakilan, inikan ketentuan paling lambat, kalau lebih cepat dari ini bisa juga, kalau memang persyaratan dipenuhi ya tentunya akan cepat diselesaikan. Demikian lbu Pimpinan.

KETUARAPAT:

Terima kasih, sudah agak maju ini. Pak Anton silahkan

F· BPD (ANTON A. MASHUR, SE) :

Pimpinan terima kasih, saya sedikit ingin penjelasan dari pemerintah, pemerintah tadi sebut seratus hari sejak diterima oleh Menteri, justru disitu yang tidak terkontrof Pak, ~etelah dikirim dari sana dan telah diterima disini itu tidak terkontrol. Jadi bisa saja nanti kalau sudah dikirim dari sana sesudah 30 hari memakan waktu 60 hari di tengah jalan atau 70 hari sudah makan waktu 100 hari Pak. Jadi menurut pikiran saya kita sepakati yang di maksudkan oleh pemerintah 100 hari setelah diterima oleh Menteri. Jadi jabarannya bagaiman ini mungkin bisa di Timuskan saja ini bagaimana menghitung hari-harinya itu. Jadi pemerintah menganggap seratus hari di butuhkan oleh pemerintah untuk memproses. Saya rasa pemerintah lebih tahu dari kita dalam hal ini, saya sangka saya bisa mendukungnya ini. cuma dalam rumusannya berarti berubah, bukan sejak diterima tapi lain rumusannya, tapi kalau sejak diterima oleh Menteri itupun juga ada kesulitan, karena waktu antara dikirim oleh perwakilan dan diterima oleh Menteri tidak terkontrol, bisa setahun itu, padahal kita mau itu bahwa rumusan tadi sesudah 6 bulan diterima oleh perwakilan sudahn ada jawaban itu makna daripada naskah- yang aslinya ini, demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Ya, bisa saja kemudian kita memperjelas apa yang dimaksud oleh Pak Lukman tadi Pak? Pengertian di DIM 115 itu adalah pengertian dari dikirim sampai diterima oleh Menteri DIM 115nya, baru kemudian yang disini 100 hari yang diminta oleh pemerintah, Menteri merespon apakah menerima atau menolak. Saya kira itu jalan tengahnya ya, nanti kita serahkan kalau boleh saya menyarankan kita rumuskan di Timus, pengertian yang dimaksud oleh Pak Lukman bahwa yang namanya meneruskan itu ada pengertian juga sampai di Menteri, baru kemudian 100 hari menurut pemerintah itu rasional untuk meresponnya itu 100 hari, jadi 100 tambah 30 hari 130 hari semuanya, silahkan Pak Imam

(15)

PEMERINTAH (IMAM SANTOSO ) :

Terima kasih Pimpinan, persoalan ini yang sebetulnya bagaimana kecepatan pengiriman dari perwakilan ke Menteri ini Jakarta, dan sebaliknya setelah putusan itu ada dari Menteri ke perwakilan di luar negeri. Dari pengalaman yang ada bahwa dokumen-dokumen semacam ini harus melalui diplomatik Bag, dan pengiriman lewat diplomatik Bag itu harus ditangani oleh DEPLU, baik penginman dari perwakilan kemudian masuk ke Indonesia dan di distribusikan atau dari Indonesia dikirim ke Diplomatik Back ke DEPLU dan didistrlbusikan ke perwakilan. Dari pengalaman seperti mengirimkan blangko-blangko paspor, daftar cekal kadang-kadang ini membutuhkan waktu 3 sampai 6 bulan. lni persoalan,karena mereka akan mengirim apabila diplomatik Bag itu sudah penuh karena ongkos pengiriman dalam kantong yang sizenya sudah jelas, kalau sedikit ongkosnya sama dengan yang besar, barangkali bagaimana kita merumuskan melalui apa pengirimannya, kalau kita terpaut hanya lewat OHL atau lewat Kantor Pos mungkin tidak ada masalah, tetapi dokumen-dokumen semacam ini harus dilewatkan diplomatik Bag, ini yang perlu dipertimbangkan bagaimana kecepatan kawan-kawan yang ada di DEPLU dalam rangka proses pengiriman dan menerimanya kembali, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Parah ya pak? Silahkan Pak lukman.

F· PPP ( DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDIN) :

saya ingin bertanya kepada Pak Dirjen, mungkin tidak Kantor Perwakilan itu diberi kewenangan untuk menseleksi dokumen-dokumen ini, sehingga yang dikirim ke Jakarta itu tidak harus berkas-berkas formulir macama-macam, tapi sudah seleksi bahwa memenuhi persyaratan atau tidak bisa karena satu dan lain hal. Jadi proses mempelajari administratif berkas-berkas dokumen itu tidak harus di Jakarta itu tidak harus dikirim, tapi di kantor perwakilan itu diberikan kewenangan sehingga · Jakarta sekedar lndorsement atau apa itu,tolong jelaskan supaya mendapat lnformasi.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak. ·

PEMERINT AH (IMAM SANTOSO) :

Jadi ini tergantung pada nanti tata cara itu ya dari penjelasan pasal ini kita mengatumya, kalau kita bicara tadi berkas dalam konteks ini, maka itu dalam satu amplop dokumen yang berisikan seluruh persyaratan atau yang ada, tapi itu bisa lebih cepat melalui kawat sandi yang dalam tempo satu minggu, kawat sandi itu sudah bisa masuk ke DEPLU dan DEPLU kemudian mendistribusikannya, kepada Menteri, tapi ini berupa kawat sandi. Apakah kita akan menggunakan kawat sandi ini yang sifatnya rahasia kemudian berisikan nama dan sebagainya untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Indonesia. Berdasarkan kawat sandi itu, kemudian Menteri dalam hal ini departemen mempunyai form khusus atau format khusus yang kemudian disampaikan kepada presiden, ini untuk mempercepat saja maksudnya, kepada presiden untuk kemudian di Sekneg dinyatakan sebagai sesuatu yang telah lengkap, walaupun berkas ada di perwakilan seperti yang dimaksud Pak Lukman. Cara seperti itu bisa dilakukan yakni melalui kawat sandi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak

F· PPP (DRS. H. LUKAN HAKIM SAIFUDIN) :

Jadi menyangkut waktu kita bisa rundingkan di Timuslah, jangan terlalu lama tapi juga cukup realistis prinsipnya, tapi nanti intinya di Timus yang harus diatur itu si pemohon itu harus mengetahui berapa lama, proses sampai ia mengetahui apakah diterima atau tidak permohonan, itu yang harus dikontrol oleh si pemohon. Jadi menurut saya sejak diterimanya oleh Kantor Perwakilan RI, karena itu bisa dikontrol oleh si pemohon, kalau yang

(16)

diterimanya itu terhitung dengan pengertian Menteri, si pemohon kan tidak tahu kapan Menteri mulai menerima permohonan itu, karena ia tidak. bisa mengontrol kapan kantor perwakilan mengirim ke Menteri, dan Menteri mengirim kepada Kepala Kantor Perwakilan. Disini semangatnya bahwa si pemohon mengetahui kapan itu ditolak, itu diterima, itu yang harus dikedepankan, itu prinsipnya.

KETUA RAPAT : Silahkan Pak. Yusuf

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le) :

Terima kasih, ini yang diceritakan Pak Imam, tadi mungkin di daerah-daerah maju kan, tapi kalau di Ethopia dan Afrika ini ngak cukup 6 bulan kemudian DIM 115, 116 itu kan disebut Menteri saja, kenapa DIM 116 ada "atau pejabat, " saya usulkan kata pejabatnya dihapuskan saja, supaya sinkrom, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan Bu Soedarmani.

F· PG ( Hj. SOEDARMANI WIRYATMO, SH, M.HUM) :

Tentang waktu yang diterima oleh si pemohon atau sampai di kementerian, sebetulnya apabila sudah diatur didalam suatu pasal ini, kalau memang lewat saya kira ada ketentuan pidananya nanti. Oleh karena itu, saya kira waktu itu betul-betul perlu bagi si pemohon jadi sebetunya tidak usahlah si pemohon itu tahu kapan itu ada batas waktu 300 hari kalau lebih kan ada sanksinya nanti. Saya kira itu. Terima Kasih.

KETUA RAPAT:

Baik. Terima kasih, sebenarnya tadi sudah agak mendekatkan pada perbedaan-perbedaan kita, pemerintah tadi menawarkan 100 hari untuk yang Pasal 32, tinggal kita merumuskan yang realistis kebutuhan untuk memenuhi itu mulai meneruskan sampai Menteri menerima di ayat (6) nya itu kita rumuskan, tapi sudah mendekati pemerintah sudah mundur tidak lagi 6 bulan tapi sudah 100 hari, tinggal yang 115 itu kita rumuskan yang realistis, itu ya yang rumusan yang DIM 115 nanti kita rumuskan lebih konkritnya di Timus.

Silahkan Pak

PEMERINTAH (OKA MAHENDRA, SH. ) :

Mengenai penjelasan Pasal 32 ini kok tidak cocok dengan pasalnya, karena penjelasan itu untuk menjamin kepastian hukum, penolakan permohonan harus dilakukan dengan alasan yang jelas, padahal di Pasal 32 tidak ada pembicaraan mengenai soal alasan, soal waktu saja, kepastian hukum · itu waktu, terus dalam tempo sekian itu harus sudah tahu orang itu ditolak atau tidak, mestinya penjelasannya seperti itu.Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira nanti bagian dari Timus itu juga menyesuaikan penjelasan ini, setuju ya. ( RAPAT SETUJU)

Baik Bapak/lbu yang saya hormati jika ingin ada yang memperpenjang ya kita akan

perpanjang, selama belum ada yang minta diperpanjang maka kita pada kesepakatan awal kita selesai Jam 9.00, baik kita perpanjang sampai 4.30 Wib dengan harapan selesai.

(17)

KETUA AT:

DIM 11 ,Pemerintah mengusulkan penambahan satu pasal baru, sebagai berikut, Pasalnya nanti menyesuai an di Timsin. Menteri mengumumkan nama - nama orang yang memperoleh kembali kewarganegaraa RI dalam berita Negara RI. Saya kira tidak ada masalah.

( RAPAT SETUJU)

Kemudian DIM 120 Pasal 34, maaf DIM 11 BA usul PKB dari Pak mahfud waktu itu mengenai asas-asas kewarganegaraan dan ketentuan pidana disetujui Pansus pembahasan lebih lanjut deserahkan kepada Panja. Ada beberapa catatan agar diberi Bab 6 baru mengenai ketentuan pidana atau sanksi rumusan alternatif mengenai ketentuan pidana atau sanksi agar dlbuat oleh pemerintah.

Sekarang kami persilahkan kepada pemerintah.

PEMERINT AH ( OKA MAHENDRA, SH. ) :

lbu Pimpinan mengenai soal masuknya asas-asas tentunya ini asas apa saja yang perlu dimasukkan ini yang perlu kita bicarakan dalam Panja dulu. Kemudian soal sanksi, sanksinya apakah sanksi pidana atau administrativ. Nah yang pidana perbuatan-perbuatan apa saja yang mesti di kriminalisasi tentu ini kita sepakati dulu baru bisa di rumuskan. Karena mengenai soal ini belum ada petunjuk sama sekali. Kita tentu memerlukan kesepakatan-kesepakatan dulu apa yang . mesti dirumuskan oleh pemerintah.

Jadi mesti diperlukan kesepakatan diantara seluruh mustahid yang ada sekarang ini. lnikan kita lagi melakukan hal inspaid. Oleh karena ini belum ada jadi kami mohon soal ini kita pending dulu, ini agak berat soal ini. Kita bisa beralih ke soal-soal lainnya yang lebih ringan. Yaitu DIM berikutnya yaitu DIM 120 sampai DIM terakhir, saya kira ini agak ringan yang berat itu nanti terakhir supaya ada petunjuk-petunjuk dulu apa yang perlu dirumuskan terima kasih lbu Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Bapak itu diminta untuk merumuskan petunjuk, tadi usulannya pemerintah kita minta· untuk dipending dulu atau kita beri kesempatan dulu kepada Pak Mahfud baru kemudian kita akan lihat kita perlu pending atau tidak. Kami persilahkan Pak Mahfud.

F· PKB (PROF.DR.MOH.MAHFUD. MD):

Ya dulu gagasannya sudah disampaikan substansinya dan disetujui diminta dibawa ke Panja untuk di bahas. Kalau ini nanti dipending lagi menurut saya ya lama lagi, sebenarnya bahan mentahnya kan sudah ada tinggal dibahas. Saya ingin mengulangi satu hal, pertama ketentuan pidana itu memang kita dihadapkan pada persoalan pertama sebenarnya kalau rnasalah-rnasalah pidana yang sifatnya umum itu kita tidak perlu membuat aturan khusus, kecuali luar biasa seperti narkoba, terorisme itu khusus karena di dalam KUHP tidak ada. Saya lihat seluruh Pasal-Pasal di dalam kewarganegaraan ini itu bisa dijadikan sebenarnya cantelannya di dalarn hukum pidana, kecuali kita mau bersepakat membuat rnenganggap ini tindak pidana khusus.

Oleh sebab itu tarulah sekarang kita tidak ingin karena ingin rnembangun sebuah system hukum yang utuh kalau memang umum sudah ada .di KUHP buat apa. Maka saya usulkan dlbuat ketentuan begini, pelanggaran yang rnenyangkut aspek pidana atas Undang-Undang ini diselesaikan sesuai dengan KUHP dan Undang-Undang lain yang terkait selesai. Sedangkan yang kedua pelanggaran yang rnenyangkut aspek tata usaha negara atas Undang-Undang ini diselesaikan sesuai dengan Undang-Undang peradilan tata usaha negara. Sehingga tidak repot-repot rnernikirkan ini hukumannya berapa, nanti kalau terlalu banyak hukum khusus juga rnungkin kurang bagus bagi sistern hukum kita ke depan. Karena ini sudah bisa diperkirakan pelanggaran disini ini ada hukurn pidananya sudah ada di KUHP semua. Apalagi kita sekarang sedang akan rnembahas KUHP, tadi satu itu soal pidana.

(18)

yang dirumuskan di dalam RUU ini didalam draf ini nampaknya kurang tepat misalnya, dimuat .asas

iusso/i dimuat asas ius sanguinis seakan akan dua-duanya dianut pad ah al kita maksudnya. bukan seperti itu, dua-duanya dianut untuk sementara. Oleh sebab itu tidak bisa dipisahkan sebagai asas yang berdiri sendiri. Menurut saya, saya mencoba merangkum kembali nanti kita diskusikan dari asas-asas yang diumumkan di dalam penjelasan itu, misalnya saya mengatakan dulu asas-asas pertama asas-asas kepentingan nasional apapun kepentingan nasional diutamakan. Saya tidak setuju kita bergenit-genit dengan perlindungan HAM dan sebagainya sementara kepentingan nasional kita sendiri dikorbankan untuk itu. Oke kita ikuti perkembangan perlindungan HAM, tetapi juga kepentingan nasional itu nomor satu. Lalu yang kedua saya menyebut ini asas kewarganegaraan tunggal artinya menolak terjadinya orang tidak punya warga negara atau punya dua kita tolak.

Lalu yang ketiga asas dwikewarganegaraan terbatas. Nah disitu untuk mejembatani bahwa asas tunggal itu dalam waktu tertentu mungkin tidak bisa dilaksanakan karena perbedaan stelsel. Nah disini kita sebut dwi kewarganegaraan terbatas ini menggabungkan antara iussoli dan ius sanguinis · untuk sementara dan seterusnya, saya kira hampir sama yang lain. Nah lalu mungkin ada asas-asas lain yang tadi dengan Bapak Dirjen kita ngomong-ngomong. Sebenarnya sebelum membahas lebih lanjut kita sepakati dulu asas-asas ini, karena apa nanti mundur lagi sesudah kita jalan jauh lalu dipersoalkan lagi asas yang sudah disepakati. Nah ini kalau ditunda lagi, ditunda lagi besok berdebat lagi itu tentang tunggal sementara macam-macam ketemu lagi padahal dulu sudah sepakat gitu. ltu saya kira ada asas kebenaran substansi, ada sesudah asas non diskriminatif sudahlah, sudah ada berapa yang masuk cuma saya mengusulkan itu penegasan-penegasan dan urutan-urutan asas yg ada itu. Terserah kalau mau ditunda lagi ini, dipending lagi nanti kita berdebat lagi di tim yang lebih kecil tentunya, kalau sudah berikutnya kecil dikurangi lagi orangnya kan. Ya terserah kalau saya sih sebenarnya di Panja ini gitu, karena ini kan yang diamanatkan oleh Pansus nanti makin kecil - makin kecil yang panting makin hilang yang tadinya tidak masuk tiba-tiba masuk. ltukan bertentangan dengan tugas Pansus akhirnya, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih saya persilahkan Bapak, lbu untuk meberikan pandangan, Pak Iman komentar dulu silahkan.

PEMERINTAH ( IMAN SANTOSO ) :

T erima kasih Bu Pimpinan, kami sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Pak Mahmud. Jadi mengenai sanksi pidana itu karena sudah ada yang mengatur dalam KUHP. Kita melihat kemungkinan-kemungkinan pidana di dalam UU Kewarganegaraan, apa yang ada disana. Misalnya memberikan keterangan tidak benar, memberikan keterangan palsu, menyampaikan dokumen-dokumen palsu, memalsukan dokumen-dokumen-dokumen-dokumen didalam rangka memperoleh kewarganegaraan Indonesia tadi. ltu sudah diatur semua didalam KUHP. Jadi hanya merefer saja seperti itu. Tidak secara khusus membahas bahwa apabila seseorang melakukan satu perbuatan ini dianggap pidana di dalam konteks UU Kewarganegaraan ini karena dari contoh-contoh UU kewarganegaraan yang ada, apakah Arab, Belanda, kemudian Australia, Amerika itu tidak ada sanksi pidana di dalam UU yang ada, hanya masalah-masalah yang seperti kita bahas yang mengatur mengenai siapa-siapa warga negara, bagaimana memperoleh naturalisasi, siapa-siapa kehilangan kewarganegaraan dan siapa-siapa yang memperoleh kewarganegaraan itu kembali.

Jadi barang kali memang untuk menegaskan saja apa yang disampaikan Prof. Mahfud, itu sebetulnya sudah tepat dan mengenai asas-asas itu memang penting karena adanya perubahan paradigma yang kalau kita bandingkan antara UU Nomor 62 tahun 1958 yang berlaku saat ini dengan yang sedang kita bahas, didalam menganut penganutan asas mengenai iussoli dan lussanguinis. Kalau yang dulu berdasarkan asas kelahiran saja tidak mengenal asas tempat kelahiran, dan jiwa dari UU Nomor 62 tahun 1958 juga masih sebetulnya sama, dia tidak menghendaki adanya dua kewarganegaraan, tetapi di sisi lain tidak juga menghendaki atau mengatur mengenai stateless. Jadi

(19)

disana tidak ada stateless, jadi disini juga, tentu juga harus sama. Asas-asas ini perlu dijelaskan terlebih dahulu seperti yang disampaikan oleh Pak Mahfud, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak.

PEMERINTAH ( OKA MAHENDRA, SH. ) :

Mengenai sanksi pidana tadi sudah dijelaskan oleh Pak Iman, menyangkut apa yg disampaikan Prof Mahfud, mengenai asas kepentingan .nasionat pemerintah setuju, kemudian asas kesamaan kedudukan juga pemerintah setuju. Asas perlindangan terhadap anak tentunya ini juga setuju. Kemudian asas kewarganegaraan tunggal ini prinsipnya kita menganut prinsip kewarganegaraan tunggal. Hanya dalam hat tertentu kita mengakui dwi kewarganegaraan itu, tetapi asasnya bukan asas dwi kewarganegaraan, disitu asasnya adatah asas perlindungan terhadap anak. Kemudian asas kepastian hukum, inikan harus ada pasti orang, tadi kita bicara soal kapan dia harus mengetahui, menerima atau ditolak kewarganegarannya, prosedur-prosedur itu harus pasti semuanya, jadi asas kepastian hukum. Kebenaran substantif ini tadi nanti kaitannya dengan segala macam pemalsuan supaya bisa dikenakan pidana, andaikata mereka melakukan. Jadi pemerintah dapat menyetujui hat itu, asas transparansi dalam proses itu harus transparan dilakukan. Dan mungkiri yang terakhir adalah asas publisitas. Jadi orang-orang meperoleh diumumkan yang kehilangan juga di umumkan. lni beberapa asas yang kira-kira perlu dicantumkan didalam UU ini cuma tempatnya tentu itu mesti di depan di dalam ketentuan umum. Demikian lbu Pimpinan. Ya. Kalau mau di penjelasan juga boleh, jadi penjelasan umum. Jadi diuraikan disitu. Kalau di penjelasan umum kita bisa memberikan uraian tentang asas-asas yang di maksud.

Demikian lbu Pimpinan dan para Anggota Panja yang terhormat. KETUA RAPAT:

Baik Bapak-lbu yang saya hormati kita tidak bisa menghindar untuk tidak membahas ini, karena itu sudah disepakati di Pansus untuk dibahas di Panja. Yang pertama ada dua tugas kita, yang pertama soal asas kemudian yang kedua soal ketentuan sanksi. Ketentuan sanksi Pidana. Kita mulai dari asas kewarganegaraan dulu, ada beberapa usulan yang disampaikan oleh Pak Mahfud saya kira itu bisa ditayangkan atau dicopy. Ada 7 asas yang diusulkan yang itu tadi pemerintah memberikan kesepakatannya setuju dengan beberapa usul ini, kemudian pemerintah mengusulkan selain 7 itu ada asas tranparansi dan publisitas. Pak Mahfud mengusulkan 7 asas, kemudian pemerintah menambahi 2 asas, asas transparansi dan publisitas. Kami undang bapak lbu untuk memberikan pandangannya. Silahkan Bu Darman.

F· PG ( Hj. SOEDARMANI WIRYATMO, SH, M.HUM} :

T erimakasih lbu Pimpinan. Saya kira yang disampaikan Profesor Mahfud maupun pemerintah apakah ini asas-asas kewarganegaraan secara umum yang mungkin harus diakui oleh semua bangsa. Saya kira kalau tidak salah yang satu asas ius

soli

lussanguinis campuran dan registrasi, pengajuan. Saya kira empat (4) asas itu yang jadi pokok dari asas - asas kewarganegaraan kalau itu asas kewarganegaraan. Sedangkan asas-asas yang lain adalah asas yang sesuai dengan kepentingan negara itu sendiri. Oleh karena kewarganegaraan inikan nantinya juga terkait dengan negara lain. Jadi apabila kita tidak menganut asas-asas yang umum dilakukan atau diakui oleh negara negara yang ada di dunia ini. Apakah itu yang dimaksud, saya hanya menyampaikan beberapa pandangan saja. Kalau tidak salah ius soti lussanguinis campuran dan registrasi atau pengajuan saya kira. Saya kira empat (4) asas itu yang menjadi suatu asas - asas pokok untuk asas-asas kewarganegaraan di dunia ini saya kira itu. Apakah itu betul pandangan saya itu saya juga kurang tahu karena ini pendapat dari beberapa ahli tata negara.

Sedangkan ketentuan pidana kami juga setuju hal tersebut seperti apa yang disampaikan oleh Professor Mahfud karena ini dipandang bukan lex specialis mungkin. Karena memang aturan - aturan

(20)

pidana sudah dimuat di KUHP dan ketentuan - ketentuan lain yang ada terimakasih. Asalamualaikum

~~. ..

KETUA RAPAT :

Masih, silahkan Pak.

F·PKB ( PRpF.Dr.MOH.MAHFUD, MD) :

Jadi begini maka ini dimulai selain dari prinsip dasar yang sifatnya universal, saya berpendapat prinsip yang partikular yang khusus Indonesia yang saya usulkan tujuh (7} ini yang partikular. Yang dasar itu sudah ada tiga (3) dimuat di dalam draft yang dlbuat Pak Lukman Saifudin Cs ini yang universal itu tadi. Negara menempatkan tanpa boleh dicampuri, negara tidak dapat mencampuri negara lain misalnya. Dan yang seterusnya itu yang lebih universal sifatnya kalau asas, kalau itu tadi yang empat itu stelsel sebenarnya lalu kita angkat menjadi asas disini. Nah tadi pemerintah mengusulkan misalnya asas dwi kewarganegaraan terbatas di sini diganti asas perlindungan anak. Saya setuju saja apapun namanya, tapi kita menganut bahwa ius soli, lussanguinis itu dianut di sini bukan sebagai hal yang berdiri sendiri seperti di dalam drat lama. Tapi itu satu kesatuan yang sifatnya sementara. Kalau di sini dipisah, seakan - akan lalu menganut 2 (dua) padahal dua - duanya bertentangan, tapi kalau digabung dalam satu kalimat itu bisa iklit usul pemerintah bahwa itu sebagai demi perlindungan anak, tapi bisa disebut disini secara particular dwi kewarganegaraan terbatas.

Saya kira itu penjelasannya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi lepas nanti tempatnya dimana apakah di penjelasan atau di ketentuan umum ini sebenarnya menyambung apa yang ada di penjelasan umum. Apa yang disampaikan oleh Pak Mahfud ini yang 3 {tiga) hal prinsip universal itu sudah ada di penjelasan ketentuan umum yang kemudian oleh Pak Mahfud ini dilengkapi berarti menghapus beberapa prinsip dasar yang ada di penjelasan umum itu. Yang disitu butirnya ada di A sampai di butir F. Kemudian nanti kita diskusikan tempatnya ada di mana. Silahkan Bapak - lbu apa kita perlu membahas satu persatu atau silahkan saja membetikan pandangannya. Silahkan Pak.

F·PKS ( IR. UNTUNG WAHONO)

T adi yang asas perlindungan terhadap anak mungkin lebih cocoknya terhadap anak-anak. Sebab Pak Oka dulu bilang beda itu antara anak dan anak-anak.

Kemudian kalau boleh, tapi ini juga harus dipertimbangkan karena saya juga bukan orang hukum. Saya menambahkan dua asas yaitu pertama adalah asas kemudahan bahwa dalam proses -proses pengurusan itu ya kita prinsipnya tidak akan mempersulit orang baik warganegara kita mapun kewarganegaraan dari orang asing. Kemudian yang kedua adalah asas timbal balik atau mungkin apa yang disebut resiprocal. Karena kemarin dalam pembahasan - pembahsan itu misalkan kita bicara soal peran suami dan istri di dalam sistem-sistem di negara-negara yang berbeda sehingga kita perlu mempertimbangkan hal itu. Katakanlah bahwa suami itu lebih berat ataupun dia dianggap sebagai . kepala keluarga di beberapa negara, sehingga kita juga mengharap seperti itu. lni mengingatkan aja dari pembicaraan yang kemarin dan kalau memang dianggap perlu bisa dimasukkan dalam asas terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya silahkan Pak.

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le):

Saya mau menambahkan saja mungkin asas toleransi. Karena kalau kita lihat pembicaraan anak angkat itu sampai 21 tahunkan. lni bagian dari pada toleransi barangkali, ataupun juga anak

(21)

yang diluar perkawinan yang sah itu bisa diakui anak sampai 18 tahun. Saya kira sama saja begini bagian daripada toleransi terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kalau kita rapatnya sampai jam 12.00 WIB bisa 100 asas ini. Silahkan Pak Jansen F· OS (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM):

Terima kasih Pimpinan, jadi saya kira lebih baik kita endapkan dulu ini. Karena baru terima ini sekarang mengenai asas asas ini memang kalau kita mau berfikir lebih jauh masih banyak asas -asas yang masuk ke dalamnya. Antara lain -asas --asas HAM ini masih bisa sebenarnya berbagai hal di dalam kehidupan di masukkan asas - asas. Asas - asas yang dibilang keluhuran dari cinta kasih sesama manusia itu juga asas itu. Jadi ini harus kita junjung tinggi, cinta kasih. Jadi lni sebenarnya intinya juga memang barangkali di situ kita perlindungan anak, perlindungan yang lain - lain itu. Jadi saya kira lebih baik kita endapkan dulu dan dimana tempatnya. Tapi usul saya itu asas keluhuran cinta kasih sesama manusia terima kasih.

KETUA RAPAT : Silakan

F· PKB ( NURSYAHBANI KANT JA SUNGKANA, SH. ) :

No.10 itukan juga ada asas - asas yang harus ditaati dalam membuat materi sebuah UU itu ada asas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, Bhineka Tunggal lka, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dalam bagian hukum, dan atau keseimbangan, keserasian dan keselarasan. lni tempatnya dimana diantara asas ini. Memang dalam Pasal 6 ayat (2) dikatakan selain asas-asas tersebut harus termuat di dalam materi perundang-undangan. ltu bisa saja peraturan perundangan tertentu itu berisi asas lain sesuai dengan bidangnya. Salah satunya misalnya asas ius so/i atau lussanguinis atau dwi kewarganegaraan terbatas. Tempatnya dimana kalau kita menyebutkan begitu, terutama soal asas penghormatan HAM itukan umum sekali begitu, seperti tadi dipersoalkan oleh Pak Jansen nanti kita bisa masukkan yang macam-macam asas cinta kasih, keluhuran cinta kasih, saya memang pemah ini pengikutnya laskar cinta, baik terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baik silahkan Pak Lukman

F· PPP (DRS. H.LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

lni sebelum ditutup karena satu menit lagi supaya ada hasilnya, inikan ada dua (2) hal. Saya ingin mengajak supaya kita ada hasilnya, pertama menyangkut asas itu saya setuju di endapkan dalam sesi berikutnya tetapi ketentuan pidana saya pikir bisa kita putuskan dengan kita menyetujui dua (2) poin usulan Pak Mahfud itu tapi itu biar menjadi kunci saja. Tapi ada yang disampaikan oleh Pak Iman tadi itu bahwa ada hal - hal yang khusus yang berkaitan dengan pemalsuan misalnya. Hal-hal seperti itu mungkin perlu diangkat tapi kemudian dikunci dengan dua (2) pain yang diusulkan oleh Pak Mahfud ini. T api jangan hanya dua ini saja, ada hal-hal yang khusus sifatnya itu yang tadinya pemerintah sudah sangat faham itu yang kaitannya dengan pemalsuan dan seterusnya yang tadi disampaikan oleh ··Pak Iman. Jadi ketika nanti dibawa ke Timus menyangkut ketentuan pidana ini sudah ada relatif ada prinsip-prinsip dasar yang kita setujui tinggal nanti perumusannya saja. Sedangkan yang asas memang harus kita diskusikan kembali.

KETUA RAPAT :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan pencemaran lingkungan berupa timbal (Pb) di udara dan berbagai penelitian mengenai potensi tanaman dalam menyerap timbal (Pb) di udara,

Sintesis karbon nanopori dilakukan dengan dan tanpa metode iradiasi gelombang ultrasonik untuk mendapatkan karbon nanopori yang baik dan unggul.. Karbon aktif ampas tebu

Di dalam penulisan Tugas Akhir ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi perancangan dan pembuatan aplikasi penerjemah Indonesia – Inggris berbasis

Ekstrak biji cerakin disemprotkan pada hama ulat daun bawang yang tersedia dalam tiap wadah (10 ekor tiap wadah) untuk masing-masing konsentrasi dan dilakukan 3 kali

Pada adegan ini, sesuatu yang menampakkan karisma kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ditampakkan dengan sangat baik pada saat terjadi sebuah peristiwa ketika

Salah satu lagi faktor penyebab tingginya angka kebakaran di kota Bandung yaitu kurangnya sosialisasi dari dinas Pencegahan dan Penaggulangan Kebakaran Kota

Tabel 1.2 Kabupaten Jember adalah daerah di Jawa Timur yang mempunyai potensi untuk memproduksi kopi dan mempunyai luas produksi pada tahun ke tahun terus meningkat