• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

45

Tinjauan terhadap kondisi umum wilayah kajian mengarah pada pemahaman terhadap tambahan potensi sumberdaya air dan perkiraan kebutuhannnya, yang dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan penduduk.

3.1 Letak dan Kedudukan Wilayah

Sub bab ini akan memberikan penjelasan mengenai daerah studi secara ringkas, meliputi: letak wilayah studi yang memcakup batas administrasi, serta fungsi dan kedudukan wilayah studi.

3.1.1 Letak Wilayah Studi

Kawasan Bandung Utara yang biasanya disebut KBU adalah kawasan yang di sebelah utara dan timur dibatasi oleh punggung topografi yang menghubungkan puncak Gunung Burangrang, Masigit, Gedongan, Sunda, Tangkubanparahu dan Manglayang, sedangkan di sebelah barat dan sela tan dibatasi oleh garis (kontur) 750 m di atas permukaan air laut (dpl) yang secara geografis terletak antara 107º 27’ -107º Bujur Timur, 6º44’ - 6º56’ Lintang Selatan. KBU merupakan salah satu kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air dan mempun yai peran sangat penting dalam penyediaan air tanah di cekungan Bandung. Wilayah Bandung Utara memiliki luas total wilayah sebesar 38.548,33 Ha. Secara administratif, wilayah Bandung Utara dibatasi oleh:

 Sebelah Utara : Kabupaten Subang

 Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi  Sebelah Timur : Kabupaten Sumedang

(2)

Berdasarkan SK Gubernur Jabar No. 181.1/SK. 1624 -Bapp/1982, wilayah Kawasan Bandung Utara meliputi Daerah Tk. II Kabupaten Bandung dan sebagian Daerah Tk. II Kotamadya Bandung yang secara administratif terdiri dari 11 kecamatan di Kabupaten Bandung dan 10 kecamatan di Kotamadya Bandung. Kecamatan yang termasuk dalam Kawasan Bandung Utara dapat dilihat pada Tabel III-1 di bawah ini:

TABEL III-1

KAWASAN BANDUNG UTARA SESUAI ADMINISTRATIF PEMERINTAHAN TIAP KECAMATAN

No. Kota/Kabupaten Kecamatan Luas Wilayah

(Ha)

Persentase (%)

1 Kab. Bandung Cimahi Tengah 134,65 0,35

Cimahi Utara 1.380,69 3,58 Cilengkrang 3.492,27 9,06 Cileunyi 1.152,75 2,99 Cimenyan 4.639,33 12,03 Cikalong Wetan 2.883,05 7,48 Cisarua 5.654,08 14,66 Lembang 9.701,57 25,16 Ngamprah 1.961,87 5,09 Padalarang 327,80 0,85 Parompong 3.902,50 10,12

2 Kota Bandung Cibeunying Kaler 256,32 0,66

Cibeunying Kidul 43,78 0,11 Cicadas 64,58 0,17 Cibiru 233,16 0,60 Arcamanik 8,63 0,02 Cidadap 911,48 2,36 Coblong 498,09 1,29 Sukajadi 498,65 1,29 Sukasari 692,17 1,80 Ujungberung 119,93 0,31

(3)

TABEL III-2

KAWASAN BANDUNG UTARA SESUAI ADMINISTRATIF PEMERINTAHAN No Wilayah Administrasi Luas Wilayah

(Ha) Persentase (%) 1 Kab. Bandung 35.230,56 91,37 2 Kota Bandung 3.326,79 8,63 Total 38.557,35 100,00

Sumber: SK Gubernur Jabar No. 181.1/SK. 1624 -Bapp/1982

3.1.2 Fungsi dan Kedudukan Wilayah Studi

Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat, Kawasan Bandung Utara mempunyai fungsi sebagai:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagu kawasan bawahannya a. Kawasan hutan yang berfungsi lindung,

b. Kawasan resapan air,

c. Kawasan cagar alam (G. Tangkuban Perahu). 2. Kawasan Pelestarian Alam

a. Kawasan Taman Hutan Rakyat (Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda) b. Taman wisata Gunung Tangkuban Perahu

3. Kawasan Rawan Bencana

a. Kawasan Gunung Tangkuban Perahu

b. Kawasan rawan gerakan tanah Gunung Tangkuban Perahu

c. Kawasan perlindungan setempat, yaitu sempadan sungai dan mata air d. Kawasan perlindungan plasma nutfah ek -situ (kebun binatang)

Berdasarkan rencana pola tata ruang Propinsi Jawa Barat, Kawasan Bandung Utara terdiri atas:

1. Budidaya lainnya. Ruang ini umumnya dialokasikan ke wilayah administrasi Kota Bandung bagian Utara dan Kabupaten Bandung bagian selatan berbatasan dengan Kota Bandung,

(4)

2. Budidaya sawah dialokasikan ke sebelah Timur dan Barat Kawasan Bandung Utara,

3. Kawasan Lindung di luas kawasan hutan. Kawasan ini menjadi penyangga antara alokasi budidaya lainnya dan budidaya sawah dengan hutan lindung. Kawasan ini terletak di sebelah Utara budidaya lainnya serta budidaya sawah.

Berdasarkan arahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bandung yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 1 Tahun 2001 tentang RTRW Kabupaten Bandung terdapat fungsi penting Kawasan Bandung Utara sebagai berikut:

1. Kawasan Lindung, non budidaya sebagai kawasan konservasi.

2. Bagian dari sistem/struktur tata ruang Kabupaten Bandung secara keseluruhan. Dalam konteks ini beberapa kota/pusat kegiatan ditetapkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lingkunga n) dan DPP. Beberapa kota maupun desa yang masuk dalam Kawasan Bandung Utara adalah sebagai berikut:

a. Lembang sebagai PKL 1 dengan fungsi sebagai tempat wisata, agribisnis, permukiman perkotaan.

b. Padalarang (Tagogapu) sebagai PKL -1 sebagai tempat pengembanga n perumahan, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata dan ruang terbuka hijau.

c. Cimahi sebagai PKL-1 (sekarang sudah menjadi kota) berfungsi sebagai tempat pengembangan perdagangan dan jasa, industri, permukiman perkotaan.

d. Cikalong Wetan sebagai PKL -2 dengan fungsi sebagai permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa.

e. Cisarua (Desa Jambudipa) sebagai DPP -I dengan fungsi permukiman perdesaan, perdagangan dan jasa .

(5)

f. Parongpong (desa Karyawangi), Lembang (desa Cibodas) sebagai DPP-II dengan fungsi permukiman per desaan dan perdagangan. Dalam RTRW Kota Cimahi, bagian wilayah Kota Cimahi yang termasuk Kawasan Bandung Utara dialokasikan sebagai kawasan perumahan dan kawasan untuk fasilitas pendidikan, taman/ruang terbuka yang letaknya tersebar. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya justru dialokasikan di luar Kawasan Konservasi Bandung Utara.

Pengembangan Kawasan Bandung Utara di masa mendatang dilakukan dengan berorientasi pada pengamanan fungsi lindung melalui kebijakan pembatasan pengembangan fisik kawasan khususnya melalui pembatasan jenis pembangunan serta pembatasan area liputan bangunan. Berdasarkan RTRW Kota Bandung 2013 untuk wilayah yang termasuk dalam Kawasan Bandung Utara dibatasi dengan pembatasan luas lahan terbangun. Kota Cimahi me njadikan Kawasan Bandung Utara yang ada di wilayahnya sebagai daerah permukiman, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk di Kota Cimahi yang sudah padat sehingga pembangunan permukiman merambah ke Kawasan Bandung Utara.

3.2 Kondisi Fisik Wilayah

Sub bab ini akan memberikan penjelasan secara ringkas mengenai kondisi fisik wilayah studi yang mencakup topografi, ketinggian lahan, geomorfologi, klimatologi dan hidrologi.

3.2.1 Topografi

Kemiringan lereng perbukitan Bandung Utara bergelombang sampai terjal, dengan sudut kemiringan bervariasi antara 0% sampai > 40 % dan semakin ke utara akan didapati lereng yang lebih curam. Lereng yang layak bangun (0 – 20%) meliputi kurang lebih 30% dari luas seluruh Wilayah Bandung Utara. Lereng yang mempunyai kemiringan lebih dari 30% mudah terkikis dan mudah longsor.

(6)

Berdasarkan Kebijakan Operasional RUTR Bandung Utara, kemiringan lahan maksimum yang diperbolehkan untuk diolah di wilayah studi adalah 30%, sedangkan kemiringan lahan 30 – 40% diarahkan sebagai kawasan pemba tas (buffer) dan kawasan dengan kemiringan lebih dari 40% diarahkan dan dipertahankan sebagai kawasan lindung. Kondisi kemiringan dan luas masing -masing kemiringan dapat dilihat pada tabel III-3

TABEL III-3

KEMIRINGAN KAWASAN BANDUNG UTARA

No. Kemiringan Luas (Ha) Prosentase (%)

1. 0% - 8% 5.118,58 13,28 2. 8% - 15% 7.990,78 20,73 3. 15% - 25% 3.955,28 10,26 4. 25% - 40% 8.413,55 21,83 5. > 40% 13.070,13 33,91 Jumlah 38.548,33 100,00

Sumber : Hasil Perhitungan Dinas PU -LPPM ITB, 1995 dan Hasil Digitasi, 1997

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa kawasan studi didominasi oleh lahan dengan kemiringan lebih dari 40% atau sangat curam yang paling banyak terdapat di Kecamatan Lembang, Cimenyan , dan Cikalong Wetan , sehingga kecamatan-kecamatan dengan kemiringan lebih dari 40% tersebut merupakan lahan yang tidak sesuai untuk pembangunan perumahan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung 2010 maupun RTRW Kota Bandung 2013 hingga kini, kawasan dengan kemiringan antara 8 hingga 15% yang masih sesuai un tuk dibangun. Kemiringan antara 8 sampai 15% paling banyak terdapat di Kecamatan Lembang, Cisarua dan Parongpong. Sedangkan lahan dengan lereng kemiringan antara 0% – 8% dan ketinggian kurang dari 1000 m dpl yang merupakan kawasan resapan air bisa dikemban gkan sebagai

(7)

kawasan aneka pertanian tanpa syarat. Kawasan tersebut paling banyak besar berada pada Kecamatan Cimahi Utara, Lembang dan Parongpong.

3.2.2 Ketinggian Lahan

Pembagian ketinggian lahan di Kawasan Bandung Utara sesuai dengan karakteristiknya terbagi menjadi tiga bagian seperti yang disajikan pada tabel III-4

TABEL III-4

KETINGGIAN KAWASAN BANDUNG UTARA Ketinggian (m dpl) Luas (ha) Persentase (%) < 1000 11.205,54 29,07% 1000 - 2000 27.213,34 70,60% < 2000 129,45 0,34% Total 38.548,33 100%

Sumber : Bappeda Propinsi Jawa Barat, 2001

Sebagian besar wilayah KBU berada pada ketinggian antara 1000 sampai 2000 m dpl yaitu ketinggian yang diarahkan pada fungsi lindung dan budidaya pertanian. Ketinggian tersebut palin g banyak berada pada Kecamatan Lembang, Cisarua dan Cilengkrang. Untuk kecamatan yang berada pada ketinggian > 2000 m dpl adalah Kecamatan Lembang, Parongpong dan Cisarua. Ketinggian di atas 2000 m m dpl, diarahkan dan dipertahankan sebagai fungsi lindung. Ketinggian yang diarahkan pada fungsi budidaya pertanian dan budidaya permukiman adalah berada pada ketinggian di bawah 1000 m dpl, dimana paling banyak berada pada Kecamatan Cikalong Wetan, Cimenyan dan Ngamprah.

(8)
(9)
(10)

3.2.3 Geomorfologi

Batuan yang membentuk Kawasan Bandung Utara terdiri dari batuan yang berasal dari kegiatan gunung api Kuarter (G. Sunda dan G. Tangkuban Prahu), antara lain tufa, produk gunung api, tuff, endapan danau, koluvial, dan lava. Lapisan-lapisannya sering membaji, melensa denga n ketebalan masing-masing bervariasi, yang umumnya miring ke selatan, barat daya, atau tenggara dengan sudut 7  – 20 yang selanjutnya menyusup di bawah endapan danau. Kondisi geologi dan luas sebaran masing-masing batuan dapat dilihat pada tabel III-5

TABEL III-5

BATUAN DI KAWASAN BANDUNG UTARA

No. Jenis Geologi Luas

(Ha) Prosentase (%) 1. Endapan danau 6.176,77 16,02 2. Koluvial 97,13 0,25 3. Lava 323,14 0,84

4. Produk Gunungapi muda 6.478,79 16,81 5. Produk Gunungapi tua 3.714,75 9,64 6. Produk Gunungapi tua tak teruraikan 11.001,67 28,54

7. Tufa Pasiran 10.462,44 27,14

8. Tuff Berbatu apung 293,63 0,76

Jumlah 38.548,33 100

Sumber : DPU Jawa Barat, 1995

Jenis batuan di Kawasan Bandung Utara sebagian besar adalah Produk Gunungapi tua tak teruraikan, yaitu sebesar 28,54% dan tufa pasiran (27,14%). Wilayah dengan batuan produk gunungapi tua tak teruraikan dan tufa pasiran adalah sebagai daerah resapan air yang baik, sehingga di wilayah tersebut tidak diperkenankan adanya budidaya termasuk mendirikan bangunan kecuali bangunan yang menunjang fungsi kawasan. Sedangkan jenis batuan yang paling sedikit dijumpai di Kawasan Bandung Utara adalah batuan koluvial, tuff berbatu apung, dan lava.

(11)
(12)

3.2.4 Klimatologi

Dalam penelitian kali ini, Kawasan Bandung Utara dibagi ke dalam 2 administratif, yaitu Kabupaten Bandung dan Kota Ban dung. Oleh karena ini untuk data curah hujan, di ambil 2 stasiun hujan yang mewakili Kawasan Bandung Utara di tiap administratif tersebut. Untuk data curah hujan Kota Bandung, digunakan data curah hujan yang di dapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika St asiun Bandung yang berada di Jl. Cemara, sedangkan data curah hujan untuk Kabupaten Bandung adalah data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Lembang. Untuk data curah hujan, dapat dilihat pada tabel berikut

TABEL III-6

CURAH HUJAN DI KAWASAN BANDUNG UTARA

Stasiun Bulan Jumlah

(mm)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Aug Sep Okt Nov Des

Bandung 219,0 248,9 208,0 244,3 83,1 87,5 187,2 52,3 107,0 410,1 526,4 75,5 2449,3 Lembang 347,7 176,4 161,4 159,7 26,2 77,7 28,8 61,8 41,8 350,0 417,8 22,3 1871,60 Curah Hujan Rata-Rata 283,4 212,7 184,7 202,0 54,6 82,6 108,0 57,1 74,4 380,05 472,1 48,9 2160,45

Sumber: Data Hujan 2001 Badan Meteorologi dan Geofisika

Nilai rata-rata curah hujan yang di dapat dari perhitungan pada tabel curah hujan di tahun 2001 adalah sebesar 2160,45 mm/tahun. Curah hujan rata -rata bulanan yang tinggi terjadi dari bulan Oktober sampai dengan bulan November, sedangkan curah hujan rata-rata bulanan yang rendah terjadi di bulan Desember.

Data klimatologi lain yang penti ng berkaitan dengan kajian sumberdaya air adalah evapotranspirasi (ET). Evapotranspirasi didefinisikan sebagai banyaknya bagian dari air hujan yang diuapkan kembali baik oleh permukaan tanah maupun oleh permukaan tanaman. Sabagai salah satu komponen hidrol ogi, nilai evapotranspirasi memegang peranan penting dalam perhitungan keseimbangan tata air ( water balance) dalam kajian ini. Nilai evapotranspirasi dalam suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh

(13)

penggunaan lahan yang ada, terutama jenis tanah dan tanaman pe nutup tanah yang ada.

3.2.5 Hidrologi

Sub bab ini berisikan tentang uraian ringkas kead aan air permukaan dan mata air serta air tanah di Kawasan Bandung Utara yang juga menjelaskan beberapa zona konservasi air tanah di Kawasan Bandung Utara beserta luasa nnya.

3.2.5.1 Air permukaan dan Mata Air

Pertimbangan teknis penataan ruang dan bangunan berdasarkan pertimbangan tata air, dalam hal ini air permukaan dan mata air, dimaksudkan untuk mempertahankan manfaat dan kelestarian fungsi dari air permukaan serta mata air. Jenis air yang terdapat di Wilayah Bandung Utara sekitar 49 buah dengan debit kurang dari 5 liter/detik ada 29 buah, 5 -20 liter/detik ada 18 buah dan 2 buah berdebit lebih besar dari 20 liter/detik.

3.2.5.2 Air Tanah

Berdasarkan hasil survei periode Mei-Agustus 1993 yang dilakukan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, secara umum wilayah Kawasan Bandung Utara dibagi menjadi lima zona konservasi air tanah, yaitu:

1. Zona Konservasi Air Tanah I

Zona ini merupakan wilayah yang secara teknis hidrogeo logis sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan pengambilan baku air tanah untuk semua peruntukan kecuali air minum dan air rumah tangga pada semua kedalaman.

2. Zona Konservasi Air Tanah II

Pada zona ini untuk keperluan industri disarankan menyadap cadan gan air tanah pada akuifer kedalaman lebih dari 150 m bmt (di bawah permukaan

(14)

tanah), dengan debit pengambilan kurang dari 150 l/menit. Akuifer kedalaman kurang dari 150 m bmt diperuntukkan untuk keperluan air minum dan rumah tangga.

3. Zona Konservasi Air Tanah III

Zona ini merupakan wilayah dengan cadangan air tanah masih dapat dikembangkan, untuk keperluan industri disarankan menyadap air tanah pada akuifer lebih dalam dari 80 m bmt dengan debit pengambilan kurang dari 200 l/menit.

4. Zona Konservasi Air Tanah IV

Zona ini merupakan wilayah resapan utama air tanah Cekungan Bandung. Pengambilan air tanah di wilayah ini dilarang pada semua kedalam kecuali untuk keperluan air minum dan rumah tangga penduduk setempat. Wilayah yang termasuk zona ini adalah sebagian K ecamatan Cisarua, Cimahi Utara, Ngamprah, Parompong dan Lembang.

5. Zona Konservasi Air Tanah V

Zona ini merupakan wilayah dengan cadangan air tanah yang masih dapat dikembangkan lebih lanjut baik menyadap air tanah dari akuifer dangkal maupun dalam, dengan d ebit kurang dari 250 l/menit. Penyadapan air tanah pada akuifer kedalam kurang dari 60 m bmt terutama diperuntukkan bagi keperluan air minum dan rumah tangga. Zona ini tersebar di seluruh kecamatan.

Luas masing-masing Zona Konservasi untuk wilayah Bandung Utara dapat dilihat pada tabel III-7

(15)

TABEL III-7

KONSERVASI AIR TANAH DI KAWASAN BANDUNG UTARA No. Zona Konservasi Luas (Ha) Prosentase (%)

1. Zona I 1.796,58 4,66 2. Zona II 455,92 1,18 3. Zona III - 0,00 4. Zona IV 7.114,99 18,46 5. Zona V 29.180, 84 75,70 Jumlah 38.548,33 100,00

Sumber : Hasil Digitasi, 1997

3.3 Keadaan Guna Lahan di Kawasan Bandung Utara

Sub bab ini akan membahas kondisi guna lahan berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindung dan juga membahas kondisi guna lahan tahun 2001 dan 2005. Pembahasan kondisi guna lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan dan yang telah terjadi terutama untuk kawasan budidaya.

3.3.1 Kawasan Lindung Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990

Kawasan Lindung adalah kawasa n yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna membangun keberlanjutan. Kawasan yang berfungsi lindung di Kawasan Bandung Utara berdasarkan kriteria Keppres No, 32 Tahu n 1990 meliputi areal seluas 28.452,5 Ha atau sebesar 73,81% dari luas keseluruhan Kawasan Bandung Utara. Jenis kawasan yang berfungsi lindung adalah:

1. Hutan lindung

Luas kawasan yang dapat dikategorikan berfungsi sebagai hutan lindung di Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 42,58% dari luas keseluruhan.

(16)

Luas kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air di Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 18,47 dari luas keseluruhan Kawasan Bandung Utara.

3. Kawasan Perlindungan Setempat, yaitu mel iputi: a. Sempadan Sungai

Sempadan sungai dibentuk dengan menarik garis sepanjang 50 meter dari kiri-kanan sungai.

b. Sempadan Mata Air

4. Kawasan Rawan Bencana, yaitu meliputi: a. Kawasan Beresiko aliran lahan

b. Kawasan Beresiko gerakan tanah c. Kehadian sesar aktif

3.3.2 Perubahan Guna Lahan Tahun 2001 dan 2005

Adanya pembangunan di Kawasan Bandung Utara menyebabkan banyaknya penyimpangan guna lahan. Penyimpangan tersebut sebagian besar adalah perubahan kawasan lindung menjadi kawasan budidaya yang dapat dilihat dari pen ingkatan luas lahan budidaya, yang dapat dilihat pada tabel III-8

(17)

TABEL III-8

KONDISI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN BANDUNG UTARA

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Area (Ha) Perubahan(Ha)

2001 2005 1 Sawah 5.536,648 5.453,798 -82,850 2 Kebun 12.226,929 11.979,345 -247,584 3 Tegalan 6.385,315 7.022,126 636,811 4 Hutan Primer 6.787,138 5.635,022 -1.152,116 5 Hutan Sekunder 323,129 591,800 268,671 6 Industri 31,305 31,166 -0,139 7 Permukiman 5.191,293 5.549,685 358,392 8 Padang Rumput 1.856,614 1.855,791 -0,823 9 Lain-Lain 184,393 404,030 219,637 Total (Ha) 38.522,764 38.522,763 0

Sumber : Peta GIS Bappeda Jabar tahun 2001 dan 2005

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat besarnya perubahan guna lahan dari fungsi kawasan lindung menjadi fungsi kawasan budidaya. Berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1990, penggunaan kawasan budidaya di Kawasan Bandung Utara adalah hanya sebesar 26,19%, sedangkan di kondisi eksistingnya pada tahun 200 1, kawasan budidaya di Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 81,54% dan di tahun 2005, kawasan budidaya meningkat lagi menjadi 83,84%. P erubahan terbesar adalah perubahan guna lahan hutan primer yang semakin menurun sebesar -1.152,116 ha, meningkatnya guna lahan tegal sebesar 636,811 ha dan meni ngkatnya permukiman sebesar 358,392 ha.

3.4 Kawasan Rawan Bencana

Dalam pengaturan guna lahan perlu juga memperhatikan lokasi -lokasi yang diduga/diperkirakan memiliki potensi untuk menimbulkan bencana alam. Di Kawasan Bandung Utara terdapat beberapa pote nsi bencana alam, seperti:

(18)

Longsoran tebing sangat potensial terjadi di sepanjang tebing -tebing sungai dan lereng-lereng terjal mengingat banyak jenis tanah yang gembur dan lepas. Beberapa kejadian longsoran yang pernah terjadi antara lain di Lembang, Dago Utara, dan G. Manglayang

2. Aliran Lahar

Bahaya aliran lahar yang berpotensi menimbulkan bencana bagi Kawasan Bandung Utara berasal dari G. Tangkuban Prahu. Apabila terjadi letusan, diduga aliran laharnya akan memasuki Sungai Cimahi dan Sung ai Cikapundung. Luas Kawasan Bandung Utara yang termauk ke dalam bahaya aliran lahar adalah sekitar 5.805,58 Ha atau sekitar 15% dari luas Kawasan Bandung Utara

3. Erosi

Erosi dapat terjadi pada seluruh permukaan lereng Kawasan Bandung Utara terutama jika tidak ada penutup. Erosi yang cukup potensial dan cukup besar di Kawasan Bandung Utara akan menyebabkan terjadinya pendangkalan dan penyempitan Sungai Citarum, dan akhirnya menyebabkan banjir.

4. Gempa Bumi

Sepanjang sejarah, bencana gempa bumi di Kawasan Bandun g Utara tidak begitu menonjol. Tetapi mengingat dekatnya jarak dengan gunung api (gempa vulkanik), dan terletak di wilayah aktif secara tektonik (gempa tektonik). Tanah yang gembur dan lereng yang terjal berpotensi sebagai longsoran akibat gempa bumi.

5. Gerakan Tanah

(19)
(20)

3.5 Kondisi Sosial Ekonomi Kependudukan

Di dalam sub bab ini akan dibahas mengenai kondisi sosial ekonomi dan kependudukan Kawasan Bandung Utara beserta kecenderun gan perkembangannya. Pembahasan kondisi sosial ekonomi kependudukan Kawasan Bandung Utara dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai banyaknya pertumbuhan yang telah terjadi di tahun 2001 dan 2005. Hasil dari pembahasan kondisi sosial ekonomi kependudukan ini kemudian dijadikan data dasar dalam memperhitungkan kebutuhan sumberdaya air.

3.5.1 Kependudukan

Berkembangnya pertumbuhan di setiap wilayah selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan yang dalam hal ini, kebutuhan yang dibahas adalah kebutuhan sumberdaya air. Jumlah kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya air sangat dipengaruhi oleh konsidi kependudukan (jumlah penduduk, pertumbuhan dan penyebarannya).

Data kependudukan yang digunakan dalam penulisan ini berlaku untuk seluruh penduduk, tidak memandan g jenis kelamin, mata pencaharian, umur dan kriteria lain. Berdasarkan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung dalam angka diperoleh angka penduduk di kecamatan -kecamatan yang termasuk Kawasan Bandung Utara seperti pada tabel berikut:

TABEL III-9

JUMLAH PENDUDUK KAWASAN BANDUNG UTARA TAHUN 1998 – 2006

No Kota/Kab 2001 (jiwa) 2005 (jiwa) LP (%) 2013 (jiwa) Luas Wilayah (Ha) Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) 1. Kab. Bandung 609.332 705.848 5,69 1.026.687 35.230,54 29,14 2. Kota Bandung 337.735 355.496 4,18 474.267 3.317,79 142,94 Total 947.067 1.061.344 5,18 1.500.954 38.548,33 38,94

(21)

Jumlah penduduk di Kawasan Bandung Utara sebagian besar berasal dari Kabupaten Bandung, hal ini disebabkan karena sebagian besar Kawasan Bandung Utara terletak di Kabupaten Bandung. Angka jumlah penduduk di dapat dari total masing-masing administratif, yang kemudian digunakan perbandingan kawasan budidaya masing-masing administratif keselu ruhan dengan masing-masing administratif yang masuk ke Kawasan Bandung Utara.

Luas wilayah Kota Bandung dalam Kawasan Bandung Utara adalah sedikit, yaitu sebesar 8,93% atau sebesar 3.326,79 ha, tetapi tingkat kepadatannya sangat besar, yaitu sebesar 142,94 jiwa/ha dan jumlah penduduk di Kota Bandung dalam Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 31,60% dari total penduduk keseluruhan di Kawasan Bandung Utara. Berdasarkan laju pertumbuhan yang dihitung dari tahun 1998 sampai 2006, didapat angka laju pertumbuhan sebesar 5,18% dan dip erkirakan jumlah penduduk di tahun 2013 adalah sebesar 1.500.954 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 38,94 jiwa/ha.

3.5.2 Kegiatan Pertanian

Data kegiatan pertanian dalam penelitian ini meliputi bidang pertanian sendiri (pertanian lahan basah yaitu sawah dan pertanian lahan kering yang terdiri dari tegal, hutan dan kebun), bidang perikanan, bidang peternakan (peternakan besar dan peternakan kecil). Untuk data rekapitulasi kondisi kegiatan pertanian disajikan pada tabel di bawah ini.

(22)

TABEL III-10

KONDISI KEGIATAN PERTANIAN DI KAWASAN BANDUNG UTARA

No. Jenis Kegiatan 2001 2005 LP 2013

1 Pertanian (Ha) - Sawah 5.536,65 5.453,80 -0,37 5.085.92 - Perkebunan 12.226,93 11.979,35 -0,51 11.049,57 - Tegal 6.385,32 7.022,13 2,49 8.096,94 - Hutan Primer 6.787,14 5.635,02 -4,24 3.577,95 - Hutan Sekunder 323,13 591,80 20,79 1.514,96 2 Peternakan (ekor) - Peternakan Besar 89.853,00 81875,00 0,53 78.796,00 - Peternakan Kecil 1.280.189,00 1.087.668,00 -0,52 1.046.393,00 3 Perikanan (Ha) - Kolam/Tebat/Empang 13,35 12,19 17,21 26,88

Sumber : Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi Dalam Angka 1998 - 2006

Persebaran kegiatan perta nian di Kawasan Bandung Utara adalah 84,03% berasal dari Kabupaten Bandung dan 15,79% dari Kota Bandung. Untuk fungsi hutan primer, 99,23% berasal dari Kabupaten Bandung dan 0,77% dari Kota Bandung. Untuk fungsi hutan sekunder, 93,56% berasal dari Kabupate n Bandung dan 6,44% dari Kota Bandung. Dalam Kawasan Bandung Utara, persentase persebaran kegiatan pertanian untuk Kabupaten Bandung lebih besar daripada persebaran kegiatan pertanian di Kota Bandung, tetapi lain halnya dengan perikanan, 0,13% berasal dari Kabupaten Bandung dan 99,87% berasal dari Kota Bandung.

Secara keseluruhan, laju pertumbuhan di masing -masing kegiatan pertanian mengalami penurunan, hal ini disebabkan berkurangnya lahan pertanian yang dapat dilihat pada tabel III-8. Kegiatan pertanian yang mengalami peningkatan hanya kegiatan perikanan, peternakan besar dan hutan sekunder.

3.5.3 Kegiatan Industri

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab3, karena terbatasnya data yang didapat, dalam perhitungan kebutuhan sumberdaya air untuk industri tidak dipertimbangkan jenis industri dan luas lahan. Aktivitas industri dibagi menjadi 2,

(23)

yaitu industri besar dan kecil dan, tetapi untuk penggunaan standar kebutuhan airnya digunakan standar rata -rata per unit. Banyaknya unit industri di wilayah kajian dapat dilihat pada tabel

TABEL III-11

KONDISI KEGIATAN INDUSTRI DI KAWASAN BANDUNG UTARA No Kab/Kotamadya 2001 2005 LP (%) 2013 1 Kab. Bandung 96 97 0,23 99 2 Kota Bandung 44 41 1,97 53 Total 140 138 1,10 152

Sumber : Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi Dalam Angka 1998 - 2006

Persebaran industri di Kawasan Bandung Utara adalah terdiri dari 64,88% atau sebesar 99 unit dari Kabupaten Bandung dan 35,12% atau sebesar 53 unit dari Kota Bandung. Meskipun dari tahun 2001 mengalami sedikit penurunan, tetapi dengan mempertimbangkan data dari tahun 1998 sampai 2006, maka didapat laju pertumbuhan kegiatan industri di Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 1, 10% dan di tahun 2013 diperkirakan terdapat 152 unit.

3.5.4 Perkembangan Fasilitas Sosial -Ekonomi

Jenis fasilitas yang dimaksud dalam penulisan ini terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Rekapitulasi data perkembangan fasilitas sosial ekonomi di wilayah studi, disajikan pada tabel berikut:

(24)

TABEL III-12

KONDISI FASILITAS PERKOTAAN DI KAWASAN BANDUNG UTARA

No. Jenis fasilitas 2001 2005 LP

(%) 2013 1 Pendidikan 646 647 0,97 697 2 Peribadatan 373 417 5,37 596 3 Kesehatan 63 71 5,11 100 4 Perdagangan 49 55 5,45 79 5 Transportasi 2 2 6,25 3 6 Perkantoran 186 209 5,68 304

Sumber : Sumber : Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kota Cimahi Dalam Angka 1998 - 2006, Standar Kebutuhan Fasilitas Ketentuan Tekn is Pembangunan Dan Pemanfaatan Ruang Departemen Pu

Keterangan :

- Pendidikan : Jumlah TK, SD, SMP, dan SMA

- Peribadatan : Jumlah Mesjid, Mushola, Langgar, Gereja, Pura, dan Vihara - Kesehatan : Jumlah rumah sakit dan puskesmas

- Perdagangan : Pasar - Transportasi : Terminal

Semakin bertambahnya luas kawasan budidaya maka semakin fasilitas -fasilitas pendukung kawasan budidaya pun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan yang positif di tiap fasilitas perkotaan di Kawasan Bandung Utara. fasilitas yang paling besar laju pertumbuhannya adalah fasilitas perkantoran, sedangkan fasilitas yang paling kecil laju pertumbuhannya adalah fasilitas pendidikan.

Pada Kota Bandung, meskipun wilayahnya hanya 8,61% di Kawasan Bandung Utara, tetapi jumlah fasilitas perkotaannya cukup besar, yaitu yang terbesar adalah 49,53% untuk fasilitas pendidikan dan yang terkecil adalah 31,58% untuk fasilitas perkantoran. Secara keseluruhan, rata -rata fasilitas kota di Kota Bandung dalam Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 34,94%.

Gambar

TABEL III-1
TABEL III-2
TABEL III-3
TABEL III-4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, software LeakSim dapat menyajikan kesimpulan besarnya volume fluida yang mengalir pada posisi bocor untuk berbagai diameter kebocoran dan panjang bocor (panjang

Khusus terkait dengan Aceh, pembahasan di buku ini telah menghadirkan bukti kuat bahwa kerajaan di ujung pulau Sumatra tersebut adalah yang paling aktif

Hasil penelitian menunjukkan adanya bentuk-bentuk kekuasaan laki-laki yang termanifestasi dalam ketidakadilan gender, faktor terjadinya bentuk ketidakadilan gender, pengaruh

Makalah ini bertujuan untuk membangun aplikasi pemodelan persyaratan perangkat lunak menggunakan UML, atau secara khusus, untuk membangun aplikasi pemodelan

Valbury Asia Securities hanya sebagai informasi dan bukan ditujukan untuk memberikan rekomendasi kepada siapa pun untuk membeli atau.. menjual suatu

Anak yang lahir ke dunia itu tidak cukup lahir saja, tetapi juga harus diberi- kan perhatian yang tulus agar bisa mengantarnya menjadi manusia dewasa yang baik.. Sejak hamil, peran

Dengan demikian, usaha-usaha pembenahan organisasi, tingkat kebutuhan sumber daya manusia berkualitas yang terus meningkat, cakupan kegiatan/program yang meluas, lulusan

Penjelasan ini mendukung pendapat Sartono dalam Stein (2012:3) yang menyatakan bahwa semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal, maka semakin meningkatkan