PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/M-IND/PER/8/2010
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menyusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 – 2014;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
2
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
6. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
3
12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
14. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode Tahun 2009-2014;
16. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
17. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 113/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Kakao;
18. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 120/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan; 19. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
137/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan; 20. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
52/M-IND/PER/4/2010 tentang Kedudukan dan Tugas Pejabat Kementerian Perindustrian Dalam Masa Peralihan Struktur Organisasi;
Memperhatikan : Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT.
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
4
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan pengembangan industri Provinsi Sumatera Barat yang memuat sasaran, strategi dan rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Sumatera Barat untuk periode 5 (lima) tahun. 2. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia yang
selanjutnya disebut KBLI adalah pengelompokan kegiatan ekonomi ke dalam klasifikasi usaha.
3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, swasta, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga kemasyarakatan lain.
4. Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Industri Unggulan Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 terdiri dari:
a. Industri Pengolahan Kakao yang meliputi:
1. Industri kakao fermentasi, industri bubuk coklat dan industri pasta coklat (KBLI 10731), dan
2. Industri makanan dari coklat dan industri kembang gula (KBLI 10732).
b. Industri Pengolahan Ikan, yang meliputi :
1. Industri pengalengan ikan dan biota air (KBLI 10221);
2. Industri penggaraman/pengeringan ikan (KBLI 10211);
3. Industri pengasapan ikan (KBLI 10212); 4. Industri pembekuan ikan (KBLI 10213);
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
5
5. Industri pemindangan ikan (KBLI 10214); dan 6. Industri pengolahan pengawetan lainnya untuk ikan
(KBLI 10219).
c. Industri Makanan Ringan meliputi:
1. Industri kerupuk, keripik, peyek dan sejenisnya (KBLI 10794);
2. Industri kue-kue basah (KBLI 10792); dan
3. Industri daging olahan berupa dendeng (KBLI 10130) dan rendang (KBLI 10750).
(2) Peta Panduan industri unggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(3) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan:
a. pedoman operasional bagi Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam menunjang pelaksanaan program pengembangan industri unggulan provinsi secara komplementer dan sinergik; b. pedoman pengembangan industri unggulan provinsi
bagi pelaku industri pengolahan kakao, ikan dan makanan ringan oleh pengusaha dan atau institusi terkait;
c. pedoman dalam mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pengembangan industri unggulan provinsi, antar sektor, antar instansi terkait di pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota);
d. acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Provinsi dalam periode 2010-2014; dan
e. informasi dalam menggalang dukungan sosial – politis dan kontrol sosial atas pelaksanaan kebijakan pengembangan industri unggulan provinsi.
Pasal 3
(1) Rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
(2) Pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan.
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
6
Pasal 4
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat harus membuat laporan kinerja semesteran kepada Menteri atas pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan menteri terkait.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Agustus 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN RI
MOHAMAD S. HIDAYAT
TEMBUSAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada : 1. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II;
2. Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian;
3. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 4. Gubernur Provinsi Sumatera Barat;
5. Bupati/Walikota Di Wilayah Provinsi Sumatera Barat;
6. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Perindustrian; 7. Pertinggal.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 93/M-IND/PER/8/2010
TANGGAL : 30 Agustus 2010
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT
I PENDAHULUAN
II INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi
III INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi
IV INDUSTRI MAKANAN RINGAN 1. Sasaran Pengembangan 2. Strategi Pengembangan 3. Kerangka Pengembangan 4. Rencana Aksi MENTERI PERINDUSTRIAN RI MOHAMAD S. HIDAYAT
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
I. PENDAHULUAN
Provinsi Sumatera Barat menentukan produk pengolahan kakao, ikan dan
makanan ringan sebagai industri unggulannya didasarkan atas pertimbangan
hasil analisa terhadap kondisi dan potensi ekonomi daerah dan potensi
pengembangan lima tahun ke depan serta keterkaitannya dengan industri
penunjang, industri terkait dan industri di provinsi lain.
Dalam rangka mengembangkan industri unggulan tersebut, disusun Peta
Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi tahun
2010-2014, yang memaparkan sasaran pengembangan yang ingin dicapai, strategi
pengembangan serta rencana aksinya.
II. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
1. Sasaran Pengembangan
Sasaran Jangka Menengah (2010 – 2014)
a. Terjalinnya kolaborasi/kemitraan di antara pemangku kepentingan
atau anggota klaster;
b. Meningkatnya mutu kakao yang dihasilkan oleh petani dari
unfermented beans menjadi fermented beans sampai dengan 80%
tahun 2014;
c. Tumbuh dan berkembangnya IKM pengolahan coklat; dan
d. Meningkatnya ekspor produk coklat olahan.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
2
Sasaran Jangka Panjang (2015 – 2025)
a. Terjalinnya kolaborasi yang berkelanjutan;
b. Meningkatnya jumlah IKM berbasis coklat di Sumatera Barat;
c. Meningkatnya diversifikasi produk olahan coklat; dan
d. Meningkatnya ekspor coklat olahan ke berbagai negara.
2. Strategi Pengembangan
Menumbuhkembangkan industri pengolahan kakao dan coklat melalui
pengembangan di sektor on – farm dan off – farm.
3. Kerangka Pengembangan
KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO
Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Industri Pengolahan Kakao dancoklat
Biji kakao, Mesin & Peralatan, Kemasan.
Makanan, minuman dan industri farmasi
Sasaran Jangka Menengah ( 2010 – 2014 ) a. Terjalinnya kolaborasi/kemitraan di antara
pemangku kepentingan atau anggota klaster; b. Meningkatnya mutu kakao yang dihasilkan
oleh petani dari unfermented beans menjadi fermented beans sampai dengan 80% tahun 2014;
c. Tumbuh dan berkembangnya IKM pengolahan coklat; dan
d. Meningkatnya produk ekspor coklat olahan.
Sasaran Jangka Panjang ( 2015 - 2025 ) a. Terjalinnya kolaborasi yang berkelanjutan; b. Meningkatnya jumlah IKM pengolah coklat di
Sumbar;
c. Meningkatnya diversifikasi produk olahan coklat; dan
d. Meningkatnya ekspor coklat olahan ke berbagai negara.
Strategi
Menumbuhkembangkan industri pengolahan kakao dan coklat melalui pengembangan di sektor on-farm dan off-farm.
Pokok Pokok Rencana Tindak Jangka Menengah ( 2010 – 2014 )
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas kakao;
Pokok-Pokok Rencana Tindak Jangka Panjang ( 2015 - 2025 )
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
3 b. Meningkatkan mutu biji kakao;
c. Meningkatkan jaminan pasokan bahan baku industri dalam negeri;
d. Meningkatkan investasi industri pengolahan coklat; e. Meningkatkan kualitas SDM; dan
f. Meningkatkan kolaborasi/kemitraan di antara pemangku kepentingan atau anggota klaster.
coklat; dan
b. Mengembangkan riset dan teknologi untuk pengembangan industri coklat olahan.
Unsur Penunjang Periodisasi Peningkatan Teknologi
a. Tahap Inisiasi (2010 – 2014), Pengembangan teknologi budidaya, pasca panen, pemberantasan hama Penggerek Buah Kakao;
b. Tahap Pengembangan cepat (2015 – 2025) Modifikasi dan pengembangan teknologi pengolahan coklat; dan
c. Tahap Matang (2025 – 2030) industry up grading.
Pasar a. Meningkatkan jaringan pemasaran, promosi
ekspor & efisiensi rantai pemasaran dalam negeri dan luar negeri; b. Meningkatkan kualitas & Pengembangan merk
Indonesia di pasar Internasional; dan
c. Meningkatkan kerjasama pemasaran antar daerah penghasil kakao di Sumbar.
SDM
a. Pelatihan Manajemen Mutu;
b. Peningkatan keahlian dan kemampuan SDM di bidang budidaya, pasca panen kakao;
c. Pendampingan Langsung; d. Bantuan tenaga Ahli; dan e. Magang.
Infrastruktur
a. Meningkatkan peran Litbang dan akademisi; b. Mengembangkan fasilitas gudang dan
pengolahan pasca panen di sentra-sentra produksi; dan
c. Pembangunan infrastruktur lainnya. Lokasi Pengembangan
Kab. Pasaman Barat, Kab. Agam, Kab. Padang Pariaman, Kab. Kep. Mentawai, Kota Padang , Kab. 50 Kota, Kab. Pasaman, Kota Sawahlunto
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
4
4. Rencana Aksi
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO TAHUN 2010-2014
NO RENCANA AKSI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
1 Peningkatan produktivitas tanaman kakao melalui intensifikasi dan ekstensifikasi budidaya kakao Kemen. Pertanian Kemen. Kop. dan UMKM LIPI Disbun Prov. dan kab/Kota Asosiasi Petani Kakao Perguruan Tinggi
2 Peningkatan mutu biji kakao melalui:
a. Pemakaian bibit unggul; Kementan Disbun Prov.dan kab/kota Asosiasi Petani Kakao b. Pengendalian Hama
Penggerek Buah Kakao (PBK);
Kementan Disbun Prov. dan kab/kota
Asosiasi Petani Kakao c. Penerapan SNI; dan BSN
Kementan Disbun Prov. dan kab/kota Asosiasi Petani Kakao d. Peningkatan teknologi pasca panen. Kementan Kemenperin Disbun Prov. dan kab/kota Asosiasi Petani Kakao 3 Fasilitasi Kerjasama Antar
Wilayah Penghasil Biji kakao
Kem. Perind Kem. Pertanian Kemendag Diskoperindag BAPPEDA Disbun Prov. dan kab/Kota Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makana Perguruan Tinggi Lembaga Penelitian
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
5
NO RENCANA AKSI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
4 Pengembangan teknologi industri pengolahan coklat
Kem. Perind LIPI Kement Kop dan UKM Kem. Pertanian BPPT Diskoperindag Disbun Prov. dan kab/Kota BAPPEDA Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan Perguruan Tinggi
5 Kerjasama dengan lembaga penelitian/perguruan tinggi dalam pengembangan industri kakao Kem. Perind. Kem. Pertanian Kemen Kop dan UMKM LIPI Diskoperindag BAPPEDA Disbun Prov. dan kab/Kota Asosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan Lembaga penelitian / Perguruan Tinggi
6 Peningkatan investasi industri pengolahan coklat melalui:
a. Promosi Investasi, melalui: - Pameran Dalam Negeri - Pameran Luar Negeri - Brosur, leaflet, katalog
dan internet Kem. Perind Kem. Pertanian Kemdag Kemenlu Kement.Kop & KUKM Diskoperindag Disbun Prov. & kab/Kota Bappeda Badan Promosi Daerah Asosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan b. Menumbuhkan IKM penghasil produk berbahan baku coklat; dan
Kemenperin Kemen. Kop
& UKM
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
6
NO RENCANA AKSI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
c. Menciptakan iklim usaha yang kondusif (insentif, perizinan dan fiskal)
Kemenperin Kemenkeu Kemendag
Diskoperindag Bappeda
7 Pilot Project Ind. Pengolahan Coklat Kem. Perind Kem. Pertanian Diskoperindag Disbun Prov. dan kab/Kota BAPPEDA Assosiasi petani kakao dan pengusaha makanan Perguruan Tinggi 8 Bantuan Mesin/Peralatan Pengolahan biji kakao
Kem. Perind Kem.
Pertanian Kemen Kop &
UKM LIPI Diskoperindag Disbun Prov. dan kab/Kota Ind.Perme sinan
9 Peningkatan Unit Pengolahan Kakao di Sentra Kem. Perind Kem. Pertanian Diskoperindag Disbun Prov. dan kab/Kota BAPPEDA Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan 10 Peningkatan akses pasar
a. Pembentukan kelembagaan sentra usaha kakao
b. Misi dagang
c. Kerjasama pemasaran antar wilayah produsen d. Kemitraan (petani dengan
pengusaha, Pemda) Kem. Perind Kement Kop & UKM Kem. Perdag Kem. Pertanian Diskoperindag BAPPEDA Disbun Prov. dan kab/Kota Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
7
NO RENCANA AKSI
PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
11 Peningkatan kualitas SDM bagi aparat dan pengusaha a. Diklat pemasaran
b. Pelatihan Kewirausahaan c. Pelatihan Aneka Produk
dari kakao d. Magang kakao
e. Diklat Pengemasan dan lainnya Kem. Perind Kem. Pertanian Kem. Perdag/PPEI Diskoperindag Disbun Prov. dan kab/Kota Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan
12 Bantuan Konsultasi Tenaga Ahli Kem. Perind Kem. Pertanian Kement Kop dan UKM Diskoperindag Dinas Perkebunan Prov. dan kab/Kota Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan Balai Besar Perkebunan
13 Peningkatan kualitas sarana dan prasarana
a. Energi Listrik b. Fasilitasi Gudang
c. Prasarana jalan ke sentra produksi Kem. Perind Kementan Kem.Dag Kem. PU Kem. ESDM Kem.Perhub Kem. Kop &
UKM Kem. PDT BAPPEDA Dinas Perkebunan Provinsi dan kab/Kota Din. Kimpraswil Din. Pertamb. Din. Perhub Assosiasi Petani kakao dan pengusaha makanan Telkom
14 Penguatan permodalan Kem. Perind Kemtan Kem Kop &
UKM Dinas Koperindag Dinas Perkebunan Assosiasi Petani kakao dan pengusaha
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010 8 Kem. Keuangan Lemb Keu/Bank Provinsi & kab/Kota Lemb Keuangan Bank makanan Lembaga Keuangan non bank
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
9
III. INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN
1. Sasaran Pengembangan
Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)
a. Terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penolong;
b. Meningkatnya utilitas kapasitas industri pengolahan hasil perikanan di
dalam negeri;
c. Tumbuhnya ekspor ikan tuna olahan ke berbagai negara, dan
d. Berkembangnya industri pengolahan ikan (ikan kering, surimi, ikan
dalam kaleng, tuna filet dan stick); dan
e. Berkembangnya pangsa pasar produk pengolahan ikan.
Sasaran Jangka Panjang (2015-2025)
a. Berkembangnya teknologi pengolahan hasil perikanan yang lebih
modern dalam rangka meningkatkan mutu produk;
b. Meningkatnya pemanfaatan limbah hasil laut sebagai bahan pakan
ternak dan farmasi/suplemen (gelatin, khitin, chitosan);
c. Termanfaatkannya
air laut dalam (deep sea water) untuk
menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi;
d. Meningkatnya kerja sama antar wilayah penghasil ikan tuna,
pengolahan hasil laut (asin, teri dll) se-Sumbar; dan
e. Berkembangnya IKM di sentra-sentra produksi hasil perikanan
.
2. Strategi Pengembangan
Menumbuhkembangkan industri pengolahan ikan melalui ketersediaan
jaminan pasokan bahan baku, perbaikan sarana prasarana perikanan,
penguatan kelembagaan nelayan, pembudidaya, pengolah, serta
pengembangan investasi dan pemasaran.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
10
3.
Kerangka Pengembangan
KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN
Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Industri PengolahanHasil Perikanan (ikan dalam kaleng, pengeringan ikan,
surimi, ikan asap, dsb).
a. Industri Peralatan Penangkapan Ikan dan Pembudidayaan;
b. Perikanan tangkap dan Budidaya;
c. Industri kimia;
d. Industri pengemasan; dan e. Industri Perkapalan.
a. Industri pakan ternak; b. Industri kerupuk ikan; dan c. Rumah makan, hotel dan
supermarket; dan d. Industri Kerajinan.
Sasaran Jangka Menengah (2010 – 2014)
a.
Terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penolong;b.
Meningkatnya utilitas kapasitas industri pengolahan ikan di dalam negeri;c.
Tumbuhnya ekspor ikan tuna olahan ke berbagai negara, dand.
Berkembangnya industri pengolahan ikan (ikan kering, surimi, ikan dalam kaleng, tuna filet dan stick); dane.
Berkembangnya pangsa pasarproduk pengolahan ikan.
Sasaran Jangka Panjang (2015 – 2025)
a. Berkembangnya teknologi pengolahan hasil perikanan yang lebih modern dalam rangka meningkatkan mutu produk;
b. Meningkatnya pemanfaatan limbah hasil laut sebagai bahan pakan ternak dan farmasi/suplemen (gelatin, khitin, chitosan);
c. Termanfaatkannya air laut dalam (deep sea water) untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi;
d. Meningkatnya kerja sama antar wilayah
penghasil ikan tuna, pengolahan hasil laut (asin, teri dll) se Sumbar; dan
e. Berkembangnya IKM di sentra-sentra produksi hasil perikanan.
Strategi
Menumbuhkembangkan industri pengolahan ikan melalui ketersediaan jaminan pasokan bahan baku, perbaikan sarana prasarana perikanan, penguatan kelembagaan
nelayan, pembudidaya, pengolah, serta pengembangan investasi dan pemasaran. Pokok-Pokok Rencana Aksi Jangka
Menengah (2010 – 2014)
a. Meningkatkan jaminan pasokan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;
b. Meningkatkan kemitraan dan integrasi antara sisi hulu dan sisi hilir;
Pokok-Pokok Rencana Aksi Jangka Panjang (2015 – 2025)
a. Pengembangan teknologi pengolahan ikan; dan
b. Mengembangkan industri perikanan ramah lingkungan.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
11 c. Meningkatkan jaminan mutu dan
keamanan produk industri pengolahan hasil perikanan; dan d. Pengembangan sarana dan
prasarana industri pengolahan hasil perikanan antara lain melalui bantuan mesin/peralatan pengolahan hasil laut ke daerah-daerah yang potensial dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.
Unsur Penunjang Periodisasi Peningkatan Teknologi
a. Tahap Inisiasi (2010-2014), Penerapan Sistem Jaminan Mutu;
b. Tahap Pengembangan Cepat (2015- 2024) Modifikasi & Pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan; dan
c. Tahap Matang (2025-2030), industry upgrading pengolahan ikan. Pasar
a. Mengembangkan merek dan meningkatkan kualitas hasil perikanan Sumatera Barat;
b. Meningkatkan kemampuan pemasaran dan market intelligence; dan
c. Meningkatkan akses dan kemampuan penetrasi pasar
SDM
a. Pelatihan Manajemen Mutu, GMP dan ISO 9000;
b. Peningkatan pengetahuan teknologi, keahlian dan kemampuan SDM di bidang pengolahan hasil perikanan;
c. Pendampingan Langsung; d. Bantuan tenaga ahli; dan
e. Magang ke daerah yang lebih maju.
Infrastruktur
a.Meningkatkan peran litbang dan akademisi; b.Membangun infrastruktur, misalnya cold
storage, peti kemas, energi listrik, transportasi darat; dan
c. Pembangunan infrastruktur lainnya.
Lokasi Pengembangan
Kab. Tanah Datar, Kab. Solok, Kota Padang, Kab. Pesisir Selatan, Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam dan Kab. Pasaman Barat.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
12
4. Rencana Aksi
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN TAHUN 2010-2014
NO RENCANA AKSI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
1 Peningkatan jaminan pasokan bahan baku dan penolong untuk industri
Kem. Perind Kem. KP Dinas KP Prov/Kab/Kot Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota 2 Membangun fasilitas pendukung
penangkapan ikan, yaitu:
a. Dermaga untuk 70 unit kapal ukuran min. 20-30 GT (luas areal 2 ha);
Kem. KP Kem. Per-hubungan Dinas KP Prov/Kab/Kota Dinas Pehubungan PT. Pelindo
b. Tempat pelelangan ikan ; Kem. KP Dinas KP Asosiasi perusahaan industri c. Cold storage ukuran minimal 500 ton
dan cold box, pabrik es dengan kapasitas min 10 ton es balok/curah per hari, PLN, Air bersih dll.
Kem. Perind Kem. KP Kem Kop UKM Dinas KP Prov/Kab/Kot Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota Pelaku usaha PLN
d. Jumlah armada tangkap seperti purse seine, bagan yang telah dimodifikasi ukuran jaringnya (bagan cangih) masing-masing minimal 30 unit kapal,
Kem. Perind Kem. KP Kem. Keu BPPT/LP Dinas KP Prov/Kab/Kot Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota Perusahaan industri Perguruan Tinggi
3 Meningkatkan kemitraan industri pengolahan hasil perikanan dengan nelayan dan pembudidaya
Kem. Perind Kem. KP Kem Kop UKM Dinas KP Prov/Kab/Kot Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota Asosiasi Perusahaan industri
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
13
NO RENCANA AKSI
PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
4 Pengembangan teknologi dan diversivikasi produk Kem. Perind Kem. KP BPPT/LP Dinas KP Prov/Kab/Kota Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota Asosiasi Perusahaan industri Perguruan Tinggi Balai Industri
5 Meningkatkan kemampuan litbang khususnya di bidang Teknologi Mutu
Kem. Perind Kem. KP BPPT/LP Bappeda Prov/Kab/Kota Dinas KP Prov/Kab/Kota Perusahaan industri Perguruan Tinggi Balai Industri
6 Mempermudah akses Kredit untuk nelayan dan pembudidaya dan industri pengolahan ikan Kemen. Perind Kem. KP Kem Kop UKM Kemenkeu Bank Indonesia Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota Lemb Keuangan Bank
7 Memperbaiki mutu produk olahan terutama pada pengolahan skala rumah tangga seperti pengeringan dan pengawetan ikan Kemen. KP BPPT/LP Dinas Koperindag Prov/Kab/Kota Dinas KP Prov/Kab/Kota Perguruan Tinggi Balai Industri
8 Peningkatan kualitas SDM bagi aparat dan pelaku usaha
a. Diklat pemasaran
b. Pelatihan Kewirausahaan c. Pelatihan Pengembangan d. Produk hasil perikanan e. Pelatihan Sistem Mutu;
f. Diklat Pengemasan dan lainnya
Kemen. Perind Kem. KP Kem. Perdag Kem Kop UKM Diskoperindag Dinas KP
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
14
IV. INDUSTRI MAKANAN RINGAN
1. Sasaran Pengembangan
Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)
a. Meningkatnya pengolahan makanan ringan yang higienis
b. Meningkatnya produk pengolahan makanan ringan yang bebas dari
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang;
c. Meningkatnya mutu makanan ringan;
d. Meningkatkan penerapan sertifikat halal dan merek;
e. Meningkatnya pangsa pasar makanan ringan;
f. Meningkatnya kemitraan pengusaha makanan ringan dengan
pengusaha jasa perhotelan dan biro perjalanan; dan
g. Meningkatnya kualitas kemasan.
Sasaran Jangka Panjang (2015-2025)
a.
Adanya industri besar pengolahan di Sumatera Barat;
b.
Terdapatnya pengolahan yang bergizi dan aman dikonsumsi; dan
c.Terdapatnya ekspor makanan ringan Sumatera Barat ke manca
negara.
2.
Strategi Pengembangan
Menumbuhkembangkan industri makanan ringan melalui ketersediaan
jaminan pasokan bahan baku, peningkatan teknologi proses dan
produk, kemasan, penguatan kelembagaan serta pengembangan
kemitraan dan pemasaran.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
15
3. Kerangka Pengembangan
KERANGKA PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN RINGAN
Industri Inti Industri Penunjang Industri Terkait Industri makanan ringan(rendang, dendeng, kerupuk dan kue basah)
Ind. Mesin Peralatan, Ind Kemasan
Restoran, Supermarket
Sasaran Jangka Menengah (2010 – 2014) a. Meningkatnya pengolahan makanan
ringan yang higienis
b. Meningkatnya produk pengolahan makanan ringan yang bebas dari Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dilarang;
c. Meningkatnya mutu makanan ringan; d. Meningkatkan penerapan sertifikat
halal dan merek;
e. Meningkatnya pangsa pasar makanan ringan;
f. Meningkatnya kemitraan pengusaha pangan dengan pengusaha jasa perhotelan dan biro perjalanan; dan g. Meningkatnya kualitas kemasan.
Sasaran Jangka Panjang (2015-2025) a. Adanya industri besar pengolahan di
Sumatera Barat;
b. Terdapatnya pengolahan yang bergizi dan aman dikonsumsi; dan
c. Terdapatnya ekspor pangan Sumatera Barat ke manca negara.
Strategi
Menumbuhkembangkan industri makanan ringan melalui ketersediaan jaminan pasokan bahan baku, peningkatan teknologi proses dan produk, kemasan, penguatan kelembagaan serta pengembangan kemitraan dan pemasaran.
Unsur Penunjang Periodisasi Peningkatan Teknologi
a. Tahap Inisiasi (2010-2014), Penerapan Sistem Jaminan Mutu; b. Tahap Pengembangan Cepat
(2015-2024) Modifikasi & Pengembangan teknologi pengolahan pangan; dan
SDM
a. Pelatihan Manajemen Mutu, GMP dan ISO 9000;
b. Peningkatan pengetahuan teknologi, keahlian dan kemampuan SDM di bidang pengolahan pangan;
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
16
c. Tahap Matang (2025-2030), industry upgrading.
Pasar
a. Meningkatkan kemampuan pemasaran dan market intelligence; b. Meningkatkan akses dan kemampuan
penetrasi pasar ekspor; dan
c. Promosi ekspor dan fasilitasi perdagangan.
d. Bantuan tenaga ahli; dan
e. Magang ke daerah yang lebih maju. Infrastruktur
a. Meningkatkan peran Balai POM dan Litbang.
Lokasi Pengembangan
Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kota Payakumbuh, Kota Tanah Datar, Kab. 50 Kota, Kab. Padang Pariaman dan Kota Solok.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
17
4. Rencana Aksi
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN RINGAN TAHUN 2010-2014
NO RENCANA AKSI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pemetaan pengadaan bahan baku (ubi kayu, kacang, daging, susu, beras)
Kementrian Pertanian Dis. tanaman pangan Dinas Peternakan DKP Bappeda Gapoktan Asosiasi peternak Kelompok nelayan 2 Peningkatan tingkat hygenis
dalam proses produksi
Kementrian Perindustrian Kem. Kop UKM BPPT Diskoperindag, Balai POM Perguruan tinggi Bappeda Pelaku usaha
3 Diversifikasi produk melalui teknologi terapan Kementerian Perindustrian BPPT Disperindagkop Bappeda Pelaku usaha Asosiasi pengusaha makanan ringan 4 Perkuatan modal Kementrian
Perindustrian Kemtan Kem Kop &
UKM Kem. Keuangan Lemb Keu/Bank Disperindagkop Lemb Keuangan Bank Assosiasi pengusaha makanan Lembaga Keuangan non bank
5 Peningkatan mutu kemasan Kementrian Perindustrian Kem Budpar Diskoperindag, Dis Parsenibud BKPM Perhotelan dan biro perjalanan
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 93/M-IND/PER/8/2010
18
NO RENCANA AKSI PEMANGKU KEPENTINGAN TAHUN
PUSAT DAERAH SWASTA LAIN-LAIN 2010 2011 2012 2013 2014
Pelaku usaha 6 Sosialisasi dan penerapan
SNI/ ISO 9000
Kemen. Perdagangan, Kem Kop UKM
Diskoperindag
7 Sosialisasi dan penerapan label halal Kemen. Perdagangan MUI Diskoperindag 8 Membangun lembaga pemasaran secara bersama
Kemen. Perindustrian Kem Dag Kem Kop UKM
Diskoperindag KADIN 9 Membangun kemitraan dengan kegiatan kepariwasataan Kemen. Perin Kemen.Perdag Kemen. Kop. UKM Kem. Budpar Diskoperindag, Dis Parsenibud KADIN
10 Peningkatan ekspor produk pangan Kementrian Perindustrian Kementrian Perdagangan Diskoperindag KADIN