• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Bambu Sembilang

Bambu memiliki bagian-bagian yang menjadi ciri-ciri morfologinya sehingga dapat digunakan untuk membedakan bambu dengan tumbuhan lain maupun dalam menentukan tiap jenisnya. Menurut Widjaja (2001) bagian-bagian bambu terdiri dari akar rimpang, rebung, buluh, pelepah buluh, percabangan, helai daun, dan pelepah daun.

5.1.1 Buluh dan pelepah buluh

Buluh bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus Munro) berbentuk bulat dan berwarna hijau (Gambar 3). Arah tumbuh dari spesies bambu tersebut adalah tegak lurus (erectus). Pada buluh yang masih muda ditutupi pelepah buluh berawarna coklat. Pelepah buluh tersebut menutupi buluh pada tiap-tiap ruasnya. Panjang ruas bambu Sembilang antara 23-37 cm.

Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah daun pelepah buluh. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi pelepah bambu tersebut akan luruh (Widjaja, 2001). Posisi pelepah buluh bambu sembilang adalah tegak dengan panjang 6 cm (Gambar 4).

Gambar 3 Buluh bambu sembilang. Gambar 4 Pelepah buluh bambu sembilang.

(2)

Tinggi buluh bambu sembilang di Arboretum Bambu Kampus Darmaga saat ini mencapai tingga sekitar 7 m dengan diameter antara 4,7-7,9 cm. Menurut Sutarno et al. (1996) bambu sembilang memiliki ukuran raksasa dengan tinggi mencapai 15-30 m dengan diameter pada pangkal mencapai 18-25 cm. panjang ruas-ruasnya mencapai 25-50 cm dengan tebal dinding mencapai 2,5 cm. Buluh bambu sembilang pada saat tua berwarna hijau kusam (Irawan et al. 2006).

5.1.2 Percabangan

Percabangan umumnya terdapat di atas buku-buku atau ruas-ruas bambu. Menurut Irawan et al. (2006) marga Dendrocalamus memiliki percabangan 5-15 cabang dengan satu cabang utama yang lebih besar disebut polykotome unequal.

Berdasarkan hasil pengamatan jarak percabangan pada bambu sembilang adalah 193 cm diatas permukaan tanah. Menurut Irawan et al. (2006) jarak percabangan pada spesies Dendrocalamus giganteus muncul pada jarak 2-4 meter diatas permukaan tanah.

5.1.3 Rebung

Tunas atau batang-batang bambu muda yang baru muncul dari permukaan dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung tumbuh dari kuncup akar rimpang didalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua (Widjaja, 2001).

(3)

Pada saat pengamatan tidak ditemukan adanya pertumbuhan rebung bambu sembilang di Arboretum Bambu. Menurut Irawan et al. (2006) bentuk rebung dari bambu sembilang adalah mengerucut dengan warna pelepah rebung hijau keunguan. Miang atau bulu-bulu yang menutupi pelepah rebung berwarna hitam. Gambar 6 merupakan contoh rebung bambu sembilang yang dapat tumbuh dengan baik.

5.1.4 Daun

Helai daun merupakan bagian daun terpenting, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya, disebut pula sebagai sifat daunnya (Tjitrosoepomo 2007). Berdasarkan hasil pengamatan helai daun bambu sembilang memiliki bentuk bangun oblogo lanceolatus atau memanjang sampai bangun lanset. Selain itu juga memiliki tipe pertulangan sejajar. Ujung dari helai daun tersebut adalah runcing dengan pangkalnya berbentuk runcing serta dengan tepi daun rata

Menurut Widjaja (2001) helai daun dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau pendek. Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga ligula. Kuping pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau tidak tampak.

Gambar 6 Rebung Bambu Sembilang (Gambar diambil di Kebun Raya Bogor).

(4)

5.2 Analisis Kondisi Rumpun 5.2.1 Buluh

a. Produksi buluh

Bambu sembilang termasuk ke dalam jenis bambu raksasa yang memiliki diameter buluh yang besar pada saat dewasa. Pada saat dewasa bambu sembilang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 15-30 m dengan diameter pada pangkal mencapai 18-25 cm (Sutarno et al. 1996).

Namun kondisi bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu tidaklah demikian. Bambu sembilang yang berada di Arboretum bambu hanya berjumlah satu rumpun dengan kondisi buluh yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil perhitungan jumlah buluh bambu sembilang di Arboretum Bambu No Kategori Buluh Keliling

(cm)

Diameter (cm) Jumlah 1 Anakan - - 0 2 Dewasa 15-24 4,7-7,6 6

Total 6

Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah buluh dalam rumpun tersebut adalah 6 buah dengan kondisi buluh tersebut adalah buluh dewasa. Buluh-buluh tersebut memiliki diameter kecil yaitu antara 4,7-7,6 cm. menurut Sutarno et al. (1996) buluh bambu sembilang pada saat dewasa dapat mencapai 18-25 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan kerusakan pada Gambar 8 Helai daun bambu sembilang. Gambar 7 Daun bambu sembilang.

(5)

bambu sembilang ini sangat tinggi sehingga buluh-buluh bambu sembilang tidak dapat berkembang dengan baik.

Berdasarkan jumlah buluh bambu sembilang yang berjumlah 6 buah menunjukkan bahwa bambu sembilang tidak tumbuh dengan baik karena jumlah buluh yang tumbuh dalam rumpun sedikit. Apabila dilihat dari tipe perakarannya, bambu sembilang termasuk bambu dengan akar berbentuk simpodial sehingga bambu tersebut memiliki rumpun yang rapat. Sedangkan bila dilihat dari umur bambu tersebut yang berkisar 15 tahun, seharusnya buluh bambu tersebut sudah tumbuh rapat. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Erizal (1997) bahwa dengan bertambahnya umur rumpun bambu maka pertambahan jumlah rebung setiap tahunnya akan meningkat pula.

Sedikitnya jumlah buluh yang tumbuh pada bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga banyak disebabkan oleh perbuatan manusia. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya buluh-buluh yang rusak akibat penebangan yang dilakukan secara kasar. Penebangan buluh yang tidak mengikuti teknik yang benar menyebabkan kelangsungan hidup rebung maupun buluh baru terganggu (Charomaini 2009).

Pertumbuhan buluh pada generasi pertama berukuran kecil-kecil. Kemudian pada umur dua tahun, buluh-buluh baru yang bermunculan berukuran lebih besar dibanding ukuran buluh pada buluh generasi kedua, demikian seterusnya sehingga pada umur 3-8 tahun buluh-buluh sudah berukuran normal (Allo 2009). Menurut Sutarno et al. (1996) rumpun bambu sembilang yang telah tua bisa menghasilkan 3-4 buluh pertahun. Pada umur 15-16 tahun produksi dan hasil buluh dapat mencapai ukuran maksimum.

b. Diameter buluh

Bambu memiliki diameter yang konstan. Diameter bambu akan menjadi konstan setelah mengembangkan tunas-tunas dan daunnya. Dalam waktu yang sangat cepat dan tidak tersaingi oleh tanaman lain, buluh-buluh yang tua akan mencapai ketinggian yang tetap. Perkembangan selanjutnya adalah berupa pembentukan cabang dari ruas-ruas cabang dan penebalan dinding batang, namun diameter batangnya tidak bertambah (Nadaek 2009).

(6)

Tabel 5 Diameter buluh yang patah

No Skala Diameter (cm) Jumlah

1 0-5 1

2 6-10 15

3 11-15 13

Jumlah 29

Buluh bambu yang ditebang sebanyak 29 buah. Buluh tersebut memiliki diameter yang bermacam-macam. Berdasarkan Tabel 5 diameter buluh yang ditebang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu diameter dengan skala 0-5 cm sebanyak satu buah, 6-10 cm sebanyak 15 buah, dan 11-15 cm sebanyak 13 buah.

Diameter buluh bambu sembilang dapat tumbuh mencapai 18-25 cm (Sutarno et al. 1996). Diameter buluh bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga mencapai 14,01 cm. Namun buluh bambu dengan diameter tersebut telah ditebang. Adapun buluh bambu yang masih tersisa memiliki diameter antara 4,7-7,9 cm. Sedangkan diameter yang sudah ditebang adalah 5,73-14,01 cm. Hal ini menunjukkan bahwa buluh bambu yang tersisa adalah buluh bambu dengan diameter kecil. Kecilnya diameter bambu yang masih hidup dapat disebabkan karena bambu mengalami kekurangan unsur hara terutama unsur N. Nitrogen ini penting karena nitrogen diperlukan dalam proses pertumbuhan vegetatif yaitu pertambahan panjang dan diameter (Andoko 2003) c. Kerusakan buluh

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa jumlah buluh yang mengalami kerusakan berjumlah 32 buluh. Sebanyak 29 (91%) buah buluh rusak akibat penebangan dan 3 (9%) buah buluh akibat patah (Gambar 9).

91% 9%0%0%

Jenis Kerusakan

Penebangan Patah

(7)

Kerusakan yang terjadi pada bambu sembilang dapat dilihat pada Gambar 10. Kerusakan ini merupakan kerusakan yang baru terjadi sehingga dapat diamati secara langsung karena meninggalkan bekas yang belum hilang akibat proses pelapukan. Dalam gambar tersebut dapat diketahui bahwa penebangan yang dilakukan dengan kasar dan masih menyisakan buluh yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sisa potongan buluh tersebut dapat menyebabkan pembusukan sehingga menghambat pertumbuhan tunas baru. Diperkirakan ada banyak kerusakan lagi namun bekas kerusakan tersebut telah hilang karena terjadi proses pelapukan pada waktu yang cukup lama.

Apabila dibandingkan dengan jumlah buluh yang masih tumbuh, jumlah buluh yang mengalami kerusakan sangat banyak. Banyaknya kerusakan buluh dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan buluh baru. Menurut Sindoesuwarno (1963) diacu dalam Sonisa (1995) menyatakan bahwa cara menebang batang bambu dari rumpun-rumpunnya adalah sama pentingnya dengan menentukan rotasi dan pemeliharaan rumpun. Apabila penebangan rumpun tidak dilakukan dengan hati-hati maka hasilnya adalah perusakan yang bisa menurunkan produksi batang per rumpun.

Teknik penebangan yang dapat dilakukan adalah menggunakan teknik tebang pilih. Buluh yang dipilih untuk ditebang harus memiliki umum yang tua. Menurut Nadaek (2009) cara penebangan bambu dilakukan dengan meninggalkan

(8)

beberapa cm diatas permukaan tanah dan menjaga rebung yang masih tumbuh. Menurut Sindoesuwarno (1963) diacu dalam Sonisa (1995) penebangan sebaiknya dilakukan pada musim kering. Hal ini disebabkan pada musim kering buluh bambu tidak mengandung air yang berlebihan dan tidak terjadi perebungan. Selain itu juga disebabkan karena pada musim hujan kandungan pati pada bambu sangat tinggi sehingga akan cepat mengundang hama pengganggu berupa kumbang gerek (bubuk) (Departemen Kehutanan 2008).

5.2.2 Rebung

a. Pertumbuhan rebung

Pertumbuhan dan perkembangan rumpun bambu diawali dengan tumbuhnya tunas-tunas baru pada pangkal bibit di dalam tanah (Allo 2009). Pertumbuhan rebung pada musim hujan lebih cepat dibandingkan pada musim kemarau (Nadaek 2009).

Selama penelitian yang dilakukan di Arboretum Bambu Kampus Darmaga, tidak ditemukan tumbuhnya tunas-tunas baru yang tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat tekanan kerusakan sangat tinggi karena bambu tersebut tidak mampu untuk melakukan regenerasi. Pertumbuhan tunas ini sangat penting karena tiap rebung atau tunas yang tumbuh bisa menjadi batang/buluh bambu (Erizal 1997). Pada Gambar 11 merupakan contoh rebung yang dapat tumbuh dengan baik.

Gambar 11 Rebung bambu sembilang yang akan menjadi buluh (Gambar diambil di Kebun Raya Bogor)

(9)

b. Produktivitas rebung

Produktivitas rebung merupakan jumlah rebung yang dapat dihasilkan oleh tiap rumpun dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan rebung pada suatu rumpun dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, jenis bambu, asal bambu dan umur rumpun bambu (Erizal 1997). Sedangkan menurut Gunawan (2001) jarak tanam dapat mempengeruhi produktivitas rebung.

Menurut Sutarno et al. (1996) 50 rumpun bambu sembilang/ha/tahun dapat menghasilkan 200 rebung. Apabila dilakukan perkiraan produktivitas rebung bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu adalah sekitar 60 rebung dengan asumsi bahwa umur rumpun adalah 15 tahun dan tidak ada kematian serta gangguan pada rebung.

c. Kerusakan rebung

Berdasakan hasil pengamatan yang dilakukan, tidak ditemukan rebung yang tumbuh pada spesies bambu sembilang. Bekas pengambilan rebung bambu juga sudah tidak ditemukan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa rumpun bambu tersebut tidak mampu melakukan regenarasi.

5.3 Identifikasi Kerusakan

Kerusakan rumpun bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga telah mengalami kerusakan yang parah. Tingkat kerusakan pada bambu sembilang ini memiliki tingkat kerusakan yang parah. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu oleh manusia dan lingkungan. 5.3.1 Kerusakan disebabkan oleh manusia

Arboretum Bambu Kampus Darmaga berada diperbatasan dengan wilayah masyarakat yaitu Kampung Leuwikopo sehingga masyarakat dapat mengaksesnya dengan mudah. Letak strategis Arboretum Bambu menjadikannya sebagai konektor antara Kampus IPB dengan Kampung Leuwikopo. Menurut Dinata (2009) sebagian mahasiswa dan staf IPB, serta warga Kampung Leuwikopo menjadikan Arboretum Bambu sebagai jalur perlintasan Aktivitas melintas di Arboretum Bambu bersifat harian dengan intensitas yang cukup tinggi . Dengan tidak adanya pengawasan terhadap keberadaan bambu yang ada maka masyarakat dapat dengan mudah memasuki kawasan tersebut.

(10)

Mudahnya aksesibilitas dan tidak adanya pengawasan dari pengelola menyebabkan masyarakat dapat memanfaatkan bambu dengan mudah. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut dilakukan tanpa menggunakan teknik-teknik yang benar. Hal ini terjadi pada bambu sembilang. Banyak kerusakan pada bambu sembilang yang ditimbulkan oleh masyarakat. Kerusakan tersebut sering dilakukan pada buluh dan rebung. Kerusakan yang terjadi pada bambu sembilang dapat dilihat pada Gambar 12.

Masyarakat sering menebang buluh terutama buluh-buluh yang telah mencapai ukuran yang besar. Penebangan buluh ini dilakukan secara kasar dan meninggalkan bekas tebangan (tunggul). Tunggul yang masih menyisakan ruas-ruas bambu dapat menghalangi masuknya sinar matahari dan udara. Selain itu tunggul-tunggul yang mengalami pembusukan akibat ditumbuhi jamur dapat menyebabkan pertumbuhan tunas baru terganggu.

Rebung bambu sembilang dapat dimanfaatkan terutama sebagai bahan makanan. Rebung merupakan bagian bambu yang paling sering diambil oleh masyarakat. Pengambilan rebung ini digunakan untuk konsumsi pribadi dan karena desakan ekonomi (Gunawan 2001). Pengambilan rebung yang dilakukan secara terus menerus maka dapat menyebabkan tidak tumbuhnya buluh baru. Apabila kegiatan ini tidak dihentikan maka proses pertumbuhan bambu akan terhenti dan dapat menimbulkan kematian pada spesies ini.

(11)

5.3.2 Kerusakan disebabkan oleh lingkungan

Kondisi lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi pertumbuhan bambu. Kondisi lingkungan yang dapat mengganggu pertumbuhan bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu Kampus Darmaga diantaranya adalah jarak tanam, persaingan, iklim dan jenis tanah.

Jarak tanam dapat memberikan pengaruh pada pertambahan tinggi suatu spesies bambu (Gunawan 2001). Jarak rumpun spesies bambu sembilang dengan spesies bambu yang lain adalah 6,21 m. Jarak rumpun tersebut tergolong rendah karena pada saat dewasa rumpun bambu sembilang memiliki ukuran yang besar. Rendahnya jarak rumpun ini disebabkan karena jarak tanam yang rendah pula. Jarak tanam yang rendah dapat menyebabkan kerapatan pada suatu ekosistem bambu menjadi tinggi. Dengan kerapatan yang tinggi dapat menyebabkan cahaya yang mencapai tanah di bawah tegakan bambu menjadi lebih sedikit sehingga persaingan dalam penggunaannya lebih diarahkan pada pertumbuhan tinggi (Gunawan 2001).

Persaingan yang terjadi terutama adalah persaingan makanan yang terdapat didalam tanah dan cahaya. Persaingan ini dapat terjadi karena jarak rumpun yang terlalu dekat dengan spesies lain. Rumpun bambu sembilang saat ini kondisinya adalah hampir sebagian besar bagiannya tertutup oleh tajuk-tajuk bambu spesies lain sehingga intensitas matahari yang dapat diterima sedikit.

Faktor iklim memberikan pengaruh tersendiri terhadap kerusakan bambu sembilang. Menurut Berlian dan Rahayu (1995) diacu dalam Dewi (1998) menyatakan bahwa suhu yang cocok untuk pertumbuhan bambu berkisar antara 8.80 – 360 C dengan CH minimum 1020 mm/th dan kelembaban relatif minimum 80%. Berdasarkan hasil penelitian Dinata (2009) suhu rata-rata di Arboretum Bambu per tahun sebesar 25-33 derajat celcius dan nilai rata-rata curah hujan di Arboretum bambu sepanjang tahun 2002-2006 adalah 344,72 mm/thn. Kondisi iklim tersebut sudah cocok untuk pertumbuhan bambu.

Selain suhu dan kelembaban, angin juga dapat menyebabkan kerusakan. Kecepatan angin yang tinggi dapat menyebabkan buluh-buluh bambu patah. Pada bambu sembilang angin memberikan dampak tidak langsung seperti patahan

(12)

buluh bambu spesies lain yang disebabkan oleh angin menimpa buluh bambu sembilang sehingga buluh bambu sembilang menjadi patah (Gambar 13).

Kondisi tanah dapat memberikan pengaruh kerusakan terutama pada proses pertumbuhan. Tanah merupakan sumber unsur hara yang sangat diperlukan oleh semua jenis tumbuhan untuk proses metabolismenya.

Jenis tanah di Arboretum Bambu adalah tanah latosol coklat kemerahan yang terbentuk dari bahan tuf vulkan intermedier. Kadar pH tanahnya masam, yakni pada kisaran 5,6 dengan kandungan bahan organik yang cukup. Tanah tersebut, memiliki kedalaman solum lebih dari 90 cm (Dinata 2009). Jenis tanah latosol merupakan tanah dengan ciri-ciri mempunyai warna merah hingga kuning dan memiliki kandungan bahan organik yang sedang. Jenis tanah ini kurang cocok untuk ditanami bambu sembilang. Hal ini disebabkan karena pada habitat alaminya bambu sembilang dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah aluvial yang subur (Sutarno et al. 1996).

5.4 Program Konservasi Bambu Sembilang

Berdasarkan analisis kondisi rumpun bambu sembilang di Arboretum Bambu , maka perlu dilakukan beberapa program konservasi untuk mempertahankan keberadaan bambu sembilang agar tetap tumbuh secara baik.

Konservasi ex-situ merupakan kegiatan yang dilakukan di luar habitat aslinya. Adapun program-program yang dapat dilakukan secara ex-situ

(13)

diantaranya adalah pemberian pupuk, pembersihan rumpun dan lingkungan, pemasangan pagar, papan interpretasi, dan perbanyakan individu.

5.4.1 Pemberian pupuk

Pemberian pupuk dilakukan untuk memberikan tambahan nutrisi. Hal ini dikarenakan oleh tingginya persaingan antar rumpun bambu. Selain itu juga karena disebabkan kondisi tanah di Arboretum Bambu kurang subur. Menurut Dinata (2009) jenis tanah di Arboretum Bambu adalah tanah latosol. Tanah latosol kurang cocok untuk ditanami bambu sembilang karena dihabitat alaminya bambu sembilang dapat hidup pada jenis tanah aluvial yang kaya unsur hara.

Pemberian pupuk dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar rumpun terlebih dahulu. Setelah itu pupuk dibenamkan secara melingkar mengelilingi rumpun bambu kemudian disiram agar pupuk menyatu dengan tanah dan mudah diserap oleh tanaman (Nadaek 2009). Pemberian pupuk dapat menggunakan pupuk buatan dan pupuk organik (pupuk kandang dan pupuk kompos). Menurut Andoko (2005) pemberian pupuk pada musim hujan dan musim kemarau berbeda karena pertumbuhan bambu pada musim-musim tersebut berbeda. Pada musim hujan bambu memasuki pertumbuhan vegetatif yaitu pertambahan panjang dan diameter sehingga pupuk yang diberikan harus menggunakan pupuk yang banyak mengandung N (nitrogen). Pada musim kemarau bambu memasuki pertumbuhan generatif yang ditandai dengan pembentukan tunas-tunas tanaman sehingga pupuk yang diberikan banyak mengandung P dan K.

Pupuk urea (NH2CONH2) merupakan pupuk yang mengandung unsur N yang tinggi. Pemberian pupuk urea (NH2CONH2) dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan buluh bambu dan serasah daun sebagai pucuk alami yang juga dapat membantu pertumbuhan tanaman (Nadaek 2009).

Pupuk organik merupakan pupuk yang lebih dianjurkan penggunaannya dari pada pupuk yang lain. Hal ini disebabkan karena pupuk organik merupakan pupuk lengkap yang dapat meningkatkan : (1) humus di dalam tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia, (3) meningkatkan kapasitas menahan panas dari tanah dan mempertahankan kelembaban dan kesuburan tanah (Qui dan Fu (1985) diacu dalam Azis (1997)).

(14)

5.4.2 Pembersihan rumpun dan lingkungan

Pembersihan rumpun yang dimaksud adalah membersihkan sisa-sisa penebangan atau tunggul. Hal ini dilakukan karena tunggul yang memiliki satu atau lebih ruas buluh akan mengeluarkan cabang dan daun yang dapat menghalangi masuknya udara dan cahaya serta akan mempersulit panen selanjutnya. Selain itu, tunggul juga akan menghalangi pertumbuhan rebung dan pertumbuhan buluh karena banyak nutrisi yang masih dialirkan ke tunggul sehingga distribusi energi tidak efektif.

Pembersihan lingkungan merupakan kegiatan pemangkasan tajuk-tajuk dari spesies bambu lain yang menutupi rumpun bambu sembilang. Pemangkasan ini bertujuan untuk memberikan ruang sinar matahari. Bambu sembilang termasuk jenis tumbuhan intoleran sehingga dalam pertumbuhannya bambu memerlukan sinar matahari secara langsung.

5.4.3 Pemasangan pagar

Melihat kerusakan yang terjadi banyak disebabkan oleh manusia maka pemasangan pagar penting untuk dilakukan. Tidak ditemukannya pertumbuhan rebung bambu sembilang menunjukkan bahwa spesies bambu tersebut mengalami tekanan yang tinggi sehingga tidak mampu melakukan regenarasi. Untuk Gambar 14 Kondisi lingkungan

bambu sembilang. Gambar 15 Tajuk spesies bambu lain yang menutupi rumpun bambu sembilang.

(15)

mengurangi hal tersebut maka dilakukan pemagaran agar apabila terjadi pertumbuhan rebung tidak mendapat gangguan.

Pemagaran ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pagar setinggi satu meter menggunakan anyaman bambu sehingga dapat menutupi rumpun bambu terutama rebung bambu yang menjadi daya tarik manusia.

5.4.4 Pemasangan papan interpretasi

Informasi mengenai bambu sembilang dapat dikatakan sangat sedikit jumlahnya. Sehingga perlu dilakukan penggalian informasi dan penyebaran informasi. Masyarakat disekitar kampus kurang memiliki pengetahuan mengenai spesies ini sehingga diperlukan suatu upaya untuk memberikan informasi tersebut. salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan informasi tersebut dapat dilakukan dengan membuat papan interpretasi disekitar rumpun bambu sembilang.

Pemasangan papan interpretasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat ekologi bambu sembilang. Papan interpretasi ini dapat berisi deskripsi spesies bambu sembilang dan manfaat ekologi bambu sembilang. Selain itu, papan interpretasi ini juga dapat berupa himbauan atau larangan pengambilan dan perusakan rumpun bambu sembilang. 5.4.5 Perbanyakan individu

Jumlah rumpun bambu sembilang yang hanya berjumlah satu rumpun dengan kondisi mengalami kerusakan menyebabkan kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup spesies tersebut. sedikitnya jumlah rumpun dan kondisi kerusakan yang cukup tinggi juga didukung dengan pertumbuhan yang lambat. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk tetap menjaga kelestarian spesies bambu tersebut. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan perbanyakan individu.

Perbanyakan ini dapat dilakukan dengan membuat bibit dengan menggunakan bahan bibit yang tidak merusak indukan yang ada. Perbanyakan individu dengan menggunakan bahan bibit yang tidak merusak dapat dilakukan dengan menggunakan buluh yang rusak akibat patahan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik perbanyakan stek buluh dan stek cabang dapat menghasilkan enam bibit dengan rincian tiga bibit

(16)

yang berasal dari buluh dan tiga dari cabang (Gambar 16). Bahan stek ini diperoleh dari buluh yang patah.

Perbanyakan individu bambu harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan teknik yang benar. Hal ini dikarenakan perbanyakan individu bambu sembilang belum banyak dilakukan dan memiliki persentase keberhasilan yang rendah. Dalam pembuatan bibit stek buluh maupun stek cabang perlu dilakukan teknik pemotongan yang benar agar buluh yang dipotong tidak mengalami kerusakan. Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan gergaji agar ruas-ruas buluh tidak pecah. Selain itu juga dapat menggunakan golok namun pada saat pemotongan harus diberi alas dan dengan sekali tebas agar buluh tidak pecah.

Perbanyakan individu bambu sembilang yang telah dilakukan belum berhasil, baik dari stek batang maupun stek cabang. Berdasarkan hasil penelitian Rumawas (1994) menyatakan bahwa dengan berbagai perlakuan keberhasilan stek batang bambu Sembilang masih di bawah 20% sedangkan untuk stek cabang dengan diameter 0,5-1,0 cm belum berhasil.

Belum berhasilnya kegiatan perbanyakan individu yang dilakukan oleh penulis disebabkan oleh beberapa hal yaitu indukan, proses pembuatan bibit dan perawatan. Indukan yang digunakan dalam perbanyakan individu adalah indukan bambu sembilang di Arboretum Bambu yang telah mengalami kerusakan. Kondisi ini memberi pengaruh terhadap kondisi bibit yang dihasilkan karena bambu yang

(17)

awalnya sudah rusak maka seterusnya akan tumbuh batang yang kualitasnya kurang bagus (Departemen Kehutanan 2008).

Proses pembuatan bibit dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit stek. Apabila proses pembuatan dilakukan dengan tidak benar maka dapat meningkatkan stres pada bahan bibit. Pada saat pemotongan bahan bibit tidak dilakukan dengan sekali tebas atau menggunakan gergaji sehingga menyebabkan pecahnya bahan bibit. Pecahnya bahan bibit ini yang menyebabkan meningkatnya stres bibit. Stres bibit stek yang cukup tinggi ini menyebabkan kematian stek karena tidak diimbangi dengan pemberian hormon yang sesuai.

5.5 Strategi Konservasi Bambu Sembilang

Kerusakan bambu Sembilang termasuk dalam kerusakan yang tinggi. hal ini diindikatorkan dengan tidak terjadinya proses pertumbuhan rebung. Pertumbuhan rebung ini penting karena pertumbuhan rebung merupakan proses regenerasi bambu agar bambu dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Selain itu indikator lain adalah adanya penurunan jumlah buluh. Penurunan jumlah buluh ini dapat diketahui berdasarkan kondisi umur dan jumlah buluh yang seharusnya tumbuh. Kondisi dilapangan adalah rumpun bambu sembilang hanya memiliki enam buluh yang masih hidup sedangkan buluh-buluh yang mendominasi dalam rumpun tersebut telah ditebang.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan strategi untuk menyelamatkan bambu sembilang yang berada di Arboretum Bambu. Penentuan strategi untuk mengkonservasi bambu sembilang dapat menggunakan faktor-faktor yang menjadi sumber kerusakan sebagai dasarnya. Selain menggunakan sumber kerusakan, hasil analisis rumpun perlu diikutsertakan dalam dasar penentuan strategi konservasi bambu sembilang di Arboretum Bambu agar tujuan dalam kegiatan konservasi lebih terarah. Adapun proses penentuan strategi konservasi bambu sembilang seperti tercantum dalam Gambar 17.

(18)

33   

 

Gambar 17 Skema strategi konservasi bambu sembilang.

Produktivitas Pertumbuhan Kerusakan Rumpun Bambu Sembilang Kerusakan Manusia Lingkungan Analisis rumpun Buluh Rebung Diameter Produksi Kerusakan Pemasangan pagar Pemasangan papan interpretasi Pemberian pupuk

Pembersihan rumpun dan lingkungan Program Konservasi

Pengamanan Pemeliharaan Perbanyakan individu

6 buluh dewasa Buluh dewasa : 4,7-7,9 cm 91 % tebangan 9 % patahan Tidak ditemukan 4 buluh/tahun Pemanfaatan tinggi

Gambar

Gambar 3  Buluh bambu sembilang. Gambar 4  Pelepah buluh bambu  sembilang.
Gambar 5  Percabangan bambu Sembilang.
Gambar 6 merupakan contoh rebung bambu sembilang yang dapat tumbuh dengan  baik.
Tabel 4  Hasil perhitungan jumlah buluh bambu sembilang di Arboretum Bambu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Makhluk hidup Mempunyai komposisi kimia tertentu yang terdiri dari unsur – unsur Karbon , Hidrogen , Oksigen , Nitrogen , Belerang , atau Sulfur , Fosfor dan sedikit Mineral.

Seluruh berkas asli yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas (Khusus Ijazah, cukup menunjukan fotocopy

dalam hal pencapaian kinerja pengelolaan modal penyertaan melalui unit usaha otonom tidak optimal, pengurus dan pemodal dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain

3 Pimpinan Perusahan dapat mewakilkan kehadiran selama proses pembuktian kualifikasi kepada pengurus perusahaan yang namanya tercantum dalam Akte

dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik

Berdasarkan hasil rata-rata yang diperoleh maka perlakuan terbaik dalam laju fotosintesis tanaman air Hydrilla Verticillata adalah perlakuan kelima (P4) dengan

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu upaya mengimplementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menjadi kegiatan pembelajaran

Fakat menkabeye göre Erkeri ne kadar olduğu belli olmayan eski bir zamanda Haşan Baba (155) ve Mustafa Baba adlı Bektaşî azizleri tarafından ziyaret edilmiş olup İkincisi