Pengaruh Side Hop dan Box Jump terhadap Daya Ledak Otot Tungkai
Ekstrakurikuler Bola Voli
I Gede Arie Dharmawan Yana Putra, I Ketut Yoda, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni
Ilmu Keolahragaan FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha
Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559
e-mail:
[email protected], [email protected],
[email protected]
@undiksha.ac.id
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian the nonrandomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian sebanyak 39 orang yang dibagi menjadi tiga kelompok dengan teknik ordinal pairing berdasarkan hasil pre-test. Daya ledak otot diukur dengan jump md. Hasil analisis menggunakan uji t-independent test dan Uji-F one way anova. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t-independent kelompok side hop dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung 6,879 dengan signifikansi hitung 0,000 < 0,05, sedangkan kelompok box jump dengan kelompok kontrol diperoleh hasil thitung 3,552 dengan signifikansi hitung 0,002 < 0,05, dengan demikian ada peningkatan yang signifikan dari kedua kelompok. Dari hasil uji-F diperoleh nilai fhitung sebesar 20.656 dengan nilai signifikansi hitung 0,000 α < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Selanjutnya dilakukan uji least significant difference untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot.
Dapat disimpulkan bahwa pelatihan side hop dan pelatihan box jump berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot dimana pelatihan side hop lebih baik pengaruhnya untuk peningkatan daya ledak otot. Saran yang dapat disampaikan adalah agar penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelatihan ataupun penelitian selanjutnya.
Kata-kata kunci: pelatihan side hop, pelatihan box jump, daya ledak otot tungkai.
Abstrak
This research aimed to know the effect of side hop training and box jump training to increase muscle explosive power. It was an experimental design research with the nonrandomized pretest-posttest control was devided into trhee group using ordinal pairing technique that based on the result of pre-test. The group design. The subject of this research was 39 male students participants of volleyball extracurricular which muscle explosive power was measurred by test jump md. The result of the analysis used t-Independent and F one way anova tests. Based on the result of the analysis using T-independent between side hop and control groups found Thitung 6,879 with significance arithmetic 0,000 < 0,05, meanwhile, in box jump and control groups found Thitung 3,552 with significance arithmetic 0,002 < 0,05, and F test found Fhitung 20.656 with significance arithmetic 0,000 α < 0,05, as a result, found the different effect of each group. Furthermore, least significant difference test was did, in order to know which training was had better effect in increasing the muscle explosive power.
As conclusing, the side hop and box jump training was influential to the increasing of muscle explosive power, which side hop training was better for increasing the muscle explosive power. Hopefully this research can be used as a reference for the lecturers who teach in sport, especially that related with this study and also as reference for the future research
PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan bolavoli di
Indonesia khususnya di Bali sangat
meningkat dan berkembang pesat, tidak hanya di daerah perkotaan, bolavoli saat ini sudah berkembang dan sangat digemari oleh anak muda dan juga orang. Itu dapat dilihat dari banyaknya kompetisi-kompetisi lokal yang diadakan di beberapa daerah di desa. Hal tersebut sangat menggembirakan untuk perkembangan bolavoli di Bali khususnya. Dengan banyaknya kompetisi yang diadakan dengan tipe-tipe umur yang berbeda, atlet-atlet berbakat akan banyak bermunculan dan sangat menguntungkan untuk Bali khususnya dan tentunya dapat mengharumkan nama Indonesia dalam Tim Nasional nantinya.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam permainan bolavoli agar
dapat berprestasi maksimal yakni
pemahaman akan teknik-teknik dasar dan dapat melakukanya dengan baik. Ada beberapa macam teknik dasar dalam
permainan bolavoli seperti: service,
passing, umpan (set up), smash, bendungan (block). Smash merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam permainan bolavoli karena dari smash yang baik akan dapat menghasilkan sebuah poin. Untuk dapat melakukan smash yang baik dan maksimal tentunya harus diimbangi dengan loncatan dalam memukul bola di udara. Semakin tinggi seseorang dapat meloncat untuk memukul bola maka lawan akan sulit membendung smash atau pukulan yang dilakukan. Dengan adanya fase meloncat pada saat melakukan smash, daya ledak dari otot tungkai sangat berperan penting terhadap hasil loncatan pada saat melakukan smash.
Daya ledak (power) merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas
secara tiba-tiba dan cepat dengan
mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 1998: 8). Dengan memiliki daya ledak yang maksimal dari
otot tungkai, maka akan dapat
menghasilkan loncatan yang tinggi dan itu akan memudahkan seorang pemain pada saat melakukan smash. Pelatihan dalam upaya peningkatan komponen kondisi fisik yaitu daya ledak otot tungkai perlu berhubungan langsung dengan cabang
olahraga yang akan dikembangkan yaitu olahraga bolavoli. Hal ini bertujuan pada saat pelatihan nanti tidak menyimpang jauh dari olahraga bolavoli dan juga tidak mengakibatkan kejenuhan saat berlatih.
Dari hasil wawancara peneliti
dengan salah seorang guru olahraga yang ada di SMAN 2 Mengwi mengatakan,
bahwa dalam 5 tahun terakhir
perkembangan siswa di cabang bolavoli mengalami naik turunnya prestasi, itu bisa dilihat dari perolehan prestasi pada pekan olahraga dan seni pelajar (porsenijar). Naik turunnya prestasi siswa disebabkan oleh kurangnya pembinaan teknik-teknik yang tepat dalam permainan bolavoli serta pelatihan komponen kondisi fisik. Seperti yang diketahui pencapaian prestasi yang
optimal akan dapat dicapai dengan
penguasaan teknik-teknik permainan yang maksimal dan tingkat kondisi fisik yang baik. Itu dapat dimiliki dengan dilakukannya
pelatihan yang mengarah pada
penguasaan teknik permainan bolavoli khususnya pada penguasaan teknik smash serta pelatihan komponen kondisi fisik. Pelatihan teknik yang diberikan sebelumnya masih sangat umum dan monoton yang mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada naik turunnya prestasi olahraga khususnya bolavoli di SMA Negeri 2 Mengwi.
Berdasarkan tersebut, peneliti
mencoba menawarkan suatu pelatihan fisik
untuk dapat memberikan solusi dari
permasalahan yang ada di sekolah SMA Megeri 2 Mengwi dengan pelatihan fisik yang sesuai dengan cabang olahraga yang dikembangakan. Pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah pelatihan side hop dan box jump.
Pelatihan side hop dan box jump merupakan bentuk pelatihan yang dapat meningkatkan salah satu komponen kondisi fisik yaitu komponen daya ledak otot tungkai. Daya ledak otot tungkai dalam permainan bolavoli sangat berperan penting dalam hasil gerakan smash. Selain itu, pelatihan tersebut dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan
menghasilkan poin dalam permainan bolavoli. Pelatihan side hop dan box jump
merupakan salah satu pelatihan
plaiometrik. Plaiometrik adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan power pada berbagai cabang olahraga (furqon & Muschin, 2002: 2) dimana dari pelatihan ini sama-sama baik untuk meningkatkan daya ledak (power) pada berbagai cabang
olahraga serta menekankan adanya
gerakan dominan yaitu loncatan.
Gerakan side hop yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga akan
mengalami pembesaran otot yang
disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot dan otomatis akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai (Widarta Yasa, dkk., 2014).
Dari uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Side hop dan Box Jump terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Siswa Putra peserta Ekstrakurikuler Bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Sehubungan dengan pemaparan
pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah, 1) Apakah pelatihan side hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016? 2) Apakah pelatihan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016? 3) Apakah ada perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) Untuk mengetahui apakah pelatihan side hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016. 2) Untuk mengetahui apakah pelatihan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada
siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016. 3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh pelatihan side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun ajaran 2015/2016.
Pelatihan merupakan suatu gerak fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan
secara sistematis dan berulang-ulang
dalam jangka yang lama, dengan
pembebanan yang meningkat secara
progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat
mencapai penampilan yang optimal
(Nala,1998:1). Secara ringkas pelatihan fisik dapat diartikan sebagai suatu bentuk latihan yang terprogram, dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam durasi lama untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kondisi
fisik guna mencapai prestasi yang
maksimal. Dalam olahraga ada beberapa komponen fisik yang dapat meningkatkan prestasi atlet secara maksimal. Adapun komponen tersebut yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak, kelincahan, ketepatan,
kecepatan, waktu reaksi, kelentukan,
koordinasi dan keseimbangan. Prinsip pelatihan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan agar tercapai tujuan dari latihan yang dilakukan. Prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Pelatihan ini menerapkan sistem beban berlebih karena, pemberian beban dalam pelatihannya dilakukan secara progresif dengan penambahan jumlah set di setiap minggu pemberian
pelatihan, prinsip reversibility karena
melihat situasi lapangan yang terbuka sehingga apabila hujan, ekstrakurikuler tidak dapat dilaksanakan. Inilah yang menyebabkan siswa berhenti berlatih
selama beberapa hari bahkan bisa
mencapai waktu yang lama, latihan bersifat progresif artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan
dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan secara berkelanjutan, program latihan yang
baik disusun secara variatif untuk
menghindari kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis, keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh
pembebanan yang tidak berlebihan.
Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban latihan yang diberikan benar benar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, dan skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi
latihan. Setiap periodisasi memiliki
penekanan tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun psikologis. Suatu pelatihan akan memberikan dampak yang besar apabila latihan yang dilakukan sesuai dengan
sistematika pelatihan. Selain untuk
mendapatkan hasil yang maksimal,
penerapan sistematika pelatihan ini
dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang harus diterapkan dalam melaksanakan suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan
(warm-up) yang bertujuan untuk
meningkatkan panas tubuh melalui
metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari
peregangan (stretching), calisthenics,
formal activity, dan tahap pendinginan (warm-down). Dalam penelitian ini intensitas pelatihan yang digunakan adalah 70%-80% dari denyut nadi optimal (DNO), dengan pertimbangan subjek penelitian ini adalah orang-orang yang belum menjadi atlet dalam aktivitas olahraga yang memiliki
umur berkisar 16-18 tahun. Dengan
intensitas tersebut tidak akan
membahayakan bagi tubuh karena
pelatihan diberikan berdasarkan denyut nadi optimal. Predominan sistem energi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sistem anaerob karena dalam pelatihan ini menggunakan daya ledak dan kecepatan gerak yang tinggi. Menurut Nala (1998:45) “intensitas latihan ini berdasarkan atas durasi atau lama aktivitas dan sistem energi
yang digunakan. Yang dipergunakan
sebagai patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi”.
Gerakan side hop, merupakan bagian dari gerakan hopping pada plaiometrik yaitu
menekankan pada loncatan untuk
ketinggian maksimum kearah vertical dan kecepatan maksimum gerakan kaki. Latihan ini menggunakan 2 buah kerucut dengan tinggi 35 cm. Selain itu gerakan side hop yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga mengalami pembesaran otot yang disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot tungkai.maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan
otot tersebut. Dengan meningkatnya
kekuatan otot tungkai maka akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai.
Latihan ini mengembangkan otot-otot meliputi (1) fleksi paha, melibatkan otot-otot Sartorius dan gracilis; (2) ekstensi lutut, melibatkan otot-otot vastus lateralis, tensor fascia, dan rectus femoris; (3) ekstensi paha dan refleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus; (4) fleksi lutut dan kaki,
melibatkan otot-otot gastrocnemius,
peroneus longus, dan soleus; (5) aduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-otot glutes medius, gluteus minimus, dan adductor longus. (Furqon & Doewes 2002: 13)
Box jumps adalah latihan meloncat ke atas balok kemudian turun kembali ke belakang seperti sikap awal dengan menggunakan kedua tungkai bersama-sama. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya ledak otot. Tinggi box yang dipakai yaitu 40 cm. Dimana latihan daya ledak otot tungkai juga digunakan
untuk meningkatkan kecepatan dan
kekuatan. Latihan ini sangat berguna untuk
membangun kekuatan ledakan dan
kekuasaan di tubuh bagian bawah. James C.R & Robert C.F, (dalam Hasan, 2014) menyatakan box jump adalah salah satu latihan dengan tujuan utama adalah untuk mengembangkan daya ledak otot tungkai atau explosive power.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
sesuatu yang dikenakan pada subjek
penelitian Jenis eksperimen yang
digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi experimental) yang bertujuan
untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Kadang di dalam suatu penelitian, karena satu dan lain hal, randominasi tidak dapat
dilaksanakan, sebaliknya dipihak lain
randominasi dapat dilakukan tetapi tidak dapat diperoleh kelompok kontrol (Kanca, 2010: 93).
Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan the non-randomized control group pretest posttest design (Kanca, 2010: 55). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016. Total keseluruhan jumlah subjek penelitian 39 orang. Dari total jumlah subjek yang berjumlah 39 orang, dibentuk tiga kelompok yakni kelompok perlakuan side hop dengan jumlah 13 orang, kelompok perlakuan box jump 13 orang dan kelompok kontrol dengan jumlah 13 orang. Pembentukan
kelompok ini dilakukan setelah
mendapatkan data hasil tes awal dengan menggunakan teknik ordinal pairing (OP) yaitu pembagian kelompok berdasarkan peringkat hasil tes awal yang bertujuan
untuk memperoleh kelompok dengan
kemampuan yang homogen atau relatif sama atau mendekati sama.
Berdasarkan rancangan penelitian di atas, maka pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut: subjek penelitian
diberikan tes awal (pre-test) untuk
mengetahui kemampuan awal, adapun tes yang digunakan adalah jump md untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot tungkai. Pelatihan plaiometrik side hop dan box jump dalam penelitian ini dilaksanakan
sebanyak 12 kali pelatihan dengan
frekuensi 3 (tiga) kali dalam seminggu sehingga waktu yang diperlukan 4 (empat) minggu. Adapun hari pelaksanaan program pelatihan ini yaitu setiap hari selasa, kamis dan sabtu sore yaitu mulai pukul 16.00-18.00 WITA. Tempat pelaksanaan program
pelatihan ini yaitu di lapangan umum Desa Munggu. Pada pelatihan ini akan terjadi peningkatan beban latihan secara bertahap (progressive) yaitu intensitasnya akan ditingkatkan setiap minggu sesuai dengan the step type approach system.
HASIL
Deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen jump md terdiri dari data prettes dan post-test. Data pre-test diambil pada awal
kegiatan penelitian sebelum subjek
penelitian diberikan pelatihan sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan side hop. Pelatihan diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan side hop diperoleh nilai rata-rata 71,46 dengan nilai tertinggi 83 nilai terendah 55 dan standar deviasi 8,373. Dari data tersebut kelompok perlakuan side hop terdapat peningkatan yang signifikan terhadap daya ledak otot tungkai.
Deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen jump md terdiri dari data pre-test dan post-test yang diambil dari subjek penelitian. Data pre-test diambil pada awal kegiatan
penelitian sebelum subjek penelitian
diberikan pelatihan sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan. Data post-test diambil
setelah subjek penelitian diberikan
pelatihan. Pelatihan box jump diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Deskripsi data hasil post-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan box jump diperoleh nilai rata-rata 62,23 dengan nilai tertinggi 72 nilai terendah 46 dan standar deviasi 8,833. Dari data kelompok perlakuan box jump
tersebut terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap daya ledak otot tungkai. Deskripsi data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 51,62 dengan nilai tertinggi 60 nilai terendah 37 dan standar deviasi 6.172. Dari data pre-test dan post-test pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan yang signifikan terhadap daya ledak otot tungkai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1,2 dan 3.
Tabel 1. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai pada Kelompok Perlakuan Pelatihan
side hop.
Variable Prettes Posttes
Jumlah Subjek 13 13 Mean 52,69 71,46 Median 52,00 74,00 Mode 41 77 Std. Deviation 8,077 8,373 Variance 65,231 70,103 Range 32 28 Minimum 41 55 Maximum 73 83 Sum 685 929
Data 2. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai pada Kelompok Perlakuan Pelatihan Box Jump.
Variable Prettes Posttes
Jumlah Subjek 13 13 Mean 52,15 62,23 Median 52,00 63,00 Mode 50 46 Std. Deviation 7,482 8,833 Variance 55,974 78,026 Range 30 26 Minimum 39 46 Maximum 69 72 Sum 678 809
Tabel 3. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai pada Kelompok Kontrol.
Variable Prettes Posttes
Jumlah Subjek 13 13 Mean 51,69 51,62 Median 51,00 51,00 Mode 50,00 51 Std. Deviation 6,142 6,172 Variance 37,731 38,090 Range 23,00 23 Minimum 37,00 37 Maximum 60,00 60 Sum 672,00 671
Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data post test dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hop, box
jump dan kelompok kontrol yang
menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95% (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya,
yaitu jika signifikansi yang diperoleh > (sig > 0,05), maka subjek berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang
diperoleh < , maka subjek bukan
berdistribusi normal. Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada table 4.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
Dari hasil uji normalitas data yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan program statistic product service solution (SPSS) 16.0, untuk kelompok pelatihan side hop diperoleh hasil statistik sebesar 0,168 dengan signifikansi 0.200, sedangkan untuk kelompok box jump diperoleh hasil statistik sebesar 0,163 dengan signifikansi 0,200, dan pada kelompok kontrol diperoleh hasil statistik sebesar 0,125 dengan signifikansi 0,200. Berdasarkan kriteria pengujian tersebut di atas, dari analisis data nampak bahwa daya ledak otot tungkai ketiga kelompok memiliki nilai signifikansi hitung lebih besar dari pada α (0,05). Jadi data dari ketiga kelompok berdistribusi normal.
Uji homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data daya
ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hop, box jump dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Kriteria
pengambilan keputusan jika nilai
signifikansi levene lebih besar dari pada α (sig > α), maka variasi sampel adalah sama (homogen). sedangkan jika signifikansi levene lebih kecil dari pada α (sig < α) maka variasi sampel tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Data
Sumber Data
Jumlah Kel.
Levene Statistik df1
df2
Sig.
Hitung
Ket.
jump_md
Based on Mean
1,277 2
36
,291
Based on Median
,998 2
36
,379
Based on Median and with adjusted df
,998 2 34,451
,379
Based on trimmed mean
1,207 2
36
,311
Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene dengan bantuan
program statistic product service solution (SPSS) 16.0, diperoleh nilai uji 1,277
Sumber Data
Lilliefors Kolmogorov-Smirnov
Keterangan
Statistik df
Sig. Hitung
Daya Ledak Otot Tungkai
Kelompok side hop
0.168 13
0.200
*
Normal
Daya Ledak Otot Tungkai
Kelompok box jump
0.163 13
0.200
*
Normal
Daya Ledak Otot Tungkai
Kelompok Kontrol
0.125 13
0.200
*
dengan signifikansi 0,291 untuk variabel daya ledak otot tungkai. Berdasarkan kriteria pengujian tersebut diatas, nilai signifikansi hitung 0,291 > 0,05, sehingga data yang diuji berasal dari data homogen
Dari hasil analisis uji prasyarat, data post-test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Uji T-independent test bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dari pelatihan side hop dan box jump. Hasil analisis menggunakan uji t-independent kelompok side hop dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung 6,879 dengan signifikansi hitung 0,000
< 0,05, sedangkan kelompok box jump
dengan kelompok kontrol diperoleh hasil thitung 3,552 dengan signifikansi hitung 0,002
< 0,05 dengan demikian hipotesis
“pelatihan side hop dan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diterima. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 6.
Sedangkan untuk menguji ada
tidaknya perbedaan pengaruh side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot digunakan uji F (one way anova) dan uji LSD dengan taraf signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0.
Tabel 6. Hasil Uji T-Independent Test Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper daya_ledak Equal variances assumed 2,115 ,159 6,879 24 ,000 19,84615 2,88487 13,89207 25,80024 Equal variances not assumed 6,879 22,068 ,000 19,84615 2,88487 13,86436 25,82794
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper daya_ledak Equal variances assumed 1,927 ,178 3,552 24 ,002 10,61538 2,98864 4,44714 16,78363 Equal variances not assumed 3,552 21,461 ,002 10,61538 2,98864 4,40830 16,82247
Tabel 7. Hasil Uji One Way Anova
Sum of Squares Df Mean Square F Signifikansi
Between Groups 2564,308 2 1282,154 20,656 .000
Within Groups 2234,615 36 62,073
Total 4798,923 38
Hasil uji one way anova data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung
sebesar 20,656 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok.
Tabel 8. Hasil Uji LSD (least significant difference )
(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
Side Hop Box Jump 9,231* 3,090 ,005 2,96 15,50
Kontrol 19,846* 3,090 ,000 13,58 26,11
Box Jump Side Hop -9,231* 3,090 ,005 -15,50 -2,96
Kontrol 10,615* 3,090 ,002 4,35 16,88
Kontrol Side Hop -19,846* 3,090 ,000 -26,11 -13,58
Box Jump -10,615* 3,090 ,002 -16,88 -4,35
Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh perbedaan nilai signifikansi
untuk semua kelompok yaitu untuk
kelompok side hop sebesar 0,00, kelompok box jump sebesar 0,02 dan kelompok kontrol sebesar 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan side hop lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan box jump 9,231* dan kelompok pelatihan side hop lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar
19,846*. Hasil mean difference dari
kelompok pelatihan box jump lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan side hop sebesar -9,231* dan kelompok pelatihan box jump lebih besar dibandingkan dengan
kelompok kontrol sebesar 10,615*.
Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan pelatihan side hop sebesar -19,846* dan
kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan box jump sebesar -10,615* .
Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) maka pelatihan side hop mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai daripada pelatihan box jump dengan hasil mean difference sebesar 9,231*.
PEMBAHASAN
Secara teoritis hasil pelatihan side hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: side hop merupakan gerakan dari hopping yang menekankan loncatan ke samping melewati kerucut yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kecepatan maksimal gerakan kaki. Hal ini yang mengakibatkan kontraksi otot-otot
yang melekat pada tungkai akan
untuk berkontraksi cepat sehingga salah satu unsur untuk melatih daya ledak yaitu kecepatan sudah terdapat dalam gerakan pelatihan side hop ini dan pada akhirnya akan terjadi pengaruh pada daya ledak otot tungkai. Selain itu gerakan side hop yang
dilakukan secara berulang-ulang
mengakibatkan stres pada komponen otot
tungkai sehingga akan mengalami
pembesaran otot atau hipertropi.
Pembesaran otot ini disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel
serta serabut-serabut otot. Melalui
peningkatan dalam ukuran dan jumlah sel-sel serta serabut-serabut otot tungkai, maka
akan menambah atau meningkatkan
kekuatan otot tersebut. Dengan
meningkatnya kekuatan otot tungkai maka akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai. Hasil penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh imade widartayasa dengan judul “pengaruh pelatihan side hop dan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai” (widartayasa,2014). Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pelatihan side hop dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai bawah.
Secara teoritis hasil pelatihan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: box jump merupakan gerakan naik ke atas box dan turun kembali kebelakang secepat mungkin seperti sikap awal dengan menggunakan kedua kaki
secara bersama-sama dan dilakukan
secara berulang-ulang. Dalam
pelaksanaannya, box jump tidak
memerlukan ruangan yang luas dan juga alat yang digunakan sederhana. Saat melakukan gerakan ini, dianjurkan untuk melakukan dipermukaan yang datar dan rata serta menggunakan sepatu yang
ringan dan alas yang baik untuk
mengurangi resiko terjadinya cidera.
Dengan gerakan yang dilakukan secara
berulang-ulang akan mengakibatkan
kontraksi otot-otot seperti pembesaran otot atau hipertropi otot, peningkatan ukuran sel-sel otot, Melalui peningkatan dalam ukuran dan jumlah sel-sel serta
serabut-serabut dan bertambahnya diameter
serabut otot, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot serta dengan
gerakan yang cepat akan mengakibatkan otot untuk beradaptasi melakukan kontraksi cepat sehingga terdapat unsur yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. Latihan melibatkan otot-otot seperti otot
pantat, paha, lutut, betis, femoralis,
gastrocnemius, abductor dan ankle. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh mukhamad nurudin dengan judul “pengaruh latihan
rope-skipping dan box jump terhadap
kemampuan menggiring bola pemain ssb”
(Januar, 2013).
Secara teoritis hasil penelitian ada perbedaan pengaruh antara pelatihan side
hop dengan box jump terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai dapat
dijelaskan sebagai berikut: menurut
Sukadiyanto, (2005: 6) mengemukakan bahwa pelatihan adalah penerapan dari
suatu rencana untuk meningkatkan
kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan
pembebanan yang meningkat secara
progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologi dan psikologi tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala 1998: 1).
Pelatihan side hop dan pelatihan box jump memiliki mekanisme gerakan yang hampir sama yaitu gerakan meloncat, namun yang membedakan adalah gerakan side hop memerlukan tenaga yang lebih banyak karena mekanisme gerakannya adalah melakukan loncatan dengan posisi menyamping dan menjaga keseimbangan
saat meloncat. Lain halnya dengan
pelatihan box jump mekanisme gerakannya tidak bervariasi atau hanya satu arah yaitu dengan cara meloncat ke atas box. Dengan gerakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan cenderung monoton
mengakibatkan terjadinya respon fisiologis berupa peningkatan jumlah dan ukuran dari
sel-sel serta serabut-serabut otot,
sehingga terjadi peningkatan daya otot tungkai.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan pelatihan side hop dan box jump berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan nilai signifikansi 0.000 < taraf
signifikansi 0.05 pada peserta
ekstrakurikuler bolavoli di SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2015/2016. Dan
terdapat perbedaan pengaruh antara
pelatihan side hop dengan box jump,
dimana pelatihan side hop lebih
berpengaruh dibandingkan pelatihan box jump dengan perbandingan nilai sebesar 9,231.
SARAN
Berdasarkan penelitian ini, dapat
disarankan kepada pelatih, pembina
olahraga, siswa dan peneliti disarankan dapat menggunakan side hop dan box jump
sebagai salah satu pelatihan untuk
meningkatkan daya ledak otot tungkai DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: RENIKA CIPTA.
Ayuningtyas, D.P, dkk.2015. Pengaruh Latihan Side Hop dan Jump to Box terhadap power tungkai. Unnes Journal of Sport Science 4 (1).
Tersedia pada
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/ujss. (diakses pada Kamis, 4 Februari 2016)
Bompa, Tudor. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training. Kanada: Human Kinetics.
Chu, D.A. 1992. Jumping Into Plyometrics. California: Leisure Press
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: C.V. Tambak Kusuma.
Irianto, Djoko Pekik. 2002. Dasar
Kepelatihan. Yogyakarta: Surat Perjanjian Pelaksanaan Penulisan Diktat.
Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta. LPP UNS dan UNS Pres.
Kanca, 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik
Aerobik Terhadap Absoersi
Karbohidrat dan Protein di Usus Halus. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR
---, 2006. Metodelogi Penelitian
Keolahragaan. Singaraja. Fakultas
Olahraga dan Kesehatan
UNDIKSHA.
---, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Mansur, 2009. Pelatihan Pelatih Fisik Level 2. Jakarta: Asdep Pengembangan Tenaga dan Pembina Olahraga.
M. Furqon. 2002. Plaiometrik untuk
meningkatkan power. Surakarta: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
Nala, Ngurah. 1988. Kesegaran Jasmani.
Denpasar: Yayasan Ilmu Faal
Widhya Laksana.
---, 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: UNUD
N. Agustina, 2013. Perbandingan Pengaruh Latihan Box Jump dan Latihan Depth Jump terhadap Daya Ledak Otot Tungkai pada Tim Voli Putra Mahasiswa Pendidikan Olahraga Universitas Riau. (diakses pada Kamis, 4 Februari 2016).
Nurudin, M. 2015. Pengaruh Latihan Rope-Skipping dan Box Jumps Terhadap
Pemain SSB. Unnes Journal of Sport Science 4 (1) hal 50-59. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan
Latihan Metodelogi Melatih Fisik.
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sajoto. 1995. Perkembangan dan
Pembinaaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Price. Widarta, I Made. 2014. Pengaruh Pelatihan
Plaiometrik Side Hop dan Doble Leg
Bound terhadap Daya Ledak
(power) Otot Tungkai. Tersedia pada
http://journal.undiksha.ac.id/index.ph p/JJl. (diakses pada Kamis, 4 Februari 2016)
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta. PT Bumi Timur Jaya.
Widjaja, Surya. 1998. The Anatomy of
Motion. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Yoda, I Ketut. 2006. Buku Ajar Peningkatan
Kondisi Fisik. (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.