• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V REPRESENTASI PEREMPUAN PADA VIDEO YOUTUBE POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V REPRESENTASI PEREMPUAN PADA VIDEO YOUTUBE POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA VIDEO YOUTUBE “POLEMIK POLIGAMI DI INDONESIA”

5.1 Representasi Perempuan Pada Video “Polemik Poligami di Indonesia”

Representasi hasil dari suatu proses penyeleksian yang menggaris bawahi hal-hal tertentu dan hal lain diabaikan. Dalam representasi media, tanda yang akan digunakan untuk melakukan representasi tentang sesuatu mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan dan pencapaian tujuan-tujuan komnikasi ideologisnya itu yang digunakan sementara tanda-tanda lain diabaikan. (Croteau,2000:194)

Marcel Danesi (Danesi, 2010:3-4) mendefinisikan representasi sebagai, proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Secara lebih tepat dapat diidentifikasikan sebagai penggunaan “tanda-tanda” (gambar,suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap,diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik.

Representasi perempuan melalui media massa masih sangat kental budaya patriaki. Maria Hatriningsih, watrawan senior Kompas mengatakan dalam acara diskusi “Membincang Rancangan Undang-Undang Hukum Materil Peradilan Agama Bidang Perkawinan” bahwa citra perempuan pada Orde Baru tidak bias dihilangkan. Pada era itu ada ibuisme Negara untuk melawan Gerwani. Sedangkan representasi di dalam dunia media massa, tubuh perempuan masih dijadikan objek penarik hasrat. Perempuan yang baik adalah perempuan yang berada di wilayah domestik. Jika ada citra perempuan bekerja maka dia digambarkan tetap bertanggung jawab sepenuhnya dalam hal kerumah tanggan. Padahal rumah tangga adalah tanggung jawab suami dan isteri. Thamrin Amal Tomagola(1998,333) mengkategorikan citra perempuan pada iklan di media massa sebagai berikut:

1. Citra Pigrua: Citra ini menekankan betapa pentingnya para perempuan kelas menengah dan atas selalu tampil memikat. Agar selalu tampil mengikat seorang, perempuan perlu mempertegas kewanitaanya yang telah tercipta secara biologis 2. Citra Pilar: Citra pilar perempuan digambarkan sebagai pihak menjadi pengurus utama

dari rumah tangganya. Citra ini didasarkan atas tanggapan bahwa walaupun perempuan dan laki-laki sederajat, secara kodrati mereka tetap berbeda. Oleh karena itu masing-masing pihak memiliki daerah kegiatan dan tanggung jawab yang berbeda.

(2)

3. Citra Peraduan: Citra ini didasarkan pada anggapan tersirat bahwa sudah sewajarnya perempuan dijadikan sebagai objek sebagai jenis pemuasan laki-laki, khususnya pemuas seksual.

4. Citra Pinggan: Citra pinggan menjelaskan bahwa seberapa tinggipun pendidikan perempuan dan jumlah hasil perbulan yang dibawa kerumah, dunia dapur adalah dunia perempuan yang mustahil dihindari.

5. Citra Pergaulan: Berdasarkan citra pergaulan perempuan memiliki sifat ingin diterima dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Perempuan digambarkan sebagai makhluk yang benak dan pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran akan kekuranganya untuk itu perempuan perlu memperhatikan penampilan agar dapat tampil mempesona.

Penulis meihat video “Polemik Poligami di Indonesia” ini dan mengamatinya bahwa perempuan masih melekat atau bisa dibilang lebih dominan, dengan dibuktikan dalam sebuah adegan atau peran. Dimana perempuan yang ada dalam video “Polemik Poligami di Indonesia” ini melakukan adegan diantaranya seperti: perempuan selalu identik dengan lemah dan mengalah, perempuan yang selalu menjadi objek seksual dan kekerasan seksual, adanya budaya patriarki serta kewajiban perempuan secara umum yang mempunyai peran sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai pasangan hidup serta menghasilkan keturunan (anak).

Untuk mengetahui bagaimana sebuah adegan di sebuah video tersebut memiliki makna dapat digunakan teori semiotika untuk menganalisisnya. Begitupun juga dengan video “Polemik poligami di Indonesia” yang menjadi objek penelitian penulis, di sini penulis menemukan beberapa adegan yang memiliki makna representasi perempuan di dalamnya khusus nya ketika Istri Pertama Rizki Ramdani selaku CEO Ayopoligami memperlakukan suami nya bak raja, ia membantu suaminya untuk mencarikan istri keduanya demi kepuasan suaminya agar tidak selingkuh di belakangnya. Rasa cemburu, sakit hati, dan ketakutan ia hadapi demi mendapatkan surga yang di janjikan oleh suaminya.

(3)

5.2 Analisis Semiotika Roland Barthes Representasi Perempuan Pada Video “Polemik Poligami di Indonesia”

Penulis menggunakan teori semiotika milik Roland Barthes dan menganalisa beberapa scene yang ada sesuai dengan denotasi dan konotasi yang ada di scene tersebut. Denotasi di sini merupakan apa yang ditangkap pertama kali oleh indra penglihatan kita. Sedangkan makna konotasi merupakan makna yang tataran kedua, dimana makna tersebut sudah mengalami perubahan makna karena adanya unsur dari ideology dan mitos yang membentuk makna tersebut. Dalam melakukan analisis di video “Polemik Poligami di Indonesia” tentang bagaimana pemaknaan representasi perempuan yang ada di tiap scene, penulis memperlihatkan detail dari semua scene yang terdapat sosok perempuan, dan menjabarkan setiap scene sesuai dengan audio dan visualnya. Setelah menentukan scene yang akan dianalisis penulis menjabarkan scene tersebut sesuai dengan makna denotasi nya, yaitu unsur-unsur yang membentuk sebuah tanda yang ada dalam sebuah video/film : audio, visual, lighting, wardrobe, dan sound effect. Setelah itu penulis akan menganalisa scene tersebut sesuai dengan makna konotatif yang ada dalam scene tersebut.

1. Representasi Perempuan Timeline : 00:02:34 – 00:02:44

Gambar 12

(4)

Denotasi:  Visual :

Pada saat pembukaan seminar poligami,Novi yang dimana adalah salah seorang istri dari peserta mengungkapkan tujuannya datang di sini untuk mencarikan Madu (istri kedua) untuk suaminya.

Pengambilan gambar: Medium Shot  Audio:

Suara Novi : “Saya adalah istri dari Pak Noval. Motivasinya sudah jelas, saya datang kemari untuk mencarikan madu atau istri buat suami saya

 Lighting:

Dalam adegan ini terlihat sumber pencahayaan berupa cahaya lampu ruangan seminar.  Wardrobe:

Pakaian yang digunakan Novi adalah Gamis atau Jubah untuk wanita berwarna coklat serta cadar yang digunakan untuk menutup wajahnya

 Sound Effect:

Dalam scene ini suara suasana seminar menjadi natural sound serta tambahan backsound lagu Timur tengah.

Konotasi:

Dalam adegan ini Novi datang bersama suaminya dalam acara seminar poligami untuk membantu mencarikan istri kedua bagi suaminya. Terlihat ekspresi yang diperlihatkan Novi saat berbicara yakni mata melebar dan gerakan tangan yang mengikuti alur bicaranya. Secara psikologis menurut (Paul Ekman dan Wallace:2009) ekspresi yang diperlihatkan Novi menunjukkan bahwa dia kaget saat ditunjuk untuk bicara, ekspresi pergerakan tangan menandakan bahwa dia gugup.

Pengambilan gambar pada adegan ini adalah medium shot dimana tujuannya adalah untuk memperlihatkan ekspresi dan emosi dari Novi saat menuturkan ingin mencarikan istri kedua bagi suaminya. Dari segi penampilan Novi sangat terlihat Islami dikarenakan menggunakan Gamis serta cadar untuk menutupi sedikit mukanya serta sedikit perhiasan di tangan. Menurut Sitoresmi (1997:15), busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran islam, dan pengguna busana muslimah tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata

(5)

cara berbusana. Busana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang kita pakai mulai dari kepala hingga sampai ujung kaki.

Menurut Shihab (2012:55), sekurang-kurangnya ada enam hal yang menjadi kriteria busana muslimah menurut syariat, yaitu sebagai berikut : a) menutup seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan, b) Hendaknya busana yang dipakai wanita muslimah menutup apa yang dibaliknya. Maksudnya tidak tipis menerawang sehingga warna kulitnya dapat terlihat dari luar. Jika tipis maka akan semakin memancing fitnah dan berarti menampakan perhiasan, c) Modelnya tidak ketat, karena model yang ketat akan menampakkan bentuk dan lekuk tubuh terutama payudara, pinggan dan pinggul, d) Busana wanita muslimah tidak menyerupai laki-laki. Ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyerupai diri dngan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya, e) Busana yang dipakai wanita terdapat hiasan yang dapat menarik perhatian orang saat keluar rumah, f) Dari segi warna, tidak terlalu mencolok, kebersihan ,kerapihan,dan alamiah akan mencerminkan kepribadian yang sebenarnya.

Pada pengertian di atas disebutkan bahwa wanita tidak boleh menutup muka serta telapak tangan, tetapi busana yang digunakan Novi adalah cadar sebagai penutup mukanya serta kaus tangan yang menutupi seluruh pergelangan hingga telapak tangannya. Stigma mengenai perempuan atau wanita bercadar sekarang semakin marak terjadi di Indonesia. Anggapan Muslim radikal, terorisme serta penganut aliran sesat. Selain itu muslimah bercadar juga dianggap sangat tertutup dan kurang berinteraksi dengan masyarakat, dari berbagai fakta dan anggapan masyarakat tersebut lalu mulailah berkembang prasangka negative bahwa setiap perempuan bercadar terkait dengan aliran sesat dan terorisme (Fitriani & Astuti, 2012).

Di dalam scene tersebut Novi terlihat seperti gugup dan emosi saat menjelaskan tujuannya datang ke tempat tersebut bersama suaminya. Perempuan memiliki tingkat emosi dan cemburu lebih besar dari pada laki-laki. Perbedaan kecemburuan pada laki-laki dan perempuan terjadi karena adanya perbedaan tekanan-tekanan evolusi (Groothof, Dijkstra, & Barelds, 2009).

2. Representasi Perempuan Timeline 00:07:27-00:08:04

(6)

Gambar 13

Dwi Rosilawati (istri pertama Rizki Ramdani) Menjelaskan Poligami yg di alaminya

Denotasi:  Visual:

Dwi Rosilawati sedang melakukan wawancara mendalam bersama Azria selaku host VICE Indonesia . Di dalam video tersebut Azria duduk bersama Dwi Rosilawati berhadapan. Pengambilan gambar: Medium Shot

 Audio:

Suara Dwi Rosilawati : “Kenapa saya melarang poligami ? Emangnya saya Tuhan, gitu ? “

“Karena bagi saya tidak ada kehinaan diatas, didalam status itu,nggak ada”

“Karena saya juga ada, beberapa temen yang curhat, suaminya selingkuh gitu main perempuan beberapa kali gitu tapi dia tetap mempertahankan rumah tangganya gitu” “banyak ibu-ibu rumah tangga yang akhirnya tertular HIV AIDS karena suaminya sering jajan, gitukan ya”

“Tetapi kalau misalnya kembali lagi menjalur kepada yang telah ditetapkan Allah SWT. Kerusakan-kerusakan itu tidak akan terjadi”

 Lighting:

Di dalam ruangan tersebut sumber cahaya terdapat pada lampu interior ruangan tersebut.  Wardrobe:

(7)

Pakaian yang digunakan oleh Dwi Rosilawati berupa jilbab segi empat. Jilbab segi empat adalah jilbab yang terbuat dari kain yang memiliki panjang sisi sama panjang yang setiap bagian sisinya dirapikan dengan mesin obras, dijahit, ataupun dineci. Untuk jilbab segi empat yang karater tepinya dibiarkan terurai tanpa dirapikan disebut jilbab rawis, serta gamis bermotif bunga-bunga.

 Sound Effect:

Suara suasana rumah serta lingkungan rumah menjadi natural sound yang digunakan di scene ini, serta backsound sentimental yang berguna untuk menyentuh perasaan saat mendengarnya.

Konotasi:

Dalam adegan ini Dwi Rosilawati menjelaskan bahwa kenapa dia harus melarang poligami. Dia menganggap bahwa yang boleh melarang Poligami hanya Tuhan semata. Dwi menjelaskan bahwa tidak ada kehinaan dirinya atas status Poligami yang didapatkannya atas suaminya yang berkeinginan menikah lagi. Dwi menganggap bahwa banyak keluarga yang tidak melakukan poligami tetapi suaminya malah berselingkuh dan jajan di luar yang menyebabkan banyaknya penyakit HIV AIDS menyerang ibu-ibu saat ini. Dari peristiwa tersebut dwi mengambil kesimpulan bahwa jika kembali berada di jalur Poligami kerusakan-kerusakan seperti itu tidak akan terjadi.

Pengambilan gambar pada scene ini adalah Medium Shot berguna untuk mendapatkan ekspresi wajah dari keduanya. Dwi yang berbincang-bincang pada Azria saat menjelaskan hal tersebut terlihat sangat gugup sehingga seringkali menghadap kebawah dan tidak menatap wajah lawan bicaranya, Dwi juga terlihat sering mengedipkan mata berkali-kali dan juga jarak antara keduanya sedikit sangat jauh untuk skala berbincang-bincang.

Dalam Fungsi Komunikasi non verbal memiliki 5 fungsi pesan non verbal, seperti yang dapat dilakukan dengan perilaku mata yakni sebagai: A) Emblem: Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan symbol verbal. B) Ilustrator: Pandangan ke Bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan. C) Regulator: Kontak mata berarti saluran perajapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. D) Penyesuai: Kedipan mata yang cepat meningkat ketika berada dalam tekanan. Itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan. E) Affect

(8)

Display: Pembesaran manik mata (Pupil dilation) menunjukkan perasaan takut,terkejut, atau senang. (Paul Ekman dalam Deddy Mulyana, 2012:349)

Sesuai dengan fungsi komunikasi non verbal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dwi Rosilawati sedang mengalami gugup, yang membuat dia mengedipkan mata yang dimana hal itu adalah respon upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan saat itu, serta kontak mata atau memalingkan wajah dari Azria merupakan respon bahwa dia tidak bersedia membahas mengenai poligami tersebut. Dengan adanya Moment Dwi mengatakan bahwa Banyak keluarga lain hancur karena adanya perselingkuhan dan suami orang sering jajan di luar adalah cara bahwa Dwi sedang dalam tahap komunikasi defensif.

Komunikasi defensif merupakan komunikasi yang dilakukan bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi terutama sekali untuk menunjukkan dominasi, kekuasaan, penistaan, atau serangan terhadap apa yang dianggap mengancam ego. Dengan kata-kata serangan dan sarkasme. Kata-kata yang keluar tidak merujuk pada rujukan tertentu. Kata-kata itu mengungkapkan keberangan, kebencian, dan kenjengkelan kepada orang. Singkatnya komunikasi defensive mengandung pesan yang menyakitkan. Messages that hurt. Bahkan kata-kata dapat menjadi musuh yang tersembunyi atau hidden antagonizers, karena menyinggung perasaan dan membangkitkan amrah kebencian orang tanpa diketahui, pada akhirnya memutuskan hubungan silaturahim. Kebiasaan menggunakan komunikasi defensive membuat manusia sulit mengekspresikan perasaan cinta dan kasih saying secara benar. Pada akhirnya tidak akan menjadi manusia, karena kemanusiaan dibentuk oleh komunikasi yang manusiawi.

Jadi dalam adegan ini Dwi Rosilawati digambarkan seorang perempuan yang sedang menutupi dirinya oleh pertanyaan-pertanyaan yang membuat dirinya gugup dan cemas maka dari itu Dwi Rosilawati menggunakan gesture mengedipkan mata berkali-kali untuk mengurangi kecemasannya.

3. Representasi Perempuan Timeline 00:08:05-00:09:42

(9)

Gambar 14

Azria selaku Host memberikan beberapa pertanyaan pada Dwi

Denotasi:  Visual:

Azria sedang berbincang-bincang dengan Dwi Rosilawati di ruang tamu  Audio:

Suara Azria : “sempet bertentangan nggak sama hati nurani? ketika, oh iya ini boleh nih di Islam gitu, mengubah hukumnya. Tapi kalau dari hati teteh sebenarnya, sebagai perempuan mungkin nggak mau ada yang lain gitu ?”

Suara Dwi : “kalau fitrah nya perempuan itu kan memang Allah tetapkan rasa cemburu bagi wanita. Barangsiapa yang bersabar karena mengharap ridho dari Allah, maka akan mendapat pahala sahid baginya. Kalau laki-laki kan kalau untuk mendapatkan pahala sahid artinya dia harus beperang secara vital. Perempuan dengan mudahnya gituya, padahal cuma dengan rasa cemburu saja udah mendapatkan pahala sahid”.

Suara Azria: “Kenapa sih hanya untuk laki-laki, memang wanita gapunya nafsu yang sama gitu?”

Suara Dwi: “Kalau perempuan dengan perasaannya itu lebih cenderung daripada akalnya gitu, tidak akan tercapai keadilan. Tetapi memang rata-rata ketika perempuan itu sudah melahirkan sudah punya anak itu. Rasa kecenderung-kecenderungan terkait seksual seperti itu agak berkurang ya. Tidak seperti laki-laki yang dia terus punya keinginan yang sama

(10)

dengan semisal waktu awal menikah seperti itu. Nah itu yang perlu diluruskan gitu ya jadi, jangan menganggap poligami itu sebagai aib. Ya ingatlah gitu bahwa ya kita itu di dunia ya cuma sebentar, yang seharusnya saya cintai itu bukan mahkluk lho gitu, tetapi kan harusnya siapa yang menciptakan kita gitu. Toh kalau kita kembali suami tidak akan mempertanggung jawabkan apa yang kita buat gitu kan.”

 Lighting:

Sumber pencahayaan dari adegan ini berasal dari lampu interior di ruang tamu tersebut.  Wardrobe:

Pakaian yang di pakai oleh Azria berupa kemeja wanita berwarna dasar hitam dengan corak zebra serta terdapat warna kuning di beberapa corak dengan sedikit tekukan di lengannya serta celana chino, celana chino adalah celana berbahan twill atau katun 100% yang berwarna coklat dan sedikit ditekuk pada mata kakinya, sedangkan pakaian milik Dwi Rosilawati berupa jilbab segi empat. Jilbab segi empat adalah jilbab yang terbuat dari kain yang memiliki panjang sisi sama panjang yang setiap bagian sisinya dirapikan dengan mesin obras, dijahit, ataupun dineci. Untuk jilbab segi empat yang karater tepinya dibiarkan terurai tanpa dirapikan disebut jilbab rawis, serta gamis bermotif bunga-bunga

 Sound Effect:

Suara suasana rumah serta lingkungan rumah menjadi natural sound yang digunakan di scene ini, serta backsound sentimental yang berguna untuk menyentuh perasaan saat mendengarnya.

Konotasi:

Dalam adegan atau scene ini Azria selaku Host VICE Indonesia memberikan beberapa pertanyaan kepada Dwi Rosilawati mengenai Poligami seperti apakah poligami ini bertentangan dengan hati nurani Dwi atau tidak? Azria mengungkap kan pertanyaan nya dengan ekspresi mata melebar, sedikit tersenyum dan pergerakan tangan yang merujuk pada dada dan leher. Dwi langsung membalas dengan senyuman dan berkata “kalau… fitrahnya perempuan itu kan memang rasa cemburu bagi wanita, barangsiapa yang bersabar karena mengharap ridho dari Allah maka akan mendapat pahala sahid baginya.” Terdapat penekanan pada kata kalau fitrahnya, dengan ekspresi senyum tipis mata melebar dan melirik ke atas mengalihkan wajah serta berkedip cukup cepat.

(11)

Pengambilan gambar pada adegan ini Medium shot yang berguna melihat ekspresi dari kedua objek tersebut. Jika di telaah lebih dalam Azria memberikan ekspresi keingin tahuannya terhadap Hati nurani yang paling dalam milik Dwi Rosilawati yang harusnya ada bentrokan antara yang dilakukan dengan hati yang tidak berjalan seirama. Hal tersebut terlihat dari pergerakan tangan yang merujuk pada sekitar leher dan dada. Setelah itu Dwi Rosilawati langsung gugup dan terdapat penekanan kata-kata, kembali komunikasi non verbal milik Dwi Rosilawati mengatakan bahwa sebenarnya dia tidak setuju dengan adanya poligami karena kembali lagi dia mengungkapkan komunikasi non verbalnya dengan senyum tipis, mata melebar, melirik keatas, memalingkan wajah serta berkedip cukup cepat. Dimana Dwi Rosilawati menyembunyikan bahwa dalam hati nurani nya yang paling dalam dia adalah sosok pencemburu yang harus taat dengan ajaran agama yang dianutnya, wajah cemas nya tambah terlihat saat Dwi mengatakan bahwa “laki-laki harus berperang jika ingin mendapatkan pahala sahid, sedangkan wanita hanya menahan rasa cemburu sudah mendapatkan pahala sahid.” Ekspresi nada bicara yang naik serta ekspresi mata melebar serta memegang kedua tangan muncul saat mengatakan hal tersebut.

Menurut Penelitian oleh Nierenberg dan Calero(1971) tentang posisi jari tangan terjalin ini membawa mereka berkesimpulan bahwa gaya ini merupakan gerak isyarat frustasi, menandakan bahwa orang itu sedang memendam sikap yang negatif. Gerak isyarat ini memiliki tiga posisi utama; menjalin jari-jari di depan wajah (gambar 15), tangan diletakkan diatas meja (gambar 16) atau diatas pangkuan bila sedang duduk dan dimuka tubuh bila berdiri (gambar 17). Tampaknya juga ada korelasi antara tingginya tangan itu terangkat dan kekuatan perasaan negative yang sedang dialami; yaitu orang dengan tangan diangkat tinggi seperti dalam gambar 16 akan lebih sulit ditangani daripada orang seperti dalam posisi gambar 17. Seperti halnya gerak isyarat negatif lain, beberapa tindakan harus dilakukan untuk melepaskan jalinan jari-jari itu untuk memperlihatkan telapak tangan serta bagian depan tubuhnya, bila tidak, sikap permusuhan akan tetap hadir.

(12)

Gambar 15

Jari-jari tangan terjalin dalam posisi terangkat

Sumber: Nierenbeg & Henry, How to Read A Person Like A Book,(1971)

Gambar 16

Jari-jari tangan terjalin dalam posisi tengah

(13)

Gambar 17

Jari-jari tangan terjalin dalam posisi bawah

Sumber: Nierenbeg & Henry, How to Read A Person Like A Book,(1971)

Setelah Dwi Rosilawati mengatakan hal tersebut, Azria langsung memberikan pertanyaan tambahan yakni “mengapa hal tersebut (poligami) hanya untuk laki-laki ? kenapa tidak untuk perempuan ? memang perempuan tidak memiliki nafsu yang sama?” Ekspresi yang di keluarkan oleh Azria spontan berubah dari ekspresi sebelumnya yakni, mata melebar , nada bicara yang naik, kedua tangan merujuk ke depan dengan telapak tangan terbuka. Gesture yang diberikan oleh Azria adalah Gesture yang menunjukan bahwa Azria adalah orang yang terbuka dan jujur dalam menyampaikan pesan dan ide. Gesture tangan merujuk ke depan dengan telapak tangan terbuka akan mengundang audiens dan membuat mereka lebih nyaman saat berkomunikasi.

Dwi Rosilawati langsung menjawab pertanyaan Azria mengenai “apakah hawa nafsu pria saja yang bisa melakukan poligami ? kenapa perempuan tidak ?” Dwi menjawab “kalau perempuan dengan perasaanya lebih cenderung daripada akalnya gitu, tidak akan tercapai keadilan”. Maksud dari kata-kata tersebut mungkin jika perempuan mengikuti hawa nafsunya juga maka tidak akan tercapainya keadilan dalam rumah tangga. “rata-rata wanita yang sudah melahirkan dan sudah punya anak, itu rasa kecenderungan-kecenderungan yang terkait seksual seperti itu agak-agak berkurang ya, nggak seperti laki-laki yang dia terus punya keinginan yang sama dengan misalnya awal menikah seperti itu” Dari segi jawaban tersebut penulis menelaah lebih dalam, jika Dwi

(14)

Rosilawati istri pertama Rizki Ramdani melakukan komunikasi defensif agar status poligami tersebut berjalan sesuai dengan akidah-akidah islami. Jika di pandang dengan logika maka seharusnya bisa saja kecenderungan melakukan seks tersebut di bahas dalam konteks kebutuhan jasmani biasa. Jika suami ingin menambah istri dikarenakan hawa nafsu suaminya masih sama dengan awal menikah adalah hal yang tidak relevan dikarenakan istrinya masih sanggup untuk memuaskan hasrat nafsu yang dimiliki oleh sang suami. “Yang harus kita luruskan gitu ya, jangan menganggap poligami itu sebagai aib gitu, dan ya ingat lah gitu, ya kita itu di dunia Cuma sebentar yang seharusnya saya cintai itu bukan makhluk lho gitu, tetapi seharusnya siapa yang menciptakan kita (Tuhan). Toh ketika kita kembali suami tidak akan mempertanggung jawabkan apa yang kita perbuat gitu kan.” Lanjut Dwi mengakhiri sesi Tanya jawab tersebut. Sekali lagi komunikasi defensive dilakukan Dwi demi melindungi suaminya atas perbuatan poligami yang dilakukannya, alih-alih mengungkapkan bahwa yang seharusnya dia cintai bukanlah makhluk hidup tetapi Tuhan yang menciptakan manusia. Lantas mengapa ia menikahi Rizki ramdani selama 14 Tahun tersebut.

Kata-kata akhir sebelum penutup bincang-bincang tersebut sedikit menarik. Penulis ingin menggaris bawahi bahwa suami tidak akan mempertanggung jawabkan apa yang kita perbuat, hal tersebut sangat cocok bagi Rizki ramdani yang alih-alih Rizki seperti mencuci tangannya yang kotor. Makna Rizki mencuci tangan nya yang kotor yakni rizki memberikan brainwash agar Dwi Rosilawati yakin bahwa jika Poligami nantinya itu dosa maka yang harus menanggung dosa itu adalah Suami, karena suamilah yang membuat keputusan itu. Dwi maupun istri kedua hanya perlu bertanggung jawab pada dirinya sendiri kelak di hari akhir nanti. Dari seluruh Jawaban milik Dwi Rosilawati saat sesi Tanya jawab bak scenario yang sudah di hafalkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Padahal sesi tersebut cukup cepat dan ini adalah video documenter yang jelas tidak ada narasi dalam pertanyaan dan jawaban tersebut. Bagaikan mesin yang sudah di program, Dwi Rosilawati istri pertama Rizki ramdani tersebut mengulang kata-kata yang selalu meyakinkan bahwa hasrat laki-laki selalu lebih tinggi dan perempuan cenderung akan lemah. Senjata itulah yang digunakan Rizki untuk dapat melancarkan aksi poligaminya.

Saat menjawab pertanyaan tersebut Ekspresi wajah Dwi semakin kecut, selalu memalingkan wajah kebawah serta memberikan senyum tipis untuk menutupi kecemasannya. Terkadang Dwi memejamkan mata saat berbicara dengan Azria hal ini menunjukan bahwa ketika seseorang mengalami kejenuhan atau tidak senang kepada lawan bicara, atau merasa lebih superior daripada lawan bicara maka dia akan menghalangi lawan bicara dari pandangannya dengan

(15)

menutup kelopak matanya dan mengulang-ulang tindakannya itu selama beberapa saat. Gesture tangan Dwi Rosilawati dari awal hingga akhir tetap sama yakni jari-jari tangan terjalin saat dipangkuan yang dinamakan gerak isyarat rustasi menandakan bahwa orang tersebut sedang memendam sikap yang negatif. Dalam Adegan ini Dwi Rosilawati digambarkan sebagai perempuan yang terlihat kuat meskipun sebenarnya kecemasannya tetap terlihat, dikarenakan Dwi selalu menggunakan Gesture memalingkan wajah, senyum tipis, memejamkan mata dan menjalin jari-jari tangan dalam posisi kebawah.

4. Representasi Perempuan Timeline : 00:09:42 – 00:10:45

Gambar 18

Persiapan istri pertama untuk pergi jalan-jalan serta menjemput istri kedua

Denotasi:  Visual:

Dwi Rosilawati sedang mempersiapkan bekal untuk anak-anak serta suaminya, Dwi terlihat sedang sibuk mencuci piring serta membereskan rumah sebelum pergi jalan-jalan bersama suaminya serta istri kedua suaminya.

 Audio:

Rizki Ramdani menelpon istri keduanya : “ siap-siap ya Aa mau ke rumah” istri kedua : “oh iya mandi dulu”

(16)

Rizki ramdani: “ya jangan lama , siap-siap soalnya bentar lagi mau nyampe. Pakai baju yang warna biru ya, pakai kerudung yang sama ya. Soalnya kita mau diliput sama VICE Indonesia.

Rizki ramdani : berbicara kepada anak-anaknya “ yuk “

Rizki ramdani: berbicara kepada istrinya “ udahlah sama si bibi aja atuh itu mah, kenapa harus kamu”.

Rizki ramdani: “ayo anak-anak masuk ke mobil, masuk di tengah ya” Anak-anak: “bawa bantal bawa bantal”

Rizki ramdani: “ga usah ga usah, umi di tengah sama anak-anak” Dwi rosilawati: “ bentar ambil hp dulu”

Azria : “Pagi ini kita bakal jalan-jalan sama keluarganya kang rizki ke daerah gunung manglayang”

 Lighting:

Sumber pencahayaan dari scene ini adalah natural light dari cahaya matahari  Wardrobe:

Pakaian yang di gunakan Dwi Rosilawati masih sama dengan scene sebelumnya.  Sound Effect:

Suara suasana rumah serta lingkungan rumah menjadi natural sound yang digunakan di scene ini, serta backsound sentimental yang berguna untuk menyentuh perasaan saat mendengarnya.

Konotasi:

Dalam adegan ini atau scene ini Rizki ramdani menelpon istri keduanya untuk diajak bertamasya bersama istri pertamanya di gunung Manglayang. Tujuan Rizki mengajak istri keduanya bertamasya bersama adalah untuk memperkenalkan sekalian istri keduanya kepada pihak VICE Indonesia. Pengambilan gambar pada adegan ini medium shot yang berguna melihat ekspresi dan gesture dari objek yang di tangkap. Pada adegan saat Rizki ramdani sedang menelpon istri keduanya, saat itu juga beberapa stock shot memperlihatkan Dwi Rosilawati sedang mempersiapkan segalanya untuk tamasya tersebut. Seperti keperluan makanan, baju, dan perlengkapan lainnya. Dwi Rosilawati digambarkan tunduk dengan perkataan suami, tetap menjadi ibu rumah tangga yang baik dalam konotasi seperti tetap membersihkan keadaan rumah

(17)

serta melayani dan mempersiapkan segala keperluan suami dan anak. Hal tersebut dapat terilhat saat Dwi Rosilawati sedang mencuci piring dan gelas kotor serta mempersiapkan bekal untuk keluarganya tersebut. Saat suaminya sedang mempersiapkan mobil dan menyuruh anak-anak untuk masuk mobil. Dwi rosilawati tetap bersih keras untuk membereskan dapur yang masih terlihat berantakan. Saat itu juga Rizki ramdani suaminya mengatakan “ sudahlah biar si bibi yang membereskan hal tersebut, kenapa harus kamu”. Hal tersebut menambah konotasi bahwa Dwi Rosilawati tetap ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik, dimana akan selalu siap melayani, mempersiapkan hingga membereskan semua kebutuhan rumah. Pandangan stereotipe mengenai perempuan sangat terlihat pada adegan ini dimana Dwi Rosilawati melakukan tugas dan fungsinya yang dimana hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan kerumahtanggaan. Dalam scene tersebut Dwi Rosilawati masuk dalam Citra Pinggan yakni citra dimana perempuan tidak bisa melepaskan diri dari dapur karena dapur adalah dunia perempuan, hal ini merupakan penggambaran dari citra pinggan. Dari adegan ini Dwi Rosilawati digambarkan sebagai perempuan yang selalu berada dalam dunia dapur dimana perempuan itu selalu di gambarkan sebagai sosok yang selalu menyiapkan segala keperluan keluarganya.

5. Representasi Perempuan Timeline 00:11:22 – 00:12:08

Gambar 19

Rizki Ramdani menjemput istri keduanya lalu mengajaknya pergi bertamasya

Denotasi:  Visual:

(18)

Rizki ramdani masuk kedalam rumah istri keduanya diikuti oleh istri pertama dan anak-anaknya. Rizki dan Dwi Rosilawati bersalaman dengan Rima istri kedua rizki serta ibu rima yang tinggal bersama rima. Rima dan ibu Rima tampak bahagia ketika Rizki datang ke rumah mereka. Setelah itu mereka langsung berangkat menuju gunung Manglayang untuk melakukan tamasya bersama. Rima tampak mempersiapkan segala keperluan pribadi nya serta keperluan suami dan anak-anaknya. Dengan perutnya yang sedang hamil, Rima membantu anaknya menali sepatu.

 Audio:

Voice Over Azria : ini lah kediaman istri kedua Rizki perempuan berumur 20 tahunan bernama Rima. Rizki bilang ia menghabiskan separuh waktunya disini tempat rima dan ibunya tinggal. Hal ini lah yang menjadi justifikasi Rizki berpoligami, ia mampu menyediakan rumah berbeda untuk masing-masing istrinya.

Azria: “Sudah berapa bulan ini teh Rima?” Rima: “Delapan”

Azria: “apa katanya? Cewe atau cowo?” Rima: “cowo katanya”

Azria: “oh cowo, sehat-sehat yang penting ya teh” Rima: “Amin”

 Lighting:

Sumber pencahayaan dari scene ini berupa natural light dari sinar matahari dan lampu dalam rumah

 Wardrobe:

Outfit yang di kenakan oleh Rizki Ramdani yakni kemeja lengan panjang berwarna biru dan celana jeans berwarna biru. Istri Pertama nya tetap menggunakan Gamis terusan bermotif bunga-bunga berwarna gelap dengan hijab berwarna pink. Sedangkan Istri keduanya menggunakan gamis bermotif kotak-kotak berwarna biru serta hijabnya yang bermotif bunga yang berwarna biru. Di scene ini Outfit dari Rizki ramdani dan Rima sangat matching.

 Sound Effect

(19)

Konotasi:

Ketika Rizki ramdani dan keluarga pertamanya sudah sampai di tempat istri kedua, Rizki langsung masuk ke dalam rumah disertai istri pertama dan anak-anaknya. Saat itu juga Istri keduanya dan ibunya sudah menyambut dan menyalami Rizki. Dwi rosilawati istri pertama juga masuk dan menyalami rima dengan tambahan cium pipi kanan dan kiri. Saat itu juga Rizki dinantikan sebagai seseorang yang sangat penting dalam rumah tersebut.

Dalam scene ini pengambilan gambar di buat medium shot agar mendapatkan ekspresi dari setiap pemain yang in frame dalam gambar. Ekspresi wajah Rima terlihat bahagia yang dibuat-buat, karena saat ia sedang mempersiapkan segala keperluan anaknya dia nampak letih dan lesu karena kehamilannya yang sudah 8 bulan tersebut. Di dalam scene ini Rima tampak memiliki Citra pinggan yang sama dengan Dwi Rosilawati (istri pertama) yakni citra dimana perempuan masih identik dengan dunia dapur seperti memasak, mempersiapkan segala hal bagi suami dan anak, serta membersihkan rumah.

Rima memperlihatkan ekspresi wajah canggung saat duduk di dalam mobil bersama istri pertama Rizki Ramdani, iya hanya membalas pesan singkat dari pertanyaan yang di lontarkan Azria saat di dalam mobil tersebut. Eksrpesi wajah menunduk dilakukan oleh istri pertama dan keduanya (Rima) saat Azria menanyakan sudah berapa lama kehamilan Rima tersebut.

Gambar 20

Ekspresi kepala menunduk oleh istri pertama (kiri) dan istri kedua (tengah)

Ekspresi wajah menunduk tersebut diartikan kesedihan mendalam dari kedua istri Rizki ramdani. Hal tersebut dapat terlihat karena sebenarnya istri pertamanya masih memiliki kecemburuan atas istri kedua. Dwi Rosilawati sempat mengatakan bahwa ia harus melawan rasa

(20)

cemburunya dengan lapang dada supaya mendapatkan pahala sahid. Sedangkan posisi istri kedua di scene tersebut dianggap sebagai pendatang dalam rumah tangga istri pertama Rizki ramdani. Di tambah dengan adanya kehamilan atas istri kedua, posisi istri kedua sementara saat ini sedang sangat di perhatikan oleh Rizki Ramdani yang membuat istri kedua tersebut enggan untuk melakukan kontak bersama istri pertama.

6. Representasi Perempuan Timline 00:12:06 – 00:13:04

Gambar 21

Keluarga Rizki Ramdani menikmati suasana gunung Manglayang

Denotasi:

 Visual:

Sesampainya di gunung manglayang keluarga Rizki Ramdani turun dari mobil lalu mendekati warung yang tersedia di tempat tersebut lalu duduk-duduk di warung tersebut sembari menikmati suasana. Rizki terlihat menikmati suasana dengan menyanyikan lagu melancholic, istri pertama sedang menyuapi anak pertama istri kedua yakni Rima. Sedangkan Rima hanya duduk di samping istri pertama yakni Dwi Rosilawati, Anak-anak terlihat sibuk dengan bermain dan makan. Rizki Ramdani meminta istri pertamanya untuk memesankan minuman untuk dirinya serta istri pertamanya. Setelah itu istri pertamanya menawarkan pesanan tersebut kepada istri kedua, tetapi istri kedua menolak karena sedang tak ingin minum minuman tersebut.

(21)

 Audio:

Rizki : “Habisin aja makanannya”

Azmah (anak istri pertama) : “abi aku mau” Rizki : (menyanyikan sebuah lagu)

Rizki: “ ini siapa ? ini siapa?, dedek, dedek roya heii… hei…” (menggoda anak istri kedua nya yang masih balita)

Rizki: “Wedang teh enak ini wedang, eh kemarin itu apa sih ? yang kamu suka itu ( memandang istri pertama)

Dwi Rosilawati: “apa ? yang apa?”

Rizki: “ bajigur atau apa sih ? yang waktu itu kita kesini itu”

Dwi Rosilawati: “oh.. STMJ nya dua A (panggilan untuk pemilik warung) Rizki: “ Kenapa dua?”

Dwi Rosilawati: “umi mau”

Rizki: “oh abi ngga mau, itu buat umi”

Dwi Rosilawati: “oh gitu, A satu STMJ nya, nggak ? ( menyentuh rima yang sedang duduk)

Rima: “nggak teh”

Dwi Rosilawati: “nggak suka?”

Rima: “nggak teh, lagi nggak pengen aja”  Lighting:

Pencahayaan pada adegan ini menggunakan natural lighting dari cahaya sinar matahari.

 Wardrobe:

Pada Scene ini outfit yang mereka kenakan masih sama yakni Rizki Ramdani dengan kemeja Biru dan celana jeans birunya, Dwi Rosilawati Istri pertamanya yang menggunakan gamis bercorak bunga-bunga dengan warna dasar gelap, sedangkan Rima menggunakan gamis bercorak kotak-kotak dengan warna biru yang sama dengan hijabnya.

(22)

Suara dan suasana gunung Manglayang di jadikan sebagai natural sound serta tambahan backsound lagu sentimental yang berguna untuk menyentuh perasaan saat mendengarnya.

Konotasi:

Ketika sesampainya mereka di gunung manglayang Azria tidak langsung menggunakan sesi nya untuk tanya jawab, tetapi membiarkan mereka untuk bersantai ria bersama keluarganya terlebih dahulu. Terlihat Rizki Ramdani sangat menikmati suasana tempat tersebut sehingga membuatnya bersenandung saat duduk-duduk bersama keluarganya. Anak-anak terlihat bahagia bermain dan memakan bekal yang sudah di persiapkan saat sebelum beranjak pergi ke tempat tersebut.

Pada Scene ini pengambilan gambar di buat medium shot agar ekspresi mereka terlihat. Terlihat istri pertama(Dwi Rosilawati) dan istri kedua(Rima) sedang duduk bersama, tetapi istri pertama sibuk menyuapi balita istri kedua, sedangkan istri kedua yang sedang hamil 8 bulan tersebut hanya duduk disamping nya serta melihat balitanya tersebut sedang makan. Pada situasi ini mereka terlihat sangat canggung sehingga mereka hanya menundukkan kepala mereka, bahkan berkomunikasi pun tidak. Mereka hanya fokus kepada anak nya yang sedang makan tersebut. Sehingga membuat Rizki Ramdani memecah situasi tersebut dengan menggoda anaknya yang sedang makan tersebut agar istri-istri nya terlihat bahagia pada candaan tersebut. Tak hanya itu niat untuk menghilangkan suasana canggung tersebut ia lanjut kan dengan mengatakan “Wedang teh ini enak Wedang” lalu Rizki menoleh kepada istri pertamanya lalu mengatakan “eh kemarin yang enak itu apa sih” lalu istrinya pertamanya menjawab “yang apa?” Rizki membalas “bajigur atau apa sih, yang kemarin waktu itu kita ke sini” istri pertama menjawab “oh itu STMJ.., STMJ nya dua A”. Niat Rizki ingin memecah suasana dengan percakapan memesan minuman tersebut malah membuat istri keduanya semakin canggung. Di karena kan istri kedua tidak mengerti apa yang mereka bicarakan dan apa yang telah mereka lakukan di tempat itu waktu itu. Rima istri kedua Rizki tersebut nampak menunduk dan bingung serta menyingkupkan tangannya serta memainkan jari jemarinya. Ekspresi canggung lebih terlihat ketika tiba-tiba Dwi Istri pertamanya menawarkan pesanan tersebut kepadanya “enggak?” (menyentuh rima), Rima menjawab “enggak teh” , Dwi membalas “kenapa? Enggak suka?” Rima membalas “enggak teh lagi ngga pengen aja” (senyum kecil). Pada dialog tersebut wajah Rima sangat kaget ketika di sentuh oleh Dwi, senyum

(23)

dan gelak tawa kecil dibuatnya agar tidak begitu terlihat canggung saat berkomunikasi dengan Dwi.

Menurut Penelitian oleh Neirenberg dan Calero (1971) tentang posisi jari tangan terjalin ini membawa mereka berkesimpulan bahwa gaya ini merupakan gerak isyarat rustasi, menandakan bahwa orang itu sedang memendam sikap yang negative. Pada saat Rima menyingkupkan tangan dengan menjalin jari jemarinya untuk dimainkan itu adalah petanda dimana dia sedang memendam sikap negative berupa canggung dan menutup diri.

Gambar 22

Rima menjalin jari jemarinya serta memalingkan wajah saat canggung

Pada saat itu juga Rima nampak memalingkan wajah nya, terkadang ia juga hanya menunduk dan melihat tangan serta jari jermarinya dimainkan. Ekspresi wajah menunduk sering di lakukan seseorang ketika sedang mengalami kesedihan mendalam seperti kehilangan sosok yang dicintai dan depresi. Bahkan sejumlah penelitian menemukan perempuan tiga kali lebih rentan terhadap depresi dibandingkan laki-laki (Kring dkk., 2007). Hal ini berlaku baik pada depresi ringan, sedang, maupun berat. Perbedaan gender ini ditemukan pada sejumlah negara, suku bangsa, dan seluruh tahap usia dewasa. Menariknya, Lubis (2009) menyatakan sebelum remaja, hanya ada sedikit perbedaan tingkat depresi antara anak laki-laki dan perempuan, namun antara usia 11 hingga 13 tahun ada peningkatan kecenderungan depresi pada perempuan. Pada usia 15 tahun perempuan memiliki kecenderungan dua kali lebih besar daripada laki-laki terkena depresi. Baldwin (2002) menjelaskan bahwa sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. Remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Amir (2005) menambahkan bahwa depresi lebih

(24)

sering terjadi pada wanita, karena berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada wanita, misalnya adanya depresi prahaid, postpartum dan postmenopause.

Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap konflik dan stres, pada perempuan konflik memicu hormon negatif sehingga memunculkan stres, gelisah dan rasa takut. Laki-laki sering kali menikmati konflik dan persaingan, bahkan mereka menganggap bahwa konflik memberikan dorongan yang positif. Dapat disimpulkan ketika perempuan menghadapi konflik sering lebih sensitif terhadap respon psikologis sedangkan laki-laki lebih peka terhadap respon fisiologis, sehingga ketika perempuan mendapat tekanan, pada umumnya lebih mudah mereka mengalami stres yang kemudian dapat berlanjut menjadi depresi.

Menurut penulis, Rima digambarkan disini sebagai sosok perempuan yang santun lembut tidak banyak bicara dan menuruti perkataan suami serta Istri pertama. Dengan umur Rima yang masih muda ia memposisikan dirinya sebagai Istri dari Rizki dan Adik dari Dwi Rosilawati. Meski terkadang Rima harus menyembunyikan depresinya karena istri pertama lebih mendominasi Suaminya dalam bidang pengalaman pergi bersama dan kenangan-kenangan lamanya bersama istri pertama, Rima tetap harus bersikap ikhlas dan menuruti kata suaminya.

7. Representasi Perempuan Timeline 00:13:06 – 00:14:42

Gambar 23

Sesi tanya jawab kepada kedua istri Denotasi:

(25)

Setelah bersantai ria sesi tanya jawab akan dimulai, terlihat mereka berjalan berkumpul di titik yang sudah di tentukan. Saat mereka akan duduk istri pertama duduk terlebih dahulu di susul oleh Rizki ramdani di sampingnya. Sedangkan Rima istri kedua duduk di samping Azria.

 Audio:

Azria: “Pernah jealous ngga sih teh kalau cemburu kalau lagi jalan bareng gini? Misalnya nih teteh nya duduk disebelah sama akang, teteh nya aduh itu duduk di sebelahan gitu” Rizki: “kalau mau duduk di sini aja”

Dwi Rosilawati: “hmm iya ada sih (jealous) ada cuman” Azria: “gimana handle nya”

Dwi Rosilawati: “ya handlenya pasti ya minta suami, ya untuk bersikap senetral mungkin sebiasa mungkin gitu lho”

Azria: “Biasanya hal apa yang bikin cemburu” Dwi Rosilawati: “manggil sayang misalnya”

Rizki: “Jadi jangan pakai panggilan yang ke salah satu, kalau mau yang ya ke keduanya” Azria: “teh gimana kalo teteh” (bertanya pada Rima)”

Rima: “yaa, itu aja AA sama teteh kan lebih lama gitu kalau misalnya bahas nostalgia atau gimana gitu”

Azria: “Pernah kesini tahun berapa gitu ya” Dwi Rosilawati: “ya..yaa..yaa”

Rizki: “Ya ini bagian dari ini ya bumbunya ya, bumbu poligami bahwa bukan berarti mereka para wanita yang ada dalam keluarga poligami fitrah nya sebagai perempuan mati sudah. Rasa cemburu tetap ada, bedanya dia bisa memanage. Karena di benak masyarakat masih terpatri bahwa anggapanya poligami itu nggak akur, poligami itu antara istri pertama dan istri kedua saling berkompetisi, saling membenci. Nah ini yang ingin kita lawan, poligami yang akur itu bukan sesuatu yang mustahil. Waktu akan menunjukkan bahwa sebetulnya tidak ada yang rusak”

 Lighting:

Pencahayaan pada adegan ini menggunakan natural lighting dari cahaya sinar matahari.

Wardrobe:

(26)

 Sound Effect:

Suara dan suasana gunung Manglayang di jadikan sebagai natural sound serta tambahan backsound lagu sentimental yang berguna untuk menyentuh perasaan saat mendengarnya.

Konotasi:

Saat sesi tanya jawab tersebut duduk Rizki dan Dwi bersebelahan sedangkan duduk Rima berada di samping Azria. Pada pertanyaan pertama sebenarnya Azria memberikan pertanyaan kepada Rima karena Azria menghadap ke Rima dan pertanyaan tersebut menjurus ke Rima “Pernah jealous ngga sih teh kalau cemburu kalau lagi jalan bareng gini? Misalnya nih teteh nya duduk disebelah sama akang, teteh nya aduh itu duduk di sebelahan gitu” tetapi yang menjawab pertanyaan tersebut bukan lain adalah Dwi Rosilawati Istri pertama Rizki ramdani. Dari sini terlihat bahwa Dwi Rosilawati mendominasi Rima yang berstatus istri kedua dimana Dwi sendiri memiliki rasa kuasa paling dekat dengan suaminya karena dia lebih mengenal suaminya lebih lama di bandingkan dengan Rima yang hanya mengenal nya beberapa tahun akhir saja. Setelah Dwi menjawab pertanyaan berganti Rima menjawab pertanyaan tersebut. Nada bicara Rima terkesan sangat pelan dan agak kurang jelas, Penulis melihat bahwa Rima sangat terintimidasi pada sesi tersebut. Rima hanya menjawab Rizki dengan Dwi lebih lama menikah, hal lain yang menyakiti Rima adalah ketika Rizki dan Dwi sedang mengenang masa-masa nostalgia mereka saat sedang berduaan. Di ikuti gelak tawa sedikut dan senyum terpaksa membuatnya terlihat sangat canggung ketika mengungkapkan isi hatinya.

Gambar 24

(27)

Dwi yang mendengar jawaban Rima hanya tersenyum dan menunduk kebawah memalingkan wajahnya dari Azria dan Rima. Peran Rizki di sesi tanya jawab ini untuk selalu mengawasi program ( Software ) nya yakni poligami agar tetap mereka teguhkan. Penulis menganggap bahwa Dwi dan Rima adalah hardware atau perangkat dimana Rizki mampu menaruh sebuah program bagi mereka. Program tersebut adalah poligami, dimana mereka di berikan suatu akidah-akidah mengenai agama tersebut, jalan menuju surga yang dimana hanya menahan rasa cemburu. Disini Rizki mengatakan bahwa anggapan poligami menurut orang-orang yakni istri pertama dan istri kedua tidak akur, saling membenci, saling berkompetisi. Nyatanya pada sesi tersebut kedua istrinya terlihat saling tidak akur, saling membenci satu sama lain, dan mereka saling berkompetisi. Terlihat dari cara pembawaan Dwi yang menjawab beberapa pertanyaan terlihat lebih tahu, sedangkan Rima kurang tahu. Terlihat ketika ekspresi wajah Dwi setelah mendengar jawaban Rima bahwa Dwi tidak menerima jawaban tersebut dengan menundukan wajah serta memberikan senyum tipis kepada Rima. Dalam hal akur dan tidak akur Dwi dan Rima terlihat jarang berkomunikasi satu sama lain, mereka hanya focus kepada anak-anak mereka jika di tinggal oleh suaminya.

Gambaran mengenai kedua istri dalam scene ini mereka tetap memiliki Citra Pinggan yang dimana mereka tetap berperan aktif sebagai wanita yang mengurus dunia dapur maupun mengurus anak-anak serta suaminya, dengan mempersiapkan segala sesuatu yang anak-anak butuhkan dan suaminya butuhkan. Tetapi Citra Pergaulan terlihat sangat berbeda, sosok Dwi sebagai istri pertama memiliki tingkat percaya diri yang berbeda dengan Rima. Dwi lebih percaya diri saat berkomunikasi sedangkan Rima lebih menutup diri. Selebihnya adalah Dominasi karena adanya Dwi di dekat Rima sendiri.

8. Representasi Perempuan Timeline 00:14:43 - 00:16:57

(28)

Gambar 25

Sesi pertanyaan mendalam dengan Rima istri kedua Rizki Ramdani

Denotasi:  Visual:

Dalam scene ini Azria ingin bertanya lebih dalam mengenai poligami bersama Rima selaku istri kedua tanpa adanya gangguan dari Dwi dan Rizki di dekatnya.

 Audio:

Azria: “kan sebenarnya teteh ini masih muda gitu, ada banyak yang punya pilihan banyak gitu. Apa sih yang membuat teteh yakin kalo teteh mau gitu menikah dengan orang yang sudah punya istri”

Rima: “di era sekarang teh banyak ee susah banget nyari cowo yang agamanya bagus, ee keluarga saya bisa di bilang keluarga yang biasa-biasa aja ya teh. Jadi saya cuman lulusan SMK, justru bapak saya yang menyuruh saya menikah sama Aa. Pertama memang ga nyangka ya dan nggak pernah berpikiran jadi yang kedua juga. Tapi setelah ketemu sama Aa, ehm orang nya baik, agamanya bagus, terus di yakinin juga sama teteh yang membuat saya yakin mau berpoligami. Itu nggak nyangka ada cewek sebaik teh Dwi, kelapangan hatinya, kesolehannya, kesabarannya. Jadi punya kakak baru hehehehe.”

Azria: “Sebagai ee istilahnya istri yang kedua gitu dan suka dapet stigma jelek juga jadi pelakor, teteh suka ada suka ngerasa ada orang yang menyindir atau misalnya”

Rima: “Pelakor itu merebut ya, tapi ini nggak ngerebut masih sama masih suaminya teteh. Poligami mungkin saling membantu dalam urusan anak dan keluarga. Kalau pelakor ya nggak, mungkin sayang sama ayah nya aja hehehe. Kalau ngliat dari sisi orang mah nggak

(29)

akan pernah habisnya, mau niat nya baik mau gmna pastinya diomongin terus. Santai aja sih nyarinya juga dari ridho Allah bukan dari ridho orang lain.”

 Lighting:

Pencahayaan pada adegan ini menggunakan natural lighting dari cahaya sinar matahari.  Wardrobe:

Azria masih menggunakan kemeja bercorak abstrak dengan warna dasar gelap sedangkan Rima menggunakan gamis bercorak kotak-kotak berwarna biru serta hijabnya yg bercorak bunga-bunga berwarna biru juga.

 Sound Effect

Suara dan suasana gunung Manglayang di jadikan sebagai natural sound serta tambahan backsound lagu sentimental yang berguna untuk menyentuh perasaan saat mendengarnya.

Konotasi:

Dalam scene ini Azria ingin membongkar alasan Rima ingin menikahi Rizki ramdani sebagai suaminya. Rima mengaku bahwa ayah nya lah yang memperkenalkan dan menyuruh nya untuk menikah dengan Rizki, di karenakan Rizki sendiri memiliki pendidikan yang tinggi, agama yang bagus serta financial yang tinggi. Selain itu Rima yang hanya lulusan SMK menganggap dirinya kurang bisa menghidupi keluarganya kelak itu menjadi alasan utama dia mau menikahi Rizki.

Penggambaran Rima di sini Rima tergambar sebagai wanita yang lugu dimana dia baru saja lulus dari pendidikan menengahnya dan harus di hadapkan dengan problematika keluarganya yang pas-pasan sehingga dia membuat jalan agar mau menikahi Suami orang dengan embel-embel sebagai istri kedua. Dimana sebenarnya dia tidak bercita-cita ingin menikahi Suami orang, Rima memiliki cita-cita sebagai perempuan karier tetapi penolakan dari keluarga membuat nya menjadi ibu rumah tangga dari seorang yang berpoligami. Sosok Rima yang lugu dapat terlihat saat dia mengungkapkan alasannya menikahi Rizki ramdani. Suara yang lembut, terbata-bata, bingung saat berkomunikasi dengan lawan bicara, serta gesture tubuh yang sangat canggung ketika sedang berbicara. Citra pinggan dari sosok Rima sendiri sangat terlihat ketika dia harus dihadapkan dengan mengurus rumah tangga serta mempersiapkan segala keperluan anak dan suaminya sebelum berangkat ke gunung manglayang tersebut. Sedangkan Citra Pergaulan Rima cenderung sedikit kurang karena gesture dan ekspresi ketika berkomunikasi sangat kurang. Cara

(30)

berkomunikasi Rima sangat cenderung terlihat seperti remaja pada umumnya yang memiliki kecemasan dalam bertutur kata. Terlihat gesture tangannya yang diletakan diantara sela kakinya seperti gambar di bawah ini.

Gambar 26

Tangan Rima terlihat di letakan diantara sela kakinya.

Menurut penulis tangan yang di letakkan di sela-sela kaki tersebut memiliki gesture tangan membentuk menara. Menurut Nierenberg dan Calore (1971,101) Gerak isyarat tangan yang menunjukkan menara menunjukkan bahwa gaya ini sering digunakan dalam interaksi atasan/bawahan dan bisa merupakan gerak isyarat tersendiri yang menandakan sikap percaya diri atau sikap “mahatahu”. Gerak isyarat ini memiliki dua versi; terangkat hingga membentuk menara (gambar 26.1), posisi yang biasanya diambil pada waktu orang tersebut sedang memberi pendapat atau ide dan sedang berbicara. Isyarat menara menghadap kebawah (gambar 26.2) biasanya digunakan pada waktu orang tersebut sedang mendengarkan. Nierenberg dan Calero mencatat bawa wanita cenderung memakai posisi menara menghadap kebawah daripada ke atas. Bila posisi menara menghadap keatas dilakukan dengan kepala didongakkan, maka timbul kesan angkuh atau sombong.

(31)

Gambar 26.1

Gerak isyarat menara terangkat

Sumber: Nierenbeg & Henry, How to Read A Person Like A Book,(1971)

Gambar 26.2

Gerak isyarat menara terbalik

Sumber: Nierenbeg & Henry, How to Read A Person Like A Book,(1971)

Menurut penulis saat Rima menggunakan gerak isyarat menara terbalik rima sedang focus mendengarkan apa yang Azria tanyakan kepadanya tetapi gerakan tersebut di ikuti dengan mata yang sering memalingkan pandangan yang menghadap ke kanan atas. Yang dimana jika bola mata

(32)

melihat ke kanan atas berarti lawan bicara sedang mencoba mengingat sebuah visual yang bersifat nyata yang pernah dia lihat atau alami sebelumnya.

9. Representasi Perempuan Timeline 00:19:22 – 20:33

Gambar 27

Scene wawancara terhadap ibu-ibu yang menolak suaminya berpoligami Denotasi:

 Visual:

Azria menjumpai seorang ibu yang berani meninggalkan pernikahan poligami. Identitas ibu tersebut di rahasiakan, Azria dan ibu tersebut melakukan tanya jawab di ruang terbuka.  Audio:

Ibu: “Istri itu kan udah suatu ikatan ya jadi kalau misalnya dia tertarik dengan seseorang aja gitu kan terasa sini nya tuh seperti ini dug,dug,dug,dug. Apa lagi sampai mungkin ya poligami ya sangat terasa!. Ga pernah, ga pernah minta ijin ke ibu informasi itu kan datang dari orang lain. Bukan dia sendiri yang bicara ke kita, bagaikan petir tengah bolong ya dapet informasi kaya gitu. Sekarang saya harus langsung terima ya nanti lah. Saya ini kan manusia. Saya ini bukan malaikat. Untuk ibu ya untuk menerima itu susaah ya, untuk nerima poligami itu. Karena ibu mempertahankan itu ya dari anak-anak aja.

Azria: “Katanya kalau dalam pernikahan poligami cemburu itu diitung sebagai ibadah atau pahala untuk istrinya, menurut ibu gimana?”

(33)

Ibu: “Ibu nggak percaya ahh masa kok ibadah harus menyakitkan kita sihh. Apakah nggak ada ibadah yang lain? Masih banyak jalan menuju Roma lah. Emang nya kita masuk surga itu hanya kita di poligami? Allah Maha Pengasih Maha Penyayang masa kita di sakitin”  Lighting:

Pencahayaan adegan ini menggunakan natural light dari cahaya sinar matahari yang masuk pada sisi-sisi ruangan di rumah Ibu tersebut.

 Wardrobe:

Dalam Scene ini Outfit yang di gunakan ibu ini adalah gamis hitam dengan jilbab warna kuning disertai cincin mutiara yang ia kenakan dijari tengah tangan kanan. Sedangkan Azria menggunakan terusan berwarna pink muda dengan menggunakan jaket parka berwarna hijau army dengan lengan yang di tekuk.

 Sound Effect:

Suasana rumah Ibu ini di jadikan sebagai natural sound serta tambahan lagu sentimental yang dapat menyentuh perasaan serta emosi.

Konotasi:

Dalam scene ini Ibu yang merahasiakan identitasnya ini mencurahkan segala perasaannya yang ia pendam selama ini. Ibu tersebut mengatakan bahwa suaminya tidak pernah izin dan mengatakan bahwa ingin melakukan poligami. Tetapi Ibu tersebut mendapatkan informasi bahwa suaminya telah melakukan praktek poligami di belakangnya, Ibu ini tidak rela, ia memiliki perasaan yang tidak dapat di bagi ke orang lain. Maka dari itu Ibu ini memilih jalan untuk meninggalkan suaminya dan hidup bersama anak-anak nya.

Pengambilan gambar pada scene ini adalah medium shot, sebenarnya medium shot berguna untuk memperlihatkan ekspresi serta gesture yang di keluarkan oleh ibu tersebut. Tetapi wajah ibu tersebut dibuat Blur sehinga penulis tidak dapat melihat ekspresi dari ibu tersebut saat mengungkapkan keluh kesahnya mengenai pernikahan poligami yang dilakukan suaminya tersebut. Ibu ini tampak menggunakan Jilbab dan gamis yang dimana outfit tersebut adalah cerminan dari pakaian islami yang dianjurkan dalam syari’at islam.

Ibu yang meninggalkan pernikahan poligami ini memiliki Citra Pilar dimana ia ingin menjaga keutuhan rumah tangga dan menata rumah tangganya lebih baik, tetapi sang suamilah

(34)

yang membuat rumah tangga nya hancur karena memilih jalan praktek poligami. Kali ini ibu yang Azria jumpai ini tidak percaya dengan adanya pahala menahan cemburu dari suaminya yang melakukan poligami. Ibu ini tidak percaya bahwa jika menahan suatu rasa sakit atas perasaan bukanlah suatu ibadah. Ibu mengatakan bahwa Allah itu Maha pengasih dan Maha penyayang, tidak mungkin Allah akan menyakiti umatnya dengan adanya ibadah seperti itu.

Beberapa kali gestur menggelengkan kepala dan merujukan tangan ke depan dilakukan ibu tersebut saat di wawancari oleh Azria. Itu berarti ia sangat tidak setuju dengan adanya poligami dan ia hanya ingin mengungkapkan semua itu dengan keterbukaan dirinya. Sempat terlihat ibu tersebut melakukan gesture isyarat frustasi, dimana ibu tersebut menjalin jari-jari tangannya yang menandakan bahwa Ibu ini memendam sikap yang negatif.

Gambar 28

Tangan ibu tersebut terlihat menjalin jari-jarinya

Menurut penulis ibu tersebut memendam rasa kekecewaan yang tinggi serta rasa emosi yang tinggi terhadap praktek poligami yang membuat keluarganya menjadi hancur, atas dasar tersebut Ibu ini sangat tidak setuju dengan adanya praktek poligami karena dapat membuat hancurnya keluarga serta perasaan satu sama lain.

(35)

Gambar 29

Azria tampak mengangkat Alis berkali-kali saat memberikan pertanyaan

Dalam wawancara tersebut Azria juga sempat memberikan gesture mengangkat alis berkali-kali, menganggukkan kepala, serta memiringkan kepala. Gestur mengangkat alis tersebut menyertai pertanyaan verbal “apa benar”? , menganggukkan kepala juga berarti setuju/oke/sependapat dengan jawaban yang di berikan dan memiringkan kepala adalah tanda bahwa ia benar-benar fokus pada pembicaraan saat itu.1

10. Representasi Perempuan Timeline 00:20:56 – 00:22:55

(36)

Gambar 30

Azria bertemu dengan Nina Nurmila akademisi islam yang menghabiskan belasan tahun menliti isu poligami.

Denotasi:  Visual:

Azria dan team VICE Indonesia mendatangi Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau KOMNAS Perempuan tempat dimana Nina Nurmila bekerja. Azria dan Nina melakukan wawancara mendalam di suatu ruangan kerja..

 Audio:

Azria: “Sebetulnya bagaimana posisi islam terhadap isu poligami?”

Nina: “Hanya ajaran islam yang di dalam kitab sucinya menganjurkan,memerintahkan,untuk bermonogami. Poligami itu udah ada dimana-mana, tapi kemudian Islam merevolusinya sebagai secara bertahap menjadi maksimal empat dulu. Tapi ujungnya yang diinginkan adalah fawa hidatan ya kan?, itu kan yang sering kali di kutip kan ayatnya cuma sepotong (membaca ayat). Di copot tengah-tengah aja, ee jadi nikahilah perempuan dua,tiga, atau empat udah gitu aja. Tapi kalo misalnya kau khawatir tidak bisa berbuat adil kepada yang empat itu, ya satu saja. Satu saja, itu kan yang jarang di lanjutkan ayatnya.

Azria: “Tapi dalam islam sendiri adil yang seperti apa?, apa mungkin bu sebetulnya seorang laki-laki itu bisa adil?”

Nina: “Dalam Surat yang sama ayat 129 itu di baca (membaca ayat). Engkau tidak akan pernah bisa berbuat adil diantara perempuan, walaupun engkau menginginkannya. Poligami itu pasti di haramkan karena dikhawatirkan tidak adanya keadilan”.

Azria: “bentuk kekerasan yang paling jarang di sadari dari sama perempuan dalam hubungan poligami itu seperti apa?”

Nina: “yaitu kecemburuan itu, tidak dianggap sebagai pahala. Kekearasan psikologis, konstruksi budaya partriakal itu menyudutkan perempuan. Katanya kalau perempuan mengijinkan suaminya untuk melakukan poligami maka dia akan masuk surga. Mereka sangat berjuang didalam hatinya. Sebetulnya oh sakit, sakit tapi ini dari Allah, ini demi surga kaya gitu. Enggak, dalam Islam itu bahagia di dunia bahagia di akhirat (membaca

(37)

ayat). Jadi janji surga untuk yang berpoligami itu, enggak ada dalam Al-quran. Jadi apapun yang benar itu pasti enak di hati. Kalau Allah maha adil, enggak mungkin dong Dia menurunkan ayat-ayat yang mendukung ketidakadilan. Itu yang salah bukan Al-quran nya tapi cara membacanya.

 Lighting:

Pencahayaan adegan ini menggunakan cahaya lampu interior yang terdapat pada ruangan tersebut.

 Wardrobe

Outfit yang Nina Nurmila kenakan adalah kemeja batik lengan panjang dengan corak daun-daun berwarna warni dengan warna dasar putih dengan jilbab biasa dengan warna hijau. Sedangkan Azria mengenakan kemeja berwarna dasar puth bercorak bunga warna pink dan mengenakan jaket parka berwarna abu-abu dengan lengan di tekuk.

 Sound Effect

Suasana ruangan tersebut digunakan sebagai natural sound serta tambahan backsound lagu sentimental yang dapat menyentuh perasaan serta emosi.

Konotasi:

Dari Segala wawancara yang dilakukan oleh Azria kali ini Azria langsung dipertemukan dengan pakar Akademisi Islam secara langsung. Ia bertanya-tanya posisi Islam sendiri terhadap praktek poligami. Nina Nurmila langsung menjawab bahwa sebenarnya Islam hanya menganjurkan dan memerintahan seseorang untuk bermonogami. Poligami tersebut sudah ada sebelum Islam ada. Intinya adalah saat ini banyak seseorang hanya memotong beberapa ayat al-quran demi melancarkan praktek-prakek poligami tersebut. Dengan Janji surga yang di idam-idamkan seorang perempuan demi menahan rasa emosi dalam hal cemburu membuat praktek poligami ini terlihat mudah.

Dalam Scene tersebut pengambilan gambar dilakukan dengan medium shot yang bertujuan melihat ekspresi dan gesture dari Azria dan Nina Nurmila. Nina Nurmila sendiri adalah feminis Islam yang berdedikasi untuk meneliti Poligami selama belasan tahun agar perempuan terhindar dari kekerasan psikologi maupun kekerasan fisik. Outtfit yang di kenakan oleh Nina Nurmila sangat biasa bukan seperti gamis terusan dan jilbab yang panjang tetapi outfit wanita karier biasa. Dimana Nina hanya mengenakan baju kemeja batik bermotif bunga melati dan

(38)

daun-daunan. Motif tersebut dinamai motif batik bunga teratai (lotus), bunga lotus dianggap sebagai lambang kesucian, sebab Buddha sering di gambarkan sedang bermeditasi diatasnya. Selain itu lotus dihubungkan dengan simbol kematangan, harmoni, kebahagiaan dan kecantikan. Bahkan biji lotusnya sendiri merupakan simbol kesuburan. Kesan dari penampilan Nina Nurmila sendiri adalah memiliki suatu pengalaman dan pengetahuan yang matang mengenai ilmu poligami dan kesan harmonis dalam keluarganya karena ia juga menolak untuk tidak menyetujui poligami.

Referensi

Dokumen terkait

Juliansyah Noor, Penelitian Ilmu Manajemen (Jakarta: Kencana, 2013), h.225.. sebagai akibat tercapainya tujuan prestasinya. Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa putusan Mahkamah Konstitusi tersebut hanya mengabulkan uji materiil Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Jika dilihat perbandingan P-tersedia dari kedua lahan, lahan non produktif menunjukkan kondisi tanah yang kurang subur atau kandungan P-nya yang sangat rendah

Motif yang paling tinggi menjadi alasan masyarakat Surabaya menonton acara Indonesia Lawyers Club adalah motif identitas personal meliputi meningkatkan pemahaman

Survey yang dilakukan oleh idntimes.com dalam Adhitia (2018) dari 262 juta populasi di Indonesia, 16.68% penggunanya merupakan remaja usia 13-18 tahun dan mereka menggunakan

Meskipun beberapa penelitian tentang tinggi badan telah dilakukan, namun penelitian tinggi badan pada kelompok remaja belum banyak dilakukan, sedangkan prevalensi

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2Ol7 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kernenterian Kelautan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode (Penetran Tes, Ultrasonik Tes dan Magnetic Tes) yang paling efektif dan effisien dalam memeriksa cacat las, metode yang