• Tidak ada hasil yang ditemukan

HANDLE PINTU BERGAGANG, PALING SESUAI UNTUK MANULA (TELAAH DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH-SOLO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HANDLE PINTU BERGAGANG, PALING SESUAI UNTUK MANULA (TELAAH DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH-SOLO)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HANDLE PINTU BERGAGANG, PALING SESUAI UNTUK MANULA

(TELAAH DI PUSAT KEGIATAN LANSIA AISYIYAH-SOLO)

Oleh :

SOLICHUL HADI A. BAKRI

Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja, Universitas Udayana - Bali Ph.+62 812 2589990 e-mail: shadibakri@astaga.com

Abstrak

Suksesnya program keluarga berencana (KB) yang dimulai awal tahun 1970-an dan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat umum di Indonesia, berdampak terhadap peningkatan prosentase manula (manusia usia lanjut) dari tahun ke tahun. Banyak peralatan yang dipergunakan di rumah tangga masih kurang memperhatikan kemampuan dan kebolehan manula. Untuk itulah perlu perancangan produk yang memperhatikan hal-hal di atas. Kajian yang menyangkut kemampuan dan kebolehan manula di Indonesia sangat minim untuk dapat dijadikan patokan, untuk itulah penelitian pendahuluan tentang kesesuaian ‘handle’ pintu di Pusat Kegiatan Lanjut Usia Aisyiyah di Surakarta dapat memberikan arti bagi telaah manula. Fasilitas kegiatan ini diubahsuaikan dari ruang kelas pendidikan perawat, menjadi ruang tinggal manula dengan beberapa perubahan fasilitas pendukungnya seperti dapur, MCK, juga fasilitas lainnya. Observasi dilakuan terhadap seluruh populasi penghuni yang masih aktif yaitu sebanyak 13 wanita lansia. Diawali dengan pengukuran antropometri, pengukuran mikroklimat dan kesan/respon fisiologis uji coba penggunaan tujuh macam ‘handle’ pintu. Adapun hasil yang diperoleh dalam observasi adalah: (1) ubah suai ruangan yang semula kelas menjadi ruang tinggal manula membutuhkan penyesuaian fasilitas lanjutan, (2) di siang hari pada saat observasi dilakukan, suhu kering antara 28,7-30,0 0C,

suhu basah 21,2-21,4 0C, dan indeks suhu bola basah (ISBB) 23,6-24,4 OC, (3) ‘handle’ yang dirasa

paling sesuai dengan selera responden berbentuk bulat dengan warna keemasan (30,76%), (4) sedangkan untuk respon genggaman yang paling baik adalah, handle bergagang (31,54%), (5) kemudahan penggunaan anak kunci, pilihan terbanyak pada handle bergagang (35,38%), (6) secara keseluruhan daftar kuesioner ‘handle’ pintu bergagang paling sesuai untuk digunakan manula (31,92%), dan secara statistik ‘significant’ (p<0,05). Perancangan perkakas dengan pendekatan SHIP (sistemic, holistic, inter discipliner dan partisipatory) diperlukan mengingat kompleknya permasalahan manula yang akan dihadapi.

(2)

I. PENDAHULUAN

Makin meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dan kualitas kehidupan masyarakat umum di Indonesia, berdampak terhadap peningkatan persentase manula (manusia lanjut usia) dari tahun ke tahun. Kecenderungan ini juga terjadi pada penduduk tua dunia, pada tahun 1980-an warga yang berumur 65 tahun ke atas berjumlah 5,9 % penduduk dunia. Diperkirakan pada tahun 2010 persentasenya akan meningkat menjadi 7,4 % (Kumashiro, M; 2000).

Hasil sensus penduduk Indonesia pada tahun 1961, ternyata manula berjumlah 6,1 juta jiwa atau 6,39 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 1971 jumlahnya meningkat menjadi 7,3 juta manula atau 6,17 % jumlah penduduk. Di tahun 1980 jumlahnya meningkat cukup tajam yaitu mencapai 11,6 juta jiwa atau 7,91 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 2000-an diperkirakan penduduk manula akan mencapai 22,3 juta (9,99 % dari jumlah penduduk) (Astawan M, Wahyuni M., 1988).

Dikaruniai usia panjang ternyata bukan tanpa masalah, karena secara alamiah kemampuan fisiologis organ manula telah mengalami penurunan fungsi. Perubahan gerak otot yang semakin kaku, stabilitas gerakan tangan yang gemetaran, kontrol keseimbangan semakin labil dan berbagai penurunan fungsi organ lainnya (Hari T., dkk, 2001).

Perancangan perkakas yang disesuaikan peruntukannya bagi manula menjadi penting karena secara alamiah, kemampuan fisiologis organ lansia telah mengalami penurunan fungsi. Kesesuaian alat yang dipergunakan seharusnya didasarkan atas kemampuan, kebolehan dan batasan yang dimiliki manula. Batasan kemampuan fungsi fisiologis ini ternyata berdampak juga pada pilihan handle pintu yang dipergunakan. Keluhan yang sering ditemui adalah, beberapa jenis handle pintu yang tersedia di pasaran menyulitkan manula untuk beraktivitas secara mandiri. Pemilihan dan penggunaan bentuk yang lebih baru, terkadang kurang memperhatikan tingkat kesesuaian dan batasan tersebut, sehingga handle pintu yang seolah berpenampilan lebih modis sering menimbulkan hambatan baru bagi manula.

Bangunan Pusat Kegiatan Lanjut Usia Aisyiyah-Surakarta yang dibangun pada tahun 1994, sebenarnya diperuntukan bagi sarana pendidikan Akademi Perawat Lanjut Usia, sehingga bentuk ruangan yang ada merupakan fasilitas yang diperuntukan ruang kelas. Dalam perkembangan berikutnya ruangan kelas di lantai dasar dipergunakan sebagai ruang tinggal manula, banyak upaya penyesuaian dilakukan untuk dapat memberikan pelayanan yang memadai.

Penyesuaian tata letak dan rehabilitasi bangunan termasuk di dalamnya perubahan letak kamar mandi dan beberapa fungsi pelayanan lainnya sering memunculkan masalah baru. Misalnya keluhan terhadap penggunaan ruangan muncul saat tahap pengubahan handle pintu kamar mandi yang dipergunakan. Beberapa penghuni pernah ‘terkunci’ di dalam kamar mandi dan membutuhkan pertolongan perawat jaga. Hal ini terjadi karena penghuni yang telah lanjut usia kesulitan dalam mengoperasikan handle pintu dalam kondisi tangan yang basah.

Dengan demikian perlu dilakukan penyesuaian seiring dengan menurunnya kemampuan fisiologis dan kebolehan manula. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dibuat rumusan permasalahannya, “jenis handle pintu manakah yang memberikan kemudahan dan paling sesuai bagi manula di Pusat Kegiatan Lanjut Usia Aisyiyah, Surakarta ?”

(3)

II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi

Penelitian dilakukan, pada lokasi Pusat Kegiatan Lanjut Usia Aisyiyah, Jalan Pajajaran Utara-Sumber, Surakarta. Responden ditetapkan dari populasi wanita yang telah menghuni ataupun mengikuti kegiatan rutin di tempat tersebut minimal selama 1 (satu) tahun. Parameter pengukuran objektif meliputi pengukuran suhu kering, suhu basah, indeks suhu bola basah, antropometri, denyut nadi istirahat dan nadi kerja. Percobaan kesesuaian handle pintu ini dilakukan terhadap 7 (tujuh) jenis dan bentuk yang berbeda dan diupayakan dari bentuk yang banyak diperdagangkan dan dipergunakan di rumah tinggal.

2.2 Metode Penelitian

Penelitian ini mempergunakan metode observasi dan dianalisis secara statistik. Pengumpulan berbagai data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran dari 13 responden wanita yang ditetapkan dari populasi penghuni yang masih aktif, di Pusat Kegiatan Lanjut Usia Aisyiyah, Jalan Pajajaran Utara-Sumber, Surakarta. Wawancara dilakukan untuk mengetahui keluhan subjektif penggunaan handle pintu, yang meliputi kesan terhadap bentuk dan tampilan fisik dan respon fisik, hal lain yang juga diobservasi adalah kesan pada tingkat kemudahan responden dalam mengoperasikan handle pintu tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Antropometri

Dari pengukuran anthropometri 13 penghuni wanita yang masih aktif (Tabel 1) diketahui bahwa rerata tinggi badan 140,29 cm dan hampir semua mengalami bungkuk punggung yang disebabkan osteoporosis dan osteomalasi tulang, sedangkan hasil pengukuran lainnya dapat dilihat pada tabel-1,

Tabel 1. Ukuran Anthropometri Manula.

No. Anthropometri satuan Rerata SD

1 Berat badan kg. 46.19 9,24

2 Tinggi badan cm. 140.29 7,23

3 Tinggi siku cm. 87.07 5,19

4 Tinggi knuckle cm. 56.95 12,53

5 Panjang telapak tangan cm. 16.26 0,68

6 Lebar metacarpal cm. 7.32 0.31

7 Panjang telunjuk cm. 6.48 0,62

8 Panjang ibu jari cm. 5.28 0,60

9 Diameter genggaman inch 1.31 0,08

Dalam melakukan penelitian pada manula dibutuhkan sikap yang lebih sabar dan telaten, karena sering dijumpai responden tidak sabar menunggu antriannya. Pada percobaan yang membutuhkan gerakan pengulangan (repetisi), diberikan istirahat beberapa saat

(4)

sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya. Seperti yang dikemukakan oleh Prastowo Marjikun (l993) pada Manula sering dijumpai perasaan yang lebih sensitif, cepat marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap. Gejala lain yang juga dijumpai adalah perasaan lekas lelah (fatigue), sulit tidur (insomnia), sering pusing (vertigo), sakit kepala, lebih jauh merasa nyeri pada seluruh anggota tubuh terutama pinggang/pinggul dan jantungnya sering berdebar-debar (palpitasi).

3.2 Mikroklimat

Pada observasi ini dilakukan pengukuran mikroklimat dengan mempergunakan Quest-temp. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat dilakukannya percobaan, cuaca dan keadaan alam dalam kondisi yang normal, sebagaimana keadaan keseharian yang menyertai para penghuni sebagai responden. Pengukuran dilakukan di tujuh ruangan (titik ukur), yang sering dipergunakan sebagai tempat kegiatan para manula.

Untuk daerah dengan dua musim yaitu penghujan dan kemarau seperti di Indonesia, PUSPERNAS (1995) menyatakan hasil penelitiannya bahwa suhu yang akan memberikan kenyamanan di dalam ruangan adalah antara 22-26 OC. Dibandingkan dengan hasil

pengukuran mikroklimat di tujuh titik pengukuran, pada bangunan Pusat Kegiatan Lansia, ternyata suhu kering (Ta) cukup tinggi (28,7-30,0 OC), suhu basah (Tb) berkisar (21,2-21,4 OC), Tr (29,4-31,3 OC) dan indeks suhu bola basah (ISBB) 23,6-24,4 OC. Tingginya nilai

ISBB pada suatu ruangan berpengaruh terhadap pembatasan kemampuan kerja seseorang. Pengendalian terhadap pengaruh tekanan panas akan direspon oleh tubuh dengan naiknya suhu badan pada tingkat yang masih dapat ditolerir. Pada nilai ISBB tujuh titik pemeriksaan di tempat ini, menunjukan nilai rerata 24,01 OC. Untuk jenis pekerjaan sedang, seperti

memasak, mencuci dan menyetrika, seseorang maksimum diperkenankan bekerja berkisar 50-75% (Depnaker,1995; Solichul, H dkk., 2001 ).

Tabel 2. Hasil Pengukuran Mikroklimat (Suhu Kering, Suhu Basah, Suhu Radiasi dan ISBB.)

Ta Tb Tr ISBB

No.lokasi Lokasi Ukur oC oC oC oC

1 Luar/halaman 30.00 21.80 30.20 24.30 2 Aula/Mushola 30.00 21.40 31.30 24.40 3 Kamar-A 29.40 21.30 31.10 24.20 4 Dapur 29.20 21.20 29.40 23.80 5 Kamar-B 28.80 21.40 30.40 24.00 6 R.Isolasi 29.10 21.40 29.50 23.80 7 Selasar 28.70 21.20 29.80 23.60 Rerata 29.31 21.39 30.24 24.01

(5)

3.3 Handle Pintu

Contoh handle pintu yang dipergunakan dalam percobaan ini sebanyak 7 (tujuh) handle. Ada dua handle dengan jenis yang sehingga dikelompokkan ke dalam 6 (enam) alternatif bentuk, dimana alternatif nomer 4 (empat) terdapat dua variant karena hanya dibedakan warna dan bahan finishingnya saja. Hampir seluruh bahan handle terbuat dari logam tuang-cetak, dengan berbagai cara finishingnya. Harga handle ditetapkan berkisar antara Rp. 40.000,- s/d 95.000,- atau kurang dari Rp. 100.000,- / unit dipasaran, bentuk ditentukan dan dipilih berdasarkan jenis yang paling laku pada kurun waktu empat bulan terakhir yang terjual di beberapa toko besi di kota Surakarta. Dalam bentuk penggambaran dalam skala 1 x 1 cm2 setiap kotaknya, dapat disajikan pada Gambar-1.

Percobaan yang dilakukan pada responden meliputi,

a. untuk pertanyaan dan pengisian kuesioner nomer-1, responden diminta melakukan pengamatan secara visual dan seksama, serta ditanyakan kesan terhadap bentuk luarnya.

b. untuk butir pertanyaan nomer-2, responden diminta mencoba minimal tiga kali untuk keseluruhan handle uji,

c. secara berbarengan satu tangan mengoperasikan handle, sedangkan tangan yang lainnya memutar anak kunci (setelah diulang tiga kali, responden dimintakan pendapatnya), dan

d. untuk pertanyaan nomer-nomer berikutnya, responden diminta mengulang pengoperasian handle sebelum kesan dan pendapatnya diisikan ke dalam hasil wawancara.

Sedangkan hasilnya dengan skoring 1-4, dapat dilihat pada tabel-3,

(6)

Tabel 3. Hasil Pendataan Kesan Fisik Penggunaan Handle Pintu. N o Type Handle 1 2 3 4a 4b 5 6 1 Model terbagus 4 9 13 42 11 7 44 2 Mudah dipergunakan 19 15 12 16 13 15 40

3 Anak kunci mudah digunakan 9 17 10 14 7 27 46 4 Paling sesuai dengan selera 13 6 9 40 7 17 38

5 Paling kokoh dan aman 12 29 7 21 4 17 40

6 Nyaman genggamannya 9 15 18 24 3 10 41

Jumlah dan Distribusi Skore 7 91 69 157 45 93 249 Keterangan :

Paling jelek : 1 Bagus : 3

Jelek : 2 Paling bagus : 4

Pada butir pertanyaan pertama perihal kesan/tampilan luar sebelum responden mencobanya, handle nomer 6 memperoleh nilai 44 (33,85 %), berikutnya nomer-4a memperoleh nilai 42 (32,31%). Kesan model terbagus dari handle didukung oleh warnanya yang keemasan, sehingga benda ini menjadi titik tangkap pandangan yang mengesankan.

Setelah dilakukan uji coba minimal tiga kali untuk setiap benda uji, ditanyakan kesan kemudahan penggunaannya. Ternyata didapat nilai tertinggi pada handle nomer 6, mendapat nilai 40 (30,77%), nomer 1 (14,62%), nomer 4a (12,31%). Pada tahap ini sudah mulai terlihat responden manula menemui kesulitan untuk memutar handle yang berbentuk bulat, bila dibandingkan dengan yang memiliki gagang.

Pada pernyataan kemudahan penggunaan anak kunci, ternyata responden menemui kesulitan yang cukup berarti pada handle yang anak kuncinya berada ditengah-tengah pegangan. Perolehan angka 10 (7,69%) pada handle bulat nomer 3, nilai 14(10,76%) pada nomer 4a dan nilai 7 (5,38%) pada nomer 4b, dibandingkan dengan letak anak kunci tidak satu tempat dengan handle (nomer 2, 5 dan 6) memperoleh nilai 17 (13,07%), 27 (20,76%) dan nilai 46 (35,38%). Terlihat bahwa pada handle nomer 6, responden paling mudah mengoperasikan anak kuncinya.

Pernyataan responden pada bentuk yang paling sesuai dengan selera, diperoleh nilai tertinggi untuk handle nomer 4a (30,76%) berbentuk bulat warna keemasan, berikutnya nomer 6 (29,23%). Sedang untuk kesan genggaman handle yang paling baik, nomer 6 kembali memperoleh nilai tertinggi 41 (31,54%), nomer 4a (18,46%), nomer 1 (14,61%), nomer 3 (13,84%) dan yang dirasakan paling tidak baik genggamannya nomer 4b (2,31%).

Secara keseluruhan dari enam jenis pertanyaan di atas, terbukti bahwa handle pintu nomer 6 memperoleh jumlah nilai tertinggi 249 (31,92%), berikutnya nomer 4a dengan nilai 157 (20,13%), nomer 5 dengan nilai 93 (11,92%), nomer 2 dengan nilai 91 (11,67%). Dari

(7)

uraian ini terlihat bahwa handle pintu nomer 6 paling sesuai dengan kebolehan dan kemampuan manula di pusat Kegiatan Lansia Aisyiyah-Surakarta.

Apabila diamati dengan seksama ternyata handle pintu nomer-6 memiliki beberapa ciri kesesuaian dengan karakteristik responden manula di antaranya adalah sebagai berikut,

a. Memiliki gagang terpanjang (13,45 cm) dibandingkan dengan handle uji lainnya, hal ini berakibat momen torsi yang dihasilkan pada putaran ujungnya lebih tinggi, sehingga responden lebih mudah dan enteng memutar handle ini.

b. Berbentuk oval dengan diameter 2,86-3,01 cm, ini sesuai dengan rerata diameter genggaman responden sebesar 1,31” atau +3,06 cm.

c. Memiliki letak lubang anak kunci dibawah pegangannya, sehingga memudahkan koordinasi kedua tangan, yaitu bagian kanan memutar handle dan tangan kiri memutar anak kunci, atau sebaliknya.

d. Kesesuaian antara anthropometri panjang rerata telapak tangan (16,26 cm.) dengan keliling handle dan metacarpal (7,32 cm.) dengan panjang handle 13,45 cm.

IV. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Bentuk handle pintu yang sepintas terlihat bagus, belum tentu sesuai dan memudahkan kegiatan sehari-hari Manula.

b. Handle pintu bergagang paling sesuai bagi Manula penghuni Pusat Kegiatan Lanjut Usia (Lansia) Aisyiyah, Surakarta.

4.2 Saran

Dengan mengamati kecenderungan makin meningkatnya jumlah Manula di Indonesia, perlu dipersiapkan berbagai hal di antaranya adalah sebagai berikut,

a. Pemerintah memberikan perhatian yang lebih khusus, dimulai dari penelitian tempat kerja yang paling sesuai untuk manula, sehingga para Manula tetap produktif (Ancok, D.,1993)

b. Perhatian produsen peralatan rumah tangga untuk dapat menghasilkan peralatan yang sesuai dipergunakan oleh manula.

c. Penelitian terapan dari dunia akademisi untuk manula, perlu ditingkatkan.

d. Peran serta masyarakat untuk memberikan dukungan kepada manula, sehingga penghargaan kepada manula lebih nyata. Hindarkan manula dari stress, kesepian karena merasa ditinggalkan oleh yang dikasihi, atau merasa tidak berguna lagi pada syndroma post-power (Mardjikun, P., 1993).

Kepustakaan

Ancok, Djamaluddin, 1993. Seminar Sehari, Manusia Lanjut Usia: Realitas dan Harapan, IPADI, Persiapan Menyongsong Manula dari Segi Psikologi, Yogyakarta Rabu 16 Juni 1993, Yogyakarta:5-9

(8)

Astawan, Made; Wahyuni, Mita, 1988. Gizi dan Kesehatan MANULA (Manusia Usia Lanjut). PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta: 2-15.

Departemen Tenaga Kerja, Republik Indonesia, 1995. Standar Pengujian Iklim Kerja dengan Parameter ISBB, Depnaker, Jakarta : 6-7.

Hari, T, etal, Desain Mangkok untuk Membantu Memudahkan Manula untuk Makan. Guide Book Ergonomics and Sport Physiology Seminar, Denpasar 9-12 Juli 2001, Udayana University, Denpasar: 51.

Kumashiro, Masaharu, 2000, Ergonomics Strategies and Actions for Achieving Productive Use of an Ageing Work Place, Ergonomics, 2000. Vol.43, No.7, London:1007-1018.

Mardjikun, Prastowo. 1993. Seminar Sehari, Manusia Lanjut Usia: Realitas dan Harapan, IPADI, Persiapan Menyongsong Manula dari Segi Kesehatan, Yogyakarta Rabu 16 Juni 1993, Yogyakarta:9-10.

Solichul Hadi, dkk. 2001, The Observation About Pleasant Condition of Rental Room in X-Area, Denpasar. Guide Book Ergonomics and Sport Physiology Seminar, Denpasar 9-12 Juli 2001, Udayana University, Denpasar:16.

(9)

Gambar

Tabel 1. Ukuran Anthropometri Manula.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Mikroklimat (Suhu Kering, Suhu Basah, Suhu Radiasi dan  ISBB.)
Gambar 1. Bentuk dan Ukuran Handle Pintu (Tampak Depan dan Samping).
Tabel 3. Hasil Pendataan Kesan Fisik Penggunaan Handle Pintu.  N o  Type Handle  1  2  3  4a  4b  5  6  1  Model terbagus  4  9  13  42  11  7  44  2  Mudah dipergunakan  19  15  12  16  13  15  40

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

Dari beberapa kandungan pada biji bintaro terdapat beberapa kandungan yang memiliki potensial untuk digunakan sebagai larvasida, yakni alkaloid, tannin, saponin, dan

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dengan Kehendak-nya penulis dapat

Kalender Tanam tersebut merupakan pedoman bagi Dinas Pertanian, penyuluh, dan petani dalam menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat, sesuai dengan kondisi iklim di setiap

Studi karakteristik aliran air Sungai Serang di bagian hilir yang dipengaruhi oleh pasang surut permukaan air laut telah dilaksanakan dengan melakukan pengukuran tinggi muka

Rencana Perdamaian Perseroan telah disetujui nyaris dengan suara bulat oleh pihak kreditor pada tanggal 9 November 2016, yang kemudian dihomologasi oleh Pengadilan

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan, kepemilikan modal serta kepemilikan lahan terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten

Kualitas yang sudah teruji telah masuk kebenak konsumen akan menjadikan produk tersebut laku dipasaran, dan jika dibandingkan dengan produk yang penanamannya pada