• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan hampir terjadi di seluruh negara. Di Indonesia,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan hampir terjadi di seluruh negara. Di Indonesia,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permasalahan kemiskinan hampir terjadi di seluruh negara. Di Indonesia, kemiskinan masih menjadi masalah besar yang sampai dengan sekarang belum terselesaikan. Angka kemiskinan dari periode ke periode masih tinggi.

Mengacu pada data strategis yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, diketahui bahwa selama 14 tahun terakhir angka kemiskinan di Indonesia berada pada rentang 14 persen sampai dengan 24 persen. Selanjutnya, pada tahun 2009, BPS mencatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia mencapai 14, 15 persen atau sekitar 32. 35 juta jiwa.

Di Kabupaten Bandung, dari data SUSEDA 2008 diketahui bahwa sekitar 697.172 orang atau 62,3 persen dari jumlah penduduk yang bekerja tercatat memiliki pendapatan tetap setiap bulan. Penduduk dengan pendapatan kurang dari Rp200.000 perbulan menempati jumlah yang cukup yaitu 32, 44 persen.

Tingkat pendapatan penduduk tersebut apabila dilihat dari kriteria garis kemiskinan pedesaan yang dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp179.835 perbulan, maka penduduk di Kabupaten Bandung yang berada dalam kategori miskin berjumlah 32, 44 persen.

Sementara itu, kecamatan dengan prosentase penduduk yang mempunyai pendapatan kurang dari Rp200.000 terbesar adalah kecamatan Ibun, sebesar 64,92 persen, disusul Kecamatan Pacet. Secara lebih dalam kondisi tersebut disebabkan

(2)

2

karena kecamatan tersebut merupakan wilayah pedesaan dengan basis mata pencahariaan pokok adalah pertanian (RPJMD Kabupaten Bandung 2009)

Beberapa kecamatan yang juga merupakan endemik kemiskinan diakibatkan oleh terbatasnya ketersediaan fasilitas penunjang seperti yang terkait dengan aksestabilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan. Fenomena itu terjadi di Kecamatan Kertasari, Cikancung, Nagreg dan Majalaya. Sementara itu, mengenai kondisi lengkap Desa Tarumajaya dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Jumlah Kepala Keluarga Serta Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Kertasari Tahun 2009

Sumber : Kantor PNPM Kecamatan Kertasari, data diolah

Desa Tarumajaya merupakan salah satu desa di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Rumah tangga miskin di Desa Tarumajaya berjumlah 2.644 dari jumlah kepala keluarga sebanyak 3970, atau sekitar 66,59 persen. Selain itu, jika kemudian dibandingkan dengan enam desa lainnya yang berada di Kecamatan Kertasari, Desa Tarumajaya merupakan desa yang angka kemiskinannya tertingi. Secara lebih lengkapnya, kondisi ketertinggalan Desa Tarumajaya dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Kertasari bisa di lihat pada Tabel 1.1 di

Desa Jumlah Kepala

Keluarga Jumlah rumah tangga miskin Prosentase rumah tangga miskin Sukapura 4.060 1.196 29,45 Cihawuk 3.600 1.224 34 Cibereum 3.973 2.600 65,44 Tarumajaya 3.970 2.644 66,59 Cikembang 3.620 2.344 64,75 Neglawangi 3.560 1.052 29,55 Santosa 2.455 143 5,82 Jumlah 25.247 11.203 44,37

(3)

3

Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa desa yang mempunyai prosentase rumah tangga miskin terbanyak adalah Desa Tarumajaya sebesar 66,59 atau berjumlah 2.644. Sedangkan desa yang jumlah rumah tangga miskin paling sedikit adalah Desa Santosa dengan jumlah 5,82 % atau 143.

Selanjutnya diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Tarumajaya yang berpendapatan di bawah Rp200.000 jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang berpendapatan di atas Rp200.000. Jika diprosentasekan, maka masyarakat Desa Tarumajaya yang pendapatannya kurang dari Rp200.000 berjumlah 60.44 persen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 1.2

Mata Pencaharian dan Pendapatan Perbulan Masyarakat di Desa Tarumajaya Tahun 2009

Sumber: Kantor Kepala Desa Tarumajaya, data diolah

Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa masyarakat yang mempunyai pendapatan paling tinggi adalah masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tetap di perkebunan (PT. London Sumatera dan PTPN VIII), yaitu sekitar 8.59 persen atau 423 orang. Jumlah upah bulanan yang diterima oleh buruh tetap ini adalah Rp680.000 ditambah dengan beberapa macam tunjangan tahunan lainya, seperti tunjangan hari raya.

Mata pencaharian Pendapatan Jumlah jiwa Prosentase

Petani kecil < 360.000 801 16.26 Buruh tani : Buruh lepas Buruh tetap 150.000 680.000 2.359 423 47.85 8.59 Peternak 300.000 725 14.71 Buruh ternak 150.000 621 12.59 Jumlah 100

(4)

4

Selanjutnya, dari Tabel 2.1 di atas juga didapatkan gambaran bahwa masyarakat Desa Tarumajaya yang berpendapatan kurang dari Rp200.000 berjumlah 2.980 jiwa. Dari jumlah tersebut, masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani lepas berjumlah 2.359 jiwa atau 47.85 persen dengan pendapatan kurang dari Rp150.000 perbulan. Sedangkan masyarakat yang berprofesi sebagai petani kecil dengan ukuran kepemilikan tanah kurang dari 0.25 hektar berjumlah 801 jiwa atau 16.26 persen, jika dirata-ratakan petani jenis ini mempunyai pendapatan kurang dari Rp360.000 perbulan.

Besarnya jumlah pendapatan yang didapatkan oleh petani kecil ini memang melebih garis kemiskinan yang di keluarkan oleh BPS pada tahun 2009 yaitu Rp.179.835. Namun demikian jumlah pendapatan tersebut masih berpeluang besar untuk masuk dalam kategori miskin. Hal ini disebabkan karena jumlah pendapatan petani tersebut dipengaruhi oleh harga produk pertanian. Jika harga produk pertanian menurun dengan signifikan maka jumlah pendapatan petani miskin tersebut akan jauh berkurang.

Setelah buruh tani dan petani kecil, masyarakat yang mempunyai pendapatan di bawah Rp200.000 selanjutnya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai buruh ternak. Jika dirata-ratakan, masyarakat yang berprofesi sebagai buruh ternak yang bependapatan Rp150.000 perbulan berjumlah 621 jiwa atau 12,59 persen.

Banyaknya jumlah masyarakat miskin merupakan hal yang menarik untuk diteliti, karena masalah kemiskinan merupakan masalah yang berkaitan erat dengan kondisi ekonomi di daerah. Semakin rendah tingkat kemiskinan di suatu

(5)

5

daerah, maka pembangunan di suatu daerah tersebut semakin maju. Sebaliknya semakin tinggi tingkat kemiskinan suatu daerah, maka pembangunan di suatu daerah akan semakin tertinggal.

Secara umum, kemiskinan seringkali dipahami sebagai sebuah gejala rendahnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang digambarkan dengan tingkat pendapatan yang rendah. Akan tetapi rendahnya tingkat kesejahteraan ini sebenarnya hanya merupakan salah satu dari pandangan mengenai kemiskinan.

Untuk mengungkapkan apa yang menimbulkan rendahnya tingkat pendapatan ini, Amar (2002 :4) dalam penelitianya tentang kajian ekonomi di pedesaan Sumatera Barat mengatakan bahwa penyebab kemiskinan di pedesaan dibagi ke dalam dua faktor. Pertama adalah faktor internal dan kedua adalah eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap kemiskinan yang dimaksud adalah variabel pendidikan, tingkat kesehatan, serta aksestabilitas terhadap kelembagaan. Sedangkan faktor eksternal yang dimaksud adalah penguasaan lahan, penggunaan teknologi, serta mata pencahariaan alternatif dari suatu desa tersebut.

Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan kemampuan sumber daya manusia menjadi minim. Minimnya kualitas sumber daya manusia pada akhirnya menyebabkan kemampuan masyarakat tersebut terbatas. Terbatasnya kemampuan masyarakat inilah yang menyebabkan keterbatasan dalam memperoleh pendapatan.

Sementara itu, perbedaan penguasaan penguasaan lahan di masyarakat menyebabkan timbulnya ketimpangan pendapatan di masyarakat. Masyarakat

(6)

6

yang mempunyai lahan lebih besar akan mempunyai pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan masyaraat yang kepemilikan tanahnya lebih sedikit.

Sedangkan penelitian Sihotang (2001: 5) mengatakan bahwa faktor sosio demografis di suatu desa ternyata berpengaruh signfikan terhadap tingkat kemiskinan masyarakat desa. Faktor sosio-demografi yang dimaksud terdiri dari: beban tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, mata pencahariaan utama, luas lahan pertanian, serta jarak desa dengan pusat pertumbuhan.

Menguatkan hal tersebut, Sugihen dalam Pramono (2009 : 13) mengatakan bahwa salah satu penyebab kemiskinan struktural terbesar di negara berkembang adalah petani yang tidak memiliki lahan pertanian, atau yang hanya mampu berproduksi untuk untuk kebutuhan hidup petani itu saja.

Selain faktor di atas, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kemiskinan adalah faktor modal. Dari kesimpulan penelitiannya tentang kemiskinan masyarakat desa (Sri Rahayu, 2008, Mauludin, 2008, Erlinawati, 2008, Iskandar, 200) diketahui bahwa faktor modal berpengaruh signfikan terhadap angka kemiskinan masyarakat desa.

Berdasarkan atas kondisi tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT KEMISKINAN DESA: “Suatu Kasus di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung “

1.2 Perumusan masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian ini, yaitu:

(7)

7

1. Bagaimana gambaran kondisi kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

2. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung secara simultan? 3. Bagaimana pengaruh kepemilikan modal terhadap kemiskinan di Desa

Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung secara simultan? 4. Bagaimana pengaruh kepemilikan lahan terhadap kemiskinan di Desa

Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung secara simultan? 5. Bagaimana pengaruh pendidikan, kepemilikan modal serta kepemilikan

lahan terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung secara parsial?

1.3 Tujuan dan manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kondisi kemiskinan, pendidikan, kepemilikan modal serta kepemilikan lahan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung;

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan modal terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung;

(8)

8

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan lahan terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan, kepemilikan modal serta kepemilikan lahan terhadap kemiskinan di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan khasanah ilmu ekonomi secara umum, khususnya tentang pengaruh tingkat pendidikan, kepemilikan lahan serta tingkat kepemilikan modal usaha terhadap tingkat kemiskinan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan, khususnya pemerintah desa dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan, kepemilikan modal, kepemilikan lahan.

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang membuat penulis ingin mengetahui pengaruh potensi daya tarik Amorphophallus Titanum terhadap keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Kebun Raya

Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang I(awasan Jakarta,7. Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENELITI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) BIOLOGI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Multimedia yang digunakan adalah Flash 5.0 yang merupakan salah satu software multimedia keluaran Macromedia yang dapat menggabungkan suara, animasi grafik, dan video, sehingga

2.Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten

Sistem Pakar adalah program komputer yang berfungsi dengan cara yang sama seperti ahli manusia, yaitu dengan memberi advis pemakai mengenai cara pemecahan masalah. Pembuatan

3 Persebaran lahan sawah tadah hujan terhadap jenis tanah 14 4 Persebaran lahan sawah tadah hujan terhadap landform 15 5 Persebaran lahan sawah tadah hujan terhadap elevasi 17

[r]