• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL TERHADAP STRESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL TERHADAP STRESS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA MENTAL TERHADAP STRESS KERJA PADA PERAWAT RAWAT INAP

(Survei Dilakukan pada Perawat Rawat Inap di Rumah Sakit Tasik Medika Citratama) Muhamad Satria Karima

Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi Jl.Siliwangi No.24 Tasikmalaya 46115 Telp.(0265) 323537

Email : cep_tria@yahoo.co.id

ABSTRAK

Beban kerja mental dapat didefinisikan sebagai evaluasi operator terhadap selang kewaspadaan (kapasitas saat sedang termotivasi dengan beban kerja yang ada) ketika melakukan suatu pekerjaan mental untuk mencapai tujuan tertentu. Stress kerja merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Para perawat mengalami gejala-gejala stress seperti sulit berkonsentrasi meras cemas dan sakit kepala. Dari latar belakang tersebut, peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja mental terhadap stress kerja pada perawat rawat inap Rumah Sakit Tasik Medika Citratama. Hasil pengukuran beban kerja mental dengan metode SWAT kepada 32 perawat sebanyak 27 perawat (84.38&) mempunyai beban kerja metal sedang, 3 perawat (9.37%) mempunyai beban kerja mental rendah dan 2 perawat (6,25%) mempunyai beban mental rendah dengan rata-rata skor 33.94. hasil pengukuran stress kerja sebanyak 16 perawat (50%) mengalami stress kerja sedang dan 16 perawat (50%) mengalami stress kerja tinggi. hasil uji statistik dengan metode pearson di dapat nilai p value = 0,499 dengan α= 0,05. Nilai p value > α dapat disimpulkan tidak hubungan antara beban kerja mental dan stress kerja pada perawat rawat inap di Rumah Sakit Tasik Medika Citratama.

(2)

Abstract

CRELLATION BETWEEN MENTAL WORKLOAD and WORKING STRESS on THE INPATIENT NURSES

(Survay on Inpatient Nurses in Tasik Medika Citratama Hospital)

Mental workload define as an operator evaluation to the alertness interval when the operator doing a mental work in order to achieve something. Working stress is a physically and mentally reaction of a person to any nuissance from any change in the environment which percepted as a threat to him/her. In this case nurses usually having stress symptoms such as unable to consentrate, anxious, and headache. From that base of research, the researcher aim is to find the corellation between mental workload to working stress experienced by inpatient nurses in Tasik Medika Citratama Hospital. Mental workload measurment in SWAT method to 32 nurses resulting 27 nurses (84,58%) experience medium mental workload, 3 nurses (9,37%) experience low mental workload, and 2 nurses (6,25%) experience low mental workload, averaging 33,94 on mental workload score. Working stress measurement resulting 16 nurses experience high working stress, and another 16 nurses experience medium working stress. Pearson’s method of statistical experiment measured by p value = 0,499 with = 0,05. The final result shows taht p value > α, the result conclude that there is no corellation between mental workload and working stress on the inpatient nurses in Tasik Medika Citratama Hospital

(3)

I. Pendahuluan

Menurut Meshkati (1988) beban kerja (workload) dapat diartikan sebagai suatu perbedaan antara kapasistas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. (Tarwaka,2011:106). Salah satu pekerjaan yang banyak mengalami beban kerja mental adalah perawat.(Prihatini,2007). Beban kerja mental yang dialami perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran, mempersiapkan rohani mental pasien dan keluarga terutama bagi yang akan melaksankan operasi atau dalam keadaan kritis, bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien serta harus menjalin komunikasi dengan pasien.(Kasmarani,2012). Erat kaitannya pula dengan hal ini adalah stress psikologis. Segala macam bentuk stress pada dasarnya disebabkan oleh kurang mengertian manusia akan keterbatasan-keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stress.(Anoraga,2009:107). Berdasrkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Prihartini di RSUD Sidikalang tahun 2007 tentang Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, dengan hasil adanya hubungan antara beban kerja mental dengan stress kerja. Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai hubungan antara beban kerja mental terhadap stress kerja pada perawat rawat inap di Rumah Sakit Tasik Medika Citratama

II. Metode Penelitian Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan desain rancangan penelitian “cross sectional”.

Kerangka Konsep Variabel Bebas Beban kerja mental Variabel Terikat Stress kerja

(4)

Variabel Pengganggu

Jenis kelamin, kondisi kesehatan, limgkungan kerja fisik, umur, masa kerja, hubungan antar perawat, pengembangan karier

Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini didapat dari popukasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Sebagai sampel penelitian dalam penelitian harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Perawat yang berada di ruang rawat inap 3B dan 5B pada saat penelitian tidak dalam keadaan sakit/sehat.

2) Tidak dalam masa orientasi b. Kriteria ekslusi

Kriteria sampel ekslusi dalam penelitian ini adalah responden yang pada saat penelitian tidak bersedia untuk diteliti.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang perawat.

Prosedur Penelitian

Menentukan kriteria sampel inklusi, pengisian kuesioner dengan wawancara menggunakan metode check list.

III. Pembahasan

Beban Kerja Mental

Tabel 3.1 Beban Kerja Mental Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Tasik Medika Citratama Kota Tasikmalaya

No. Beban Kerja Mental Frekuensi Persentase (%)

1 Ringan 3 9.37

2 Sedang 27 84.38

3 Tinggi 2 6.25

(5)

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode SWAT, dapat diketahui bahwa perawat mempunyai beban kerja sedang sebanyak 27 orang perawat (84.38%), sebanyak 3 orang perawat (9.37%) mempunyai beban kerja mental rendah dan sebanyak 2 orang perawat (6.25%) mempunyai beban kerja mental tinggi. Dengan skor terendah 25, skor tertinggi 44 dan rata-rata skor 33.94.

Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpersepsi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Masalah pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua.(Tarwaka,2011:122)

Beban kerja mental yang dialami perawat, diapat berupa bekerja shift atau bergiliran, terdapatnya berbagai jenis pasien tekanan waktu dalam membuat keputusan yang cepat dan tepat untuk melakukan tindakan terhadap pasien serta harus menghadapi keluarga pasien yang panik. Beban kerja berlebihan secara fisik atau mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal merupakan kemungkinan sumber stress pekerjan. Tugas yang harus diselesaikan dengan cepat, tepat dan cermat dapat banyak menyebabkan kesalahan individu. Dengan sejumlah beban kerja mental yang dihadapi menjadikan perawat kadang-kadang merasa tegang, tidak bisa mengatasi kesulitan sendiri san tidak mudah dalam mempertimbangkan suatu hal kaitannya dengan tugas sebagai seorang perawat.(Kasmarani,2012)

Stress Kerja

Tabel 3.2 Stress Kerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Tasik Medika Citratama Kota Tasikmalaya

No. Stress Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Rendah 0 0

2 Sedang 16 50

3 Tinggi 16 50

(6)

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebanyak 16 orang perawat (50%) mengalami stress kerja sedang dan sebanyak 16 orang perawat (50%) mengalami stress kerja tinggi. Dengan skor terendah 98, skor tertinggi 157 dan rata-rata skor 129.31.

Menurut Sment (1994) secara spesifik menjelaskan bahwa stress kerja sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan kerja sehingga menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial. Stress yang terlalu rendah cenderung membuat pekerja menjadi lesu, malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya stress yang berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan efisiensi, kecelakaan kerja, kesehatan fisik terganggu dan dampak lain yang tidak diinginkan.(Prihatini,2007)

Tuntutan kerja dapat menimbulkan stress dalam dua cara. Pertama, pekerjaan itu mungkin terlalu banyak. Orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan harus mengerjakan, mungkin alsan uang atau alasan yang lain. Kedua, jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih stressful daripada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tangguang jawab bagi kehidupan manusia juga dapat mengakibatkan stress, contoh tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya, membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.(Smat,1994:117)

Analisis Data

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan pearson didapatkan nilai p value = 0,499 dengan α= 0,05, karena p value lebih dari α maka dapat disimpulkan tidak hubungan antara beban kerja mental dan stress kerja pada perawat rawat inap di Rumah Sakit Tasik Medika Citratama. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Prihartini di RSUD Sidikalang tahun 2007 tentang Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, dengan hasil adanya hubungan antara beban kerja mental dengan stress kerja.

IV. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan oleh peneliti pada

responden di Rumah Sakit Tasik Medika Citratama, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(7)

Hasil pengukuran beban kerja mental dengan metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) pada perawat rawat inap dibagi menjadi 3 kategori dengan jumlah kategori rendah 9.37%, kategori sedang 84.38% dan kategori tinggi 6.25% dengan skor rata-rata 33.94.

Hasil pengukuran stress kerja pada perawat rawat inap dibagi menjadi 3 kategori dengan jumlah kategori ringan 0%, kategori sedang 50% dan kategori tinggi 50% dengan skor rata-rata 129.31.

Hasil uji statistik diketahui tidak ada hubungan antara beban kerja mental terhadap stress kerja pada perawat rawat inap Rumah Sakit Tasik Medika Citratama.

Saran

Bagi pihak Rumah Sakit

Mengadakan konseling baik berasal dari pimpinan ataupun unit khusus yang melayani konsultasi perawat sebagai usaha preventif stress kerja yang berlebihan.

Membuat rotasi atau pergantian shift kerja sesuai dengan kebutuhan tiap ruangan atau stasiun perawat.

Bagi Perawat

Membagi waktu istirahat singkat 10 – 15 menit untuk membuat kondisi tubuh segar kembali.

Selalu berpikir positif, murah senyum dan bersosialisasi dengan baik antar reakn kerja, atasan maupun keluarga dan pasien

Daftar Pustaka

Anoraga, Panji. Psikologi Kerja, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009

Kasmarani, Murni Kurnia, Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stres Kerja Pada

Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur 1 (2); 767-776, 2012

Prihatini, Lilis Dian. Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap

Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang, (Tesis), 2007 Smet, Bart. Psikologi Kesehatan, PT Grasindo, Jakarta, 1994

(8)

Tarwaka. Ergonomi Industri, Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat

Gambar

Tabel 3.1 Beban Kerja Mental Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Tasik Medika Citratama  Kota Tasikmalaya
Tabel  3.2  Stress  Kerja  Perawat  Rawat  Inap  Rumah  Sakit  Tasik  Medika  Citratama  Kota  Tasikmalaya

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian sifat organoleptik dengan uji skoring menunjukkan perlakuan dengan penambahan ekstrak jahe pada larutan garam dan lama perendaman sangat  berpengaruh nyata

Kala IV adalah terjadi sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu

Rencana ini menjabarkan skenario pengembangan kota dan pengembangan sektor bidang Cipta Karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand atau target

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun melati terhadap peningkatan kontraksi luka bakar derajat II A pada tikus putih galur

Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat daun cempedak diketahui bahwa konsentrasi tertinggi ekstrak dalam menghambat radikal DPPH adalah pada

Dari paparan dan contoh kasus di atas jelaslah bahwa seni dan budaya merupakan salah satu akses social yang mampu membawa manusia merasakan menjadi bagian dari sebuah komunitas

Dalam hal inilah tantangan guru PKn menghadapi kurikulum 2013 yang arahnya tidak hanya memberi pengetahuan tetapi juga mengajar cara berpikir?. Pendidikan Pancasila dan

Pencatatan Ciptaan tidak dapat dilakukan terhadap seni lukis yang berupa logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai merek dalam perdagangan barang/jasa atau