• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Penduduk(orang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jumlah Penduduk(orang)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Geografis dan Oseanografi

Secara administraif Kecamatan Kupang Barat memiliki batas-batas sebagai berikut (Anonim, 2003) :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Alak dan Selat Semau

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nekamese, Selat Pukuafu dan Laut Timor

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah, Amarasi dan Kota Kupang

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Pukuafu dan Laut Timor.

Kawasan pesisir Kecamatan Kupang Barat terdiri dari enam desa yaitu desa Bolok, Kuanheum, Nitneo, Tesabela, Tablolong dan Lifuleo dengan luas keseluruhan wilayah adalah 91,69 ha. Kawasan di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat yaitu mempunyai pantai yang pada umumnya datar dan berpasir, substrat yang berpasair, berlumpur, berpasir-berlumpur, karang dan berkarang-berpasir. (Anonim, 2003).

Tipe pasang surut di perairan sekitar Kecamatan Kupang Barat berdasarkan data DISHIDROS-AL diperoleh dua kali pasang dan dua kali surut. Tipe pasang surut demikian dinamakan tipe pasang surut diurnal (Anonim, 2005)

Gelombang laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat sangat dipengaruhi oleh musim barat dan musim timur. Pada musim barat angin bertiup sangat kencang dari arah barat dan menimbulkan tinggi gelombang di bagian barat dan selatan perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar 0,5-3,0 meter (Anonim, 2006)

Secara umum, salinitas permukaan perairan di Indonesia rata-rata berkisar antara 32-34 ppt sedangkan salinitas di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar antara 27-35 ppt. Kondisi salinitas tersebut termasuk dalam kategori sedang dan sangat sesuai untuk kegiatan budidaya seperti rumput laut. Sedangkan suhu permukaan laut di sekitar perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar antara 26-32°C

(2)

Pasang surut dan gelombang adalah faktor utama pembangkit arus di pantai. Arus yang disebabkan oleh gelombang sangat berpengaruh terhadap proses sedimentasi dan atau abrasi pantai. Rata-rata kecepatan arus yang ditemui di perairan Kecamatan Kupang Barat adalah 16-36 cm/detik (Anonim, 2005).

4.4.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Kupang pada tahun 2003 sebanyak 332.419 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 56 jiwa per km2. Secara keseluruhan penduduk laki-laki di Kabupaten Kupang sedikit lebih banyak dari penduduk perempuan, dimana penduduk laki-laki sebanyak 171.340 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 161.079 jiwa (Anonim, 2003).

Pertumbuhan penduduk suatu wilayah pada hakekatnya dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kupang Barat dari tahun 2002 ke tahun 2003 sebesar 2,72 persen, pada awalnya pertumbuhan penduduk lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian, namun saat ini faktor perpindahan penduduk juga mempunyai pengaruh yang cukup besar karena sebagian besar penduduk tersebut membudidayakan rumput laut (Anonim, 2003)

Jumlah penduduk di Kecamatan Kupang Barat pada tahun 2003 sebanyak 13.109 jiwa dengan rata-rata kepadatan 88 jiwa per km2. Jumlah petani/pembudidaya rumput laut adalah 2.625 jiwa atau 20% dari jumlah penduduk Kecamatan Kupang Barat pada tahun yang sama. Sedangkan jumlah penduduk yang bermukim di pesisir Kecamatan Kupang Barat adalah sekitar 7.135 jiwa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Peisir Kecamatan Kupang Barat

Desa Pesisir Jumlah

Penduduk(orang) % 1. Bolok 954 13,37 2. Kuanheum 1.173 16,44 3. Nitneo 1.963 27,51 4. Tesabela 1.312 18,38 5. Tablolong 824 11,54 6. Lifuleo 909 12,74 Total 7.135

(3)

4.4.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap pembangunan wilayah tersebut. Semakin maju pendidikan penduduk suatu wilayah berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan kehidupan penduduk tersebut.

Salah satu keberhasilan pembangunan di suatu tempat adalah apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya saat ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk untuk mengecap pendidikan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya, terutama penduduk usia sekolah yaitu usia 7-24 tahun. Sementara jika dilihat dari status pendidikannya, maka sebagian besar penduduk Kabupaten Kupang masih berada pada status tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD yaitu sebanyak 44,57 persen. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia maka ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana harus ditingkatkan (Anonim, 2003).

Fasilitas pendidikan dimiliki oleh Kecamatan Kupang Barat sangat terbatas yaitu SD 14 buah, SMP 3 buah dan SMU 1 buah. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi berada di kabupaten yang bisa ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan. Tingkat pendidikan penduduk sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas pendidikan (Kupang Barat Dalam Angka, 2003).

Pada umumnya tingkat pendidikan petani pembudidaya rumput laut masih rendah dimana sebagian besar adalah tamat Sekolah Dasar dan sebagiannya tidak atau belum pernah sekolah atau putus sekolah. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kupang Barat dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Kupang Barat

Pendidikan Banyaknya %

1 . Tidak Atau Belum Pernah Sekolah 1.608 12,34

2. Putus Sekolah 859 6,59

3. Tamat Sekolah Dasar (SD 7.359 56,47

4. Tamat Sekolah Menengan Pertama (SMTP) 1.904 14,61

5. Tamat Sekolah Menengah Atas ( SMTA) 1.131 8,6

6. Tamat Diploma 111 0,85

7. Tamat Sarjana 58 0,44

Jumlah 13.030

(4)

4.4.4 Sosial Budaya Masyarakat

Pada umumnya masyarakat pesisir sekitar lokasi penelitian berasal dari Timor, Rote, Sabu, Alor dan Sulawesi (Buton dan Bugis). Kehidupan sosial masyarakat masih cukup baik. Secara umum mata pencaharian masyarakat yang ada di Kecamatan Kupang Barat adalah budidaya pertanian lahan kering dan beternak sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai nelayan hanya sebagai usaha sambilan, dimana kegiatan perikanan dapat dilakukan pada saat air laut surut yang dikenal dengan istilah "makameting". Hal ini disebabkan karena masyarakat masih terbawa oleh kebiasaan tidak melaut yang selanjutnya dianalogikan sebagai "sulit masuk laut".

Paradigma ini terus tertanam dalam masyarakat di Kupang Barat sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya pertanian tanaman pangan dan kehutanan. Hal ini berdampak pada terjadinya degradasi lahan sehingga produksi pertanian, kehutanan dan peternakan semakin hari semakin berkurang. Dengan demikian pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluarkan program Gerakan Masuk Laut (GEMALA) dalam upaya mengoptimalkan kegiatan di bidang perikanan laut.

Oleh karena itu, masyarakat perlahan-lahan memandang laut sebagai usaha yang menjanjikan. Hal ini memotivasi masyarakat di Kupang Barat untuk melakukan kegiatan perikanan (budidaya dan penangkapan) serta usaha lainnya yang berkaitan dengan perikanan. Rumput laut merupakan suatu usaha yang sedang trend dibudidayakan oleh masyarakat setempat karena tidak mengharuskan mereka untuk memasuki laut lepas.

Sub sektor perikanan termasuk salah satu sektor pertanian yag menjadi perhatian pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah untuk terus dikembangkan. Sektor ini terus dipacu agar dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat di samping itu sub sektor ini juga memproduksi bahan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kadar gizi. Komoditi perikanan ini adalah salah satu sumber gizi yang dapt dijangkau oleh segala lapisan masyarakat berpenghasilan tinggi maupun rendah. Dengan demikian maka hasil yang didapat dari sub sektor perikanan ini dapat menunjang program pemerintah dalam usaha meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat.

(5)

4.4.5 Sarana dan Prasarana Umum 1. Perhubungan

Sarana transportasi merupakan hal penting untuk meningkatkan fungsi aksesibilitas dan mobilitas masyarakat dalam aktivitasnya setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Transportasi pada umumnya dikenal ada 3 macam yaitu transporati darat, laut dan udara. Transportasi yang digunakan masyarakat di lokasi penelitian adalah trasportasi darat dan laut.

a. Transportasi Darat

Transportasi darat merupakan hal sangat penting untuk kegiatan setiap hari dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sarana transportasi darat dalam hal ini adalah jalan darat yang menghubungkan satu kecamatan dengan kecamatan yang lain adalah berupa jalan aspal, dengan demikian dapat mempermudah layanan dan perkembangan aktivitas sosial ekonomi, terutama dalam memeperdagangkan hasil-hasil prikanan, pertanian, peternakan ke kota.

b. Transportasi Laut

Transpotasi laut ini sangat penting untuk mengangkut hasil laut dari tempat panen ke darat pada kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Selain itu juga sebagai sarana transportasi yang menghubungkan Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Semau dengan tujuan untuk memperdagangkan hasil laut secara lokal. Fasilitas transportasi laut pada umumnya mereka menggunakan perahu bermesin 15 Penggerak Kuda (PK), 40 PK dan perahu motor tempel.

Fasilitas transportasi laut ini juga bertujuan untuk pengangkutan hasil laut antarpulau, makaadajuga pelabuhan yang menghubungkan antara pulau seperti pelabuhan Tenau di Kecamatan Alak yang menghubungkan perjalanan dari Kupang ke Surabaya, Jawa dan dermaga ferry Bolok yang terdapat di Kecamatan Kupang Barat yang merupakan dermaga Angkutan Laut, Sungai dan Penyeberangan (ASDP) utama yang menghubungkan perjalanan penduduk dan pengiriman barang dari Kupang dan sekitarnya ke pulau-pulau lain dalam wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu pulau Sabu, Rote, Semau, Alor, Flores dan Sumba.

(6)

c. Transportasi Udara

Bandara udara El Tari adalah bandara yang terdapat di Kabupaten Kupang, dimana merupakan sarana transportasi untuk menghubungkan perjalanan penduduk dan pengiriman barang dari Kupang ke Propinsi lain. Keberadaan bandara di wilayah ini diharapkan dapat memberi pelayanan baik kualitas maupun kuantitas perjalanan udara dari dan antar propinsi bahkan antar negara.

2. Listrik dan Air

Listrik dan air merupakan salah satu kebutuhan dari masyarakat pesisir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Listrik sebagai alat penerangan yang ada di desa-desa pesisir Kecamatan Kupang Barat menggunakan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dialirkan ke tiap rumah.

Kondisi geologis daratan di beberapa desa pesisir Kecamatan Kupang Barat yang tidak mendukung, mengakibatkan sumber air tawar sulit didapatkan. Belum terdapat fasilitas PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di kecamatan ini sehingga alternatif pengadaan air tawar untuk kebutuhan masyarakat pesisir tersebut dengan mengadakan fasilitas bak penampung dan air leding dari sumber mata air di daerah pegunungan.

3. Komunikasi

Sarana komunikasi sebagai fasilitas untuk mendapatkan informasi sangat penting, mengingat informasi tersebut bertujuan untuk mengetahui perkembangan yang ada di luar. Untuk mengetahui sarana komonikasi menurut jenisnya tiap desa pesisir yang ada di Kecamatan Kupang Barat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana Komunikasi Menurut Jenisnya di Setiap Desa Pesisir di Kecamatan Kupang Barat

Sarana Komunikasi dan Informasi Desa Pesisir

Kantor Pos TV (unit) Radio (unit) Telepon (unit)

1. Bolok - 200 30 - 2. Kuanheum - 65 10 - 3. Nitneo - 100 17 - 4. Tesabela - 82 11 - 5. Tablolong - 70 3 - 6 . Lifuleo - 30 10 -

(7)

4.5 Keadaan Umum Cuaca

Iklim di wilayah Kabupaten Kupang sama halnya dengan iklim di daerah lainnya di Propinsi NTT yakni kering dan musim hujan yang pendek antara bulan Desember-Maret. Dari luas wilayah yang ada 3% atau 7.453 ha merupakan tanah sawah kering dan 97% atau 572.365 ha merupakan tanah kering dalam bentuk pekarangan dan tegalan (Anonim, 2003).

Oldeman dalam Anonim (2004) membagi tipe iklim di Nusa Tenggara Timur kedalam 6 (enam) Zone iklim yaitu, Tipe B2 , Tipe C3, Tipe D3, Tipe D4 dan Tipe E3, Tipe E4. Sedangkan Kabupaten Kupang yang merupakan bagian dan Propinsi Nusa Tenggara Timur menurut Oldeman secara klimatologi berada pada tipe iklim D4 dan E4. Sedangkan khusus untuk Kecamatan Kupang Barat berada pada tipe D4. Pada kedua tipe iklim ini ditandai dengan musim hujan yang pendek yaitu sekitar 3-5, sedangkan musim kemarau mencapai 7-8 bulan

Suhu udara di suatu tempat antara lain disebabkan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jarak tempat tersebut dari pantai. Pada tahun 2003, suhu udara di Kabupaten Kupang rata-rata siang hari berkisar antara 30,0 sampai dengan 33,7 °C, sementara pada malam hari suhu udra berkisar antara 21,2 °C sampai dengan 24,3 °C. Seperti telah disebutkan di atas bahwa Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang wilayahnya mencakup cukup banyak pulau sehingga kelembaban udaranya relatif cukup tinggi dengan rata-rata berkisar antara 61 persen yaitu pada bulan Agustus sampai dengan 84 persen pada bulan Pebruari (Anonim, 2003)

Curah Hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orogaphi serta perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh sebab itu jumlah curah hujan di suatu tempat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatnya. Catatan curah hujan di Kabupaten Kupang tahun 2002 ini di luar bulan Agustus yaitu berkisar antara 3 mm pada bulan Juli dan 383 mm pada bulan Pebruari (Anonim, 2004)

Budidaya rumput laut tidak dilakukan jika kondisi cuaca yang tidak mendukung misalnya pada musim barat di mana curah hujan tinggi dan angin yang bergerak kencang sehingga mengakibatkan gelombang yang tinggi. Gelombang yang tinggi akan menyebabkan tempat budidaya rumput laut menjadi

(8)

tidak aman karena tali-tali pengikat rumput laut putus dan thallus rumput laut patah.

4.6 Keadaan Umum Perikanan

4.6.1 Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Kupang Barat

Komoditi andalan perikanan yang saat ini telah diusahakan secara lebih intensif oleh masyarakat yakni rumput laut. Usaha budidaya rumput laut ini mulai mendapat antusias nelayan/pembudidaya perikanan sejak diperkenalkan cara dan metode pembudidayaannya pada tahun 2000 yang lalu (Anonim, 2006).

Kegiatan budidaya rumput laut tersebut terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga saat ini diperkirakan telah terdapat lebih kurang 14.870 pembudidaya yang telah mengusahakannya. Apalagi jika dilihat dari areal potensialnya yang cukup luas mencapai 13.857 ha, namun demikian baru sekitar 10,83 % atau 1.500 ha yang baru dimanfaatkan. Sampai tahun 2004 hasil produksi rumput laut di kabupaten Kupang yang terdata diperkirakan oleh Dinas Perikanan Kabupaten mencapai lebih dari 3.037,80 ton kering. Diperkirakan setiap tahunnya lebih dari 7.000 ton kering rumput laut diproduksi kabupaten ini, sehingga saat ini Kabupaten Kupang dikenal sebagai sentra penghasil rumput laut di Provinsi NTT (Anonim, 2006).

Produksi rumput laut di Kecamatan Kupang Barat pada tahun 2003 adalah 939,77 ton dengan luas lahan 91,69 ha. Jenis rumput laut yang sedang dikembangkan di Kecamatan Kupang Barat adalah jenis Eucheuma cottonii. Budidaya rumput laut dikembangkan di beberapa lokasi antara lain desa Bolok, Tablolong, Kuanheum, Nitneo dan Tesabela.

a. Metode Budidaya

Metode budidaya rumput laut yang digunakan adalah metode long line dengan biaya lebih murah dan merupakan modifikasi dari rakit apung. Metode ini meliputi komponen tali utama, tali ris, tali pengikat rumput laut, pelampung besar, pelampung kecil (botol aqua) dan tali jangkar untuk menahan sistem pada posisi yang tetap.

Bibit berasal dari hasil panen sendiri yang berumur sekitar 45 hari dengan berat kira-kira 100 gram per rumpun. Setiap unit mengandung 100-200

(9)

tali dimana 1 tali pada umumnya terdiri dari 50 rumpun dengan jarak tanam 20-30 cm. Jenis rumput laut yang ditanam adalah Eucheuma cottonii, waktu panen sekitar 45 (sekitar 1 bulan 2 minggu) dihitung dari saat diikat (ditanam). Cara pemanenan adalah dengan membuka tali ikatan pada masing-masing rumpun lalu disimpan dalam perahu untuk dibawa keluar setelah itu dijemur pada tempat jemuran (para-para).

b. Pemasaran Rumput Laut

Rumput laut yang siap dipasarkan adalah rumput laut dalam bentuk kering. Selanjutnya petani menyimpan rumput laut tersebut di tempat penampungan. Biasanya pemasaran dilakukan dengan dua cara yakni sebagian hasilnya dijual langsung ke konsumen dan sebagiannya dibeli oleh pedagang pengumpul. Konsumen biasanya mengolah rumput laut tersebut untuk dijadikan makanan tradisional (misalnya: manisan, jelly). Sedangkan pedagang pengumpul memiliki beberapa alternatif pilihan pemasaran yakni menjual rumput laut tersebut kepada industri (pabrik) untuk diolah. Selain itu juga pedagang pengumpul dapat menjualnya ke pihak eksportir maupun dapat menjual langsung kepada konsumen. Adapun alur pemasaran rumput laut terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4. Alur Pemasaran Rumput Laut 4.6.2 Perikanan Tangkap

Sarana Perikanan yang mendukung perkembangan perikanan meliputi armada dan jenis alat tangkap. Jumlah armada perikanan yang beroperasi di Kabupaten Kupang sampai dengan tahun 2004 adalah 3.203 unit yang terdiri atas

(10)

1.826 unit jukung, 695 unit Perahu Tanpa Motor (PTM), 432 unit Motor Tempel (MT) dan 250 unit Kapal Motor (KM) ukuran 5-10 GT yang tersebar pada 19 Kecamatan. Untuk kapal-kapal yang berukuran 10 GT keatas seperti jenis pole and line terbanyak didominasi oleh para nelayan asal Makasar dengan daerah operasi mereka di perairan Kabupaten Kupang. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Kabupaten Kupang dapat dikategorikan sebagai alat tangkap tradisional yang umumnya digunakan adalah bagan tancap, bagan apung, purse seine, jala lompo, gilnet, pancing/pancing tonda dan alat lainnya (Anonim, 2006).

Potensi tangkapan lestari ikan-ikan pelagis di Kabupaten Kupang 60.000 ton/thn, dengan demikian untuk meningkatkan hasil produksi tangkapan ikan diperlukan penambahan sarana/alat tangkap dan armada kapal penangkap ikan seperti kapal mini purse seine, pole and line, long-line, bagan serta alat-alat tangkap lain (Anonim, 2006).

Melihat faktor-faktor pendukung seperti stok ikan yang cukup tersedia, sarana penangkapan, jumlah armada maupun hasil produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, maka kebutuhan akan prasarana perikanan seperti PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) adalah sangat diperlukan. Pemerintah kabupaten Kupang merencanakan PPI di kawasan pantai Tablolong (Kecamatan Kupang Barat), dimana lebih dikenal sebagai kawasan pariwisata pantai (Anonim, 2006).

Gambar

Gambar 4. Alur Pemasaran Rumput Laut

Referensi

Dokumen terkait

Pengeluaran wisatawan adalah uang baru dari wisatawan yang dibelanjakan ke bisnis perhotelan lokal secara langsung.Pengeluaran awal oleh wisman dan wisnus ini

I PUTU YUDA PRATAMA Utama PANDE MADE DESY RATNA SARI Utama ANINDYA RAHMAWATI Utama SEPTIANA TRI WAHYUNI Utama PENI SUSILOWATI PUTRI Utama.. DENI

Kelas sawah menjadi kelas yang dibedakan selanjutnya, sebab dari analisis keterpisahan dipisahkan dengan baik terhadap kelas lainnya kecuali terhadap kelas asil

80021033 Kisaran, 04 April 2014 BAUR TILANG RINI SARTIKA BRIGADIR NRP... NUR DT BANDAR TG

Hasil penelitian tentang kemampuan anak dalam mengambil biji kacang yaitu pada kondisi baseline (A) dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, kemampuan anak pada pertemuan

Jaringan ini beroperasi pada 10000 bit/s dan setiap sampel dikuantisasi menjadi 1024 level tegangan

kenaikan enthalpinya, sehingga Q=H.Sedangkan untuk non flow process pada tekanan P konstan.. Panas penguraian yaitu panas yang terjadi atau diperlukan oleh satu mol

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara aspek-aspek dalam motivasi belajar yang meliputi knowledge, accomplishment, stimulation, integrated regulation,