• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA ANAK AUTISME DI SEKOLAH LUAR BIASA DAERAH KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU PEMBIMBING KHUSUS PADA ANAK AUTISME DI SEKOLAH LUAR BIASA DAERAH KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat 2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat

Maiza Sulastri@gmail.com ABSTRACT

This research is motivated by the phenomenon that researchers found in the field of special mentors who play a role for children with autism in special schools in kambang Region South Coastal District. The purpose of this study is to describe: 1) The role of special counselors in controlling the behavior of autism children in the classroom, 2) the role of special counselors in helping autistic children to remain concentrated; 3) the role of specialist teachers in helping children with autism learn to play / her friend. This research was conducted with qualitive approach that is desriptive. As for the key informants in this study is 1 person a special tutor from autism children and then additional informants are 1 parent and 1 class guardian. The instruments used to collect data in this study are interview guidelines. Data analysis technique in this penetration is data reduction, data presentation, and conclusion. The result of this study reveal: 1) The role of special counselors in controlling the behavior of children with autism in the class in very good category, because the special tutor provide a good approach to children with autism. 2) The role of special mentors in helping autistic children to remain concentrated in the category is very good, because the special tutors give attention to the child and give appreciation to the chil so that children are eager in learning in class. 3) The role of special counselors in helping children with autism learn to play with their friends is in very good category, because special tutors provide guidance advice to children with good and correct language so that children can easily understand. Based on the results of the research, it is recommended that the special tutors to maximize more in guiding children with autism in the classroom.

Keyword : Special Mentors, Autism Children

PENDAHULUAN

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan aset yang tidak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, masyarakat,

maupun bangsa dan negara. Sehingga maju dan mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu.

Pendidikan merupakan fenomena manusia yang

(2)

fundamental, yang juga mempunyai sifat konstuktif dalam hidup manusia karena itulah dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan yaitu mendidik dan dididik. Menjalani kehidupan dan perkembangannya, setiap saat individu berada dalam kondisi diri tertentu serta berinteraksi dengan kondisi lingkungannya.

Autisme adalah gangguan yang terjadi pada susunan syaraf pusat sehingga penderita kurang mampu menguasai fungsi bahasa dan sosialnya. Orientasi berfikir anak autis hanya sebatas pada dirinya sendiri. Ia kurang tertarik dengan kejadian di lingkungan sekitar. Proses ini bertolak belakang dengan anak hiperaktif yang mudah tertarik pada hal- hal baru yang terjadi dilingkungan.

Menurut Yatim (Marlina, 2002:23) “autisme merupakan kondisi yang menimpa anak-anak pada saat lahir atau dibawah 3 tahun yang menyebabkan anak tidak mampu membentuk hubungan sosial atau mengembangkan komunikasi

yang normal”. Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi terjadinya penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga autis seperti hidup dalam dunianya sendiri, istilah autisme memiliki arti yang sangat luas, mulai dari gejala autisme yang merupakan bagian dari suatu gangguan atau penyakit gangguan perkembangan perpasif.

Yatim (Marlina, 2002:23) “autisme adalah gangguan perkembangan yang berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain dan penyandang autisme juga memiliki gangguan dalam berinteraksi sosial, komunikasi (komunikasi verbal maupun non verbal), tidak memahami gerak gerik tubuh, ekspresi muka dan suara datar menoton. Penyandang autisme juga mengalami gangguan imajinasi, dan pola perilaku yang repatitif.

Guru pembimbing khusus adalah seseorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak penyandang autisme pada saat diperlakukan, sehingga proses pengajaran dapat

(3)

berjalan lancar tanpa gangguan. Guru kelas tetap mempunyai wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung jawab atas terlaksananya peraturan yang berlaku (Sumekar, 2013:287).

Menurut Sumekar (2009: 287) peran guru pembimbing khusus (GPK) adalah : (1) menjembatani instruksi antara guru dan anak, (2) mengendalikan perilaku anak di kelas, (3) membantu anak untuk tetap berkosentrasi, (4) membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya, (5) menjadi media informasi antara guru dan orang tua dalam membantu anak mengejar ketinggalan dari pelajaran di kelasnya.

Berdasarkan hasil observasi dengan salah satu guru di sekolah Luar Biasa di Daerah Kambang Kabupaten Pesisir selatan pada tanggal 3-20 februari 2016 terlihat dan diperoleh informasi bahwa di Sekolah Luar Biasa itu ada guru tidak melarang anak bermain saat belajar di kelas, ada guru tidak menyapa anak yang mengganggu temannya saat belajar, ada guru tidak membantu anak yang tidak bisa

berkosentrasi dalam belajar, ada guru tidak memberikan perhatian kepada anak pada saat berlajar/bermain di lingkungan sekolah, ada guru tidak melihat kondisi atau keadaan anak pada saat belajar, ada guru yang tidak bisa mengendalikan perilaku anak di kelas.

Berdasarkan dari latar belakang adanya perilaku atau masalah yang dialami oleh anak autisme yang berada di sekolah tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian secara langsung tentang “peran guru

pembimbing khusus pada anak autisme di sekolah luar biasa daerah kambang kabupaten pesisir selatan”.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Ada guru pembiombing khusus tidak melarang anak bermain saat belajar di kelas.

2. Ada guru pembimbing khusus tidak menyapa anak mengganggu temannya saat belajar.

3. Ada guru pembimbing khusus tidak membantu anak yang tidak bisa berkosentrasi dalam belajar.

(4)

4. Ada guru pembimbing khusus tidak memberikan perhatian kepada anak pada saat belajar/bermain di lingkungan sekolah.

5. Ada guru pembimbing khusus tidak melihat kondisi atau keadaan anak pada saat belajar.

6. Ada guru pembimbing khusus yang tidak bisa mengendalikan perilaku anak di kelas.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan penelitian yang telah ditetapkan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Peran guru pembimbing khusus dalam mengendalikan perilaku anak autisme di kelas.

2. Peran guru pembimbing khusus dalam membantu anak autisme untuk tetap berkosentrasi.

3. Peran guru pembimbing khusus dalam membantu anak autisme belajar/bermain dengan teman-temannya.

METODE PENELITIAN

penelitian ini telah peneliti laksanakan pada 20 Maret 2017 sampai tanggal 20 April 2017. Adapun tempat atau lokasi untuk melaksanakan penelitian adalah di

SDLB Kambang. SDLB ini terletak di daerah Kambang Kabuoaten Pesisir Selatan. Adapun alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena peneliti tertarik untuk melakukan penelitian disini. Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini peneliti temukan di SDLB di daerah Kambang, Sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di SDLB di daerah Kambang.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Yusuf (2011:83) “penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”. Menurut Iskandar (2009:19) bahwa: pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang memerlukan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh berhubungan objek yang akan diteliti bagi menjawab permasalahan untuk mendapatkan data-data kemudian dianalisis dan mendapatkan kesimpulan penelitian dalam situasi dan kondisi yan g tertentu.

(5)

Defenisi operasional dalam penelitian ini ditujukan untuk menceagah terjadinya kesalahan penafsiran antara pembaca dengan peneliti. Untuk mempermudah dan memahami maksud dari variabel penelitian, maka peneliti menyusun defenisi operasionalnya adalah peran guru pembimbing khusus pada anak autisme.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa informan adalah orang yang mampu memberikan informasi yang akurat mengenai objek penelitian dan orang tersebut benar-benar mengetahui tentang latar penelitian. Dalam menentukan informan penelitian terlebih dahulu peneliti menentukan informan kunci dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya. Informan kunci ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa informan kunci harus mengetahui dengan jelas tujuan penelitian serta terkait dengan permasalahan yang diteliti yaitu peran guru pembimbing khusus pada anak autisme di sekolah luar biasa.

Penelitian ini pihak yang ditetapkan menjadi informan kunci

adalah guru pembimbing khusus di sekolah luar biasa di kabupaten pesisir selatan.

Tabel 1. Informan Kunci Penelitian No Nama Samaran Jaba tan pendidi kan Lam a beke rja 1. DS Gur u Pem bim bing khu sus S1/PLB 2 tahu n

Tabel di atas menunjukkan 1 orang informan kunci yang akan dijadikan dalam penelitian ini, yaitu guru pembimbing khusus. Untuk mendapatkan informan yang lebih akurat maka peneliti juga menetapkan informan tambahan yang mengetahui tentang peran guru pembimbing khusus terhadap anak autisme di sekolah luar biasa daerah Kambang Kabupaten Pesisir selatan. Tabel 2. Informan Tambahan No Anak autisme Jenis kelamin Usia 1. Orang tua dari PW perempuan 45 2. Wali Kelas Perempuan 40

(6)

Informan tambahan ditetap melalui teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel yang dilandasi tujuan dan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Penentuan informan tambahan yang diperoleh dari saran informan kunci, informan tambahan dalam penelitian ini adalah orang tua anak autisme.

HASIL DANPEMBAHASAN

Pada penelitian ini temuan data peneliti kemukakan adalah data yang bersifat deskriptif, yaitu data yang disajikan sesuai dengan apa yang dikemukakan informan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan, yaitu peran guru pembimbing khusus pada anak autisme di sekolah luar biasa daerah kambang kabupaten pesisir selatan. a. Peran Guru Pembimbing

Khusus dalam

Mengendalikan perilaku Anak Autisme di Kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan tambahan pada tanggal 21, 22, 23 Maret 2017 dan informan tambahan pada tanggal 24,25,26

Maret 2017 dan informan tambahan ketiga pada tanggal 27, 28, 29 Maret 2017. Dalam penelitian terungkap bahwa guru pembimbing khusus selalu nmemperhatikan apa yang dilakukan oleh anak autisme ketika anak sedang belajar di dalam kelas. Terkadang pada saat proses belajar berlangsung anak autisme ada yang tidak tenang dalam belajar ada saja yang dikerjakan oleh si anak misalnya ketika saat dalam belajar, anak memegang pena yang akan digunakan untuk dia menulis, tetapi si anak malah menggunakan pena untuk melukai teman yang duduk di sebelahnya.

Di samping itu guru pembimbing khusus juga membantu anak autisme agar tetap tenang dalam belajar dengan cara guru pembimbing khusus anak autisme supaya anak bisa duduk tenang di dalam kelas. Karena anak autisme terkadang berjalan dan berlari saja tidak menentu dan bahkan anak autisme juga mengganggu temannya dengan memukul temannya dan disini guru pembimbing khusus juga menasehati anak bahwa perilakunya memukul teman itu tidak bagus, kadang guru pembimbing

(7)

khusus juga memberi mainan yang disukai anak autisme supaya dia tidak berjalan di dalam kelas dan bisa tenang dan diam di dalam kelas.

Menurut Sumekar, (2008:287) peran guru pembimbing khusus (GPK) adalah : (1) menjembatani instruksi antara guru dan anak, (2) Mengendalikan perilaku anak di kelas, (3) membantu anak untuk tetap berkosentrasi, (4) membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya, (5) menjadi media informasi antara guru dan orang tua dalam membantu anak mengejar ketinggalan dari pelajaran di kelasnya.

Menurut Paedea (Irdamurni & Rahmiati, 2015: 66) peran guru pembimbing khusus antara lain: 1. Menjalin kerjasama antara guru,

sekolah dan orangtua peserta didik.

2. Melaksanakan pendampingan anak berkebutuhan khusus pada kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas /guru mata pelajaran/ guru bidang studi. 3. Memberikan bimbingan secara

berkesinambungan dan membuat catatan khusus kepada anak-anak berkebutuhan khusus selama

mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika terjadi pergantian guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwasanya guru pembimbing khusus dalam mengendalikan perilaku anak autisme dalam kelas dengan cara guru pembimbing khusus memberikan motivasi, nasehat atau arahan yang membuat rasa percaya diri anak autisme tersebut. Sehingga guru pembimbing khusus bisa mengarahkan bakat dan minat anak ke tempat yang sesuai dengan keahliannya.

b. Peran Guru Pembimbing Khusus dalam Membantu Anak Autisme Untuk Tetap Berkosentrasi

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan kunci dan informan tambahan pada tanggal 21, 22, 23 Maret 2017 dan informan tambahan pada tanggal 24, 25, 26 Maret 2017 dan informan tambahan ketiga 27, 28, 29 Maret 2017. Dalam penelitian terungkap bahwa guru pembimbing khusus pada saat proses belajar berlangsung selalu menanyakan berulang-ulang apa yang disampaikan kepada anak autisme dan yang

(8)

terpenting sekali cara penyampaian guru pembimbing khusus harus jelas efektif dan tidak terlalu panjang supaya anak autisme bisa memahaminya dan bisa berkosentrasi terhadap apa yang diberikan oleh guru oembimbing khususnya itu.

Selain itu di informasi dari orang tua dari PW bahwa guru pembimbing khusus menanyakan kepada anak apa masalah yang sedang dialaminya secara baik-baik kepada anak dengan bahasa yang lembut agar anak autisme itu tidak ribut di dalam kelas dan bisa tenang pada saat proses belajar berlangsung. Menurut orang tua, guru pembimbing khusus memaklumkan anak autisme ketika ia tidak mengerjakan tugas yang diberikan dari sekolah dan guru terkadang menanyakan kepada anak apa masalah dia tidak mengerjakan tugas tersebut apakah tugas tersebut dia pahami atau tidak.

Menurut widyawati (2002: 118-122): peran guru pembimbing khusus dalam membantu anak autisme tetap berkosentrasi yaitu:

1. Guru pembimbing khusus sebagai sumber belajar bagi peserta didik

dengan gangguan autisme dapat diberikan secara optimal.

2. Guru pembimbing khusus selalu beruasaha untuk memberikan pelayanan bagi peserta didik dengan gangguan autisme agar pembelajaran yang diberikan dapat tersalurkan dan dapat diterima baik oleh peserta didik.

3. Guru pembimbing khusus memang lebih banyak melakukan perannya sebagai demontrator bagi peserta didik dengan gangguan autisme. 4. Guru pembimbing khusus sebagai

pembimbing dalam menanggani peserta didik dengan gangguan autisme adalah dengan guru pembimbing khusus selalu berusaha untuk tetap membimbing peserta didik dengan gangguan autisme.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa peran guru pembimbing khusus dalam membantu anak autisme untuk tetap berkonsentrasi adalah guru pembimbing khusus memberikan perhatian yang khusus terhadap anak autisme dalam belajar, guru pembimbing tidak menuntut anak autisme harus bisa mendapatkan

(9)

pelajaran yang diberikan oleh guru pembimbing khusus, dan guru pembimbing khusus berusaha semaksimal mungkin mengarahkan anak autisme dalam belajar agar anak autisme dapat merespon pelajaran yang diberikan guru dengan baik. c. Peran Guru Pembimbing Khusus

dalam Membantu Anak Autisme Belajar Bermain Dengan Teman-Temannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan kunci dan informan tambahan pada tanggal 21, 22, 23 Maret 2017 dan informan tambahan pada tanggal 24, 25, 26 Maret 2017 dan informan tambahan ketiga 27, 28, 29 Maret 2017. Dalam penelitian terungkap bahwa menurut wali kelas, guru pembimbing khusus juga berusaha membuat suasana yang nyaman, tenang dan senang untuk anak autisme pada saat bermain agar anak autisme itu bisa bermain dengan teman yang lain dan anak bisa menerima satu dengan yang lain tanpa ada anak yang berkelahi.

Menurut wali kelas guru pembimbing khusus juga

menanggapi dengan tenang dan berfikir positif terhadap perilaku anak autisme seperti itu, malahan guru pembimbing khusus berusaha membujuk dan menenangkan anak ketika anak ada yang saling merebutkan tempat duduk di dalam kelas.

Menurut Widyawati (2002: 118-122): peran guru pembimbing khusus membantu anak autisme belajar bermain dengan teman-temannya adalah sebagai berikut: a. Guru pembimbing khusus perlu

memberikan latihan yang terstruktur yang memperkecil kesempatan anak untuk melepaskan diri dari teman-temannrya dan guru segera bertindak bila melihat anak melakukan aktivitas sendiri.

b. Guru pembimbing khusus perlu mengikutsertakan anak dalam proses penyusunan program pelatihan struktur dengan tujuan agar anak dapat mengatur sendiri pikiran dan tindakannya agar anak dapat bekerja atas dasar kemampuannya sendiri (mandiri).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa peran guru pembimbing khusus dalam

(10)

membantu anak autisme belajar bermain dengan teman-temannya adalah guru pembimbing khusus memberikan pelajaran di luar kelas dan latihan terstruktur bersama teman-temannya untuk mengembangkan bakat dan minat anak autisme supaya anak tersebut memiliki keterampilan setelah dewasa dan bisa dipergunakan untuk diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada tanggal 20 Maret sampai 20 April 2017 tentang Peran Guru Pembimbing Khusus pada Anak autisme di Sekolah Luar Biasa daerah Kambang Kabupaten Pesisir Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran guru pembimbing khusus

dalam mengendalikan perilaku anak autisme di kelas dikategorikan sangat baik, karena guru pembimbing khusus sudah sangat baik untuk memberikan pendekatan yang cukup kepada anak autisme serta sabar dalam menghadapi perilaku anak autisme di dalam kelas.

2. Peran guru pembimbing khusus dalam membantu anak autisme untuk tetap berkosentrasi dikategorikan sangat baik, karena guru pembimbing khusus memberikan perhatian kepada anak dan memberikan perhatian kepada anak dan memberikan semangat bahkan memotivasi apresiasi kepada anak agar bersemangat dalam belajar dan bisa merubah semua tingkah lakunya meskipun itu secara perlahan-lahan dilakukan oleh guru pembimkbing khusus yang mengajar di kelas.

3. Peran guru pembimbing khusus dalam membantu anak autisme belajar bermain dengan teman-temannya dikategorikan sangat baik, karena guru pembimbing khusus memberikan pengarahan dan nasehat kepada anak dengan bahasa yang baik dan benar supaya anak mudah mengerti dan membuat anak agar bisa bekerjasama dengan teman-teman lainnya baik dalam kelas maupun di luar.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar. 2009. Metodologi

Penelitian Sosial dan

Kualitatif dan Kuantitaif.

(11)

Marlina. 2011. Assesmen Pada anak

Berkebutuhan Khusus.

Padang: UNP Press.

Sumekar, Ganda. 2013. Anak Berkebutuhan Khusus (Cara

Membantu Mereka Agar

Berhasil Dalam Pendidikan Inklusif. Padang: UNP Press. Yusuf, A. Muri. 2011. Metodologi

Penelitian Dasar-dasar

Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press.

Gambar

Tabel  1.  Informan  Kunci  Penelitian  No  Nama  Samaran  Jabatan   pendidikan  Lama  beke rja  1

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengalaman hidup komuniti saudara baru, proses komunikasi intrapersonal memain peranan penting dalam memberi kefahaman perkara yang berhubungkait dengan agama

Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara durasi kerja pada posisi duduk dengan keluhan low back pain pada pengrajin batik tulis

Emansipasi wanita juga menjadi salah satu perubahan penting dengan perubahan penampilan para wanita yang ditandai dengan gaya rambut bob dan penggunaan kosmetik

The challenges faced by the divorcees in enforcing court orders are due to five factors; first, the husband is not willing to take responsibility or to evade his obligation in

Ita Isdiyanti (STAIN Surakarta, 2006) dengan judul skripsi Pelaksanaan Metode Active Learning dalam Pembelajaran PAI Kelas III SD Islam Al- Azhar 28 Solo Baru

Pati pisang hasil modifikasi ikatan silang dengan reagen STPP memiliki kestabilan paling baik dibanding pati alami maupun yang dimodifikasi dengan reagen STMP dan

Jika pada masa orde baru, orientasi kebijakan negara adalah mendukung terciptanya stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi dengan mengekang partisipasi