• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam Beryodium

Garam beryodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya jangka panjang (Depkes RI, 2004). Garam beryodium merupakan garam yang telah diyodisasi sesuai dengan SNI dan mengandung yodium ≥30ppm untuk konsumsi manusia atau ternak dan industri pangan (Anomin, 2007). Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya atau telah mengalami fortifikasi dengan KIO3 (Kalium Iodat) sebanyak 30 – 80 ppm. Penambahan ini dikarenakan masih tingginya kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia (Warta GAKY, 2002). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 2010 Tentang “Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Di Daerah”, pengertian garam beryodium adalah garam konsumsi yang komponen utamanya Natrium Khlorida (NaCl) dan mengandung senyawa iodium (KIO3) melalui proses iodisasi serta memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) (Mendagri, 2010).

Garam beryodium memiliki tingkat keasinan yang tinggi, sehingga dalam penggunaannya memang harus berbeda dengan garam non yodium. Hal ini perlu disosialisasikan secara mendasar sehingga tidak terjadi pemahaman yang keliru. Bila dalam penggunaan garam beryodium disamakan dengan penggunaan garam non yodium, maka akan memberikan rasa yang lebih pahit. Selain itu harga garam beryodium di pasaran juga cenderung lebih mahal dari harga garam non yodium.

(2)

22

Harga garam beryodium berkisar antara Rp 250 – 550 per bungkus (150 gram), sedangkan harga garam non yodium berkisar antara Rp 950 – 2600 per 1000 gram (Dhyanaputri, 2008).

2.1.1 Manfaat Penggunaan Garam Beryodium

Penggunaan garam beryodium sangat penting bagi kesehatan keluarga. Kegunaan garam beryodium, yaitu : mencegah terjadinya penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur yodium, secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Gangguan yang akan segera terlihat pada GAKY adalah adanya pembesaran kelenjar gondok (Anonim, 2007). Menurut Satoto dalam Warta Gaky (2002) gangguan kurang yodium yang lain dapat berupa gangguan mental, kelemahan fisik, keterlambatan pertumbuhan, kegagalan reproduksi, kerusakan perkembangan sistem saraf, peningkatan kematian anak/ risiko terjadinya abortus.

Namun kelebihan yodium juga tidak baik untuk tubuh. Kelebihan yodium di dalam tubuh dikenal sebagai hipertiroid. Hipertiroid terjadi karena kelenjar tiroid terlalu aktif memproduksi hormon tiroksin. Biasanya ditandai gejala mudah cemas, lemah, sensitif terhadap panas, sering berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun, nafsu makan bertambah, jari-jari tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata menonjol serta denyut nadi bertambah cepat dan tidak beraturan (Anonim, 2010).

Oleh karena itu konsumsi yodium dalam jumlah yang tepat sangat berguna bagi kesehatan. Kebutuhan yodium berbeda-beda pada setiap tahap kehidupan. WHO merekomendasikan konsumsi yodium sehari-hari untuk anak-anak usia pra sekolah (0-5 tahun) adalah 90 mikrogram (µg), 120 µg untuk anak-anak usia sekolah (6-12

(3)

23

tahun), 150 µg untuk orang dewasa (di atas 12 tahun), dan 200 µg untuk wanita hamil dan menyusui (Soekarti, 2004).

Berdasarkan standar internasional yang digunakan Food and Drug Administration (FDA), konsumsi yodium maksimal untuk seseorang kira-kira 150 mikrogram (µg) per hari (Anonim, 2010). Untuk memenuhi itu, dianjurkan untuk mengkonsumsi garam 6 – 10 gram per orang per hari atau satu sendok teh per hari (Depkes RI, 1997).

2.2 Persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh : Rahmat (2003) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal ini terjadi karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu yaitu, lingkungan fisik dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman masa lampau.

Menurut Desideranto dalam Rahmat (2003), persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.

(4)

24

Sarwono (2003) mengartikan persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat-pendapat dan kemampuan orang lain.

Persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu (Walgito, 2002).

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran. Selain itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan. Sehingga mempersepsikan situasi sekarang tidak lepas dari adanya stimulus terdahulu.

2.2.1 Proses Terjadinya Persepsi

Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Menurut Walgito (2002), terjadinya persepsi melalui suatu proses yaitu, melalui beberapa tahap berikut: 1) suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman, 2) stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. Proses pentrasferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan 3) otak

(5)

25

selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadi proses persepsi, yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

Menurut Mar’at (1992) proses persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu obyek psikologis dengan kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dari pribadinya. Sedangkan obyek psikologis ini dapat berupa kejadian, ide, atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologik tersebut. Melalui komponen kognisi ini akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang dilihat. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan (belief) terhadap obyek tersebut. Selanjutnya komponen afeksi memberikan evaluasi emosional (senang atau tidak senang) terhadap obyek.

Pada tahap selanjutnya, berperan komponen konasi yang membutuhkan kesediaan atau kesiapan jawaban berupa tindakan terhadap obyek. Atas dasar tindakan ini maka situasi yang semula kurang atau tidak seimbang menjadi seimbang kembali. Keseimbangan dalam situasi ini berarti bahwa antara obyek yang dilihat sesuai dengan penghayatannya, di mana unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima secara rasional dan emosional. Jika situasi ini tidak tercapai, maka individu menolak dan reaksi yang timbul adalah sikap apatis, acuh tak acuh atau menentang sampai ekstrim memberontak. Keseimbangan ini dapat kembali jika

(6)

26

persepsi dapat diubah melalui komponen kognisi. Terjadinya keseimbangan ini akan melalui perubahan sikap di mana tiap komponen mengolah masalahnya secara baik (Mar’at, 1992).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Rahmat (2003) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor struktural.

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intensitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan stimulus) (Rahmat, 2003).

(7)

27 a) Faktor eksternal

1) Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Contohnya kita senang melihat huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

2) Intensitas stimuli, dimana kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.

3) Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian.

4) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur-unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar kita.

b) Faktor internal

1) Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu,atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas.

2) Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri.

3) Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itus udah mencapai intensitas yang begitu tinggi akan mengakibatkan stress,yang menyebabkan sulit berpikir efisien.

(8)

28

4) Keadaan biologis, misalnya keadaan lapar, maka seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Sedangkan bagi orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda (Rahmat, 2003).

2.3 Teori Perubahan Perilaku Lawrence Green dalam Perilaku Penggunaan Garam Beryodium

Dalam teorinya, Lawrence Green mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku (non-perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor : faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong. Faktor predisposisi (predisposing factors) mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lain. Namun selain aspek perilaku, ada pula aspek non-perilaku yang dapat mempengaruhi pencapaian kesehatan individu/masyarakat, misalnya sulitnya mencapai sarana pelayanan kesehatan, mahalnya biaya transportasi dan pengobatan, dan lain-lainnya (Sarwono, 1993).

Perilaku penggunaan garam beryodium bila dikaitkan dengan teori Green, maka dapat dijelaskan bahwa perilaku penggunaan garam beryodium dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan faktor non-perilaku. Faktor perilaku terdiri dari yaitu:

(9)

29

1) Faktor predisposisi, yang meliputi pengetahuan tentang garam beryodium, persepsi tentang garam beryodium, serta kesadaran akan manfaat menggunakan garam beryodium.

a) Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Jadi seseorang akan memiliki pengetahuan tentang garam beryodium setelah orang tersebut mendengar ataupun melihat segala sesuatu tentang garam beryodium, baik segala yang baik atau mungkin yang tidak baik tentang garam beryodium. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila seseorang telah memiliki pengetahuan tentang garam beryodium secara lengkap dan benar, maka akan bertindak untuk menggunakan garam beryodium secara benar dan cermat (Notoatmodjo, 1997).

b) Persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Sehingga mempersepsikan situasi sekarang tidak lepas dari adanya stimulus terdahulu. Jadi persepsi seseorang tentang garam beryodium merupakan pandangan seseorang tentang garam beryodium, yang didasari oleh pengalamannya dalam menggunakan/mengkonsumsi garam beryodium (Rahmat, 2003).

c) Kesadaran masyarakat akan manfaat menggunakan garam beryodium, seperti dapat terhindar dari penyakit gondok, kemudian pada wanita hamil dapat terhindar risiko terjadinya abortus, pada anak-anak dapat terhindar dari keterlambatan pertumbuhan yang dapat menyebabkan anak menjadi pendek

(10)

30

(kerdil), dan lain-lainnya, merupakan faktor predisposisi masyarakat untuk selalu menggunakan garam beryodium dalam kehidupan sehari-hari (Sarwono, 1993).

2) Faktor pendukung, yang meliputi ketersediaan garam beryodium di sekitar tempat tinggal. Ketersediaan garam beryodium merupakan akses untuk memperoleh garam beryodium, di mana garam beryodium dapat diperoleh dengan cepat di sekitar lingkungan rumah, misalnya di warung ataupun di pasar sekitar rumah (Suraji, 2003).

3) Faktor pendorong, yang meliputi adanya KIE yang lengkap dan jelas tentang garam beryodium secara rutin dan terus-menerus dari petugas kesehatan atau tokoh masyarakat seperti kepala lingkungan. Adanya Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) yang lengkap dan jelas tentang garam beryodium, apalagi yang dilaksanakan secara rutin dan terus-menerus oleh petugas kesehatan kepada masyarakat, akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang garam beryodium. Semakin lengkap pengetahuan yang dimiliki tentang garam beryodium, maka dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan garam beryodium serta meminimalkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada masyarakat ketika mempraktikan dalam menggunakan garam beryodium pada rumah tangga (Dhyanaputri, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

“Database adalah susunan record data operasional lengkap dari suatu organisasi atau perusahaan, yang diorganisir dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara

4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila sebelumnya ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal secara benar

Teknik pemisahan menggunakan membran memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: proses pemisahan berlangsung secara kontinu/berlanjut, konsumsi energi yang rendah, mudah

Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginerprestasikan dengan benar. Seseorang yang

Dengan kemampuannya, secara efektif pegawai mampu memahami orang lain dalam suatu organisasi, dan menggunakan pengetahuan itu untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak dengan cara

Sedangkan Menurut Erwin Setyo K 2012: 4-5 dalam 10“Pendidikan kesehatan adalah proses membantuseseorang, dengan bertindak secara sendirisendiriataupun secara kolektif, untuk membuat