PROSIDING
Seminar Nasional
BIOSAINS 2
19-20 November 2015
Jurusan Biologi dan
Program Studi Magister Biologi
Universitas Udayana
ISBN 978-602-294-093-7
DENPASAR
2016
PROSIDING, Copyright© 2016 i
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi” PROSIDING
Copyright© 2016
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
dan Magister Biologi, Program Pascasarjana - Universitas Udayana, Bali, Indonesia Editor:
Prof. Dr. Drs. I Ketut Junitha, MS. Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si. Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D. Ni Made Suartini, S.Si., M.Si.
Dr. Iriani Setyawati, S.Si., M.Si. Reviewer:
Prof. Dr. Drs. I Ketut Junitha, MS.
Prof. Dr. Ir. I Putu Gde Ardhana, M.Agr.Sc. Prof. Dr. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc.
Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si. Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc, PhD. Ir. Made Pharmawati, M.Sc, Ph.D Ni Luh Arpiwi, S.Si., M.SC, PhD Dr. Ir. Made Ria Defiani, M.Sc. (Hons). Dr. AA. Ketut Darmadi, M.Si
Dr. I Ketut Ginantra, S.Pd., M.Si. Dr. Dra. Retno Kawuri, M.Phil. Drs. Yan Ramona, M.App.Sc., PhD. Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc, PhD. Dr. Drs. Ida Bagus G. Darmayasa, M.Si. Dr. Dra. Ni Putu Adriani A., M.Si. Dr. Dra. Meitini W. Proborini, M.Sc.St.
Dr. Dra. Intan Wiratmini, M.Si Dr. Dra Ni Luh Suriani, M.Si.
Ir. A.A.G. Raka Dalem, M.Sc.(Hons). Dra. Inna Narayani, M.Sc.
Drs. Martin Joni, M.Si.
Dra. I.G.A. Sugi Wahyuni, M.Si. Drs. Pararya Suryadipura, M.Si. Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si. Ni Made Suartini, S.Si, M.Si. Ni Wayan Sudatri, S.Si, M.Si. Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si, M.Si. Drs. I Ketut Sundra, M.Si.
Drs. Job Nico Subagyo, M.Si. Dra. Ni Nyoman Wirasiti, M.Si. Dr. Iriani Setyawati, S.Si, M.Si. Desain Cover: Ir. Made Pharmawati, M.Sc, Ph.D.
Pemakalah Utama (Keynote Speakers):
1. Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc. (Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemenristek Dikti)
2. Dr. Sony Heru Sumarsono (SITH Institut Teknologi Bandung) 3. Dr. Rugayah, M.Sc. (Puslit Biologi-LIPI)
4. Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. (Universitas Udayana)
Dipublikasikan oleh: Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana ISBN 978-602-294-093-7
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha NugrahaNya, Prosiding Seminar Nasional Biosains 2 Tahun 2015 yang dilaksanakan atas kerjasama antara Jurusan Biologi FMIPA dengan Program Studi Magister S2 Biologi Program Pascasarjana Universitas Udayana dapat diselesaikan.
Seminar Nasional Biosains 2 Tahun 2015 ini mengambil tema “Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi” yang telah dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, 19 dan 20 November 2015 di Gedung Agro Komplek Universitas Udayana, di Kampus JL. PB. Sudirman, Denpasar, Bali. Tema ini diangkat dalam rangka 30 tahun berdirinya Program Studi Biologi di Universitas Udayana yaitu pada tahun 1985. Seperti halnya manusia pada usia 30-an merupakan usia produktif yang akan mulai menampakkan perannya dalam perkembangan masyarakat, demikian juga dengan tema ini diharapkan pemangku biologi sebagai ilmu dasar di Universitas Udayana dapat meningkatkan perannya dalam perkembangan Sains dan Teknologi dengan cara bertukar ilmu dan pengalaman penelitian melalui seminar ini.
Dalam seminar didiskusikan 90 makalah yang dipresentasikan secara oral dan 40 poster, yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta ditambah Empat Pembicara Utama. Topik-topik makalah yang didiskusikan meliputi bidang Botani, Zoologi, Mikrobiologi, Ekologi dan Lingkungan, serta Genetika dan Bioteknologi. Pembicara utama dalam seminar ini adalah Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa (Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, KemenRistek Dikti), Dr. Sony Heru Sumarsono (dosen dan peneliti di STIH ITB), Dr. Titik Rugaya (peneliti senior Herbarium Bogorience, Puslitbang Botani LIPI) dan Prof. Dr. Dewa Suprapta, M.Sc. (Guru Besar Pertanian Universitas Udayana).
Kami berharap seminar ini disamping sebagai media penyebaran hasil penelitian juga sebagai media berbagi pengalaman penelitian untuk meningkatkan kemampuan penelitian masing-masing yang akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil-hasil penelitian dasar khususnya Biologi untuk menunjang kemajuan Sains dan Teknologi di masa mendatang. Dengan terselenggaranya seminar ini kami menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana yang telah mendukung penuh penyelenggaraan seminar ini dan telah bersedia memberikan sambutan sekaligus membuka acara seminar ini. Terima kasih kami sampaikan pula kepada PR I Unud yang membantu pendanaan seminar ini, para bembicara utama, peserta, donatur, dan semua pihak yang memungkinkan acara seminar ini dapat terlaksana dengan lancar. Tidak lupa kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dalam penyelenggaraan seminar. Semoga hasil seminar dan prosiding ini berguna bagi kemajuan ilmu dan kesejahteraan masyarakat.
Sekian dan terima kasih.
Denpasar, 30 Maret 2016 Ketua panitia
PROSIDING, Copyright© 2016 iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
PEMAKALAH UTAMA
1 RISET BIOSAINS DAN DAYA SAING BANGSA Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc.
(Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemenristek Dikti)
vii
2 MENELITI MANFAAT BUAH PINANG PADA SISTEM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN HEWAN
Dr. Sony Heru Sumarsono*, Annisa Martiana, Eka Pasana Pujowati, Prilia Setiorini, Hafizh Sholahudin
(*SITH Institut Teknologi Bandung)
Viii
3 PENTINGNYA PENELITIAN TAKSONOMI DALAM
MENUNJANG PERKEMBANGAN SAIN DAN TEKNOLOGI: STUDI KASUS PADA PENELITIAN SUKU CUCURBITACEAE Dr. Rugayah, M.Sc.
(Puslit Biologi-LIPI)
Ix
4 MENINGKATKAN RELEVANSI PENELITIAN BIOLOGI UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN
Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. (Universitas Udayana)
Xi
PEMAKALAH UMUM
1 KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN ASING INVASIF DI HUTAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN BIOLOGI (HPPB) UNIVERSITAS ANDALAS
Solfiyeni, Syamsuardi, dan Chairul 1-7
2 KEANEKARAGAMAN ANGGREK DI BUKIT TAPAK, TABANAN, BALI
IG. Tirta, Aninda Retno U.W., dan IN. Peneng 8-13
3 KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN LERENG BARAT GUNUNG LAWU, JAWA TENGAH
Zenita Milla Luthfiya, Nor Liza, dan Rizma Dera Anggraini Putri 14-20
4 ANALISIS KOMPOSISI FLORA PADA BEBERAPA JENIS
TUMBUHAN INVASIF DOMINAN DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT, BALI
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 iv
5 KEANEKARAGAMAN JENIS JAHE GENUS ZINGIBER
(ZINGIBERACEAE) KAWASAN BUKIT KAPUR SUMATERA BARAT
Nurainas, Zuhri Syam, dan Riki Chandra 32-34
6 STUDI TANAMAN PEKARANGAN PADA KAWASAN PINGGIR DAN PUSAT KOTA PADANG
Zakiah Mustika, Zuhri Syam, dan Solfiyeni 35-45
7 RAGAM KELAPA (Cocos nucifera L., FAMILIA ARECACEAE) DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG
Eniek Kriswiyanti, I Ketut Junitha, dan Sudaryanto 46-51
8 PENGGUNAAN BA, KINETIN DAN THIDIAZURON DALAM PEMBENTUKAN TUNAS KULIM (Scorodocarpus borneensis Becc.)
Yelnititis dan Martin Joni 52-59
9 INDUKSI TUNAS LATERAL Alocasia Baginda KURNIAWAN DAN P.C. BOYCE DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH BA DAN GA3
Siti Fatimah Hanum dan Dewi Lestari 60-65
10 INVENTARISASI JENIS-JENIS ARACEAE DI SEBAGIAN HUTAN GUNUNG MESEHE KAB. JEMBRANA
Siti Fatimah Hanum dan Ni Putu Sri Asih 66-74
11 EKSPLORASI TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI PENGHASIL MINYAK ATSIRI DI SUMBAWA, NTB
I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, dan Ida Bagus Ketut Arinasa 75-80
12 KADAR SARI CABE JAWA (Piper retrofractum) DENGAN BEBERAPA METODE MASERASI DAN JENIS PELARUT
Mohamad Nurzaman dan Tia Setiawati 81-89
13 IDENTIFIKASI DAN KECEPATAN TUMBUH JAMUR-JAMUR YANG MENGINFEKSI TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus spp.)
Meitini W.Proborini 90-94
14 EFEKTIVITAS MgCl2 MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN
TRANSPIRASI Monochoria vaginalis (BURM. F) Presl
Ni Putu Adriani Astiti 95-99
15 JENIS-JENIS BURUNG DI KAWASAN HUTAN MONTANA DAN HUTAN SUB-ALPIN GUNUNG LAWU
Fendika Wahyu Pratama, Ahmad Choirunnafi, Teguh Wibowo, dan
Sugiyarto 100-105
PROSIDING, Copyright© 2016 v
16 KEANAKARAGAMAN DAN KEPADATAN SERANGGA BENTIK DI ZONA LITORAL DANAU DI ATAS SUMATERA BARAT
Izmiarti 106-113
17 POTENSI ANTIMIKROBA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK SEGAR JAMBU KALIANG (Syzygium cumini (L.) Skeels)
Nanda Oktafiana, Nurmiati, Feskaharny Alamsjah, dan Periadnadi 114-121
18 UJI DAYA HAMBAT Streptomyces sp. TERHADAP Klebsiella
pneumoniae RESISTEN ANTIBIOTIK AMPISILIN
Kadek Desy Kartika, Retno Kawuri, dan Ida Bagus Putra Dwija 122-127
19 KEANEKARAGAMAN MAKROFUNGI DI WILAYAH LERENG BARAT GUNUNG LAWU
Rekyan Galuh Witantri, Dafi Al-Anshory, Muhammad Ridwan, dan
Muhammad Arif Romadlon 128-133
20 POTENSI ANTIMIKROBA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK SEGAR TANAMAN DANDELION (Taraxacum officinale F. H. Wigg.)
Monica Rafles, Nurmiati, dan Periadnadi 134-142
21 PENGGUNAAN BAKTERI PENCERNAAN LUWAK (Paradoxurus
Hermaphroditus) SEBAGAI STARTER PADA FERMENTASI PULP
KAKAO (Theobroma Cacao) DALAM UPAYA PERBAIKAN MUTU BIJI KAKAO FERMENTASI
Nurmiati, Periadnadi, dan Neny Damayanti 143-152
22 UJI BIODEGRADASI 17 Β-ESTRADIOL OLEH BAKTERI HASIL ISOLASI DARI KALI SURABAYA
Tri Puji Lestari Sudarwati, Ni’matuzahroh, dan Ganden. S 153-163
23 KAJIAN PERTUMBUHAN Artemisia Vulgaris L. YANG
DIINOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA TANAH ULTISOL DALAM UPAYA PERNYEDIAAN
ARTEMISININ SEBAGAI ANTI MALARIA
Zozy Aneloi Noli, Suwirmen, dan Kharlina Yulianis 164-169
24 ANALYSIS OF PLANT VEGETATION ON COASTAL TOURISM REGIONS PASIR JAMBAK, PADANG, WEST SUMATERA
Annisa Novianti Samin, Chairul, dan Erizal Mukhtar 170-177
25 ANALISIS ORDINASI JENIS-JENIS TUMBUHAN YANG
BERKORELASI DENGAN Hippobroma Longiflora DI KABUPATEN TABANAN, BALI
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 vi
26 EKSPLORASI FLORA DI HUTAN LINDUNG LOMBOK TIMUR DAN TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
I Nyoman Peneng 184-197
27 KAJIAN STATUS SISTEM TIYAITIKI DI PERAIRAN PESISIR TELUK TANAH MERAH JAYAPURA PAPUA
Puguh Sujarta 198-203
28 FAKTOR KONDISI FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN KUSTA DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013-2015
Sri Komalaningsih dan Yuyun Siti Nurjanah 204-212
29 EKOLOGI DAN POTENSI INVASIF Acacia Decurrens DI
SEBAGIAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA
Sutomo 213-219
30 KARAKTERISTIK VEGETASI DI SEKITAR MATA AIR DI WILAYAH KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH
Wiryanto, Sugiyarto, Fahrur Nuzulul Kurniawati, Rizma Dera Anggraini
Putri, dan Muhammad Ridwan 220-224
31 DIVERSITY OF PLANTS AND RESERVES ESTIMATION
CARBON ABOVE GROUND LEVEL IN FOREST AREAS BUKIT BARISAN WEST SUMATRA
Yastori, Chairul, Syamsuardi, Mansyurdin, dan Tesri Maideliza 225-230 32 KARAKTERISASI DAN DETERMINASI TANAMAN LAMUN
(SEAGRASS) DI KAWASAN PERAIRAN PANTAI SEKITAR KOTA DENPASAR
Deny Suhernawan Yusup 231-234
33 INDUKSI PERAKARAN TUNAS KANTONG SEMAR (Nepenthes
Ampullaria Jack) DENGAN BEBERAPA KONSENTRASI INDOLE
ACETIC ACID (IAA) SECARA IN VITRO
Suwirmen, Zozy Aneloi Noli, dan Anzharni Fajrina 235-241
34 STUDI PENDAHULUAN VARIASI GENETIK MASYARAKAT DAYAK DI KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH BERDASARKAN ENAM LOKUS MIKROSATELIT AUTOSOM
I Ketut Junitha dan Lucia Emy Octavia 242-247
35 REGENERASI TUNAS DARI KALUS MUTAN SORGUM VARIETAS KAWALI, MANDAU DAN SUPER I
PROSIDING, Copyright© 2016 vii
36 PENGARUH BUANGAN LIMBAH CAIR PABRIK TEKSTIL DI SUNGAI KAWASAN DESA MANGUNARGA KAB.SUMEDANG TERHADAP PEMBELAHAN SEL AKAR BAWANG MERAH (Allium cepa)
Annisa dan Hana Hunafa Hidayat 258-261
37 APLIKASI PENANDA MOLEKULER UNTUK MEMPELAJARI KERAGAMAN JENIS JAMUR ENDOFITIK PADA TANAMAN HUTAN
Istiana Prihatini 262-274
38 INVENTARISASI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN OLEH MASYARAKAT SEBAGAI OBAT DIABETES DI DESA KARANGWANGI, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT
Desak Made Malini dan Fitri Kamilawati 275-284
39 AKUMULASI TIMBAL PADA SAYAP DAN TUBUH KUPU-KUPU
Eurema blanda DI TAMAN KOTA BANDUNG
Nurullia Fitriani, Iis Wahidah dan Melanie 285-291
40 PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI TAKARAN BIJI KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BOBOT BIBIT INDUK JAMUR ENOKI (Flammulina velutipes (CURT.:FR.) SINGER.)
Betty Mayawatie Marzuki, Tatang Suharmana Erawan dan Joko Kusmoro 292-299
41 TOKSISITAS ASAM METOKSI ASETAT TERHADAP INDEKS MITOSIS DAN ABERASI KROMOSOM LINI SEL M11
Madihah 300-307 42 BIOTREATMENT KANDUNGAN ORGANIK DAN COLIFORM
DALAM LINDI TPA OLEH Paramaecium caudatum Ehrenberg, 1822 PADA VARIASI pH DAN OKSIGEN TERLARUT
Sunardi, Bani Fauziah dan Keukeu Kaniawati Rosada 308-314 43 TOKSISITAS AIR LINDI TPA DIAERASI DAN NON-AERASI
TERHADAP Daphnia magna Straus, 1982
Sunardi, Maulida Muslimatul Chaeriah dan Keukeu Kaniawati Rosada 315-321 44 MEWUJUDKAN EKO KAMPUS: MODEL PENGELOLAAN
SAMPAH TERINTEGRASI BERBASIS MASYARAKAT KAMPUS Teguh Husodo, Erri N. Megantara, M. Nurzaman, Nurullia Fitriani dan
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 275
INVENTARISASI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN OLEH MASYARAKAT SEBAGAI OBAT DIABETES DI DESA KARANGWANGI, KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT
AN INVENTORY OF MEDICINAL PLANTS USED BY THE COMMUNITY AS A DIABETES MEDICINE IN THE KARANGWANGI VILLAGE,
CIANJUR DISTRICT, WEST JAVA Desak Made Malini*, Fitri Kamilawati
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor, Sumedang 45363, Bandung, Indonesia *Email: desak_malini@yahoo.com
INTISARI
Tanaman obat memegang peranan penting dalam mengobati dan mencegah berbagai penyakit di negara-negara berkembang. Desa Karangwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah salah satu desa berkembang yang memiliki akses terbatas ke pusat kesehatan atau fasilitas kesehatan yang tersedia tidak mudah dicapai. Masyarakat yang tinggal di desa Karangwangi masih bergantung pada tanaman obat dan kebanyakan dari mereka memiliki pengetahuan umum tentang tanaman obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan informasi tentang tanaman yang digunakan oleh masyarakat secara tradisional dalam mengobati diabetes. Informasi yang diperoleh sangat penting artinya demi kelestariannya. Data etnobotani diperoleh dari hasil survei terhadap responden dan informan kunci dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur, diskusi kelompok dan mengisi kuesioner. Hasil survei mendokumentasikan 12 spesies tanaman dari 8 famili yang digunakan oleh masyarakat di desa Karangwangi untuk mengobati penyakit diabetes atau penyakit yang memliki ciri-ciri seperti diabetes. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah akar, daun, biji dan kulit buah. Sebagian besar bagian-bagian tanaman tersebut diolah dengan cara direbus, dikopi (diseduh seperti membuat kopi), dan dicincau (diremas dan diambil airnya). Sedangkan pemakaiannya terutama dengan cara diminum atau dipoko (ditempelkan) untuk mengobati luka luar. Tumbuhan yang digunakan sebagain besar adalah jenis pohon yang umum dibudidayakan atau ditanam di pekarangan rumah atau tumbuh di pinggir jalan.
Kata kunci: tumbuhan obat, diabetes, Desa Karangwangi
ABSTRACT
Medicinal plants have played an important role in treating and preventing a variety of diseases in the development countries. Karangwangi village, Cianjur distric, West Java, Indonesia is one of the developing villages with limited access to health care or health care facilities were not easily accessible. The rural people in Karangwangi village, still depend on medicinal plants and most of them have a general knowledge of medicinal plants which were used for treating a variety of ailments. such as diabetes. This study aimed at collecting and documenting information on antidiabetic plants traditionally used in the treatment of diabetes. Novel information gathered from the current survey is important in preserving folk indigenous knowledge. Ethnobotanical data was obtained from people participation and key informant approach involving semi-structured interviews, group discussions and filled out questionnaires. The current survey documented 12 plant species of 8 families which are reported used to treat diabetes mellitus by the rural people in the study area. Various plant
PROSIDING, Copyright© 2016 276
parts were used to cure diabetes. Most of the reported species were tree in nature and decoction is the mode of preparation of major portions of the plant species. Most of the plant species were very common and were cultivated or planted in homestead or roadsides.
Keywords: medicinal plants, diabetes, Karangwangi Village
PENDAHULUAN
Desa Karangwangi merupakan sebuah desa di Cianjur, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Bojonglarang Jayanti. Keberadaan cagar alam yang memiliki keanekaragaman flora mendorong masyarakat Desa Karangwangi untuk menggunakan sumber daya tersebut salah satunya sebagai obat tradisional. Selain berbatasan dengan cagar alam, desa ini merupakan desa yang baru berkembang dan memiliki fasilitas kesehatan yang rendah dan tidak merata. Hal tersebut menyebabkan masyarakat cenderung masih mengandalkan pengobatan secara tradisional meskipun pengobatan modern sudah mulai masuk ke desa ini.
Pengobatan menggunakan tumbuhan telah lama dipercaya masyarakat sebagai obat yang berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit diabetes. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemi) dan adanya glukosa dalam urine (glukosuria). Penyakit ini disebabkan karena konsentrasi hormon insulin rendah baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup tetapi daya kerjanya kurang.
Menurut Widowati et al. (1997), diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya kematian di Indonesia. Selama ini pengobatan diabetes mellitus biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obat Oral Anti Diabetik (OAD) atau dengan suntikan insulin. Berbagai jenis obat antidiabetik oral banyak dijual di apotik dan biasanya tergolong obat yang mahal dan harus digunakan secara terus menerus. Cara pengobatan tersebut sangat memberatkan masyarakat Indonesia pada umumnnya, terutama masyarakat yang tinggal di pedesan yang jauh dari pusat kesehatan. Selain harganya mahal, penggunaan obat-obatan tersebut secara terus menerus juga dapat memberikan efek samping yang tidak baik bagi kesehatan.
Oleh karena itu dilakukan inventarisasi dan dokumentasikan berbagai jenis tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat di desa Karangwangi sebagai obat diabet, sebagai salah satu cara penyembuhan alternatif yang lebih murah dan aman. Selain itu hasil inventarisasi tumbuhan obat ini dapat menjadi bahan acuan untuk pengembangan obat baru melalui pengujian-pengujian lebih lanjut.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Karangwangi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, Indonesia selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober 2015. Desa Karangwangi memiliki luas 2300 ha dengan jumlah penduduk saat ini adalah 6.868 orang yang dikelompokkan menjadi 2141 KK (Gambar 1).
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan etnobotani (Martin, 1995). Teknik pengumpulan data kualitatif dengan observasi langsung dan wawancara semistruktur pada informan kunci (dukun, paraji, dan masyarakat pengguna). Penentuan informan menggunakan teknik snowball sampling.
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 277
Informasi yang digali adalah informasi jenis tumbuhan obat, pemanfaatan dan cara pengolahannya. Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif dan didukung dengan studi literatur.
Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan menggunakan kuisioner dengan tipe pertanyaan open ended kepada 91 responden. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana dan kemudian dilakukan analisis deskriptif (Singarimbun dan Effendi, 1995). Sampel tumbuhan yang diperoleh, dikoleksi dengan menggunakan teknik herbarium dan diidentifikasi di Laboratorium Botani Taksonomi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran.
Gambar. 1. Lokasi Penelitian Desa Karangwangi. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian jenis tumbuhan obat ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan, bagian-bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat serta cara pengolahannya. Identifikasi nama lokal di lapangan dilakukan dengan memanfaatkan pengetahuan masyarakat lokal.
Identifikasi nama ilmiah dilakukan dengan menggunakan herbarium, foto, dan mengacu pada pustaka antara lain Atjung (1981), Backer (1973), Balai Pustaka (1980), Bhattacharyya dan Johri (1998), Crockett dan Oliver (1977), Departemen Kesehatan R.I. (1981, 1997, 1999, 2001), Hartono (1996, 2001), Heyne (1987), Hutapea et al. (1994), LIPI (1979a, 1979b, 1985), PT. Eisai Indonesia (1986), Soerjani et al. (1987), Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), dan Tjitrosoepomo (1994).
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis tumbuhan dalam 9 famili yang digunakan masyarakat Desa Karangwangi sebagai obat penyakit diabetes (Tabel 1).
PROSIDING, Copyright© 2016 278
Tabel 1. Tumbuhan yang digunakan masyarakat Desa Karangwangi untuk obat diabetes
N0 Nama daerah Nama Latin Familia Tumbuhan Bagian Cara pengolahan dan pemakaian 1 Cecendet Physalis
angulata L. Solanaceae Akar Direbus dan diminum
2 Gedang Carica
papaya L. Caricaceae Akar Direbus dan diminum
3 Hangasa Amomum maximumRoxb Zingiberaceae Daun
Daun dicincau (diremas dan airnya diambil) lalu diminum
4 Jambe Areca
catechu L. Arecaceae Akar Direbus dan diminum
5 Jengkol
Archidendron paucifl orum
(Benth.) I.C.Nielsen
Fabaceae Kulit
Kulit diparut, dibakar / dikeringkan, dan dikopi, untuk luka : ditempelkan pada luka
6 Kalapa Cocos nucifera Arecaceae Akar Direbus dan diminum
7 Kawung Arenga pinnata (Wurmb) Merr. Arecaceae Akar Direbus dan diminum 8 Kumis ucing Orthosiphon stamineus
Benth. Lamiaceae Daun
Daun dicincau (diremas dan airnya diambil) lalu diminum
9 Mahoni Swietenia mahagoni
(L.) Jacq. Meliaceae
Kulit, buah
dan biji Dimakan langsung atau direbus diminum 10 Manggu Garcinia x
mangostana L. Clusiaceae Kulit Direbus dan diminum
11 Paria Momordica
charantia L. Cucurbitaceae Daun Direbus dan diminum 12 Selong/ Lamtoro Leucaena leucocephala
(Lam.) de Wit Fabaceae Biji
Biji disangrai dan dibuat kopi
PEMBAHASAN
Penyakit Diabetes di Desa Karangwangi
Diabetes atau sering disebut penyakit gula menurut warga Desa Karangwangi merupakan penyakit pada organ dalam yang diakibatkan oleh konsumsi makanan dengan gula melebihi batas. Biasanya penyakit ini menyerang warga lanjut usia. Dahulu sebelum Desa Karangwangi berkembang, hampir tidak pernah ditemukan warga desa yang menderita penyakit diabetes, namun seiring datangnya modernisasi di desa ini maka masyarakat pun sedikit demi sedikit telah merubah pola hidupnya menjadi lebih modern dan meninggalkan kebiasaan lama mereka yang cenderung lebih menyehatkan terutama dalam hal makanan. Meskipun begitu warga yang menderita penyakit diabetes di desa ini masih tergolong sedikit.
Masyarakat Desa Karangwangi memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengobati penyakit diabetes. Ada yang mengobati ke puskesmas, ke mantri dan ada yang menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Jenis-jenis Tumbuhan untuk Obat Diabetes 1. Kalapa (Cocos nucifera)
Cocos nucifera merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam famili Arecaceae.
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri akar serabut, batang tumbuh lurus ke atas tidak bercabang mencapai 30 m, daun bersirip genap (Warisno, 2003). Bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat diabetes adalah bagian akarnya.
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 279
Akar kelapa mengandung karbohidrat, protein, lipid, asam laurat, miyristic dan coprilik yang dapat menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh (Khare, 2007). Menurut penelitian Salil et al (2011), protein kelapa memiliki kemampuan untuk terapi diabetes dengan adanya pengembalian tingkat glikogen, peningkatan aktivitas metabolisme enzim karbohidrat dan perbaikan kerusakan pankreas karena efeknya meregenerasi sel β pankreas. Efek terapi tersebut dihasilkan oleh zat yang disebut arginin. Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara akar kelapa direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum. Biasanya akar kelapa direbus bersamaan dengan akar yang lainnya seperti akar kawung, akar gedang, akar jambe dan akar cecendet.
2. Jambe (Areca catechu)
Jambe merupakan tumbuhan dari famili Arecaceae yang dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka (Depkes RI, 1989). Bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat diabetes adalah bagian akarnya. Menurut Anthikat et al (2014) dan Rao et al (2010), Areca catechu terbukti dapat menurunkan kadar glukosa tikus yang diinduksi aloksan karena memiliki zat aktif yang disebut arecain dan arecolin. Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara akar jambe direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum. Biasanya akar jambe direbus bersamaan dengan akar yang lainnya seperti akar kawung, akar gedang, akar kalapa dan akar cecendet. 3. Kawung (Arenga pinnata)
Arenga pinnata merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam famili Arecaceae.
Tumbuhan ini merupakan jenis yang berukuran besar, berbentuk pohon soliter tinggi hingga 12 m. Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun. Pohon ini mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Bunganya berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung (Ramadani dkk, 2008). Bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat diabetes adalah bagian akarnya. Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara akar kawung direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum. Biasanya akar kawung direbus bersamaan dengan akar yang lainnya seperti akar jambe, akar kalapa dan akar cecendet.
Tidak ada literatur yang menyebutkan bahwa akar tumbuhan ini dapat digunakan untuk terapi diabetes. Namun kemungkinan tumbuhan ini dapat digunakan sebagai terapi karena membantu meningkatkan imunitas tubuh penderita (Ramdhan dkk, 2015). Di Desa Karangwangi tumbuhan ini digunakan sebagai obat diabetes bersamaan dengan tumbuhan lainnya seperti akar cecendet (Physalis angulata) dan
PROSIDING, Copyright© 2016 280
akar kalapa (Cocos nucifera) yang memiliki efek terapi diabetes. Selain itu nira dari kawung diketahui banyak digunakan sebagai gula pengganti bagi penderita diabetes karena memiliki indeks glikemik (GI) rendah (Srikaeo dan Thongta, 2015).
4. Gedang karayunan (Carica papaya)
Pepaya atau gedang merupakan tumbuhan dari famili Caricaceae yang memiliki ciri-ciri akar tunggang, batang berbentuk bulat lurus dan terdapat benjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun pepaya bertulang menjari Buah berbentuk bulat hingga memanjang, buah muda berwarna hijau dan buah tua kekuningan / jingga, berongga besar di tengahnya. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis (Suprapti, 2005) dan (Muhlisah, 2007).
Bagian pepaya yang digunakan sebagai obat diabetes adalah bagian akarnya. Menurut Aravind et al (2013), pepaya mengandung alkaloid, tannin, steroid, quinon dan flavonoid yang berpotensi untuk obat diabetes. Menurut penelitian Vankateshwarlu et al, (2013), kandungan pada bagian tubuh Carica papaya memiliki efek antihiperglikemik, meningkatkan sekresi insulin dari sel β pankreas dan meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan. Efek tersebut diduga disebabkan oleh aktivitas zat alkaloid, flavonoid dan tannin. Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara akar direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum. Biasanya akar gedang direbus bersamaan dengan akar yang lainnya seperti akar kawung, akar kalapa, akar jambe dan akar cecendet.
5. Manggu (Garcinia x mangostana)
Manggu atau manggis merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam famili Clusiaceae. Bagian yang digunakan sebagai obat diabetes adalah kulit buahnya. Buah manggis memiliki ciri-ciri berbentuk bulat dan bercupat. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau sedangkan kulit buah yang telah matang berwarna ungu kemerahan. Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus (Dede dan Cahyono, 2000).
Kulit buah manggis memiliki senyawa antioksidan yang didominasi oleh senyawa fenol yaitu xanthone. Menurut Chaverri (2008) terdapat 200 lebih xanthone yang tersedia di alam ini, dan 50 diantaranya terkandung dalam kulit buah manggis. Xanthones dalam kulit manggis kaya akan antioksidan dan mampu memperbaiki kondisi penderita diabetes tipe 2. Xanthone terbukti memiliki sifat anti oksidan yag sangat tinggi bahkan beberapa kali lebih kuat melebihi kekuatan Vitamin C dan Vitamin E. Antioksidan ini dapat membantu mengobati kerusakan sel akibat oksidasi radikal bebas. Dua jenis xanthone dalam kulit manggis yang paling bermanfaat sebagai antioksidan adalah alpha mangostin dan gamma mangostin (Paramawati, 2010). Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara kulit manggis segar atau kering direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum.
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 281
6. Paria (Momordica charantia)
Buah pare atau paria merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam famili Cucurbitaceae. Tumbuhan ini merupakan golongan tumbuhan menjalar dan memanjat. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah buahnya, daunnya, dan bijinya (Depkes RI, 1979). Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat diabetes adalah bagian daunnya. Tumbuhan ini banyak diceritakan oleh masyarakat lokal sebagai obat diabetes dan dapat
menurunkan gula darah dengan cepat.
Senyawa utama yang diisolasi dari tumbuhan ini adalah charantin, polipeptida-P dan vicin. Charantin diketahui memilliki efek hipoglikemik lebih baik dari tolbutamid. Selain itu polypeptide- P pada pare atau paria diketahui memiliki struktur yang mirip insulin sapi dan diketahui dapat mengurangi kadar gula darah ketika disuntikkan subkutan ke pasien diabetes tipe 1 dan dapat meningkatkan toleransi glukosa pada diabetes tipe II (Goel et al, 2012).
Menurut Sinha et al, (2014), pare atau paria dapat digunakan untuk menekan hiperglikemik karena memiliki aktivitas penghambatan α glukosidase. Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara daun direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum.
7. Jengkol (Archidendron pauciflorum)
Archidendron pauciflorum atau jengkol merupakan tumbuhan dari famili Fabaceae.
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri pohon, batang tegak bulat berkayu, daun majemuk, buah bulat pipih coklat hitam (Steenis, 1947). Bagian yang dipakai untuk obat diabetes adalah bagian kulit buahnya. Kulit jengkol mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, kuinon, dan polifenol. Ekstrak etanol kulit jengkol dapat menurunkan kadar glukosa darah karena dapat merangsang pelepasan insulin dalam sel yang tidak rusak sempurna. Efek penurunan kadar glukosa darah diduga melalui perbaikan sel-sel β pulau langerhans oleh komponen ekstrak kulit jengkol, karena kandungan flavonoid dan senyawa polifenol bersifat antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas. Tanin juga ikut berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah melalui penghambatan absorpsi glukosa di usus (Syafnir dkk, 2014). Cara pengolahan untuk obat diabetes dilakukan dengan cara kulit diparut, kemudian dibakar / dikeringkan dan diseduh dengan air panas seperti kopi.
Jengkol telah dipakai masyarakat lokal sebagai obat luka diabetes. Abu dari daun yang dibakar dapat dipakai disekitar daerah luka untuk mengobati luka. Metabolit yang ada pada daun berupa flavan-3-ol, flavonoid, proanthocyanidin, minyak atsiri, asam lemak, terpenoid, sulfur, vitamin E dan alkaloid. Menurut Bakar et al. (2012) dan Charungchitrak et al. (2011), ekstrak jengkol dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis, Microsporum gypsum serta jamur Exserohilum turcicum, Fusarium oxysporum dan Colletotrichum cassiicola. Aktivitas
ekstraknya dapat melakukan proses hemagglutinasi pada darah.
PROSIDING, Copyright© 2016 282
8. Selong (Leucaena leucocephala)
Selong merupakan tumbuhan yang termasuk famili Fabaceae. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah perdu ataupun pohon dengan tinggi 2-10 m, memiliki batang pohon keras. Daun majemuk menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun kecil-kecil. Bunga majemuk terangkai dalam karangan berbentuk bongkol yang bertangkai panjang dan berwarna putih kekuningan. Buahnya mirip buah petai namun ukurannya jauh lebih kecil dan lebih tipis (Dalimarta, 2000). Bagian yang digunakan sebagai obat diabetes adalah bagian bijinya. Biji selong / lamtoro memiliki kandungan zat aktif flavonoid, tannin dan galaktomannan dimana kandungan tersebut memiliki efek untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus dengan cara menghambat aktivitas α glukosidase dan α amylase yang berperan dalam absorpsi glukosa pada membran usus (Silvita dkk, 2014). Cara pengolahan tumbuhan ini dilakukan dengan mengeringkan biji selong dengan cara biji disangrai kemudian biji dihaluskan dan diseduh seperti membuat kopi.
9. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
Orthosiphon stamineus merupakan tumbuhan dari famili Lamiaceae yang memiliki
ciri-ciri herba berkayu dengan tinggi 0.4-1.5m, batang berbentuk segi empat, daun berbentuk baji bergerigi kasar, berbunga 6 dan terkumpul, mahkota bunga berbibir 2 (Steenis, 1947). Bagian yang digunakan untuk obat diabetes adalah bagian daunnya. Daun Orthosiphon
stamineus mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, fenol, steroid, tannin, terpen dan
saponin. Metabolit yang dominan adalah flavonoid terutama pada daunnya (Ameer et al, 2012). Dalam tes toleransi glukosa oral, ekstrak Orthosiphon stamineus secara signifikan menurunkan konsentrasi glukosa plasma Pada dosis 1,0 g / kg menunjukkan efek yang sama dengan glibenklamid (5 mg / kg). Selain itu, konsentrasi trigliserida juga terukur menurun (Adnyana et al, 2013). Cara pengolahan tumbuhan ini adalah dengan dicincau. Dicincau merupakan cara pengolahan dengan meremas-remas daun dan air yang keluar ditampung dan diminum. 10. Mahoni (Swietenia mahagoni)
Mahoni merupakan tumbuhan dari famili Meliaceae dengan ciri-ciri tinggi ± 5-25 m, berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan kayunya bergetah. Daunnya majemuk menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur. Daun muda berwarna merah, setelah tua berwarna hijau. Bunganya majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman (Yuniarti, 2008).
Bagian yang dapat digunakan untuk obat diabetes adalah kulit, buah dan bijinya. Biji mahoni dapat menurunkan kadar gula darah dan dapat memperbaiki sel pankreas yang rusak karena biji mahoni mengandung
SEMINAR NASIONAL BIOSAINS 2, Denpasar – Bali, 19-20 November 2015
“Penguatan Biologi sebagai Ilmu Dasar untuk Menunjang Kemajuan Sains dan Teknologi”
PROSIDING, Copyright© 2016 283
senyawa antioksidan flavonoid yang cukup tinggi. Penyebab penurunan kadar glukosa darah tersebut diduga karena senyawa anntioksidan flavonoid menangkap radikal bebas dan mengurangi stress oksidatif (Rasyad dkk, 2012). Cara pengolahan tumbuhan ini adalah dengan cara direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air atau dapat pula dimakan langsung.
11. Cecendet (Physalis angulata)
Physalis angulata merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam famili Solanaceae.
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berupa herba, tinggi 0.1-1 m, batang berongga, helaian daun bulat telur memanjang, bentuk lanset, dengan ujung runcing. Mahkota bunga berbentuk lonceng lebar, kuning muda dengan pangkal hijau (Steenis, 1947). Bagian tumbuhan yang dipakai sebagai obat diabetes adalah akarnya. Menurut penelitian Oladele (2013), ekstrak etanol akar Physalis angulata dapat mengurangi glukosa darah dari tikus yang diinduksi diabetes. Selain penurunan glukosa terjadi pula penurunan kadar kolesterol, trigliserida dan lipoprotein pada tikus tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak akar etanol Physalis
angulata memiliki aktivitas sebagai obat diabetes. Ekstrak Physalis memiliki mekanisme
meregenerasi sel β pankreas. Menurut Raju dan Estari (2015), Physalis angulata memiliki zat aktif yang disebut Withangulatin-A. Zat ini memiliki mekanisme penurunan gula darah dengan meningkatkan sekresi insulin pada pankreas dari sel β pankreas. Cara mengolah tumbuhan ini adalah dengan cara akar cecendet direbus dengan 1 liter air hingga menghasilkan 1 gelas air ramuan yang siap diminum. Biasanya akar cecendet direbus bersamaan dengan akar yang lainnya seperti akar kawung, akar gedang, akar jambe dan akar kalapa.
12. Hangasa (Amomum maximum)
Amomum maximum merupakan tumbuhan dari famili Zingiberaceae. Tumbuhan ini
memiliki akar serabut, memiliki rimpang, batang berwarna kemerahan, daun yang lebar dan bunga berwarna putih. Bagian yang digunakan untuk obat diabetes adalah daunnya. Amomum maximum
mengandung minyak atsiri yang didalamnya terdapat β pinen, α pinen, β caryophylen dan β elemen (Huong et al, 2014). Belum ada literatur yang menyatakan bahwa tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat diabetes. Cara pengolahan tumbuhan ini adalah dengan dicincau. Dicincau merupakan cara pengolahan dengan meremas-remas daun dan air yang keluar ditampung dan diminum. SIMPULAN
Terdapat 12 spesies tumbuhan dalam 9 famili tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Karangwangi sebagai obat tradisional diabetes. Sebagian tumbuh-tanaman tersebut dimanfaatkan sebagai obat berdasarkan pengalaman empiris yang diperoleh secara turun temurun. Penggunaan tumbuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara direbus, dicincau, dikopi, dimakan langsung dan ditempel. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa sebagian besar tumbuhan yang digunakan masyarakat dapat dibuktikan secara ilmiah untuk terapi penyakit diabetes. Untuk mengetahui efektifi tas serta kandungan kimia di dalamnya perlu
PROSIDING, Copyright© 2016 284
dilakukan penelitian lebih lanjut. Harapannya dengan mengetahui khasiat serta kandungan kimia di dalamnya secara tepat dapat meningkatkan potensi tumbuh-tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan baku obat-obatan herbal yang saat ini sedang banyak dikembangkan. UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini didukung oleh Academic Leadership Grant (ALG) Universitas Padjadjaran dari Prof. Johan Iskandar yang pendanaannya disokong oleh Rektor Universitas Padjadjaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I.K., Finna, S., M. Insanu. 2013. From Ethnopharmacology to Clinical Study of
Orthosiphon stamineus Benth. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 5(3) : 66-73.
Ameer, O.Z., I.M Salman, M.Z. Asmawi, Z.O. Ibraheem, and M.F. Yam. 2012. Orthosiphon
stamineus : Traditional Uses, Phytochemistry, Pharmacology, and Toxycology : A
Review. Journal of Medicinal Food. 15(8) : 01-13.
Anthikat, R.R.N., A. Michael, S. Vageesh, R Balamurugan, and S. Ignacimuthu. 2014. The Effect Of Areca Catechu. L. Extract on Streptozotocin Induced Hyperglycaemia In Wistar Rats. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 5(4) : 316-321.
Aravind, G., D. Bhowmik, Duraivel, S., Harish, G. 2013. Traditional and Medicinal Uses of
Carica papaya. Journal of Medicinal Plants Studies. 1(1) : 07-15.
Bakar, R.A., I. Ahmad and S.F. Sulaiman. 2012. Effect of Pithecellobium jiringa as Antimicrobial Agent. Bangladesh Journal of Pharmacology. 7(2): 131-134.
Charungchitrak, S., A. Petsom, P. Sangvanich, and A. Karnchanatat. 2011. Antifungal and Antibacterial Activities of Lectin from The Seeds of Archidendron jiringa Nielsen. Food
Chemistry. 126(3): 1025-1032.
Chaverri, J. P., Rodriguez, N. C., Ibarra, M. O., and Jazmin M. P. R. 2008. Medicinal Properties of Mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxicology 46: 3227-3239. Dalimarta, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Trubus Agriwidya,
Bogor.
Dede, J. dan B. Cahyono. 2000. Manggis : Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Goel, R., D. Bhatia, S. J. Gilani, D. Katiyar. 2012. Medicinal Plants As Anti-Diabetics: A