• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung:

Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan

Sugeng Triyadi S. Andi Harapan S.

Abstrak

Perumahan gempol merupakan salah satu perumahan peninggalan Belanda yang mempunyai nilai historis sebagai salah satu permukiman terencana/ formal pertama yang di bangun di Kota Bandung pada tahun 1920-1935. Perumahan ini dibangun Belanda untuk menunjang fungsi Gedung Sate, yaitu menyediakan permukiman bagi pegawai pribumi golongan bawah. Perumahan ini mempunyai karakteristik permukiman dengan sistem kuldesak/ kantong dengan jumlah total bangunan rumah tinggal sekitar 101 unit rumah. Pada awalnya kawasan Gempol merupakan sebuah permukiman yang diperuntukkan untuk pegawai rendah dengan tingkat strata sosial ekonomi rendah dengan mayoritas penghuni adalah orang bumiputera (pribumi), dan dibangun 8 rumah tipe hunian antara lain : rumah tinggal, rumah kopel, rumah lipat empat, rumah bentuk kopel, rumah tunggal besar, rumah deret empat unit, rumah deret enam unit, dan rumah deret delapan unit. Salah satu hal yang menarik dari rumah di kawasan Gempol ini adalah sistem struktur yang memakai dinding panel pracetak, dengan memfungsikan bambu sebagai tulangan beton. Bambu dibuat dengan sistem modul untuk memudahkan pencetakan panel dan dengan metode konstruksi yang unik yang menggabungkan metode tradisional dan modern.

Kata kunci : perumahan gempol, sistem struktur, metode konstruksi, dinding panel pracetak

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Perumahan di kawasan Gempol, Bandung dipilih sebagai obyek kajian karena perumahan atau rumah-rumah yang ada mempunyai nilai historis. Dirancang oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1920-1935. Kawasan ini dibangun dan diperuntukkan bagi pegawai/ karyawan golongan rendah/ bawah (aamtenaar) yang bekerja di gedung-gedung pemerintahan maupun perkantoran didekatnya, yaitu kawasan pemerintahan dan perkantoran Gouvernements

Bedrijven (sekarang namanya Kompleks

Gedung Sate). Kawasan permukiman Gempol ini merupakan salah satu kawasan permukiman yang termasuk dalam proyek ”Kleinwoningbow” (perumahan formal bagi bagi masyarakat berpenghasilan rendah) yang dibangun oleh ”Woningbedriff” (Pemerintah sebagai pengembang). Di Bandung yang termasuk proyek ini selain kawasan Gempol yaitu antara lain: kawasan Astana Anzar, Tjihapit, Teloek Boeyoeng, Tjiateul/ Niewbouw

in Bandung Zuid, Saninten/ Houtwijk, Ardjuna,

dan kawasan Dewi Sartika (Kampong

Verbetering).

Kleinwoningbouw adalah bagian dari tahap

pembangunan Uitbreidingsplan

Bandoeng-Noord yang dirancang oleh arsitek perancang

kota kenamaan Ir.Thomas Karsten (Siregar, 1990). Merupakan kawasan perumahan yang terencana/ formal pertama di bangun di Kota Bandung, dan mempunyai karakteristik pemukiman dengan sistem kuldesak/ kantong, mendapat predikat kampung terbaik setelah mendapat sentuhan ”Kampong Verbetering” (program perbaikan kampung) pada tahun 1925. selain itu kawasan Gempol dirancang oleh arsitek Ir.J.Gerber dibantu dengan beberapa arsitek lainnya dengan konsep bangunan rumah tropis dengan atap miring dan aksen pada ujung bubungan atap (Maryudi, 2001). Terdiri dari 143 unit rumah dengan tipe rumah sebagai berikut: rumah tunggal, rumah kopel, rumah lipat empat, rumah toko kopel, rumah tunggal besar, rumah deret (4, 6, dan 8).

Dengan memahami keunikannya baik dari segi historis, keterlibatan pemerintah dalam

(2)

pembangunan, lingkungan yang terencana/ formal pertama, dirancang oleh arsitek terkenal, konsep rumah tropis dan lain-lain, maka kawasan Gempol ini menjadi obyek kajian yang menarik, terutama dari segi sistem struktur dan konstruksi bangunannya.

Dari kajian tersebut diharapkan ada temuan-temuan baik secara ilmiah maupun praxis yang dapat dimanfaatkan untuk sekarang dan mendatang.

Tulisan ini menjelaskan sistem struktur dan konstruksi bangunan rumah di kawasan Gempol terutama pada pemakaian dinding panel beton pracetak yang diturunkan dari hasil/ analisis studi literatur dan observasi lapangan.

2. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian perumahan di kawasan Gempol Bandung ditinjau dari aspek sistem struktur dan konstruksi bangunan adalah mengkaji sistem struktur (hal-hal yang berkaitan dengan sifat/ aliran gaya/ beban dalam bangunan melalui komponen-komponennya sebagai akibat gravitasi atau gaya horisontal) dan konstruksi bangunan yang meliputi penyelesaian hubungan antara komponen bangunan yang menerima gaya/ beban, pada bangunan-bangunan rumah tinggal yang ada di kawasan Gempol, terutama pada pemakaian dinding beton pracetak. Bangunan rumah tinggal yang dimaksud terdiri dari delapan tipe rumah yaitu: 1) rumah tinggal, 2) rumah kopel, 3) rumah lipat empat, 4) rumah toko kopel, 5) rumah tunggal besar, 6) rumah deret empat, 7) rumah deret enam, 8) rumah deret delapan.

Gambar 1: Lokasi kawasan Gempol di Kota Bandung

(3)

1. Rumah Tunggal Besar 2. Rumah Tunggal

3. Rumah Kopel 4. Rumah Kopel Toko

5. Rumah Lipat Empat 6. Rumah Deret Empat

7. Rumah Deret Enam 8. Rumah Deret Delapan Gambar 3: Tipe-tipe rumah di kawasan Gempol Bandung

(4)

3. Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui sistem struktur dan konstruksi bangunan yang dipakai pada rumah-rumah di kawasan Gempol, terutama pemakaian dinding panel beton pracetak dan mencari temuan-temuan positif yang berkaitan dengan struktur dan konstruksi bangunan yang dapat dipakai untuk perancangan rumah-rumah disaat sekarang dan yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Penelitan ini menggunakan metode deskriptif eksploratif dari data empirik yang didapatkan dari lapangan. Sebelum melakukan pengumpulan data empirik dilakukan studi pustaka terdahulu untuk menentukan berapa tipe rumah yang harus diamati di lapangan, apa saja yang harus diamati, diukur, digambar, dan sebagainya. Dari studi pustaka dan survei awal di lokasi dapat diketahui bahwa pada kawasan Gempol ini terdapat 143 rumah, dengan tipe awal terdiri dari 8 (delapan) tipe rumah. Disebut sebagai tipe awal karena pada saat rumah-rumah tersebut dibangun pada tahun 1920-1935 yang lalu adalah tipe-tipe tersebut. Kondisi sekarang sudah mengalami perubahan morfologi fisik dimana tipe awal ini telah berkembang walaupun tidak semuanya.

Rumah-rumah yang dipilih untuk sampel purposif adalah sebanyak 10-20% dari keseluruhan, dan dari masing-masing tipe rumah diwakili dua sampai tiga buah rumah. Secara keseluruhan sampel yang diamati di lapangan berjumlah 17 unit rumah.

Pengamatan lapangan yang dilakukan adalah melihat, mengamati, mengukur, menggambar kembali, dan dokumentasi foto untuk masing-masing sampel. Dari kegiatan ini didapatkan data empirik lapangan dan selanjutnya dianalisis. Selain pengamatan lapangan juga dilakukan wawancara dengan pemilik rumah, atau pihak-pihak tertentu yang ada kaitannya dengan kondisi fisik rumah. Hasil yang didapatkan dari wawancara, digunakan untuk memperkuat data empirik pada saat analisis.

Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah mengkaji sistem struktur dan kosntruksi bangunan pada masing-masing tipe bangunan rumah, bila digambarkan secara diagramatis adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Kerangka analisis penelitian

R um ah T ungg al R um ah K ope l R um ah L ipa t E m pa t R um ah T oko K ope l R um ah T ungg al B es ar R um ah D er et E m pa t Ru m ah D er et E na m R um ah De re t De la pa n

Sistem Jenis Struktur v v v v v v v v Struktur Material Struktur v v v v v v v v Penyaluran Beban/ Gaya v v v v v v v v Konstruksi Dinding Bangunan v v v v v v v v Bangunan Cara Memasang Dinding v v v v v v v v Cara Membangun Bangunan v v v v v v v v

Tipe Rumah

Objek Analisis

Unit Analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem Struktur Bangunan

a. Jenis sistem struktur bangunan

Sistem struktur yang dipilih dan dipakai adalah sistem struktur rangka kayu, yang terdiri dari batang-batang kayu jati yang dirangkai sedemikian rupa, ada yang berfungsi sebagai tiang (kolom), balok, dan lain-lain. Secara garis besar ada dua rangka bangunan, yaitu rangka rumah dan rangka dinding. Rangka rumah berfungsi untuk mendukung berdirinya rumah, sedangkan rangka dinding dipakai sebagai tempat memasang panel dinding pracetak. Rangka dinding berfungsi pula memperkuat, memperkokoh rangka rumah (Widyowijatnoko, 1999). Jenis struktur ini dipilih selain ada keterbatasan material saat itu hanya ada kayu dan kemampuan tukang-tukang untuk membangun sangat terbatas.

b. Material struktur

Material yang dipakai untuk rangka bangunan, mulai dari tiang, balok, kuda-kuda atap, dan sebagainya adalah dari

(5)

kayu jati dan kayu rasamala. Balok dan kolom kayu yang merupakan rangka utama memakai kayu berukuran 8/8 cm sedangkan untuk rangka dinding selain berfungsi sebagai tempat memasang panel dinding juga sebagai kosen pintu dan jendela dan ukurannya sama dengan rangka bangunan (8/8).

Rangka atap memakai kayu jati dengan ukuran 8/8, dan penutup atap memakai genteng tanah liat (genteng kodok). Langit-langit memakai asbes/ eternit dengan rangka kayu, dinding memakai panel beton beton pracetak, dan lantai memanfaatkan ubin/ tegel abu-abu (20x20). Pondasi yang dipakai adalah pondasi menerus dari pasangan batu kali dengan pasangan bata/ rollag di atasnya dan selanjutnya pasangan panel dinding.

c. Penyaluran beban/ gaya

Karakter struktur rangka kayu adalah penyaluran beban (beban hidup, beban mati, beban angin, dan lain-lain) disalurkan melalui balok-balok ke kolom, dan selanjutnya ke pondasi dan diteruskan ke tanah.

Pada bangunan rumah di Gempol ini, penyaluran beban disalurkan sangat efektif melalui sudut-sudut atap yang tepat, pemakaian balok-balok skur yang efisien, dan lain-lain sehingga selain penyaluran beban yang baik, juga konfigurasi balok kolom yang menjadikan gubahan yang kuat, kokoh, dan kaku.

2. Konstruksi Bangunan a. Dinding bangunan

Dinding bangunan yang dipakai pada keseluruhan bangunan adalah memakai rangka kayu (8/8) baik yang vertikal maupun horisontal, dan pengisinya memakai panel dinding pracetak.

Panel dinding pracetak ini terbuat dari panel beton berukuran 4x25x92 cm, dimana tulangannya adalah bilah-bilah bambu (sebagai pengganti besi tulangan). Bilah bambu tersebut berukuran sebesar 1 cm dan diatur berjarak masing-masing sekitar 3,5 cm diikat dengan kawat agar menjadi satu kesatuan. Selanjutnya bilah-bilah bambu tersebut di cor beton, dan jadilah panel dinding pracetak yang berukuran tersebut diatas dan mempunyai berat masing-masing sebesar 20 Kg.

Gambar 4: Tampak depan salah satu rumah tunggal di Gempol

Gambar 5: Tampak sebagian dinding bangunan rumah tunggal

(6)

Gambar 6: Pemasangan panel dinding pracetak

b. Cara pemasangan dinding

Modul panel dinding pracetak hanya terdiri dari satu tipe kecuali pada kondisi-kondisi khusus, seperti posisi di tepi, mengikuti kemiringan atap atau kosen pintu jendela, dan lain-lain. Pemasangan panel dinding pracetak dilakukan vertikal atau dalam posisi berdiri, modul rangka yang sama adalah modul atau jarak antar balok, sedangkan modul tiang atau ruang sangat bervariasi. Antara ukuran modul panel dinding dengan modul tiang, atau ruang belum sesuai (compatible) benar sehingga ditemukan di lapangan panel-panel tambahan yang lebarnya disesuaikan kebutuhan.

Tinggi dinding panel keseluruhan adalah 200 cm, kecuali pada sisi miring (gunungan, gable) bagian muka

bangunan. Bidang setinggi 200 cm ini dibagi dua oleh balok horisontal untuk memasang panel dinding pracetak, sehingga jarak antar balok 100 cm. Pada ruang-ruang bagian tengah bangunan ketinggian langit-langit lebih dari 200 cm, maka bidang dinding diatas dinding pracetak ditutup dengan asbes/ eternit atau anyaman bilik bambu.

Pemasangan panel dinding pracetak adalah pada posisi sumbu atau as rangka, sehingga rangka kelihatan dari kedua sisi. Panel dipasang pada rangka/ balok dengan bantuan kayu penjepit yang

sekaligus berfungsi sebagai lis. Dimensi lis ini adalah 1,5/2 cm. Sedangkan sambungan antar panel memakai sistem sambungan plus-minus tanpa diberi aduk. Saat ini celah sambungan antar panel tidak kelihatan kecuali hanya berupa cekukan karena sudah tertutup oleh pelaburan kapur berulang kali.

Rangka kusen pintu dan jendela pada rumah ini mempunyai fungsi sekaligus sebagai rangka dinding. Untuk menghindari agar rangka jendela tidak menggantung maka rangka vertikal dari jendela diteruskan hingga ke lantai. Ukuran kayu yang dipakai sama dengan rangka bangunan yaitu 8/8, dimana hal ini akan memperkokoh struktur bangunan secara keseluruhan. Ketinggian kusen pintu disesuaikan dengan posisi balok rangka dinding, yaitu paling atas 200 cm dari permukaan lantai, demikian pula dengan ambang atas jendela, sedangkan ketinggian ambang bawah disesuaikan dengan balok rangka dinding tengah yaitu 1,0 meter dari muka lantai. Ketinggian ambang atas dan bawah jendela yang berada pada dinding panel semuanya sama tinggi, sedangkan lebar jendela bervariasi.

Untuk dinding kamar mandi di rumah Gempol ini tetap memakai panel dinding pracetak seperti dinding lainnya, hanya untuk pertimbangan perawatan dan sebagainya, dindingnya dilapisi dengan keramik hingga ketinggian tepat dibawah balok tengah rangka dinding (±92 cm dari lantai).

c. Cara membangun bangunan

Pelaksanaan pembangunan rumah-rumah di kawasan Gempol (143 unit rumah) tidak berbeda jauh dengan pembangunan rumah-rumah lainnya yang menggunakan sistem struktur rangka. Hal yang khusus adalah

(7)

pelaksanaan pembuatan panel dinding pracetak dan pemasangannya.

Tahap pertama dari pembangunan (berdasarkan pengamatan dan jejak fisik) adalah pembuatan pondasi (pasangan batu kali dan rollag bata diatasnya), kemudian pemasangan rangka struktur bangunan dan baru rangka dinding panel pracetak. Pemasangan panel dinding pracetak dilaksanakan setelah rangka dinding berdiri dengan memberi penguat kayu penjepit. Teknik pemasangan panel dinding miring dengan teknik pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela, dengan menggunakan kayu penjepit atau semacam lis kayu. Pemasangan dinding dapat dilakukan bersamaan, sebelum atau setelah pekerjaan atap, karena tidak ada keterkaitan satu sama lain.

Mengingat berat panel dinding cukup ringan (±20 kg), sehingga tidak ada masalah dengan transportasi, pencetakan panel dinding ini memiliki kemungkinan dilakukan ditempat lain, namum kemungkinan dicetak ditempat juga ada, ditambah lagi bahwa bentuk panel relatif sederhana bentuknya dan tidak membutuhkan ketelitian yang tinggi.

KESIMPULAN

Sistem struktur bangunan rangka yang menggunakan material kayu yang dipakai pada bangunan rumah tinggal di kawasan Gempol merupakan struktur rangka yang saling melengkapi antara sistem sistem struktur bangunan dan sistem struktur rangka dinding. Ditambah dengan pemakaian pemakaian dimensi kayu yang sama (8/8 cm) maka cara kerja keseluruhan sistem menjadi satu kesatuan dan saling menyempurnakan, lebih kokoh dan lebih kuat. Pemakaian kayu dengan ukuran seragam atau sama mungkin dikarenakan oleh pemikiran produksi masal karena untuk dipakai di 143 unit rumah.

Konstruksi bangunan yang difokuskan pada panel dinding pracetak yang dipakai, merupakan suatu konsep metode membangun dengan bahan prafabrikasi yang pertama di Indonesia saat itu untuk perumahan. Modul yang dipakai ukurannya relatif kecil, tidak berat, mudah pembuatannya, mudah pemasangannya. Bahan yang dipakai juga demikian mudah didapatkan dan mudah dipakai. Ketahanan terhadap lembab dan air cukup bagus karena dari bahan semen, serta finishing yang dipakai dapat beragam mulai dari cat, kapur, sampai di lapis keramik (pada KMWC).

Pemakain dan cara pemasangan panel dinding pracetak seperti ini sangat baik, tepat, untuk perumaham masal, dan sudah semestinya dapat dipakai untuk bahan acuan dari para pembangun perumahan masal yang sesuai.

SARAN

Berikut ini adalah beberapa saran yang ditujukan kepada para perancang bangunan perumahan masal dan kepada lembaga, instansi, perusahaan, dan lain-lain yang berkaitan, dan untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep pemakaian panel dinding pracetak pada perumahan adalah suatu konsep yang baik yang perlu dikembangkan lebih jauh lagi yang sesuai dengan kondisi sekarang. 2. Panel dinding pracetak dengan tulangan

utama dari bilah-bilah bambu merupakan panel dinding pracetak yang tepat dan perlu dikembangkan lebih lanjut.

3. Dari butir 1 dan 2 diatas dibutuhkan penelitian lebih lanjut dan kajian-kajian yang dikaitkan dengan ekonomi, dan industri konstruksi.

4. Memperbanyak penelitian dan kajian yang berkaitan dengan teknologi, material, metode membangun dari bangunan-bangunan lama yang dibuat oleh ahli-ahli bangunan saat itu karena kemungkinannya mengandung hal-hal yang dapat dipakai atau dikembangkan untuk saat ini.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Sandi Aminuddin (1990), ”The Architecture of a City in Development: Urban Analysis of a Regional Capital as a Contribution to the Present Debate on Indonesia Urbanity and Architectural Identity”, Desertasi, Katholirke Universiteit Leuven, Belgia

Maryudi, Sandi (2001), “Transformasi Morfologi Rumah dan Lingungan, Kawasan Gempol Bandung, Tesis, S2 Arsitektur ITB, Bandung, Indonesia

Widyowijatnoko, Andry (1999), “Kajian Konstruksi Dinding Bambu Plaster dan Konsep Pengembangannya, Tesis, S2 Arsitektur ITB, Bandung, Indonesia

Kunto, Haryoto (1984), “Wajah Bandung tempo Doeloe”, Penerbit PT. Granesia, Bandung, Indonesia

Gambar

Gambar 2: Peta Kawasan Gempol Bandung
Tabel 1: Kerangka analisis penelitian
Gambar 4: Tampak depan salah satu rumah tunggal di  Gempol
Gambar 6: Pemasangan panel dinding pracetak

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kajian ini adalah untuk mengkaji pencemaran dan inventori pelepasan dari aspek punca kawasan (area source) yang tertumpu di perumahan dalam kawasan MBMB.. Kajian ini juga

Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dalam bentuk visualisasi gambar macam teknik sambungan bambu yang digunakan sebagai elemen struktur pada bangunan, khususnya bangunan

Faktor penyebab perubahan teknologi struktur dan konstruksi Aspek Lokasi Pendanaan Karakter Sambungan Bahan Bangunan Yang Digunakan Upper struktur dan lower struktur

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM. DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN

Rencana anggaran biaya terbesar untuk Perencanaan sistem penyaluran air limbah dan bangunan instalasi pengolahan air limbah domestic di kawasan perumahan puri

Lingkup penelitian yang berjudul “Evaluasi Pemanfaatan Ruang untuk Perumahan di Kawasan Bandung Utara” dibatasi hanya pada kegiatan groundcheck pemanfaatan ruang

1.5 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Struktur Kabel Bangunan bentar lebar dengan sistem struktur kabel memiliki beberapa kelebihan, yaitu elemen kabel merupakan elemen konstruksi paling

32084 SNI 2836 2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan