FORUM
Evaluasi Program Pelatihan
Oleh : M. Nasrul, M.Si
Evaluasi pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi untuk menge-tahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan sumber sumber latihan yang terse-dia guna mencapai tujuan pelatihan secara keselu-ruhan. Evaluasi pelatihan mencoba mendapatkan informasi-informasi mengenai hasil-hasil program pelatihan, kemudian menggunakan informasi itu dalam penilaian. Evaluasi pelatihan juga memasuk-kan umpan balik dari peserta yang sangat memban-tu dalam memumemban-tuskan kebijakan mana yang akan diambil untuk memperbaiki pelatihan tersebut. De-ngan demikian maka, Evaluasi Program Pelatihan harus dirancang bersamaan dengan "perancangan pelatihan" berdasarkan pada perumusan tujuan.
Tujuan Evaluasi pelatihan
1. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk me-nyumbangkan pemikiran dan saran saran serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
3. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pela-tihan terutama yang berkaitan dengan terjadinya perilaku di kemudian hari.
4. Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk meran-cang dan merencanakan kegiatan pelatihan se-lanjutnya.
Evaluasi pelatihan merupakan bagian dari se-tiap proses atau tahapan pelatihan mulai dari pe-rancangan, perencanaan, pelakasanaan dan tin-dak lanjut dari suatu pelatihan. Evaluasi pelatihan menghendaki adanya umpan balik secara terus menerus, sehingga kegiatan evaluasi pelatihan
ti-dak hanya dapat dilakukan sekali pada akhir pro-gram. Setiap tahap pencapaian sasaran merupakan tindakan evaluasi terhadap program pelatihan.
Bentuk Evaluasi
* Evaluasi Hasil Pelatihan
Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk menge-tahui dan mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan. Evaluasi semacam ini dapat dilakukan dalam tiga tahap:
Tahap Menyerap Isi Materi Pelatihan
Evaluasi tahap ini dilakukan dengan cara me-ngumpulkan informasi mengenai perkembangan atau perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta pelatihan. Evaluasi semacam ini mem-butuhkan pengukuran dan perbandingan antara sesudah dan sebelum pelatihan, oleh karena itu perlu dilakukan Test Awal (Pre-Test) dan Test Akhir (Post Test). Evaluasi semacam ini pada umumnya hanya mengukur perubahan pengetahuan.
Biasanya evaluasi pelatihan ini didasarkan pada perumusan tujuan pelatihan yang telah dirumuskan yang mengandung tiga domain tujuan pelatihan. Namun bila perumusan tujuan pelatihan terlalu umum dan kurang spesifik, maka akan sulit untuk mengukurnya.
Mengingat bahwa pendekatan pelatihan bagi aparat adalah pelatihan yang bersifat andragogis, maka Pre-test dan Post Test tidak pernah dipergu-nakan mengingat bahwa dalam pendekatan andra-gogis, peserta terlibat penuh dalam perumusan tu-juan pelatihan pada awal suatu pelatihan. Dalam hal ini peserta pelatihan diminta untuk menyampaikan harapan-harapannya sebelum pelatihan dimulai.
Pada setiap proses pelatihan harapan-harapan ini, dapat dianalogikan dengan pre test, harapan-harapan peserta ini akan ditinjau kembali, mana harapan yang sudah terpenuhi dan mana yang
be-lum terpenuhi. Apabila ada sebagian besar harapan yang belum terpenuhi tidak berarti tujuan pelatihan tidak tercapai, tetapi merupakan petunjuk bagi pe-nyelenggara pelatihan untuk melakukan tindak lan-jut guna memenuhi harapan tersebut.
Tahap Penerapan Kerja
Evaluasi tahap ini dilakukan dengan cara me-ngumpulkan berbagai informasi mengenai peserta pelatihan apakah sudah menerapkan apa yang telah dipelajari dengan memberikan perubahan dalam pola kerjanya sehari-hari. Evaluasi ini lebih sulit dalam penentuan jika dibandingkan dengan eva-luasi tingkat penyerapan isi pelatihan.
Beberapa cara yang dapat dipergunakan sebe-lum dan sesudah pelatihan dalam menentukan perkembangan pola kerjanya adalah melalui: 1) Buku Harian; para peserta diminta untuk
mem-buat rekaman kegiatannya selama waktu ter-tentu. Hal ini bisa membantu pelatih untuk mengetahui tingkat prosentase waktu yang di-pergunakan oleh para peserta untuk berbagai macam tugas dan kegiatan.
2) Pengamatan Pada Kegiatan tertentu; pelatih atau evaluator mengamati
peserta sewaktu me-reka melakukan suatu kegiatan tertentu yang dibahas selama proses pelatihan. Misalkan saja keterampilan me-mimpin rapat, diskusi mengambil keputusan dan lain-lain.
3) Evaluasi Oleh Penyelia (Supervisor); Penyelia para peserta pelatihan mengisi formulir yang berisi pertanyaan khu-sus mengenai perkem-bangan dan peruba-han pola kerja peserta pelatihan. Hal ini hanya akan berguna apabila
penyelia tersebut di-minta untuk memberikan gambaran konkrit tentang pola atau cara kerja peserta pelatihan.
4) Evaluasi Sendiri; peserta pelatihan mengevaluasi dirinya sendiri terhadap perubahan-perubahan yang dirasakan dan dilakukan dalam melakukan pekerjaannya.
Tahap Kegunaan isi pelatihan
Evaluasi tingkat kegunaan materi atau isi pelati-han dimaksudkan untuk mengamati perubapelati-han-pe- perubahan-pe-rubahan yang terjadi pada lembaga atau organisasi tempat peserta pelatihan bekerja sebagai akibat dari keterlibatannya dalam program pelatihan yang dilakukan. Apakah setelah mengikuti pelatihan sistem yang diterapkan dalam organisasi atau lem-baga tersebut mengalami perbaikan atau peruba-han.
Cukup sulit untuk mengukur hasil-hasil pelati-han jangka panjang untuk suatu program pelatipelati-han, salah satu kesulitannya adalah tidak mudah me-nentukan bahwa terjadinya perubahan merupakan pengaruh langsung dari program pelatihan. Namun demikian evaluasi ini mutlak dilakukan apabila pi-hak penyelenggara ingin mengetahui dampak pela-tihan.
• Evaluasi Proses Pelatihan
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-langkah kegiatan selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi proses dilakukan dengan mengungkapkan pendapat seluruh peserta tentang:
Fasilitator; yaitu menilai atau mengevaluasi
bagaimana cara penyajian (penguasaan metoda), penampilan, keterampilan memfasilitasi, pengua-saan materi, komunikasi.
Peserta; yaitu menilai atau mengevaluasi bersama
tentang kesungguhan peserta, partisipasi peserta, minat dan kesenangan peserta (apakah peserta
merasa senang), motivasi peserta, kerjasama dan motivasi terhadap tugas atau peran yang diberikan.
Materi/isi; yaitu menilai atau mengevaluasi
man-faat dan kegunaan materi pelatihan, tingkat kesuli-tan, kesesuaian materi, dan lain-lain.
Proses Pelatihan; yaitu menilai atau
mengevalu-asi tentang apakah tujuan dan materi yang telah ditetapkan bersama dapat dilakukan, partisipasi peserta, interaksi antar peserta, interaksi dengan fasilitator, suasana yang terbangun, kelancaran, sa-rana pendukung dan lain-lain.
Evaluasi proses ini sangat bermanfaat untuk "mengarahkan" serta memutuskan apa yang perlu dibuat setelah latihan atau sesi berakhir dan meto-da apa yang cocok. Evaluasi proses ini hanya bisa di-pergunakan apabila program pelatihan cukup fleksi-bel untuk berubah sesuai dengan informasi yang diperoleh dari hasil informasi tersebut. Evaluasi ini tidak dapat dilakukan kalau hanya berdiri sendiri, melainkan harus selalu digunakan bersama dengan bentuk evaluasi lain. Salah satu cara untuk menga-dakan evaluasi proses kegiatan adalah secara tera-tur menggunakan formulis penjajagan atau diskusi pada akhir pelatihan.
Pada umumnya, evaluasi proses pelatihan di-lakukan dengan beberapa model atau cara, antara lain :
1. Evaluasi Harian
Evaluasi ini dilakukan setiap hari di akhir suatu pelatihan. Hal ini dilakukan untuk menge-tahui sampai sejauh mana harapan dari peserta pelatihan telah terpenuhi, serta untuk menge-tahui penyimpangan-penyimpangan, hambatan-hambatan, serta berbagai kekurangan yang ada di dalam penyelenggaraan pelatihan. De-ngan demikian maka masalah ini dapat segera diatasi dan pada proses selanjutnya kekurangan kekurangan tersebut dapat dihindari.
Hal-hal yang perlu dievaluasi pada Evaluasi Harian antara lain meliputi: Perasaan atau
sua-sana yang muncul pada setiap peserta selama mengikuti latihan tersebut. Hal ini dapat
dilaku-kan dengan menempeldilaku-kan "Mood Meter" (Alat
Pengukur Suasana Hati/Perasaan) pada tempat
yang telah disediakan sehingga peserta dapat mengisinya setiap saat. Dengan menggunakan "Mood Meter" ini fasilitator bisa mengetahui bagaimana kecenderungan "perasaan" peserta, sehingga fasilitator dapat mengubah "strategi" yang lebih tepat, walaupun tidak mungkin untuk dapat memuaskan semua pihak. Pada umumnya, Mood Meter ini terbagi menjadi 4 kategori; yaitu Senang Sekali, Senang, Kurang Senang dan Tidak
Senang.
Materi atau isi Pelatihan. Seberapa banyak
atau sejauh mana peserta dapat menangkap "isi" materi pelatihan, baik aspek pengetahuan mau-pun keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membentuk panitia sibuk, dimana kelompok diminta untuk membuat "Rekaman
Harian/Re-view Harian" baik proses yang ditempuh maupun
isi yang dibahas, yang kemudian dipresentasikan pada hari selanjutnya. Dengan menggunakan "Rekaman Harian" ini fasilitator dan seluruh peserta mengetahui apakah ada penyimpangan atau kekurangan yang mungkin perlu diperbaiki.
Proses kelompok yaitu bagaimana dan sejauh
apa kelompok peserta dapat bekerja dengan baik dan produktif, adakah pertentangan dalam kelompok, dalam hal apa kelompok tidak dapat bekerja, interaksi yang terjadi antar peserta dan antara peserta dengan fasilitator.
Rancangan pelatihan dan penyelenggaraan,
yaitu hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh fasilitator atau penyelenggara untuk membantu peserta. Apakah sarana mendukung, bagaimana dengan media yang ada, bagaimana dengan kon-sumsi.
Peserta dan Fasilitator, yaitu hal hal yang
me-nyangkut komunikasi, partisipasi, keterampilan memfasilitasi, siapa saja peserta yang dominan, kurang aktif dan kurang berpartisipasi. Dan lain-lain.
2. Evaluasi Mingguan
Evaluasi mingguan perlu dilakukan apabila pelatihan diselenggarakan lebih dari satu ming-gu. Pada dasarnya evaluasi mingguan ini sama dengan evaluasi harian, hanya saja cakupan wak-tu pelaksanaan evaluasi yang lebih lama. Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam evaluasi mingguan ini adalah seluruh proses pelatihan yang sudah berlangsung, termasuk di dalamnya evaluasi penyelenggaraan pelatihan itu sendiri, misal-kan tentang akomodasi, konsumsi dan sarana pelatihan yang lain. Selama Program pelatihan berlangsung, Evaluasi Mingguan perlu dilakukan karena pada umumnya pelatihan yang dilakukan khusus untuk Diklat PIM maupun Diklat Pra Ja-batan rentangan waktunya lebih dari sepuluh hari.
3. Evaluasi Akhir
Setiap akhir pelatihan evaluasi perlu dilaku-kan untuk mengetahui apakah semua harapan pelatihan yang disampaikan peserta sudah ter-penuhi, ataukah masih ada harapan yang belum
terpenuhi. Selain itu apakah tujuan pelatihan se-bagaimana yang telah disepakati bersama telah tercapai ataukah masih ada beberapa yang perlu tindak lanjut berikutnya. Informasi dari evaluasi akhir ini dapat dipergunakan sebagai bahan dan dasar pertimbangan bagi penyelenggara pelati-han di kemudian hari sehingga tidak mengulangi hal-hal yang sama.
Adapun komponen-komponen yang perlu dievaluasi dalam evaluasi akhir antara lain me-liputi:
• Pencapaian Tujuan dan Ketepatan Tujuan Dalam evaluasi akhir hendaknya dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan dan ketepatan tujuan. Arti-nya yaitu bahwa apakah pelatihan tersebut telah mencapai tujuan yang diharapkan dan apakah tujuan tersebut tepat sesuai dengan kebutuhan pelatihan.
• Isi atau Materi Pelatihan
Dalam evaluasi akhir hendaknya dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan isi atau materi pelatihan yang dibahas selama pelatihan berlangsung; yaitu antara lain apakah materi yang dibahas sesuai dengan tujuan, apa-kah materi pelatihan terlalu sederhana, terlalu sulit, terlalu teoritis dan lain sebagainya.
• Fasilitator Pelatihan
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pe-ngumpulan informasi tentang 'fasilitator" yang membantu proses terjadinya kegiatan pembe-lajaran. Dalam hal ini perlu dilakukan pengum-pulan informasi yang menyangkut tentang
kete-rampilan fasilitator, kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi pelatihan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain meliputi;
- Penguasaan dan ke-mampuan menggu-nakan metoda partisi-patif,
- Penguasaan dan pemahaman terha-dap materi pelatihan, - Kemampuan melaku-kan komunikasi dan interakasi dengan peserta secara efektif - Kerjasama team
fasili-tator
- Kemampuan penggu-naan media dan sarana pelatihan secara efek-tif
• Peserta pelatihan
Pengumpulan informasi tentang peserta perlu juga dilakukan dalam evaluasi akhir untuk me-ngetahui tingkat partisipasi peserta, perasaan peserta, kerjasama peserta dengan peserta yang lain, kerjasama dengan fasilitator. Disamp-ing itu, hal yang tidak kalah pentDisamp-ingnya adalah "kriteria peserta", apakah peserta yang terlibat dalam pelatihan sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam Kerangka Acuan Pelatihan, dan lain-lain.
• Metodologi Pelatihan/Efektifitas Pelatihan Evaluasi akhir juga perlu mengumpulkan in-formasi tentang penggunaan dan pemanfaat metoda dan efektifitasnya. Apakah metoda yang dipergunakan mampu mendorong keterlibatan peserta, apakah metoda yang dipergunakan cocok dengan tujuan yang diharapkan, apakah metoda yang dipergunakan sesuai dengan sifat isi materi pelatihan.
• Penyelenggaraan Pelatihan
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah aspek penyelenggaraan. Penyelenggaraan pelatihan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pela-tihan yang seringkali diabaikan. Pada umumnya, evaluasi penyelenggaraan lebih berfokus pada aspek logistik. Hal-hal yang perlu dievaluasi an-tara lain meliputi:
- Komunikasi, yaitu bagaimana pemberita-huan atau undangan dipersiapkan oleh pihak
penyelenggara, apakah undangan jelas dan disertai dengan informasi yang dibutuhkan, biasanya dilengkapi dengan Kerangka Acuan Pelatihan.
- Sarana dan Prasarana Pendukung pelatihan yang meliputi tempat pelatihan, baik untuk diskusi pleno maupun untuk diskusi kelom-pok, konsumsi, akomodasi, ketersediaan dan kesiapan bahan bahan yang diperlukan untuk peserta dan fasilitator, kepanitiaan dan lain-lain.
Berdasarkan pengalaman Program ada beber-apa contoh alat evaluasi yang telah pernah diper-gunakan selama ini yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat. Namun demikian, hal terpenting dalam melakukan evaluasi pelatihan adalah upaya tindak lanjut untuk melalukan upaya perbaikan secara terus menerus.
Tindak Lanjut Pelatihan
Dalam banyak hal orang melihat bahwa pela-tihan merupakan "produk akhir" dari suatu peren-canaan yang menyeluruh, artinya bahwa pelatihan hanya dilihat sebagai suatu kegiatan terpisah dari komponen kegiatan yang lain, yang seringkali tidak mempunyai kaitan dengan "kinerja lembaga atau kinerja instansi". Padahal, pelatihan dilakukan un-tuk merubah pola kerja dan cara kerja pihak-pihak yang terlibat dalam upaya mencapai tujuan lemba-ga denlemba-gan cara meningkatkan kinerja staf yang ada. Hal ini terpengaruh oleh suatu sistem yang berlaku, bahwa pelatihan dipandang berhasil apabila pelati-han tersebut telah terselenggara, dihadiri peserta sesuai dengan rencana, dengan dana sebagaimana tertuang dalam DIPA. Artinya bahwa keberhasilan pelatihan hanya dilihat dengan selesainya pelatihan tersebut. Padahal, pelatihan merupakan langkah awal untuk "memperbaiki dan memecahkan perma-salahan" yang dihadapi lembaga. Dengan demikian, perlu dipertanyakan sejauh mana "output" pelati-han telah dicapai. Memang sulit untuk melihat dan mengukur adanya perubahan pada saat pelatihan berakhir. Untuk melihat "output" pelatihan secara nyata, dapat dilakukan dengan mengembangkan "Rencana Tindak Lanjut" (RTL) yang harus disusun dan dibuat oleh masing-masing peserta.
Rencana Tindak Lanjut Konkrit Pasca Pelatihan
Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh peser-ta pelatihan setelah kegiapeser-tan pelatihan selesai. Setelah mengikuti suatu program pelatihan peserta akan kembali ke tempat kerja masing-masing, dan
dengan kembalinya peserta dari tempat pelatihan tersebut tidak berarti bahwa pelatihan telah sele-sai, khususnya bagi pendidikan orang dewasa. Hasil pelatihan baru dapat dilihat setelah mereka kembali ke lapangan atau ke tempat kerja masing-masing dan melakukan suatu kegiatan.
Oleh karena itu setiap pelatihan yang diseleng-garakan bagi staf lembaga dengan pendekatan orang dewasa selalu bertujuan untuk meningkatkan dan merubah perilaku sehingga mereka mampu mengembangkan program atau kegiatan pekerjaan sehari hari sesuai dengan fungsi dan perannya se-bagaimana tertuang dalam "Uraian Tugas" (Job
De-scription) dan sesuai dengan tanggung jawabnya.
Rencana Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara spesifik dan realistis sesuai dengan tanggung ja-wabnya. Namun demikian dukungan semua pihak, khususnya dukungan dan komitmen dari "pimpinan peserta" sangat menentukan keberhasilan tindak lanjut yang diharapkan. Dalam menyusun RTL, pada umumnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut: • "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang
dapat dilakukan di dalam kegiatan sehari-hari di tempat kerjanya. Hendaknya dalam menyu-sun "apa" perlu disebutkan secara "spesifik" dan "jelas".
• "Bagaimana", yaitu cara atau proses atau lang-kah-langkah yang harus ditempuh sehingga ‘apa’ dapat terlaksana dengan baik dan benar.
• "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait
(stake-holder) siapa saja yang harus dan perlu dilibatkan
dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. Apa-kah itu melibatkan Pembina kepegawaian, atau pimpinan lembaga.
• "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu kapan akan dimulai dan kapan akan berakhir.
• "Dimana", yaitu menyebutkan dimana kegiatan tersebut akan dilakukan. Apakah akan dilakukan di ruangan tertentu ataukah akan dilakukan di tempat kerjanya atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan diterapkan di luar lem-baga lain yang terlibat di dalamnya.
Suatu program pelatihan yang mempunyai tindak lanjut yang spesifik dan jelas akan lebih mempunyai dampak yang berarti bila dibandingkan dengan pro-gram pelatihan yang tidak ada tindak lanjutnya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan terjadinya peruba-han pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan kelembagaan atau tujuan instansi melalui peningkatan kinerja. Dengan demikian jelas bahwa kegunaan Rencana Tindak Lanjut pelatihan
adalah:
• Mengetahui dan menimbulkan komitmen peserta dan lembaga atau instansi pengirim untuk mene-rapkan apa yang telah dibahas selama pelatihan berlangsung.
• Sebagai alat dan panduan untuk memantau (mo-nitor) dan mengevaluasi penerapan hasil program pelatihan.
• Sebagai bahan dan alat untuk mengetahui dam-pak pelatihan baik secara individual maupun kelembagaan termasuk di dalamnya faktor pen-dukung dan faktor penghambat.
Monitor Kegiatan Pasca Pelatihan
Berdasarkan Rencana Tindak Lanjut sebagaima-na diuraikan tersebut di atas, maka akan dengan mudah pihak yang bertanggung jawab terhadap program pelatihan untuk mengetahui "keluaran dan hasil serta dampak pelatihan" di tempat kerja. Na-mun demikian, berdasarkan pengalaman yang ada, kegiatan pemantauan peserta pelatihan setelah kembali ke lokasi masing-masing tidak pernah di-lakukan, karena ada anggapan bahwa pelatihan itu sendiri merupakan akhir dari kegiatan pelatihan. Se-lesai pelatihan seSe-lesai pula kegiatan pendukungnya. Pemantauan kegiatan paska pelatihan dapat di-lakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui: • Pertemuan bulanan; untuk mengetahui apakah
peserta pelatihan menerapkan berbagai pengeta-huan dan keterampilan yang telah diperoleh se-lama pelatihan.
• Laporan bulanan; apakah Rencana Tindak Lanjut yang telah disusun dilakukan dengan konsisten • Diskusi dengan Pimpinan Peserta pelatihan untuk
mengetahui adanya berbagai perubahan kinerja peserta pelatihan yang bersangkutan, termasuk pula hambatan hambatan dan faktor pendukung yang ada secara kelembagaan.
• Diskusi dengan kolega atau bawahan peserta pelatihan untuk mengetahui apakah ada peruba-han kinerja peserta pelatiperuba-han.
• Pengamatan langsung terhadap kegiatan atau tanggung jawab yang harus dipikulnya untuk me-ngetahui apakah ada perbaikan dan peningkatan kinerja, misalkan saja dalam perencanaan, pela-tihan dan kegiatan lain yang menjadi tanggung jawabnya.
• Memberi tugas tertentu pada saat tertentu se-bagai sarana untuk menerapkan apa yang telah "diterima" selama pelatihan.
Dengan demikian jelas bahwa tanggung ja-wab dampak pelatihan tidak hanya ada di pundak fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Yang
pa-ling penting adalah komitment dan dukungan dari semua pihak, khususnya pimpinan lembaga atau instansi sehingga "pengetahuan dan keterampilan" yang di dapat selama pelatihan bisa diterapkan se-suai dengan situasi dan kondisi setempat.
Tidak jarang peserta pelatihan menjadi frus-trasi dan pelatihan tidak ada manfaat apapun juga setelah kembali ke lingkungan kerja, karena lingku-ngan sekitarnya tidak mendukung untuk itu.
Kesimpulan
Mengelola Program Pelatihan Partisipatif tidak jauh berbeda dengan mengelola sebuah program tertentu. Namun demikian mengelola program pelatihan seringkali dipandang sebagai sesuatu yang sederhana hingga banyak dikesampingkan. Hal ini ditengarai dengan tingkat keseriusan dan komitmen dari berbagai pihak. Banyak pihak lebih memperhatikan dan lebih mengutamakan (serta menguntungkan) "mengelola proyek fisik" daripada "proyek atau program pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan". Di samping itu, hal ini tercermin pula dalam penyediaan atau alokasi dana untuk komponen pelatihan, baik bagi staf atau pela-tihan bagi kelompok sasaran.
Banyak pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengelola program pelatihan. Salah satunya adalah Pendekatan Pelatihan Sistematis (Sistematic
Train-ing Approach) yang menghendaki adanya komitmen
dari seluruh jajaran dalam upaya memecahkan per-masalahan yang berkaitan dengan "Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan" dalam mencapai tingkat kinerja aparat yang diharapkan. Mengelola program pelatihan, bukan hanya tanggung jawab "Petugas atau Ahli Pelatihan" saja, namun menjadi tanggung jawab dan komitmen semua pihak. Komitmen terse-but, khususnya komitmen dari Pimpinan Lembaga, merupakan suatu "pra-kondisi" sebelum melakukan program pelatihan, sejak dari menemukenali per-masalahan, alternatif pemecahan masalah melalui pelatihan, pelaksanaan, pemantauan sampai deng-an tindak ldeng-anjut hasil di dalam kegiatdeng-an pekerjaadeng-an keseharian.
Agar supaya "hasil pelatihan" mempunyai dam-pak yang signifikan, maka peluang yang kondusif untuk mempraktekkannya dalam "pekerjaan sehari-hari" perlu diciptakan. Karena seringkali ditemukan banyak peserta pelatihan tidak bisa mempraktek-kannya karena "sistem lain" yang kurang mendu-kung. Untuk itu maka proses refleksi perlu dilakukan secara terus menerus guna melakukan perbaikan secara bertahap dan berkesinambungan.