• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI INTI 3 PENGENDALIAN KEJADIAN PENYAKIT DI

KLOTER DESKRIPSI SINGKAT

(2)
(3)

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

DESKRIPSI SINGKAT Haji merupakan ibadah yang wajib dikerjakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim dewasa yang mampu dipandang baik dari sisi ilmu, kesehatan fisik dan ataupun keuangan. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang memerlukan suatu persyaratan (istitho’ah). Hal ini berhubungan dengan kemungkinan jemaah haji menghadapi berbagai risiko sehingga perlu diketahui manajemen terhadap faktor-faktor risiko bagi jemaah haji di kloter.

Salah satu tugas TKHI adalah melakukan pengelolaan faktor risiko jemaah haji di kloternya, mulai dari proses identifikasi faktor risiko, pemetaan, pemantauan, sampai ke pengendalian faktor risiko.

Faktor risiko dapat berasal dari jemaah sendiri (internal), yaitu kondisi kesehatan/penyakit yang melekat pada jemaah yang dapat menjadi berat selama perjalanan ibadah haji. Dapat juga berasal dari lingkungan di luar jemaah (eksternal), seperti kemungkinan tertular penyakit, terpapar aktifitas fisik yang padat, kepadatan orang, iklim di Arab Saudi, dan lain sebagainya. Faktor risiko ini harus diwaspadai dan dikelola sebaik mungkin agar tidak muncul dan mengganggu kelancaran ibadah haji atau menyebabkan kematian.

Dengan mempelajari modul ini peserta akan lebih memahami mengenai pengendalian kejadian penyakit (terutama penyakit menular), pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu dan Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

93

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

deteksi dini, tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

94

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah

sesi

pembelajaran,

peserta

mampu

memahami

pengendalian kejadian penyakit di kloter. Tujuan Pembelajaran Khusus : Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu menjelaskan : 1. Pengendalian kejadian penyakit (terutama penyakit menular). 2. Pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu. 3. Deteksi dini dan tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.

(4)

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

95

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 1. Pengendalian kejadian penyakit

(terutama penyakit

menular) di kloter a. Penyakit Menular. b. Penyakit Degeneratif.

2. Pengelolaan faktor risiko kesehatan secara terpadu a. Faktor Risiko Internal. b. Faktor Risiko Eksternal.

3. Deteksi dini, dan tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan a. Deteksi dini. b. Tindakan segera. c. Langkah-langkah antisipasi.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

96

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

BAHAN BELAJAR 1.

Modul pengendalian kejadian penyakit di kloter.

2.

Pedoman diskusi.

3.

Tayangan cuplikan film.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

97

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Pengkondisian dan Apersepsi (10 menit) Langkah 1 :

Sapa peserta dengan ramah dan ucapkan salam serta memperkenalkan diri. Apabila diperlukan peserta

fasilitator melakukan

(5)

mengajak

kegiatan

untuk

penyegaran dan membangun suasana siap untuk belajar. Langkah 2 :

Tampilkan atau sajikan suatu gambar atau keadaan atau apa saja yang berhubungan dengan topik materi dan kaitannya dengan pelatihan

(apersepsi). memfokuskan perhatian Hal ini untuk peserta untuk

terlibat menebak dan memahami apa sebenarnya yang akan di pelajari pada materi ini. Langkah 3 :

Jelaskan pada peserta tentang topik-topik yang akan dibicarakan dalam sesi ini. Tanyakan pada peserta mengapa topiktopik ini penting untuk dibicarakan dan didiskusikan dan apa kaitannya dengan tugas dan fungsi keseharian peserta di tempat tugas. Jelaskan tujuan sesi dengan menggunakan slide presentasi.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

98

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

Langkah 4 :

Jelaskan

dan

langkah-langkah

“aturan

main” proses pembelajaran materi ini (transaksi).

(6)

pada

peserta

apakah setuju dengan transaksi tersebut atau ada usulan lain. POKOK BAHASAN 1

Langkah 1 :

Pengendalian Kejadian Penyakit (Terutama Penyakit Menular) Di Kloter

Menjelaskan secara singkat tentang perlunya memahami tentang pengendalian kejadian penyakit di kloter (terutama penyakit menular) bagi petugas TKHI.

Langkah 2 : Menjelaskan penyakit menular dan penyakit degeneratif .

Langkah 3 : Meminta peserta melakukan diskusi kelompok sesuai pedoman diskusi yang ada.

Langkah 4 : Merefleksikan hasil penugasan:  Meminta pendapat dari beberapa peserta.  Menyimpulkan refleksi dari hasil diskusi kelompok.

Langkah 5 : Merangkum materi Pokok Bahasan 1.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

99

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK

Pengelolaan Faktor Risiko Kesehatan

BAHASAN Secara Terpadu 2 Langkah 1 : Menjelaskan pengelolaan faktor risiko

kesehatan secara terpadu. Langkah 2 :

(7)

Langkah 3 :

Merefleksikan tiap kali selesai penugasan :  Meminta pendapat dari beberapa peserta  Menyimpulkan poin pembelajaran dari tugas-tugas tersebut

Langkah 4

Merangkum materi Pokok Bahasan 2

POKOK

Deteksi Dini, Dan Tindakan Segera

BAHASAN

Serta Langkah-Langkah Antisipasi Yang

3

Diperlukan

Langkah 1 :

Menjelaskan deteksi dini, dan tindakan segera serta langkah-langkah antisipasi yang diperlukan

Langkah 2 :

Meminta peserta melakukan diskusi tentang deteksi dini, tindakan segera dan langkahlangkah antisipasi.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

100

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

Langkah 3 :

Merefleksikan hasil penugasan:  Meminta pendapat dari beberapa peserta.  Menyimpulkan dari tugas tersebut.

Langkah 4

Merangkum materi Pokok Bahasan 3.

Menutup Proses Pembelajaran

Langkah 1 :

(8)

evaluasi

dengan

cara

memberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab peserta. Langkah 2 :

Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang

jelas

sebelum

menutup

proses

pembelajaran. Langkah 3 :

Merangkum seluruh pokok bahasan dengan cara

membandingkan

seluruh

tujuan

pembelajaran khusus dengan hasil pokok bahasan. Langkah 4 :

Menutup acara proses pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta dan mendoakan agar peserta dapat bertugas dengan sebaik-baiknya.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

101

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN

Pengendalian Kejadian Penyakit (Terutama Penyakit Menular) Di Kloter A. Penyakit Menular Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan bagi para calon jamaah haji. Penyakit tersebut terutama yang berkaitan dengan penularan melalui saluran pernafasan dalam bentuk droplet antara lain tuberkulosis, meningitis, influenza, flu burung, flu babi dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang ditularkan melalui saluran pencernaan antara lain kolera, tifus abdominalis, disentri, hepatitis dan poliomielitis. Selain itu perlu diwaspadai penyakit menular dari Afrika yang mungkin terbawa oleh jamaah Afrika melalui vektor, seperti demam kuning dan tifus bercak wabah. Beberapa penyakit infeksi yang mempunyai potensi tinggi terinfeksi dan berbahaya selama menunaikan ibadah haji antara lain adalah : 1) Meningitis Meningokokus Adanya calon jamaah haji yang berasal dari daerah yang endemis meningitis meningokokus merupakan sumber rantai penularan penyakit ini.

(9)

Kepadatan yang terjadi selama menunaikan haji merupakan faktor risiko meningkatkan penularan penyakit meningitis meningokokus. Pemerintah Arab Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon jamaah haji atau yang melakukan umroh harus mendapatkan vaksinasi meningitis

meningokokus. Namun pada musim haji 2000 dan 2001 terjadi KLB meningitis meningokokus dengan jumlah penderita masing-masing Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

102

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

1300 dan 1109 orang. Lebih dari 50% penderita di atas disebabkan oleh karena N. meningitidis serogroup W135. Terjadi perubahan pola penyebab penyakit. Sejak tahun 2001 pemerintah Arab Saudi sudah diperkenalkan vaksin meningitis kuadrivalen. Namun demikian disadari bahwa ada kemungkinan munculnya strain liar yang fatal. 2) ISPA dan Influenza ISPA merupakan proporsi penyakit terbesar (57%) pasien yang dirawat inap di RS Arab Saudi. Sementara data surveilans kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus ISPA (THT) merupakan yang terbanyak sebagai penyebab kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Studi tentang pola penyakit menunjukkan bahwa H. Influenza, K pneumonia, dan S pneumosia merupakan penyebab utama kejadia ISPA. Influensa merupakan penyakit yang sangat menular dan ada di Arab Saudi. WHO menganjurkan bahwa calon jamaah usia lanjut atau risiko infeksi influenza tinggi disarankan untuk mendapatkan vaksinasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa insidens penyakit ini tinggi selama musim haji. Seiring dengan meningkatnya kasus flue burung terutama dari beberapa daerah di Indonesia maka pengamatan dan pengenalan yang ketat terhadap gejala dan masa inkubasi harus dilakukan dengan baik terutama di embarkasi. 3) Polio Pemerintah Arab Saudi telah menyatakan bebas Polio sejak tahun 1995. Namun setelah terindentikasi kasus polio di Indonesia yang diduga dibawa dari Arab Saudi baik oleh Jamaah haji ataupun tenaga kerja wanita dari Arab Saudi, upaya lebih giat kini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini. Kasus polio dibawa oleh jamaah haji yang berasal dari negara yang belum bebas polio. Saat ini pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap pengunjung berusia kurang 15 tahun harus menunjukkan sertifikat vaksinasi polio. Modul Pelatihan Tim

Kesehatan Haji Indonesia

103

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

4)

Diare Penyakit ini kerap menyerang jamaah haji Indonesia. Kloter embarkasi Solo pernah

melaporkan kejadian luar biasa diare saat mau mendarat di debarkasi Solo. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan tingkat pengetahuan. Kebiasaan makan jajanan yang tidak

terkontrol dan menyimpan makanan terlalu lama merupakan faktor risiko yang meningkatkan

kejadian penyakit di atas. 5) Infeksi Melalui Cairan Tubuh Penyakit yang kerap terjadi melalui cairan tubuh adalah penyakit hepatitis B, C dan HIV. Di Mekkah potensi penularan ini dapat terjadi karena jamaah haji banyak berasal dari daerah yang endemis hepatitis. Cara penularan yang mudah dapat terjadi melalui cukur rambut yang tidak bersih yang dilakukan selama menunaikan ibadah haji. B. Penyakit degeneratif Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau risiko tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan obat yang selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan kegiatan fisik yang dikerjakan. Data kematian haji tahun 2013 menunjukkan bahwa sebagai besar kematian terjadi oleh karena penyakit kronis yang berhubungan dengan peningkatan aktifitas fisik, seperti penyakit jantung dan obstruksi paru kronis. Risiko meninggal pada kelompok umur di atas 70 tahun meningkat secara tajam (hampir 10 kali kelompok usia 50-60 tahun).

(10)

Kematian yang terjadi di luar sarana pelayanan kesehatan cukup tinggi. Hampir 40% jamaah yang meninggal berada di luar sarana pelayanan kesehatan. Dari uraian di atas, mengingat pentingnya pengelolaan faktor risiko sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian jamaah haji, maka semua petugas TKHI kloter harus Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

104

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

mempunyai kemampuan melakukan identifikasi faktor risiko jamaah haji di kloternya. Hasil

identifikasi menjadi dasar tindakan berikutnya berupa pemetaan faktor risiko jamaah, pemantauan lanjut (follow-up), pengendalian faktor risiko, termasuk juga kegiatan pembinaan dan promosi kesehatan.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

105

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN

Pengelolaan Faktor Risiko Kesehatan Secara Terpadu A. Faktor Risiko Internal Faktor risiko internal yang perlu diwaspadai dan diamati antara lain:  Gangguan kesehatan/penyakit yang ada pada jamaah, seperti hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll.  Perilaku yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan, seperti kebiasaan merokok, menyimpan jatah makanan untuk dimakan di lain waktu (menunda makan), dll. Faktor risiko internal yang berupa gangguan kesehatan/penyakit dapat diketahui dari hasil pemeriksaan kesehatan 1 dan 2 yang terekam pada Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH), dan hasil pemeriksaan kesehatan akhir di embarkasi yang dapat dilihat pada pramanifest kloter. Faktor risiko internal berupa perilaku dapat diketahui dengan pengamatan jamaah haji oleh TKHI kloter. B. Faktor Risiko Eksternal Prosesi haji sarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota Mekkah; meliputi :  Tawaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan arah berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi kiri badan).  Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit Safa ke Mawa, yang berkisar 500 m sekali jalan). Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

106

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

 Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf).  Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan

diselimuti cuaca dingin.  Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jamaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat

melontar jumroh. Kegiatan di atas diperkirakan akan dapat menghabiskan 5 liter air dari tubuh setiap jamaah dan menghabiskan 20 gram garam dari proses keringat. Khususnya pada lelaki kegiatan di atas disempurnakan dengan cukur rambut, sementara wanita cukup dengan memotong beberapa helai rambut. Selama jamaah dalam pakaian ihram dikenakan beberapa larangan yang disebut dengan larangan ihram. Jamaah kemudian akan meneruskan perjalanan dengan melakukan

(11)

ziarah ke Madinah dan khususnya jamaah haji dari Indonesia akan melakukan kegiatan Arbain yaitu sholat berjamaah empat puluh waktu (delapan hari) di Mesjid Nabawi. Selama berada di Madinah, para jamaah haji juga melakukan ziarah ke berbagai mesjid bersejarah. Perhelatan tahunan yang digelar di Mekkah dan dihadiri oleh muslimin dan muslimat dari berbagai penjuru dunia, pada waktu yang sama dan dalam tempat yang terbatas menyebabkan kepadatan yang sangat dan menimbulkan tantangan bagi kesehatan masyarakat. Jumlah penduduk kota Mekkah berkisar antara 200.000 orang yang meningkat secara drastis menjadi lebih dari 2 juta orang selama musim haji. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap ketersediaan air, makanan, dan fasilitas kesehatan tempat-tempat umum.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

107

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

Risiko kesakitan akibat penyakit menular meningkat dengan berbagai pemaparan secara global. Musim haji tahun 2014 ini diperkirakan akan memasuki musim panas dimana suhu udara diatas rata-rata di Indonesia, bahkan dapat mencapai suhu diatas 40 oC. Hal ini juga akan menjadi faktor risiko kesakitan penyakit tidak menular meningkat dan ditambah dengan peningkatan aktifitas sehari-hari.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

108

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN

Deteksi Dini, Dan Tindakan Segera serta Langkah-Langkah Antisipasi yang Diperlukan A. Deteksi Dini Kita harus memahami bahwa diperlukan kajian secara terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi Kejadian Luar Biasa [KLB] di kloter. Tujuan kegiatan deteksi dini terutama untuk mengetahui potensi ancaman KLB. Sedangkan potensi yang dapat kita gunakan untuk menilai ini, kita pergunakan data yang bersumber dari surveilans terpadu penyakit dan jejaring surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB. Kemudian berdasarkan kajian

epidemiologi tersebut, kita dapat merumuskan suatu peringatan kewaspadaan dini KLB di kloter dan pada periode waktu tertentu. Terdapat beberapa jenis kegiatan dalam usaha deteksi dini KLB.

Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB, antara lain meliputi kegiatan : 1. Deteksi dini kondisi rentan KLB; 2. Deteksi dini KLB; 3. Pelaporan kewaspadaan KLB oleh Jamaah; 4. Kesiapsiagaan menghadapi KLB; 5. Tindakan penanggulangan KLB secara cepat dan tepat; 6.

Advokasi dan asistensi penyelenggaraan SKD-KLB; 7. Pengembangan teknologi SKD KLB untuk penanggulangan KLB. B. Tindakan Segera Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan merupakan serangkaian kegiatan Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

109

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

(12)

terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi dini dan diikuti dengan respon penanggulangan KLB

sehingga jumlah penderita dan kematian minimal serta KLB dapat ditanggulangi. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan bagi Jamaah Haji terdiri dari : 1. Sistem Kewaspadaan Dini dan respon KLB. 2. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan

imunisasi dan peningkatan daya tahan jamaah haji, pengendalian faktor risiko lingkungan dan perilaku jamaah haji. 3. Penanggulangan KLB. C. Langkah-langkah Antisipasi 1. Meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih; cuci tangan dengan air bersih dan sabun; penggunaan jamban sehat, pemberantasan jentik di lingkungan sekitar; konsumsi buah dan sayur setiap hari; beraktivitas fisik setiap hari; membuang sampah pada tempatnya; tidak meludah sembarangan; serta penggunaan alat pelindung diri (misalnya memakai masker dan paying bila melakukan kegiatan diluar, dll). 2. Berkoordinasi dengan sektor setempat agar sektor ikut berperan juga menyampaikan pesan-pesan kesehatan ke para jamaah. 3. Meningkatkan kewaspadaan dini

peningkatan penyakit dengan surveilans melalui sarana yang tersedia bila ada indikasi KLB segera lapor ke sector. 4. Meningkatkan pengawasan faktor risiko Iingkungan 5. Memantau logistik air disetiap pondokan. 6. Menyiapkan obat dan alat kesehatan yang memadai di kloter.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

110

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

7. Berkoordinasi dengan sektor dan petugas lainnya untuk melakukan langkah-langkah antisipasi sesuai dengan situasi dan kebutuhan setempat.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

111

Materi Inti 3 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

REFERENSI Kemenkes RI, 2014. Bahan Bacaan Peserta Pelatihan Tim Kesehatan Haji.

Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Teman-teman penulis yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, bantuan, pendapat, waktu dan saran yang berguna dalam penyelesaian skripsi

Tindak tutur asertif melaporkan digunakan penutur untuk menyampaikan laporan kepada mitra tutur. Laporan atau berita yang disampaikan karena penutur menginginkan mitra

Penulisan laporan akhir ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Administrasi Bisnis Program Studi

Oleh karena itu degradasi minyak bumi yang lengkap dapat dicapai dengan memanfaatkan bakteri- bakteri yang diisolasi secara bertahap, sehingga kerja bakteri dari

Karena selain lebih cepat kering, kadar air bisa mencapai titik 0 (nol), sehingga kualitas eceng gondok jika digunakan untuk kerajinan pun akan lebih baik, dan berkualitas

Yang Berdampak Sistemik.. assistance ) apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 16 a) Pemegang saham telah menyetorkan modal minimal 20% dari perkiraan biaya

Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengetahuan tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis

Pada era reformasi yang ditandai dengan kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi dari berbagai sumber melahirkan tantangan yang lebih berat lagi dalam