768
HIDROGEOLOGI PANTAI GLAGAH-PANTAI CONGOT, KECAMATAN TEMON,
KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA
Wahyu Wilopo*, Farma Dyva Ferardi
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding author : wwilopo@gmail.com
ABSTRAK
The new airport development plan in Kulon Progo district requires detailed information about carrying capacity of the environment. One of important parameters of carrying capacity is hydrogeology condition. Therefore, it is important to conduct hydrogeology study in this location. The aim of this research is to know groundwater quantity as well as quality. The method uses in this research comprise geological mapping, hydrogeological mapping, groundwater sample analysis and geophysical analysis. It shows that groundwater flow relatively to the south with groundwater depth is 0.2-5.7 m from local datum. Groundwater quality is still good with electric conductivity (EC) value 150-1190 µs/cm, total dissolved solidified (TDS) value 80-540 mg/l and pH 6.5-7.5. Based on the groundwater chemical composition can be divided into 4 types, that is (a) Na++K+ - HCO3, (b) Ca2+ - Na++K+ - HCO3 (c) Na++K+ - HCO3- - Cl- (d) Na++K+ - Mg2+ - SO42- - HCO3-. According to dimension and characteristic of aquifer the volume of groundwater is 2,895,903 m3. Generally, this location has a good groundwater quality and have not been exposed to groundwater pollution.
I.
PENDAHULUAN
Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kulonprogo tahun 2012-2032 menetapkan pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan hasil studi kelayakan, lokasi rencana pembangunan bandara baru terletak di Desa Glagah, Desa Palihan dan sekitarnya, Pantai Glagah-Pantai Congot, Kecamatan Temon.
Bandara baru ini diperkirakan mampu menampung penumpang hingga 300 juta penumpang/tahun dengan kebutuhan air diperkirakan sekitar 300.000 m3/tahun (Sustaining Partnership, 2011). Namun demikian belum ada penelitian hidrogeologi yang komprehensif untuk membahas potensi airtanah dan sifat geokimia airtanah di daerah ini. Oleh karena itu penelitian mengenai kondisi hidrogeologi daerah ini meliputi aspek kuantitas dan kualitas airtanahnya sangat diperlukan.
II.
METODE PENELITIAN
2.1. Data Penelitian
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini, meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data geologi (morfologi dan penyebaran litologi) dan data hidrogeologi (pola aliran airtanah dan sistem akuifer). Sedangkan data sekunder meliputi data geologi regional, data geolistrik, data pumping test, data iklim dan curah hujan.
2.2. Cara Penelitian
Penelitian dilakukan dengan 4 metode tahapan, dimulai dari tahap persiapan meliputi perumusan masalah, studi literatur dan pengumpulan daa sekunder. Tahap kedua yaitu tahap kerja lapangan berupa pengumpulan data lapangan dari aspek geologi (pemetaan geomorfologi dan litologi permukaan) dan hidrogeologi (pengukuran elevasi muka airtanah dan uji sifat fisik, TDS, DHL dan pH airtanah dari 30 sumur gali dan pengambilan sampel airtanah sebanyak 13 buah). Tahap ketiga yaitu tahap analisis data berupa analisis peta geologi, geomorfologi dan peta kedalaman airtanah dan peta kontur muka airtanah, analisis sifat geokimia airtanah,
769 analisis kuantitas melalui data geolistrik dan pumping test serta analisis kualitas melalui sifat fisik dan kimia airtanah. Tahap terakhir yaitu tahap penyelesaian berupa kesimpulan dari hidrogeologi daerah penelitian.
III.
PENGUTARAAN DATA
3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian Pembagian geomorfologi daerah penelitian berdasarkan aspek morfografi dan morfogenesa (Van Zuidam & Cancelado, 1978) yang terdiri dari 3 satuan geomorfologi, yaitu satuan dataran alluvial, satuan dataran fluvial dan satuan dataran pesisir.
3.2. Geologi Daerah Penelitian
Peta Geologi daerah penelitian terbagi menjadi dua, yakni ; Endapan pasir sedang yang berada di bagian utara daerah penelitian dan endapan pasir halus yang berada di bagian selatan daerah penelitian atau berada di daerah pesisir. 3.3. Hidrogeologi Daerah Penelitian
Kedalaman muka airtanah yang digunakan adalah kedalaman muka airtanah dangkal yang diukur dari datum lokal. Pengukuran dilakukan secara acak terhadap sumur gali daerah penelitian. Dari hasil pengukuran tersebut maka dapat dibuat interpolasi kedalaman muka airtanah pada daerah penelitian. Berdasarkan titik-titik pengukuran tersebut daerah penelitian memiliki kedalaman airtanah berkisar antara 0,2 – 5,7 meter. Kemudian, berdasarkan data kedalaman muka airtanah dangkal tersebut dapat dibuat peta kontur muka air bawah tanah, yaitu peta elevasi muka air bawah tanah dari permukaan laut. Peta kontur muka airtanah di daerah penelelitian menunjukkan bahwa arah aliran airtanah daerah penelitian relatif dari utara menuju ke selatan (Gambar 1)
IV.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Potensi AirtanahMenurut Todd (1980), potensi airtanah terdiri dari kuantitas dan kualitas airtanah. Perhitungan kuantitas airtanah mendasarkan pada distribusi akuifer baik secara vertikal maupun horisontal dan nilai storativitas. Kualitas airtanah diketahui melalui analisis sifat fisik dan kimia airtanah.
4.1.1. Kuantitas Airtanah
Daerah penelitian secara umum dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zona bagian utara, zona bagian tengah dan zona bagian selatan (Gambar 2). Zona bagian selatan daerah penelitian memiliki luas 1.498.689,8 m2. Zona bagian tengah daerah penelitian memiliki luas 2.830.868,87 m2 dan zona bagian utara memiliki luas 6.297.608,64 m2.
Korelasi data geolistrik (Gambar 3) memperlihatkan daerah penelitian terdiri dari 3 jenis akuifer, yakni akuifer atas berupa pasir kerikilan, akuier tengah berupa pasir dan akuifer bawah berupa pasir lempungan. Akuifer dibagian utara daerah penelitian berupa pasir kerikilan dengan ketebalan 73,4 m. Sedangkan pada bagian tengah daerah penelitian terdiri dari ; akuifer pasir kerikilan dengan ketebalan 32,13 m, akuifer pasir dengan ketebalan 44,46 m dan akuifer pasir lempungan dengan ketebalan 44,67 m. Bagian selatan daerah penelitian terdiri dari ; akuifer pasir kerikilan dengan ketebalan 16,47 m, akuifer pasir dengan ketebalan 12,13 m dan akuifer pasir lempungan dengan ketebalan 46 m.
Berdasarkan data pumping test yang dilakukan oleh Irawan (2005) di daerah penelitian mendapatkan nilai permeabilitas sebesar 1,05 – 4,258 m/hari. Menurut Bouwer (1978) litologi dengan nilai permeabilitas 1-5 m/hari adalah pasir halus, hal ini juga sesuai dengan data geolistrik. Sedangkan menurut Todd (1980), pasir halus memiliki nilai storativitas 0,23, maka dari itu nilai storativitas daearah penelitian dianggap seragam yakni 0,23.
770 Volume cadangan statis airtanah diketahui dengan mengalikan ketebalan akuifer, luas daerah dan storativitas. Sehingga zona bagian utara daerah penelitian memiliki cadangan statis sebesar 106.316.229 m3, zona bagian tengah sebesar 78.952.367 m3 dan zona bagian selatan sebesar 25.714.520 m3. Sehingga cadangan statis airtanah daerah penelitian sebesar 210.983.115 m3
Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kulon Progo (2012) jumlah imbuhan airtanah di daerah penelitian sebesar 0,2725 m/tahun. Sehingga jumlah imbuhan airtanah dilokasi penelitian dapat dihitung dengan mengalikan luas daerah dan jumlah imbuhan pertahunnya. Bagian utara daerah penelitian memiliki imbuhan airtanah sebesar 1.716.098 m3/tahun, bagian tengah sebesar 771.411 m3/tahun dan bagian selatan sebesar 408.392 m3/tahun. Sehingga volume imbuhan airtanah di daerah penelitian 2.895.903 m3/tahun.
Dengan perkiraan keperluan airtanah untuk kebutuhan bandara baru di Kulon Progo sebesar 300.000 m3/tahun, maka jumlah ini kurang dari 1% imbuhan airtanah daerah penelitian. Maka dari itu, airtanah di daerah penelitian sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih bandara.
4.1.2. Kualitas Airtanah
Kualitas airtanah ditentukan oleh nilai garam terlarut (TDS), daya hantar listrik(DHL) dan keasaman(pH). Ketiga variabel tersebut diketahui melalui pengukuran sumur gali penduduk di daerah penelitian. Pengukuran ketiga variabel tersebut dilakukan dengan menggunakan water test kit.
TDS atau total dissolved solid adalah konsentrasi kadar garam dan total larutan benda padat yang terdapat pada airtanah. Dari hasil pengukuran, diketahui daerah penelitian memiliki harga TDS berkisar dari 70 mg/l – 540
mg/l. Menurut Fetter (2001) harga tersebut termasuk ke dalam kelas airtawar.
DHL atau electric conductance merupakan sifat menghantarkan listrik dari air. DHL yang tinggi berarti airtanah tersebut memiliki kadar garam yang tinggi pula. Dari hasil pengukuran, diketahui daerah penelitian memliki nilai DHL berkisar dari 170 µs/cm -1190 µs/cm. Menurut PAHIAA (1986) dalam Hatori (2008) harga tersebut termasuk ke dalam kelas airtawar. Hasil pengukuran pH menunjukkan daerah penelitian memiliki nilai berkisar dari 6,5-7,5 yang tergolong netral. Dari hasil pengukuran nilai TDS, DHL dan pH, semuanya menunjukkan bahwa airtanah di daerah penelitian termasuk kelas airtawar sehingga airtanah daerah penelitian memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan untuk menunjang kebutuhan air bersih bandara. 4.2. Geokimia Airtanah
Penentuan tipe airtanah daerah penelitian ditentukan berdasarkan analisis ion penyusun utama airtanah. Ion utama tersebut meliputi kation ; Na, K, Ca, Mg dan anion ; Cl, NO3, SO4. Pengambilan sampel airtanah untuk uji kualitas airtanah berada pada 13 lokasi yang berbeda dan menyebar secara acak di daerah penelitian. Pada penelitian kali ini penentuan tipe geokimia airtanah menggunakan metode kurlov dan Diagram Trilinier Piper.
4.2.1. Metode Kurlov
Analisis data dengan Klasifikasi Kurlov ini menandakan terdapat kandungan kation atau anion dominan yang lebih dari 25%. Berdasarkan Klasifikasi Kurlov yang airtanah daerah penelitian dapat dibagi menjadi 8 tipe, yaitu ;
Tipe Alkali Bikarbonat (Na++K+-HCO3-) Tipe Alkali Kalsium Bikarbonat (Na++K+-Ca2+-HCO3-)
771 Tipe Alkali-Kalsium-Magnesium-Bikarbonat (Na++K+-Ca2+- Mg2+- HCO3-)
Tipe Alkali Bikarbonat Klorida (Na++K+-HCO3--Cl-)
Tipe Alkali Magnesium Nitrat Sulfat Bikarbonat (Na++K+-Mg2+-NO3--SO42- HCO3-)
Tipe Kalsium Alkali Bikarbonat (Ca2+-Na++K+-HCO3
Tipe Kalsium Magnesium Alkali Bikarbonat (Ca2+-Mg2+-Na++K+-HCO3-)
Tipe Magnesium Alkali Bikarbonat (Mg2+-Na++K+-HCO3-)
4.2.2. Diagram Triliner Piper
Berdasarkan hasil pengeplotan ion utama pada Diagram Triliner Piper, pada lokasi penelitian terdapat 4 tipe airtanah (Gambar 4), yakni ;
Tipe Alkali Bikarbonat (Na++K+-HCO3-), Tipe Kalsium Alkali Bikarbonat (Ca2+ -Na++K+-HCO3
-)
Tipe Alkali Bikarbonat Klorida (Na++K+ -HCO3
--Cl-),
Tipe Alkali Magnesium Sulfat Bikarbonat (Na++K+ -Mg2+-SO4
2-- HCO3 -
),
Pembagian tipe kimia airtanah dengan Diagram Trilinier Piper memperlihatkan kecendrungan tipe airtanah pada bagian utara didominasi oleh airtanah dengan tipe kalsium hal ini disebabkan litologi pada bagian ini berupa batugamping yang terlihat pada titik
pengukuran geolistrik GL 4. Batugamping Formasi sentolo yang berada pada bagian utara ini berinteraksi dengan airtanah yang mengalir dari utara menuju selatan sehingga airtanah di bagian utara mengalami pengkayaan ion kalsium yang berasal dari batugamping. Adapun pada bagian tengah didominasi oleh ion alkali yang disebabkan litologi yang berinteraksi dengan airtanah berupa endapan pasir. Endapan pasir ini menyebabkan terjadinya pengkayaan unsur Natrium dan kalium (Mazor, 2004). Keberadaan ion klorida yang cukup besar berada pada bagian selatan. Hal ini dipengaruhi oleh air laut yang memiliki kandungan ion klorida tinggi. Namun, pada bagian selatan ini kandungan klorida masih dalam ambang batas normal yakni 156 mg/l sehingga dapat disimpulkan belum terjadi intrusi air laut. Sehingga perlu dilakukan pengawasan pengeboran airtanah pada bagian selatan untuk mengurangi potensi terjadinya intrusi air laut.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kuantitas dan kualitas airtanah di daerah penelitian sangat layak untuk mendukung adanya bandara baru dilokasi penelitian. Hasil detail dari aspek kualitas dan kuantitas dirangkum dalam Tabel 1.
DAFTAR PUSTAKA
Bouwer, H., 1978, Groundwater Hidrology, New York ; Mc GrawHill Company
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kulon Progo, 2012, PENYELIDIKAN POTENSI AIR BAWAH TANAH DI KECAMATAN WATES DAN KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO, Kulon Progo ; tidak dipublikasikan.
772
Hatori, C. A., 2008, Studi Kerentanan Intrusi Air Laut Di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jurusan Teknik Geologi FT UGM, Yogyakarta
Irawan, R.D.A.B., 2005, Hasil Aman Penurapan Airtanah pada Akuifer Pesisir di Kecamata n Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta ;
Mazor, E., 2004, Chemical and Isotopic Groundwater Hydrology, Marcel Dekker, Inc., New York. Peraturan Daerah Kulon Progo Nomor 1, Tahun 2012, Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 – 2032.
Sustaining Partnership, 2011, Potret Bandara di Indonesia, Jakarta ; Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Todd, D. K., 1980, Groundwater Hydrology, 2nd Edition, John Willey & Sons Inc., New York.
Van Zuidam R.A. & Zuidam Cancelado, 1978, Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photographs, A Geomorphological Approach, The Nederlands ; International for Aerial Survey and
773
TABEL
Tabel 1. Potensi airtanah di daerah peneltian
LOKASI PADA DAERAH PENELITIAN WILAYAH VOLUME AIRTANAH KUALITAS AIRTANAH
TIPE KIMIA AIRTANAH CADANGAN
STATIS
IMBUHAN
AIRTANAH KURLOV PIPER
BAGIAN UTARA Luas Daerah = 6,29 km2 Desa Kebonrejo, Janten, Palihan, Jogoboyo, Watukoro, Dadirejo dan sebagian Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran 106.316.229 m3 1.716.098 m3/tahun
Baik, belum terjadi pencemaran airtanah
dan intrusi air laut
(Na++K+-HCO3-), (Na++K+-Ca2+-HCO3-),
(Na++K+-Ca2+- Mg2+- HCO3-), (Ca2+-Na++K+ -HCO3-), (Ca2+-Mg2+
-Na++K+-HCO3-)
Na++K+-HCO3-), (Ca2+-Na++K+-HCO 3 -) BAGIAN TENGAH Luas Daerah = 2,83 km2
Bagian utara pada Desa Glagah, Palihan,
Sindutan, Jangkaran,
78.952.367 m3 771.411 m3/tahun
Baik, belum terjadi pencemaran airtanah
dan intrusi air laut
(Mg2+-Na++K+-HCO3-), (Na++K+-Ca2+-HCO3-)
(Na++K+-HCO3-), (Ca2+-Na++K+-HCO3
-)
BAGIAN SELATAN Luas Daerah =
1.50 km2
Bagian selatan Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran
25.715.520 m3 408.392 m3/tahun
Baik, belum terjadi pencemaran airtanah
dan intrusi air laut
(Na++K+-HCO3--Cl), (Na++K+-Mg2+-NO 3- -SO42- HCO3-) (Na++K+-HCO3--Cl), (Na++K+-Mg2+-SO 4 2-- HCO3- )
774
GAMBAR
775
776
777