• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja SesDitjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Kinerja SesDitjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Laporan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja ini disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan.

Laporan ini berisi pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan di dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan serta menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja kegiatan organisasi, penjelasan yang memadai mengenai pencapaian kinerja dan perbandingan capaian indikator kinerja dengan target kinerja lima tahunan yang direncanakan.

Laporan kinerja berperan sebagai alat penilaian kinerja dan sebagai wujud transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi dalam rangka menuju tercapainya tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance). Selain itu laporan kinerja merupakan salah satu alat kendali sekaligus alat untuk memacu peningkatan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

(3)
(4)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerja berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan. Laporan kinerja disusun sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan. Pada dasarnya laporan ini menginformasikan pencapaian kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagai bagian dari pencapaian sasaran strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan pada Rencana Stategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan pengelolaan data dan informasi;

b. Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara;

c. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, tata laksana, dan hubungan masyarakat;

d. Pelaksanaan urusan kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip, dokumentasi dan layanan pengadaan; dan

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

(5)

tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan adalah meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan. Sasaran kegiatan ini direpresentasikan dengan indikator kinerja beserta target dan capaiannya. Adapun indikator pencapaian sasaran tahun 2016 adalah Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen dengan target sebesar 85%, terealisasi sebesar 87,38%, sehingga diperoleh nilai capaian sebesar 102,80%.

Dari indikator pencapaian kinerja tersebut diatas, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah mencapai target yang telah ditetapkan. Keberhasilan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai target indikator kinerja di tahun kedua Renstra 2015-2019 merupakan hasil kerja keras seluruh komponen dan pendayagunaan sumber daya yang optimal.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan didukung oleh anggaran yang dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2016 dengan alokasi sebesar Rp104.960.683.000,00. Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2016, anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami beberapa kali perubahan, baik perubahan akibat perpindahan anggaran antar Satuan Kerja maupun akibat efisiensi/penghematan. Untuk kepetingan organisasi dengan mempertimbangkan efektifitas kegiatan, anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami perpindahan anggaran untuk kegiatan pelaksanaan pameran Hari Kesehatan Nasional ke-52 menjadi anggaran Satuan Kerja Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga sejumlah Rp1.826.484.000,00. Kemudian dalam pelaksanaan anggaran tahun 2016, anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami 2 (dua) kali efisiensi/penghematan. Efisiensi/penghematan yang pertama melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2016 sebesar Rp6.792.844.000,00 yang kemudian ditindaklanjuti melalui Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI selaku mitra kerja Kementerian Kesehatan dengan menyetujui pelaksanaan efisiensi/penghematan dan

refocusing kegiatan sehingga alokasi anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi Rp96.341.355.000,00.

(6)

(Self blocking) pada DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sehingga tidak mempengaruhi jumlah anggaran secara umum. Adapun realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar Rp77.508.765.266,00 (Tujuh puluh tujuh miliar lima ratus delapan juta tujuh ratus enam puluh lima ribu dua ratus enam puluh enam rupiah). Bila dibandingkan dengan alokasi anggaran termasuk self blocking yaitu sebesar Rp96.341.355.000,00 (Sembilan puluh enam miliar tiga ratus empat puluh satu juta tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah), maka persentase realisasi sebesar 80,45%. Sementara, bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tanpa self blocking yaitu sebesar Rp91.858.815.000,00 (Sembilan puluh satu miliar delapan ratus lima puluh delapan juta delapan ratus lima belas ribu rupiah), maka persentase realisasi sebesar 84,38%.

Dalam pelaksanaannya, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memiliki upaya dan prestasi yang telah dicapai pada tahun 2016 antara lain: 1. Website resmi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh

predikat sebagai Pemenang I (Pertama) dalam kompetisi e-ASPIRASI (Anugerah Situs Sehat Inspirasi Sehat) dilingkungan Kementerian Kesehatan Tahun 2016. Penyelenggaran kompetisi ini dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-52. Prestasi ini menunjukkan komitmen dan konsistensi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk menjamin keterbukaan informasi dan pelayanan publik yang lebih baik.

(7)

2. Ombudsman Republik Indonesia memberikan Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap standar pelayanan publik sesuai Undang-undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik kepada Kementerian Kesehatan RI. Kontribusi tersebut didapatkan dari Unit Pelayanan Terpadu dalam hal 12 produk layanan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, termasuk pelayanan STRA yang dikelola oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

IKHTISAR EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B.MAKSUD DAN TUJUAN ... 1

C. ASPEK STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN ... 2

D.STRUKTUR ORGANISASI... 2

E.SISTEMATIKA ... 3

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 5

A.RENCANA STRATEGIS ... 5

B.PERJANJIAN KINERJA ... 6

BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA ... 7

A.CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ... 7

1. PENGUKURAN KINERJA ... 7

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA ... 8

3. KINERJA LAINNYA ... 18

B.REALISASI ANGGARAN ... 32

C. SUMBER DAYA MANUSIA ... 33

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sasaran Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan ... 5 Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019 ... 6 Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan ... 6 Tabel 4. Perjanjian Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Tahun 2016 ... 6 Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ... 7 Tabel 6. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas ... 8 Tabel 7. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kepuasan Klien

Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2016 ... 9 Tabel 8. Pengukuran Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen

Tahun 2016 ... 11 Tabel 9. Daftar Rancangan Produk Hukum yang Disusun pada Tahun 2016 ... 28 Tabel 10. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan ... 34 Tabel 11. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Golongan ... 34 Tabel 12. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Pendidikan ... 35 Tabel 13. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ... 8 Grafik 2. Pemantauan Anggaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 dalam Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu (SMART) Kementerian Keuangan... 8 Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap

Dukungan Manajemen Tahun 2016 ... 9 Grafik 4. Rekapitulasi Jumlah Apotek dan Toko Obat per Provinsi ... 25 Grafik 5. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Besar Farmasi dan Penyalur Alat

Kesehatan per Provinsi ... 25 Grafik 6. Rekapitulasi Jumlah Industri Farmasi dan Industri Kosmetika per Provinsi ... 26 Grafik 7. Rekapitulasi Jumlah Produksi Alat Kesehatan dan Produksi PKRT per

Provinsi ... 26 Grafik 8. Rekapitulasi Jumlah Produksi Alat Kesehatan dan Produksi PKRT per

Provinsi ... 27 Grafik 9. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Sekretariat Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan .... 34 Grafik 10. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Sekretariat Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Golongan .. 34 Grafik 11. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Sekretariat Direktorat

Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Pendidikan ... 35 Grafik 12. Komposisi Sumber Daya Manusia di Lingkungan Sekretariat Direktorat

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ... v Gambar 2. Piagam Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap Standar Pelayanan Publik .... vi Gambar 3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat

Kesehatan ... 3 Gambar 4. Sambutan Irjen, Bpk. Drs. Purwadi, Apt., MM., ME. Bersama Sesditjen

Farmalkes, Ibu Dr. Dra. Agusdini Banun S., Apt., MARS dalam Pertemuan Konsolidasi Pusat dan Daerah dalam rangka Penyusunan Laporan Keuangan SAI (SAIBA dan SIMAK BMN) Ditjen Farmalkes ... 12 Gambar 5. Suasana Kegiatan Reviu Anggaran Dekonsentrasi Program Kefarmasian

dan Alat Kesehatan ... 19 Gambar 6. Dirjen Farmalkes Didampingi Para Pejabat Eselon II dan Kadinkes Prov.

Sumatera Selatan Membuka Secara Resmi Pertemuan Rakonas Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahap I ... 20 Gambar 7. Dirjen Farmalkes Didampingi Walikota Balikpapan, Kadinkes Prov.

Kalimantan Timur dan Direktur Pengawasan Alkes dan PKRT Membuka Secara Resmi Pertemuan Rakonas Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahap II ... 20 Gambar 8. Paparan Materi Mengenai Kebijakan Pengelolaan Data Kefarmasian dan

Alat Kesehatan oleh Dirjen Farmalkes pada Acara Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 ... 24 Gambar 9. Aplikasi Pemetaan Sarana Kefarmasian (www.apif.binfar.kemkes.go.id) .... 24 Gambar 10. Ka. Badan PPSDMK, drg. Usman Sumantri, M.Sc. Memberikan Paparan

dengan Moderator Sesditjen Farmalkes dalam Pertemuan Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016... 27 Gambar 11. Sesditjen Farmalkes Memberikan Arahan Terkait Sistem Akuntansi

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis. Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan, dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja, serta pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja lima tahunan yang direncanakan.

Laporan kinerja ini juga sebagai salah satu wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), transparansi dan akuntabilitas sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

(15)

2015-2019 dan dokumen perjanjian kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2016.

C. ASPEK STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan pengelolaan data dan informasi;

b. Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara;

c. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, tata laksana, dan hubungan masyarakat;

d. Pelaksanaan urusan kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip, dokumentasi dan layanan pengadaan; dan

e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

D. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri atas:

a. Bagian Program dan Informasi, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan pengelolaan data dan informasi, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan tata laksana, dan hubungan masyarakat.

(16)

d. Bagian Kepegawaian dan Umum, mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa, kerumahtanggaan, kearsipan, dan dokumentasi

Gambar 3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

E. SISTEMATIKA

Sistematika laporan kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagai berikut:

Ikhtisar Eksekutif

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi.

Bab II Perencanaan Kinerja

(17)

Bab III Akuntabilitas Kinerja

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja.

B. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

(18)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS

Arah kebijakan dan strategi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong-royong”.

Pada tahun 2015-2019, Kementerian Kesehatan memiliki 2 tujuan, yaitu: 1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan;

2. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap resiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.

Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana strategis sebagai pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan secara sistematis, terarah dan terpadu.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Tabel 1. Sasaran Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Sasaran Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan

(19)

Tabel 2. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2015-2019

Indikator Kinerja Target

2015 2016 2017 2018 2019

Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen

80% 85% 87% 89% 95%

Cara perhitungan indikator kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Cara Perhitungan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Indikator Kinerja Cara Perhitungan

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.

Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyusun perjanjian kinerja mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Target ini menjadi komitmen bagi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2016.

Perjanjian Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perjanjian Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Sasaran Indikator Kinerja Target 2016

(20)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1. PENGUKURAN KINERJA

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel. Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja menggunakan alat ukur berupa indikator sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan kinerja.

Tahun 2016 merupakan tahun kedua dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Melalui pengukuran kinerja diperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Hasil pengukuran kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016 Realisasi 2016 Capaian 2016

(21)

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

Tabel 6. Pemantauan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 dalam Aplikasi e-Monev Bappenas

Grafik 2. Pemantauan Anggaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 dalam Sistem

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu (SMART) Kementerian Keuangan

2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Sasaran kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada

85

87,03

83,5 84 84,5 85 85,5 86 86,5 87 87,5

Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen

Target

(22)

pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan. Analisis capaian kinerja dari indikator kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan alat kesehatan sebagai berikut:

Kondisi yang dicapai:

Realisasi indikator persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen tahun 2016 sebesar 87,03%, melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 yaitu sebesar 85% dengan capaian sebesar 102,39%. Bila dibandingkan dengan realisasi indikator tahun 2015, realisasi indikator tahun 2016 meningkat sebesar 1,32%. Peningkatan realisasi indikator di tahun kedua Renstra menunjukkan hal yang positif dan diharapkan dapat mencapai target indikator akhir tahun Renstra 2015-2019 yakni sebesar 95%.

Tabel 7. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2016

Indikator Kinerja Target 2016 Realisasi 2016 Capaian 2016

Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen

85% 87,03% 102,39%

Grafik 3. Target dan Realisasi Indikator Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2016

Memperhatikan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam fungsi pengawasan, akuntabilitas kinerja dan pelaksanaan praktek tata kelola pemerintahan yang baik Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sejak tahun 2013 hingga Tahun 2016 telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Tahun 2017 akan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.

Persentase kepuasan klien terhadap dukungan manajemen menggambarkan kinerja

80 85 87

(23)

Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Yang dimaksud dengan kepuasan klien terhadap dukungan manajemen adalah tersedianya pelayanan kesekretariatan yang sesuai standar dan memenuhi kebutuhan klien, dalam hal ini semua pihak yang menerima layanan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Adapun komponen jenis pelayanan dan cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

% 𝑘𝑒𝑝𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛 = = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑚𝑒𝑛 × 100%

1) Penerbitan STRA melalui Unit Layanan Terpadu (ULT) Kementerian Kesehatan. % 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑆𝑇𝑅𝐴 = 𝑆𝑇𝑅𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 10 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑆𝑇𝑅𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 × 100%

2) Penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker

% 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐾 = 𝑆𝐾 𝑃𝐴𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 20 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑆𝐾 𝑃𝐴𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 × 100%

3) Penyelesaian Layanan Pengadaan

% 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 × 100%

4) Penyelesaian Rancangan Permenkes

% 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑀𝐾 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑀𝐾 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑠𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑀𝐾 × 100%

5) Respon time terhadap keluhan pelanggan

% 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 × 100%

6) Penyelesaian Revisi Anggaran

% 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑣𝑖𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑣𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑟𝑒𝑣𝑖𝑠𝑖 × 100%

7) Tindak Lanjut LHP

% 𝑇𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘 𝐿𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡 𝐿𝐻𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 60 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑙𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐿𝐻𝑃 × 100%

8) PencairanDana % 𝑃𝑒𝑛𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎

= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑖 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎𝑛𝑦𝑎 × 100%

(24)

Tabel 8. Pengukuran Persentase Kepuasan Klien Terhadap Dukungan Manajemen Tahun 2016

No Jenis Pelayanan Tahun 2016

TW I TW II TW III TW IV Persentase

1 Penerbitan STRA 97,25% 100% 100% 100% 99,31%

2 Penyelesaian Penilaian Angka Kredit (PAK) Apoteker dan Asisten Apoteker

Sebagai upaya untuk mencapai indikator kepuasan klien terhadap dukungan manajemen, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut:

1. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Bagian Keuangan

Setditjen Farmalkes terus-menerus melakukan perbaikan (continuous improvement system) terhadap operasional manajemen. Diharapkan dengan perbaikan ini, terjadi peningkatan pelayanan dan peningkatan kinerja organisasi di bidang keuangan. Sehingga pada tahun 2016 dilakukan evaluasi terhadap Standar Prosedur Operasional di Bagian Keuangan, untuk mengevaluasi standar prosedur pencairan dana dan laporan hasil pemeriksaan (LHP), baik dalam tata cara penarikan, maupun pertanggungjawaban keuangan yang sudah berjalan selama ini. Kegiatan ini dilakukan dua kali di Jakarta pada tanggal 3-5 Oktober 2016 dan 17-19 Oktober 2016, dengan peserta seluruh staf bagian Keuangan dan BMN.

2. Koordinasi Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa dalam rangka mendukung terwujudnya good governance

(25)

Barat pada tanggal 13-15 Desember 2016 dengan peserta seluruh Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran dan Staf Pengelola Keuangan di lingkungan Kantor Pusat Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

3. Pembinaan Perbendaharaan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pembinaan Perbendaharaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan serta profesionalitas SDM Pengelola keuangan sehingga menghasilkan proses pengelolaan keuangan yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Melalui pembinaan perbendaharaan ini diharapkan Satker di lingkungan Ditjen Farmalkes baik Satker Pusat maupun Satker Daerah (DK-07) di masing-masing wilayah dapat terus meningkatkan sinergisitas dan harmonisasi, sehingga dapat mempertahankan WTP di tahun-tahun yang akan datang. Kegiatan ini dilakukan satu kali di Bekasi Provinsi Jawa Barat pada tanggal 24-27 Mei 2016 dengan peserta seluruh Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Kepala Seksi/Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Staf Pengelola Keuangan pusat dan daerah di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

4. Konsolidasi Pusat dan Daerah dalam rangka Penyusunan Laporan Keuangan SAI (SAIBA dan SIMAK BMN) Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dalam penyusunan laporan keuangan, diperlukan adanya konsolidasi data laporan keuangan antara pusat dan daerah agar laporan yang dihasilkan menjadi transparan dan akuntabel. Kegiatan yang dilaksanakan dengan metode memberikan penjelasan tentang laporan keuangan meliputi pelaporan pelaksanaan anggaran yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) kepada seluruh peserta satker 07 dalam rangka penyusunan laporan keuangan dalam menyusun Akuntabilitas Kinerja Unit Akuntansi Instansi (UAI).

(26)

Pelaksanaan Konsolidasi dengan metode reviu oleh Tim Inspektorat Jenderal dan Tim Biro Keuangan dan BMN. Kegiatan ini dilakukan di dua kali di Bekasi Provinsi Jawa Barat pada tanggal 21-24 Januari 2016 dan 18-21 Juli 2016 dengan peserta seluruh Petugas SAIBA dan Petugas SIMAK-BMN baik pusat dan daerah di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

5. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Anggaran

Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Keuangan Negara dan Keputusan Presiden, Peraturan Menteri Keuangan, dan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, maka perlu dibuat Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran yang mengatur pelaksanaan anggaran khususnya di lingkungan Ditjen Farmalkes. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran dibuat agar dijadikan acuan/pedoman dalam pelaksanaan anggaran dengan memberikan informasi yang update tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran. Hasil dari penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran akan disosialisasikan dengan mengundang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Bendahara, Staf yang terkait pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran di lingkungan Ditjen Farmalkes. Sosialisasi tersebut bertujuan untuk memberikan pembekalan dan keseragaman pemahaman agar pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penyusunan Draft Tahun 2016 dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12-14 Februari 2016, Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2016 dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 7-9 April 2016 dan untuk petunjuk pelaksanaan anggaran tahun 2017 telah tersusun draft untuk di kemudian disempurnakan pada tahun 2017 sebagai bahan yang akan disempurnakan tahun anggaran 2017.

(27)

laporan ini menjadi bahan utama yang digunakan dalam pemeriksaan baik audit internal maupun audit eksternal.

7. Penyusunan Laporan Verifikasi Pertanggungjawaban Keuangan di Lingkungan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Laporan verifikasi pertanggungjawaban Keuangan disusun untuk menyajikan Laporan Pertanggungjawaban Direktorat Kefarmasian dan Alat Kesehatan berupa pertanggungjawaban Keuangan dalam penyusunan Akuntabilitas Kinerja Unit Akuntansi Instansi (UAI) sehingga laporan pertanggungjawaban keuangan dapat tersaji dengan cepat, transparansi, akurat, lengkap dan tepat waktu. Kegiatan ini dilakukan empat kali di Jakarta pada tanggal 1-3 Juni 2016 dan 22-24 Agustus 2016 dan di Bogor Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14-16 Maret 2016 dan 22-24 September 2016 dengan peserta seluruh staf bagian Keuangan dan BMN.

8. Pertemuan RPK, RPD, dan RUP Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun Anggaran 2016

Keharmonisan dan sinkronisasi antara pelaksanaan kegiatan dan pengaturan penarikan dana mutlak dibutuhkan demi kelancaran pelaksanaan kegiatan di Lingkungan Ditjen Farmalkes. Melalui penyusunan RPK, RPD dan RUP diharapkan menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan dan memudahkan merealisasikan kegiatan, sehingga penyerapan anggaran akan lebih tepat waktu dan tepat sasaran. Kegiatan RPK dan RPD dilakukan dua kali di Jakarta pada tanggal 14-16 Januari 2016 dan 25-27 Januari 2016 dengan peserta pejabat struktural di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Kegiatan RUP di laksanakan di Jakarta pada tanggal 18-20 Januari 2016 dan 1-3 Agustus 2016 dengan peserta Kasubag TU dan petugas pengadaan di lingkungan Kantor Pusat Ditjen Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

9. Updating Perencanaan Kas

(28)

terhambatnya suatu kegiatan akibat dari tersedianya dana. Updating data perencanaan kas bertujuan untuk memperkirakan aliran kas Satuan Kerja Sekretariat Ditjen Farmalkes dengan melakukan penyesuaian jumlah ketersediaan dana yang disebabkan pergeseran waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan dilakukan empat kali di Jakarta pada tanggal 7-9 Maret 2016, 22-24 Juli 2016, 8-10 September 2016 dan 20-22 Oktober 2016 dengan peserta staf pengelola kegiatan di Sekretariat Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

10. Penataan Berkas dan Tata Kearsipan Dinamis di Lingkungan Setditjen Farmalkes Penataan kearsipan menjadi salah satu kunci dalam manajemen perkantoran yang baik. Arsip yang dikelola dengan baik, dapat disimpan dengan efisien, disimpan sesuai tata urutan dan subyeknya, dan dapat dicari dengan mudah dan cepat bila dibutuhkan. Kegiatan Penataan Berkas dan Tata Kearsipan Dinamis di Lingkungan Setditjen Farmalkes tahun 2016 meliputi pengklasifikasian, pemberkasan dan penyimpanan berkas dan arsip, dan dapat meningkatkan kemampuan pegawai dalam penataan berkas dan arsip di lingkungan Setditjen Farmalkes sehingga arsip dapat disimpan secara efisien dan mudah ditemukan kembali apabila dibutuhkan.

11. Pembahasan dan Penilaian DUPAK Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker dan Evaluasi Hasil Penilaian dan Pembahasan DUPAK Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker serta Bimbingan Teknis Jabatan Fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker

(29)

Penilaian yang dilakukan oleh tim Penilai Apoteker Utama dan Tim Penilai Apoteker Pertama sampai dengan Apoteker Madya dan Asisten Apoteker, dengan melakukan penelaahan teknis dan penilaian angka kredit secara berkala dan pada bulan November telah dilakukan evaluasi Hasil Penilaian dan Pembahasan Dokumen Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) tahun 2016 dengan output jumlah PAK yang diselesaikan tepat waktu dan diluar tepat waktu, dan menginventaris DUPAK yang belum terselesaikan.

Selain upaya diatas, untuk menyelesaikan pelayanan penilaian angka kredit sesuai janji layanan akan didukung juga dengan aplikasi sistem PAK yang akan dibangun pada awal tahun 2017. Bimbingan teknis Jabatan Apoteker dan Asisten Apoteker di 39 Kabupaten/Kota merupakan kegiatan pembinaan langsung kepada pemangku khususnya dalam penjabaran butir-butir kegiatan dan penyusunan dokumen usulan PAK. Output yang diharapkan adalah kesamaan pemahaman butir kegiatan dan angka kreditnya, serta teknis penyusunan DUPAK bagi pemangku, tim penilai daerah dan pusat.

12. Penyusunan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Bagi PNS

Kegiatan ini meliputi pengumpulan data kepegawaian dari semua satker di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai dengan tanggal termutakhir, kemudian daftar tersebut diurutkan mengikuti kaidah-kaidah urutan kepangkatan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan 6 Satker Ditjen Kefarmasian dan Alkes menghasilkan informasi tentang pangkat, jabatan, umur, status, latar belakang pendidikan, keahlian yang dimiliki, pendidikan perjenjangan yang telah diikuti dan informasi lain mengenai seluruh pegawai negeri sipil. Sehingga dapat dipergunakan oleh pimpinan dalam pembuatan kebijakan dan keputusan lebih lanjut terkait dengan pembinaan karir pegawai.

13. Penerbitan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

(30)

14. Inventarisasi, Labeling BMN dan Stock Opname Persediaan

Setiap BMN yang dimiliki Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan harus di identifikasi mengenai jenis, warna, tahun pembelian, sumber anggaran, dll. Setelah teridentifikasi maka selanjutnya seluruh BMN tersebut harus diinventarisasi secara berkala.

Pemberian label kode pada setiap BMN menjadi cukup penting mengingat dalam kode yang terdapat pada label dapat diketahui identitas dari BMN tersebut. Inventarisasi yang dilakukan secara rutin kemudian dapat dihitung sebagai persediaan.

15. Penyusunan Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Pelaporan kinerja menjadi bagian yang penting dalam sistem manajemen organisasi kepemerintahan yang baik. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mendorong dan mengatur tata kelola seluruh unit kerja yang ada sehingga secara koordinatif dan sinergis bergerak menuju pencapaian visi dan misi organisasi. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya, pelaksanaan kebijakan, dan program dengan menyusun laporan akuntabilitas melalui proses penyusunan rencana strategis, rencana kinerja, dan pengukuran kinerja. Laporan Kinerja disusun dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pernerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, untuk mengetahui kemampuannya dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Kegiatan penyusunan Laporan Kinerja dimulai dengan penyusunan Laporan Kinerja Setditjen Farmalkes dilaksanakan pada 25-27 Januari 2016, dilanjutkan dengan Penyusunan Laporan Kinerja Ditjen Farmalkes yang dilaksanakan pada 4-6 Februari 2016. Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang penting dalam meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdaya guna bagi masyarakat dan sebagai bukti pencapaian tujuan organisasi.

(31)

mencatumkan indikator kinerja dan target kinerja. Perjanjian Kinerja adalah lembar atau dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program atau kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Untuk tahun 2016 Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kinerja pada tanggal 26 Januari 2016. Penandatanganan dilaksanakan serentak oleh seluruh Eselon II. Selain itu, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kinerja terhadap Satuan Kerja Dekonsentrasi (07) Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang telah ditandatangani oleh seluruh Dinas Kesehatan Provinsi.

Perjanjian kinerja merupakan wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan itegriitas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur serta menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja.

3. KINERJA LAINNYA

Selain pencapaian sasaran strategis kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyusunan Program dan Rencana Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Dekonsentrasi

Penyusunan Program dan Rencana Kerja Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk juga kegiatan Dekonsentrasi berkenaan dengan proses penyiapan penganggaran yang mengatur 3 materi pokok, yaitu: pendekatan penyusunan anggaran, klasifikasi anggaran dan proses penganggaran. Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran terdiri dari pendekatan penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja (PBK) dan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM). Sedangkan klasifikasi anggaran yang digunakan dalam penganggaran meliputi klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja (ekonomi). Kemudian Proses penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan mekanisme penganggarannya dimulai dari Pagu Indikatif sampai dengan penetapan Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik dan benar oleh pemangku kepentingan agar dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

(32)

dituangkan dalam menu-menu Kegiatan Dekonsentrasi yang mempunyai daya ungkit dalam pelaksanaan program kefarmasian dan alat kesehatan didaerah yang dapat diimplementasikan langsung ke masyarakat.

Gambar 5. Suasana Kegiatan Reviu Anggaran Dekonsentrasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kegiatan Penyusunan Program dan Rencana Kerja Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk Dekonsentrasi dilaksanakan pada tanggal 11-13 Februari 2016 untuk menyusun usulan anggaran tahun 2017. Kemudian tanggal 12-14 Juli 2016 melaksanakan penyusunan RKAK/L T.A. 2017 untuk pagu Indikatif, tanggal 10-13 Agustus 2016 pelaksanaan Reviu RKAK/L 2017 bersama dengan Inpektorat Jenderal. Pada tanggal 31 September - 2 Oktober 2016 dilaksanakan Penyusunan RKAK/L TA.2017 untuk pagu Alokasi anggaran dilanjutkan dengan kegiatan Reviu Pagu Alokasi anggaran bersama dengan Inspektorat Jenderal pada tanggal 5-8 Oktober 2016 untuk Kegiatan Dekonsentrasi Program Kefarmasian bersama-sama dengan Satuan Kerja (Satker) Dinas Kesehatan Provinsi dan tanggal 10-13 November 2016 untuk Satuan Kerja (Satker) Pusat.

Melalui Penyusunan Program dan Rencana Kerja Anggaran Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Dekonsentrasi ini diharapkan alokasi anggaran yang diberikan melalui APBN kepada Ditjen Farmalkes dapat digunakan sesuai harapan dan target program Kefarmasian dan Alat kesehatan sesuai Renstra Kemenkes RI.

Kegiatan ini telah dapat menghasilkan 40 dokumen anggaran TA 2016 yang memenuhi kebutuhan pelaksanaan program, dan sesuai dengan ketentuan penyusunan dokumen anggaran yang berlaku.

(33)

19 Februari 2016 dan tahap II dilaksanakan di Balikpapan pada tanggal 21-24 Maret 2016

dengan tema “Akselerasi Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam Mendukung Program Indonesia Sehat” bertujuan untuk mengoptimalkan koordinasi dan sinergisme

antara pusat dan daerah dalam rangka peningkatan Program Kefarmasian dan Alkes Tahun 2016 guna mendukung Program Indonesia Sehat.

Gambar 6. Dirjen Farmalkes Didampingi Para Pejabat Eselon II dan Kadinkes Prov. Sumatera Selatan Membuka Secara Resmi Pertemuan Rakonas Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahap I

Peserta Rakonas Tahap I dihadiri oleh 15 Provinsi dan perwakilan dari Kab/Kota, serta mengundang perwakilan dari DJPK Kemeneterian Keuangan RI, Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan RI, Health Policy Unit, Perwakilan daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan masing-masing perwakilan satker pusat di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Gambar 7. Dirjen Farmalkes Didampingi Walikota Balikpapan, Kadinkes Prov. Kalimantan Timur dan Direktur Pengawasan Alkes dan PKRT Membuka Secara Resmi Pertemuan Rakonas Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahap II

(34)

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Health Policy Unit, Perwakilan daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan masing-masing perwakilan satker pusat di lingkungan Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Pelaksanaan kegiatan Rapat Konsultasi Nasional (Rakonas) Ditjen Farmalkes Tahun 2016 dimaksudkan untuk mensosialisasikan dan menyamakan persepsi program Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam upaya peningkatan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan menuju suksesnya pelaksanaan RPJMN serta tercapainya strategi serta 9 fokus kegiatan di Ditjen Farmalkes. Adapun 9 fokus kegiatan di Ditjen Farmalkes antara lain: a.) Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat; b.) Meningkatkan ketersediaan, dan keterjangkauan obat, terutama obat essensial generik; c.) Meningkatkan penggunaan obat rasional; d.) Meningkatkan keamanan, khasiat dan mutu obat dan makanan yang beredar; e.) Mengembangkan peraturan dalam upaya harmonisasi standar termasuk dalam mengantisipasi pasar bebas; f.) Meningkatkan kualitas sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan kefarmasian; g.) Meningkatkan pelayanan kefarmasian yang bermutu; h.) Meningkatkan pengembangan dan pemanfataan obat tradisional Indonesia; i.) Meningkatkan kemandirian di bidang produksi obat, bahan baku obat, obat tradisional, kosmetika dan alat kesehatan. Peran serta lintas program dan lintas sektor sangat mendukung dalam upaya peningkatan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Dari pelaksanaan Rakonas dalam 2 tahap tersebut, menghasilkan kesimpulan dan tindak lanjut terkait Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Kesimpulan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

a) Pengadaan obat dan alkes berdasarkan e-catalogue perlu diintensifkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat dan alat kesehatan. Sistem e-Monev katalog dikembangkan agar dapat dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengadaan obat berdasarkan e-catalogue baik secara elektronik (e-Purchasing) maupun manual.

(35)

c) Untuk mewujudkan pemanfaatan bahan baku obat, obat tradisional, pangan, kosmetik dan produk alat kesehatan produksi dalam negeri diperlukan pembinaan produksi dan distribusi yang dilakukan secara berjenjang sesuai kewenangan. d) Upaya mewujudkan jaminan keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan serta

perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) membutuhkan pengendalian dan pengawasan secara berjenjang dan komprehensif (pre dan post market). Pengawasan harus dilakukan selaras dengan pembinaan industri alat kesehatan dan PKRT, sehingga mendorong kemandirian nasional di bidang alat kesehatan yang dilakukan bersama antara Pemerintah Pusat dan Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai fungsinya.

e) Pemerintah Pusat dan Daerah berkomitmen untuk mendorong industri sediaan farmasi dan pangan untuk memenuhi standar dan persyaratan sehingga mampu berdaya saing.

f) Pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan mendorong penggunaan sediaan farmasi dan pangan yang aman, bermutu dan berkhasiat serta alkes yang rasional, guna tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan keselamatan pasien. Edukasi masyarakat diperlukan agar masyarakat menjadi proaktif dalam implementasi pelayanan kefarmasian dan menumbuhkan kecintaan produk dalam negeri.

g) Optimalisasi seluruh sumber pendanaan program kesehatan (dekonsentrasi, BOK, DAK, APBD) dalam memperkuat dukungan Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk Program Indonesia Sehat. Hal ini perlu dimanfaatkan secara maksimal, dipantau, dan hasil evaluasi ditindaklanjuti untuk meningkatkan akuntabilitasnya bagi pencapaian tujuan program.

(36)

a) Mendorong Industri Farmasi, distributor dan satuan kerja/satker agar memanfaatkan e-monev katalog obat secara aktif sehingga dapat dilakukan monitoring dan evaluasi pengadaan obat berdasarkan e-catalogue.

b) Meningkatkan kapasitas institusi dalam manajemen pengelolaan obat dan vaksin, terutama perencanaan kebutuhan, pemanfaatan e-catalogue dan e-monev catalogue serta penerapan sistem e-logistic, oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Mendorong segera disiapkan payung hukum pelaksanaan one gate policy pengelolaan obat di Instalasi Farmasi.

c) Melaksanakan pembinaan sarana produksi distribusi kefarmasian dan alat kesehatan sesuai pedoman yang telah ditetapkan, termasuk sosialisasi dan pemanfaatan sistem perizinan dan pelaporan secara online, serta mendorong penggunaan alat kesehatan dan bahan baku obat produksi dalam negeri.

d) Menyelenggarakan tahapan perizinan sarana produksi distribusi kefarmasian dan alat kesehatan PKRT, berdasarkan janji layanan dan prosedur operasional standar yang telah ditetapkan, baik oleh pusat maupun daerah. Dinkes akan lebih proaktif melakukan analisis perizinan sarana produksi, sarana distribusi, dan sarana pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan.

e) Memperkuat edukasi masyarakat melalui pendekatan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat), pendekatan keluarga untuk Program Indonesia Sehat dan implementasi Permenkes No 98 tahun 2015 tentang Pemberian Informasi HET obat.

f) Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan, Pusat dan daerah akan melakukan sosialisasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Fasilitas pelayanan Kefarmasian, peningkatan kapasitas SDM Kefarmasian, serta advokasi dalam penyediaan formasi Tenaga Kefarmasian. g) Daerah Kab/Kota penerima DAK Subbidang Pelayanan Kefarmasian akan

melakukan penajaman kegiatan serta akselerasi penyerapan anggaran yang sudah diterima di kas daerah dan mendukung pembangunan infrastruktur Instalasi Farmasi dengan sebaik-baiknya.

(37)

3. Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dalam perencanaan dan penganggaran dibutuhkan perencanaan berbasis bukti (evidence based planning) Dalam hal ini, data menjadi sangat penting sebagai suatu komponen dalam menyusun kebijakan dan perencanaan. Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan tingkat Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 1-3 Juni 2016 dilakukan sebagai suatu metode dalam pengumpulan data kefarmasian dan alat kesehatan yang akurat dan berbasis bukti (evidence base).

Gambar 8. Paparan Materi Mengenai Kebijakan Pengelolaan Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan oleh Dirjen Farmalkes pada Acara Pemutakhiran Data Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Data individual yang diperoleh menjadi data yang sangat berharga, menjadi sumber referensi dalam penentuan kebijakan baik di pusat maupun di daerah. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan mencocokkan data kefarmasian dan alat kesehatan yang dikumpulkan oleh seluruh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia dengan menggunakan

aplikasi “SIMADA”.

Kegiatan ini menghasilkan data-data kefarmasian dan alat kesehatan yang termutakhir dari 34 provinsi. Data-data tersebut dapat diakses oleh publik melalui website www.apif.binfar.kemkes.go.id.

Gambar 9. Aplikasi Pemetaan Sarana Kefarmasian

(38)

Adapun data-data yang dihasilkan diuraikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Grafik 4. Rekapitulasi Jumlah Apotek dan Toko Obat per Provinsi

(39)

Grafik 6. Rekapitulasi Jumlah Industri Farmasi dan Industri Kosmetika per Provinsi

(40)

Grafik 8. Rekapitulasi Jumlah Produksi Alat Kesehatan dan Produksi PKRT per Provinsi

4. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 10. Ka. Badan PPSDMK, drg. Usman Sumantri, M.Sc. Memberikan Paparan dengan Moderator Sesditjen Farmalkes dalam Pertemuan Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016

(41)

Tabel 9. Daftar Rancangan Produk Hukum yang Disusun pada Tahun 2016

No Rancangan Produk Hukum

1 Rancangan Permenkes tentang Apotek

2 Rancangan Permenkes tentang Rencana Strategis Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

3 Rancangan Permenkes tentang Rekomendasi Persetujuan Impor Barang Komplementer, Barang untuk Keperluan Tes Pasar dan Pelayanan Purna Jual 4 Rancangan Permenkes tentang Perubahan atas Permenkes No. 006 Tahun 2012 5 Rancangan Permenkes tentang Cara Uji Klinis Alat Kesehatan yang Baik (CUKAKAB) 6 Rancangan Permenkes tentang Tim Penyusunan Formularium Obat dan Perbekalan

Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2016

7 Rancangan Permenkes tentang Petunjuk Pelaksanaan Elektronik Monitoring dan Evaluasi (E-Monev)

8 Rancangan Permenkes tentang CPAKB dan CPPKRTB

9 Rancangan Permenkes tentang Pencabutan Permenkes No. 284/Menkes/Per/III/ 2007 ttg Apotek Rakyat

10 Rancangan Permenkes tentang Panitia penyusunan suplemen II farmakope Indonesia edisi 5

11 Rancangan Permenkes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 12 Rancangan Permenkes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 13 Rancangan Permenkes tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika

14 Rancangan Permenkes tentang Perubahan penggolangan Narkotik

15 Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Uji Mutu Obat pada Instalasi Farmasi Pemerintah

16 Rancangan Kepmenkes Adendum ke-2 Fornas bersama lampiran

17 Rancangan Surat Edaran tentang petunjuk pelaksanaan Permenkes No 31/2016 18 Rancangan Surat Edaran tentang Penyesuaian Perizinan Apotek Rakyat

Dalam rangka implementasi terhadap produk hukum yang sudah dikeluarkan maka pada tanggal 9 s.d 12 November 2016 bertempat di Ambon dilaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang kefarmasian dan alat kesehatan dengan tema

“Penguatan Regulasi Dalam Rangka Penguatan Aksesibilitas, Mutu dan Kemandirian Sedian

Farmasi dan Alat Kesehatan” kepada pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun

rumah sakit untuk memberikan kesamaan pemahaman terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

5. Advokasi Penanganan Kasus Hukum

(42)

mengkoordinasikan tindak lanjut penyelesaiannya. Selama tahun 2016 terdapat 5 kasus Perdata dan 1 kasus Pidana dalam bidang kefarmasian dan alat kesehatan yang masih berjalan sampai dengan saat ini. Dalam penanganan kasus hukum, Bagian Hukum, Organisasi dan Humas berkoordinasi dengan Direktorat di lingkungan Ditjen Farmalkes dan Biro Hukum dan Organisasi.

6. Kegiatan Kehumasan : Pameran HKN dan Buletin Infarkes

Kegiatan yang bersifat informatif yang secara langsung terkoneksi/berinteraksi dengan masyarakat, yang dapat meningkatkan pemahaman, kesadaran dan wawasan pengetahuan bagi masyarakat maupun pejabat/pegawai internal Kementerian Kesehatan, mengenai visi, misi, kebijakan, strategi pembangunan, dan juga kinerja serta capaian dari program – program yang dilaksanakan oleh Ditjen Farmalkes.

Kegiatan yang bersifat informatif tersebut juga berfungsi sebagai alat pencitraan positif dalam menggambarkan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan kesehatan dibidang kefarmasian dan alat kesehatan dalam bentuk bukti nyata berupa liputan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan program kefarmasian.

(43)

7. Pertemuan Pemantapan Sistem Akuntansi Instansi (SAIBA dan SIMAK BMN) dalam rangka Penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Farmalkes Tahun 2016

Gambar 11. Sesditjen Farmalkes Memberikan Arahan Terkait Sistem Akuntansi Instansi (SAIBA dan SIMAK BMN) dalam rangka Penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Farmalkes Tahun 2016

Barang Milik Negara pada Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang mencakup 40 (empat puluh) satker (terdiri dari 6 satker pusat dan 34 satker daerah) perlu dikelola dengan baik agar dapat menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen Farmalkes khususnya dan Kementerian Kesehatan pada umumnya. Dalam perjalanan aplikasi SIMAK BMN Kementerian Keuangan RI selalu dilakukan penyempurnaan oleh Kementerian Keuangan RI sehingga dirasa perlu dilakukan Pembekalan terhadap pengelola SIMAK BMN satker Ditjen Farmalkes untuk tahun 2016, sehingga akan memperlancar dalam pengelolaan serta penyusunan laporan BMN Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan.

8. Pertemuan Pembinaan Wilayah Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Gambar 12. Dirjen Farmalkes Memberikan Arahan Dalam Acara Pertemuan

Pembinaan Wliayah Ditjen Farmalkes

(44)

Keluarga di provinsi binaan serta mensosialisasikan berbagai produk hukum di bidang Kefarmasian dan Alkes.

Terdapat 12 poin hasil pertemuan yang digunakan sebagai bahan tindak lanjut bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan/program di masing-masing Instansi terutama terkait dengan resolusi Rakerkesnas 2016 dan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:

a) Penerapan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dapat membantu Dinkes Provinsi memenuhi kewajiban SPM Bidang Kesehatan. Setiap pihak perlu melakukan identifikasi kesiapan penerapan program tersebut, dengan memperhatikan berbagai sumber daya yang dimiliki.

b) Melalui analisis tindak lanjut resolusi Rakerkesnas, telah diperoleh baseline untuk pemetaan situasi dan kondisi pada setiap subsistem sehingga dapat terpetakan kekuatan dan kelemahan sistem kesehatan di tiap jenjang pemerintahan. Perlu dilakukan klarifikasi terhadap hasil analisis tersebut untuk menghindari kesimpulan yang kurang tepat. Hasil pemetaan ini dapat menjadi dasar pelaksanaan program/kegiatan untuk memperkuat sistem kesehatan di daerah.

c) Implementasi pengelolaan obat satu pintu di rumah sakit ditujukan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pengelolaan obat, sehingga mendukung tercapainya jaminan keamanan pasien. Dinkes dan rumah sakit perlu menyusun langkah-langkah penerapan yang sistematis, sehingga sumber daya yang dimiliki berdayaguna dalam tercapainya implementasi pengelolaan tersebut.

d) Perlu dilakukan sosialisasi regulasi kefarmasian dan alkes kepada pihak terkait sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada tenaga kefarmasian/masyarakat dan meminimalisir penyimpangan pengelolaan sediaan farmasi dan alkes.

e) Pengawasan pre market dan post market perlu dilakukan untuk menjamin fasyankes dan masyarakat menggunakan alat kesehatan dan PKRT yang aman, bermutu dan bermanfaat. Kemandirian produk alkes dalam negeri harus didukung agar industri alkes dalam negeri mampu memproduksi alkes sesuai standar dan berdaya saing.

(45)

g) RKO hendaknya disusun dengan cermat sehingga menjadi acuan dalam produksi farmasi nasional dan lelang e-katalog.

h) Seluruh pihak yang terkait pada sistem produksi dan distribusi harus mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasikan peraturan perUU terkait secara komprehensif dan holistik. Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam bidang produksi dan distribusi kefarmasian dalam rangka melindungi masyarakat dan mendorong daya saing usaha

i) Perlunya memanfaatkan alokasi DAK sebagai salah satu sumber pembiayaan urusan daerah yang sesuai prioritas nasional. Kebijakan proposal-based

diharapkan dapat meningkatkan ketepatan dan kemanfaatan alokasi yang diberikan, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat mendorong persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin, instalasi farmasi yang menerapkan aplikasi logistik dan melakukan manajemen logistik sesuai standar. j) Untuk memperkuat kapasitas Dinkes dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam

mencegah terulangnya kasus vaksin palsu, setiap institusi perlu memperkuat SOP pengelolaan logistik obat dan vaksin di masing-masing pihak. Selain itu, penguatan juga perlu dilakukan untuk pengawasan penerapan SOP tersebut, sehingga jaminan kualitas obat dan vaksin yang dikelolanya selalu terjaga.

k) Standar pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas dan Apotek) disusun untuk menjamin keselamatan pasien. Dinkes Provinsi/Kab/Kota harus melakukan pembinaan dalam implementasi standar tersebut sesuai kewenangannya

l)

Telah dibentuk Unit Pencegahan Pungli di Kemenkes sesuai dengan Kepmenkes No 604/2016 yang bertugas melaksanakan pencegahan, penindakan dan yustisi terhadap pungli. Diharapkan provinsi dan kab/kota dapat melakukan pemetaan, pencegahan serta pengawasan terhadap proses pelayanan yang rawan pungli.

B. REALISASI ANGGARAN

(46)

kegiatan, anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami perpindahan anggaran untuk kegiatan pelaksanaan pameran Hari Kesehatan Nasional ke-52 menjadi anggaran Satuan Kerja Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga sejumlah Rp1.826.484.000,00. Kemudian dalam pelaksanaan anggaran tahun 2016, anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalami 2 (dua) kali efisiensi/penghematan. Efisiensi/penghematan yang pertama melalui Instruksi Presiden No.4 Tahun 2016 sebesar Rp6.792.844.000,00 yang kemudian ditindaklanjuti melalui Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI selaku mitra kerja Kementerian Kesehatan dengan menyetujui pelaksanaan efisiensi/penghematan dan

refocusing kegiatan sehingga alokasi anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menjadi Rp96.341.355.000,00.

Sesuai dengan Instruksi Presiden No.8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016, anggaran Kementerian Kesehatan dilakukan efisiensi/penghematan kembali. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan memperoleh penghematan anggaran sebesar Rp4.482.540.000,00. Efisiensi tahap 2 ini dilakukan melaui mekanisme blokir mandiri (Self blocking) pada DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sehingga tidak mempengaruhi jumlah anggaran secara umum. Adapun realisasi anggaran tahun 2016 adalah sebesar Rp77.508.765.266,00 (Tujuh puluh tujuh miliar lima ratus delapan juta tujuh ratus enam puluh lima ribu dua ratus enam puluh enam rupiah). Bila dibandingkan dengan alokasi anggaran termasuk self blocking yaitu sebesar Rp96.341.355.000,00 (Sembilan puluh enam miliar tiga ratus empat puluh satu juta tiga ratus lima puluh lima ribu rupiah), maka persentase realisasi sebesar 80,45%. Sementara, bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tanpa self blocking yaitu sebesar Rp91.858.815.000,00 (Sembilan puluh satu miliar delapan ratus lima puluh delapan juta delapan ratus lima belas ribu rupiah), maka persentase realisasi sebesar 84,38%.

C. SUMBER DAYA MANUSIA

(47)

Keadaan pegawai di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan sampai akhir tahun 2016 berjumlah 76 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 10. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Jabatan

Keterangan Jumlah

Tabel 11. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016 Menurut Golongan

Gambar

Gambar 1. Piagam Penghargaan Website Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Gambar 2. Piagam Predikat Kepatuhan Tinggi terhadap Standar Pelayanan Publik
Gambar 3. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Tabel 4. Perjanjian Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui program Abdi Desa, Ehipassiko menyalurkan derma peti mati bagi keluarga buddhis yang tidak mampu.. Dalam setahun, ada 80-100 peti mati yang disalurkan kepada umat Buddha

Ekspresi kegembiran para siswa yang mendapat parcel sekolah, tak lupa mereka mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang menyantun Beasiswa Ehipassiko, Wihara Dwipa

(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja

Persamaan regresi nilai prediksi fungsi paru dari rentang tangan belum bisa dikatakan akurat untuk diaplikasikan pada anak- anak di Indonesia dengan riwayat asma

Asam mefenamat jika digunakan bersamaan dengan Ramipril (3 kasus) dapat mengurangi efek antihipertensi dari Ramipril, dengan mekanisme menghambat sintesis

Sehubungan dengan kesimpulan penelitian diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: (1) Guru hendaknya menerapkan pembelajaran menggunakan metode SAS dengan

Nilai probabilitas kegagalan handover pada daerah rural memiliki nilai minimum pada rentang 1 dB sampai dengan 4 dB dan berlaku untuk semua nilai kecepatan UE seperti

Selain proyek instalasi air bersih dari Tuk Bebeng masih ada proyek lain yang dikerjakan oleh Pemda Sleman, yaitu Proyek Bangunan Saluran Air Minum Turgo-Ngandong,