• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK, KADAR AMONIA DAN VFA TOTALIN VITRO SUPLEMEN PAKAN DOMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK, KADAR AMONIA DAN VFA TOTALIN VITRO SUPLEMEN PAKAN DOMBA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

750

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK, KADAR

AMONIA DAN VFA TOTALIN VITRO SUPLEMEN PAKAN DOMBA

Oleh

Suparwi, Djoko Santoso dan Muhamad Samsi

Fakultas Peternakan Unsoed

suparwispw@yahoo.com, djokosantoso0411@gmail.com, muhamad.samsi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian in vitro suplemen pakan domba telah dilaksanakan dari tanggal 2Mei sampai dengan 25Juli 2017 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unsoed. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, kadar amonia dan VFA total. Perlakuan yang diuji adalah P0 = konsentrat 88% + bungkil kedele 12% + tepung daun waru 0%; P1 = konsentrat 88% + bungkil kedele 11,90 % + tepung daun waru 0,01%; P2 = Konsentrat 88% + bungkil kedele 11,8% + tepung daun waru 0,20%; P3 = konsentrat 88% + bungkil kedele 11,70% + tepung daun waru 0,30%; P4 = konsentrat 88% + bungkil kedele 11,60 + tepung daun waru 0,40%. Masing-masing suplemen pakan domba ditambah rumput lapang dengan imbangan 50:50%. Uji in vitro menggunakan 20 tabung fermentor dan inokulum cairan rumen domba. Data dianalisis ragam menggunakan Rancangan Acak Lengkap dan dilanjutkan dengan uji orthogonal polinomial. Hasil analisis proksimat, kadar protein kasar 20,39-23,32% dan serat kasar 14,80 – 13,26%. Gross Energi 3372-3997 kal/kg. Hasil uji in vitro, Laboratory, Faculty of Animal Science, Unsoed. The aim of this study was to evaluate the Dry Matter and Organic Matter Digestibilty, Ammonia level and total VFA of feed supplemen. The treatments evaluated were P0 (concentrate 88% + soybean meal 12% + waru leaf meal 0,00% ; P1 (consentrate 88% + soybean meal 11,90 % + waru leaf meal 0,1%; P2 (concentrate 88% + soybean meal 11,80% + waru leaf meal 0,20%; P3 (concentrate 88% + soybean meal 11,70% + waru leaf meal 0,3%; P4 (concentrate 88% + soybean meal 11,60% + waru leaf meal 0,40% . Proportion of feed suplemen 50:50 beetwen native grass, which were placed in 20 fermentor tubes. Completely Randomized Design followed by orthogonal poynomial test was used to analyzed the data. The proximate analysis shows that crude protein and crude fiber are 20,394% - 23,32% and 14,80 -13,26% respectively and GE (cal/kg) 3372-3397. In vitro test shows that the digestibilty of Dry Matter and Organic Matter are 62.90 – 66,20% and 69,48 – 75.04% and the the ammonia and total VFA content are 5.40 – 7.24 mM and 109 – 153 mM, respectively.

(2)

Purwokerto

751

PENDAHULUAN

Usaha peternakan, biaya pakan merupakan biaya yang paling banyak, yaitu 70-80% dari total biaya produksi. Tingginya biaya pakan disebabkan oleh harga bahan pakan dan biaya pengadaan bahan pakan yang semakin mahal. Oleh karena itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencari bahan pakan lokal, tetapi masih mempunyai kandungan nutrien yang tinggi, nilai ekonominya rendah, prosesing bahan pakan menjadi pakan siap dikonsumsi lebih murah dan dapat mendukung kinerja ternak ruminansia yang dipelihara. Suplemen pakan domba merupakan campuran beberapa bahan pakan konsentrat yang mempunyai kadar protein lebih dari 20% dan energi (TDN) lebih dari 60% dapat mendukung perkembangan mikroba rumen dan dapat meningkatkan kecernaan pakan, sehingga kinerja ternak domba lebih optimal.

Suplemen pakan yang akan diuji salah satu bahannya adalah bungkil kelede (kadar proteinnya 35%), harganya Rp 3500,-/kg, karena masih impor. Bungkil kedele tersebut disubstitusi dengan tepung daun waru yang kadar protein kasarnya 18,30%, tetapi keistimewaan daun waru adalah dapat meredam populasi protozoa, sehingga mengurangi gas emisi di udara. Kecukupan pakan merupakan syarat agar ternak dapat mengekpresikan keunggulan genetiknya. Untuk menunjang peningkatan produksi peternakan, diperlukan penyediaan pakan yang kontinyu sepanjang waktu. Usaha penyediaan pakan dapat dilaksanakan melalui pengembangan teknologi, yaitu dengan pemberian suplemen pakan. Implementasi pemberian suplemen pakan telah dilakukan oleh pengusul pada tahun 2014 dan 2015 pada sapi perah dan sapi potong pada program IbM. Suplemen pakan d berikan pada pagi hari sebelum sapi diberi pakan hijauan. Hasilnya sangat baik. Sapi perah betina yang sudah 10 bulan tidak dapat laktasi, ternyata setelah diberi suplemen pakan selama dua bulan dapat laktasi kembali dan menghasilkan susu 8 liter per ekor sehari (Suparwi dkk, 2015). Suplemen pakan yang mengandung beberapa mineral makro dan mikro dapat menyembuhkan penyakit Grass Tetany dan White muscle diseas yang disebabkan oleh kekurangan mineral makro dan mikro, atau sering disebut mineral imbalans.

Hal tersebut terjadi karena hijauan yang diberikan berasal dari tanah-tanah yang kurang subur. Grass tetany terjadi karena kekurangan magnesium atau kalsium, dan sering terjadi pada bulan Pebruari sampai dengan April yang banyak curah hujan, karena top soil terjadi erosi. Sedangkan White muscle Disease disebabkan oleh kekurangan vitamin E dan mineral Se pada anak sapi (NRC, 2000).

METODE PENELITIAN

(3)

Purwokerto

752

adalah P0 = konsentrat 88% + bungkil kedele 12% + tepung daun waru 0%; P1 = konsentrat 88% + bungkil kedele 11,90 % + tepung daun waru 0,01%; P2 = Konsentrat 88% + bungkil kedele 11,8% + tepung daun waru 0,20%; P3 = konsentrat 88% + bungkil kedele 11,70% + tepung daun waru 0,30%; P4 = konsentrat 88% + bungkil kedele 11,60 + tepung daun waru 0,40%. Masing-masing suplemen pakan ditambah rumput lapang dengan imbangan 50:50% Uji in vitro menggunakan 20 tabung fermentor dan inokulum cairan rumen domba. Berdasarkan hasil analisis proksimat, bahan kering 82,07%, protein kasar 21,83%, dan gross energi (GE) 3685 kal/kg.

Penelitian menggunakan 20 tabung fermentor dan inokulum dari cairan rumen domba untuk menguji 5 macam suplemen pakan domba: P0, P1, P2, P3, dan P4. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel dan Torrie, 1989), 5 macam suplemen pakan domba sebagai perlakuan, dengan 4 ulangan.

Peubah yang diukur adalah KBK, KBO, kadar amonia dan VFA total. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Untuk membandingkan pengaruh taraf konsentrat dan hijauan dalam silase pakan komplit menggunakan Uji Orthogonal Polinomial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan kecernaan bahan kering, bahan organik, kadar amonia dan VFA total disajikan pada tabel 1.

(4)

Purwokerto

753

Hasil penelitian untuk kadar amonia berkisar antara 5,40 – 7,24 mM. Kadar amonia tersebut cukup untuk mendukung pertumbuhan mikroba rumen dan sintesis protein mikroba. Secara normal konsentrasi amonia di dalam cairan rumen antara 4 – 12 mM (rataan 8 mM). Konsentrasi amonia yang lebih dari 30 mM akan mengakibatkan konsentrasi amonia darah meningkat dan gejala keracunan dapat terjadi apabila kadar amonia darah mencapai 0,5 mg/100 ml (Hungate, 1966). Konsentrasi amonia hasil penelitian in vitro mengikuti persamaan garis regresi; Y = 5,455 + 4,4925 X (r2 = 88,68%). Sedangkan kadar VFA total berkisar antara 109 – 153 mM. Konsentrasi VFA total dalam cairan rumen untuk mendukung pertumbuhan mikroba rumen adalah 80 -160 mM (rataan 120 mM). Hasil penelitian ini sangat baik, karena rataan VFA total 131,5 mM, masih mampu untuk mendukung pertumbuhan mikroba dan proses sintesis protein mikroba. Konsentrasi VFA total mengikuti persamaan garis regresi Y = 110,757 + 235,688 X (r2 = 86,23%).

1.Kecernaan Bahan Kering

(5)

Purwokerto

754

Gambar 1. Grafik kecernaan bahan kering

2. Kecernaan Bahan Organik

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa kecernaan bahan organik SPD antara 69,46 – 75,04%, antar perlakuan berbeda nyata (P>0,05). Kecernaan bahan organik erat hubungannya dengan kecernaan bahan kering, karena bahan kering terdiri atas bahan organik, perbedaan keduanya hanya terletak pada kadar abu. Kecernaan bahan organik menggambarkan ketersediaan nutrien pakan. Kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik mempunyai hubungan yang erat karena nutrien yang terkandung di dalam bahan organik, terkandung pula dalam bahan kering. Kecernaan bahan organik tersebut tidak jauh berbeda dengan kecernaan bahan kering, karena kecernaan bahan organik erat hubungannya dengan kecernaan bahan kering (Gambar 2). Ranjhan (1981) menyatakan bahwa bahan pakan yang kadar nutriennya sama memungkinkan kecernaan bahan organik mengikuti kecernaan bahan keringnya.

Namun demikian, keadaan ini tidak selamanya berlangsung sama karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu kadar nutrien pakan, bentuk dan ukuran fisik pakan dan jumlah maupun macam mikroba yang ada di dalam retikulorumen. Populasi dan aktivitas mikroba dapat menurun apabila ketersediaan nitrogen dan sumber energi tidak seimbang yang digunakan untuk sintesis protein mikroba.

(6)

Purwokerto

755

3. Kadar Amonia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kadar N-NH3 SPD antar 5,40 – 7,24 mM antara

perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Hasil tersebut sama dengan pendapat Sutardi dkk (1993) yang menyatakan bahwa konsentrasi N-NH3 optimum yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan

mikroba adalah 4 - 12 mM (rataan 8 mM). Tingginya konsentrasi N-NH3 disebabkan karena kadar protein kasar SPK yang cukup dan karbohidratnya mudah larut.

Hal tersebut sejalan dengan produk fermentasi VFA total, dan disebabkan karena jumlah protein kasar SPK semakin meningkat, sehingga pertumbuhan dan aktivitas mikroba untuk mendegradasi SPK semakin meningkat, akibatnya produk fermentasi tersebut, diantaranya adalah N-NH3 semakin

tinggi. Macam bahan pakan, komposisi kimia bahan pakan, dan fraksi karbohidrat non struktural dalam bahan pakan sangat mempengaruhi kadar N-NH3. SPD selain kandungan protein kasarnya cukup tinggi, juga merupakan bahan pakan sumber karbohidrat non struktural, sehingga mudah dicerna, akibatnya kadar N-NH3 meningkat. Hasil ini cukup untuk mendukung proses sintesis mikroba. Konsentrasi ammonia yang lebih dari 30 mM cairan rumen akan mengakibatkan konsentrasi ammonia darah meningkat dan gejala keracunan dapat terjadi apabila kadar ammonia darah mencapai 0,5 mg/100 ml (Hungate, 1966). Pada kasus keracunan, ammonia darah meningkat 0,9 mg / 100 ml dalam waktu 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar ammonia tersebut sangat baik untuk mendukung pertumbuhan dan proses sintesis protein mikroba, dan tidak menimbulkan keracunan.

Apabila berpanduan pada hasil penelitian Satter dan Slyter (1974), kadar ammonia tersebut sudah cukup, karena kebutuhan mikroba terpenuhi dengan kadar ammonia 5 mg% atau ± 4 mM. Namun Preston dan Leng (1987) memperlihatkan bahwa kecernaan terus meningkat sampai dengan kadar ammonia 200 mg/L atau ± 12 mM, bahkan konsumsi masih meningkat hingga kadar ammonia 250 mg/L atau ± 15 mM.

(7)

Purwokerto

756

Gambar 3. Grafik kadar amonia

4. Kadar VFA Total

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kadar VFA total SPD109- 153 mM dan antar perlakuan berbeda nyata (P<0,05). Kadar VFA meningkatkan sejalan dengan meningkatnya persentase tepung daun waru dalam SPDin vitro. Hasil tersebut sama dengan pendapat Sutardi dkk (1993) yang menyatakan bahwa konsentrasi VFA optimum yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan mikroba adalah 80 – 160 mM. Tingginya konsentrasi VFA total mencerminkan kadar protein kasar SPD yang tinggi dan karbohidratnya mudah larut.

Hal tersebut disebabkan karena jumlah protein kasar SPD semakin meningkat, sehingga pertumbuhan dan aktivitas mikroba untuk mendegradasi SPD semakin meningkat, akibatnya produk fermentasi tersebut, diantaranya adalah VFA total semakin tinggi. Macam bahan pakan, komposisi kimia bahan pakan, dan fraksi karbohidrat nonstruktural dalam bahan pakan sangat mempengaruhi kadar VFA total. Silase pakan komplit selain kadar protein kasarnya cukup, juga merupakan bahan pakan sumber karbohidrat nonstruktural, sehingga mudah dicerna, akibatnya

kadar VFA total meningkat

(Gambar 4).

Gambar 4. Grafik

(8)

Purwokerto

757

KESIMPULAN

Suplemen pakan domba yang mengadung tepung daun waru dari 0 – 0,4% menghasilkan rataan kecernaan bahan kering 64,55%, rataan kecernaan bahan organik 72,26%, rataan kadar amonia 6,32 mM dan rataan kadar VFA total 131 mM.

Ucapan Terima kasih

Atas pelaksanaan penelitian, peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Ditjen Dikti yang telah memberi dana untuk penelitian produk terapan (PPT) tahun I ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Fauzi, T. Sutardi, D. Sastradipradja, dan Y. Yachya, 1991. Penggunaan Lumpur Sawit (dried palm oil sludge) dan Serat Sawit (palm press fiber) dalam Ransum Pertumbuhan Sapi Perah. Buletin Makanan Ternak 11:28-39

Hungate, R. E. 1966. The Rumen and Its Microbe. Acaemic Press, New York.

Muktiani, Anis. 1994. Potensi Azolla (Azolla microphylla) Terfermentasi sebagai Sumber Protein Ternak Ruminansia. Tesis MS. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System with Available Resources in the Tropics dan Sub- tropics. Penambul Books, Armidale.

Ranjhan, S.K. 1977. Animal Nutrition and feeding. Practice in India. Second Edition. Vicas Publishing House PVT Ltd, New Delhi.

Suparwi. 2016. Pakan dan Nutrisi Ruminansia. Unsoed Press, Purwokerto.

Sutardi, T. 1993. Pemanfaatan Limbah Tanaman Perkebunan sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Prosiding Seminar Pameran Produksi dan Teknologi Peternakan. Hal 102-121.

Steel, R.G.D and J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical Approach. Second edition. McGraw-Hill. International Book Company. Tokyo.

Tilley, J.M.A., and R.A. Terry, 1963. A two –stage technique for the in vitro digestion of forgape crops. Journal of the British Grasskand Society, 18 (2) : 104.

Gambar

Gambar 1. Grafik kecernaan bahan kering
Gambar 4. Grafik

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO DINAS KESEHATAN.. PUSKESMAS GRUJUGAN

3% Membandinkan kepelbaaian tamadun #sia antara tamadun Melayu. &#34;ndia yan terdapat di Malaysia dari sei sosio budaya. ekonomi dan pendidikan% ,-. !&amp;1/ 2

Setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada didalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi saudara Paisal Fahmi Harahap, NIM 07210019, mahasiswa Jurusan Al-Ahwal

Hasil docking dapat diamati pada tabel 1 dimana dari 19 ligan yang dianalisis, nilai skor CHEMPLP yang terendah berada pada ligan senyawa biji buah nangka yaitu senyawa

Beberapa Fakultas di lingkup Universitas Trisakti yang melakukan kerjasama pada tahap ini adalah Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD), Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Hukum

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh budidaya tanaman kentang terhadap serangan lalat pengorok daun dan

Hasil dan perhitungan dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode EOQ lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan yang diterapkan dalam Ukm, dapat dilihat

Catatan dan Tanggapan Penilai terhadap dokumen dan/atau keterangan guru (catat kegiatan yang dilakukan). Guru memiliki catatan tentang kemajuan belajar siswa, siswa yang tidak