TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80%
populasinya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mempunyai
tubuh yang kecil sehingga disebut domba jawa atau domba gembel serta mampu
hidup di daerah yang gersang (Mulyono, 1998).
Ciri-ciri domba ekor tipis termasuk golongan domba berperawakan kecil,
dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg, bulu
wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata,
hidung, dan beberapa bagian tubuh lain, ekornya tidak menunjukkan adanya
deposisi lemak, telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi
menggantung, domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina
umumnya tidak bertanduk, keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat
prolifik (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah
berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi
pada daerah tropis dan makanan yang bur
Pakan Domba
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan
ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan-bahan yang memiliki
kandungan serat kasar (SK)>18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji
polong-polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan-bahan yang memiliki kadar protein
kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari
35% (contoh: biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi- umbian dan sisa
penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan
protein kasar >20% (contoh: berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil,
bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti silase ikan).
4) Sumber mineral yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang
cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi-umbian. 5) Pakan tambahan
yaitu bahan-bahan tertentu yang ditambah kedalam ransum, seperti: obat-obatan,
anti biotika, hormon, air dan zat flavour. Kebutuhan Nutrisi Domba dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Domba Berat
Sumber: National Research Council (1995).
Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan
cepat kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan
ternak domba dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, pakan dan lingkungan
pertumbuhan. Selain itu bobot tubuh pada awal fase penggemukan berhubungan
dengan bobot dewasa (Soeparno, 1994).
Herman (2003) menyatakan bahwa domba mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat pada tahun pertama yaitu 50% bobot pada umur satu tahun dicapai
dalam tiga bulan pertama, 25% pada tiga bulan kedua dan 25% berikutnya dicapai
dalam enam bulan terakhir.
Domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat dari pada
domba betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih
banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan
(Anggorodi, 1990). Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan
penggemukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan
BB BK Energi Ca P
Sumber: National Research Council (1995).
Eceng gondok
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma)
di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke
Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata
sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran
pakan ternak. Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam
tetapi berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar
0,4-0,8 meter, daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan
berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya
kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok selain sebagai tanaman pengganggu perairan, tanaman ini
dimanfaatkan manusia untuk mengatasi pencemaran, baik pencemaran yang
disebabkan oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga. Eceng gondok
dapat menyerap 50% N-organik dalam waktu 3,6 hari pada kolam pembersih
limbah yang berasal dari daerah pertanian yang kotor, dan dapat juga
menyerap timbunan logam yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti
Cr, Cu, Cn, Hg dan Cd (Setyanto dan Warniningsih, 2011).
Eceng gondok mengandung protein kasar 6.31%; serat kasar 18,3; BETN
57%; Lemak kasar 0,9%; abu 12,6%; Ca 1,4%; dan P sebesar 0,3%. Eceng
gondok mengandung anti nutrisi berupa nitrat 0,3%, oksalat 0,6% dan sianida 30
mg/kg basah (Fuskhah, 2000).
Fermentasi
Menurut Fardiaz (1992), fermentasi sering didefenisikan sebagai proses
pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan
karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri
tertentu.
Pertumbuhan kapang ditandai dengan adanya miselium dan konidia. Pada
proses fermentasi tahap awal, pertumbuhan kapang belum terlihat karena masih
dalam tahap adaptasi. Selanjutnya pertumbuhan sel kapang meningkat sejalan
dengan meningkatnya jumlah spora yang tumbuh di permukaan substrat
(Supriyati et al.,1998).
Mikroorganisme Lokal Saccharomyces sp
Saccharomyces sp merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces
merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk kelompok
Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 300C dan pH 4,8. Beberapa kelebihan
saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat
berkembang biak, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan
cepat mengadakan adaptasi. Beberapa spesies Saccharomyces mampu
memproduksi ethanol hingga 13,01%. Hasil ini lebih bagus dibanding genus
lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces
dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber
carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton,
mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28-300C. Beberapa
spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces
cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum
Lactobacillus sp
Lactobacilus sp adalah genus bakteri gram-positif, anaerob fakultatif atau
mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok
bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat
mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri
ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam tubuh manusia, bakteri ini
dapat ditemukan didalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka
bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari
Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat
baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan
mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus
ini telah memiliki genom sendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sering
digunakan untuk industri pembuatan yoghurt, keju, acar, bir, anggur (minuman),
cuka kimchi, cokelat dan makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk juga pakan
hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan asam, dibuat dengan “kultur awal”
yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan bakteri asam laktat yang
berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili, terutama L. Casei
dan L. Brevis adalah dua dari sekian banyak organisme yang membusukkan bir.
Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan
membentuk asam laktat
Rhizhopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota
ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang
coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang
disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif.
Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak
sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini biasanya dipisahkan dari
hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contoh spesiesnya
adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi
(Postlethwait dan Hopson, 2006).
Menurut Handajani (2007), fermentasi bungkil kedelai memakai
Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari
41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2% sehingga diduga
dapat dipakai untuk alternatif sebagai bahan pemicu pertumbuhan.
Mikroorganisme ini mempunyai sifat–sifat sebagai berikut :
a. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim
amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids
yang kemudian akan menjadi asam amino.
b. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim
protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi peptide
sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.
c. Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim
lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
Pembuatan mikroorganisme lokal menggunakan beberapa bahan antara
lain air sumur, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt. Semuanya
dimasukkan ke galon, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan
mendapatkan indikasi apakah mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja, bila
kantong plastik menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme
dalam tahapan inokulan cair (Compost center, 2009). Komposisi zat-zat makanan
eceng gondok fermentasi MOL dalam bahan kering dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi zat-zat makanan eceng gondok fermentasi MOL.
Zat-Zat Makanan Kandungan (%)
Protein kasar 9.79
Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (2013).
Trichoderma
Trichoderma merupakan salah satu jamur yang bersifat selulolitik yang
potensial menghasilkan selulase dalam jumlah yang relatif banyak untuk
mendegradasi selulosa. Trichoderma menghasilkan enzim kompleks selulase yang
dapat merombak selulosa menjadi selobiosa hingga menjadi glukosa.
Trichoderma memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai enzim
ekstraseluler, khususnya selulase yang dapat mendegradasi polisakarida kompleks
(Harman, 2006).
Apabila menggunakan mikroba ini, eceng gondok harus diolah terlebih
dahulu menjadi tepung, kemudian baru difermentasi selama empat hari pada suhu
ruang. Proses fermentasi dengan cara ini mampu meningkatkan nilai gizi yang
terkandung dalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81%
(6,31- 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61-21,82%). Proses amoniasi
kasar pakan, sejalan dengan peningkatan kadar N dari urea dan aktivitas mikrobia,
serta mampu meningkatkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik
eceng gondok dengan melonggarkan ikatan ester antara lignin dengan selulosa
dan hemiselulosa sehingga dapat mencerna pakan berserat (http://.id. Wikipedia.
org. Pemanfaatan Daun Eceng Gondok sebagai Bahan Pakan. 2005).
Trichoderma harzianum mampu secara spesifik menghasilkan enzim
selulase yang potensial untuk mendegradasi bahan lignoselulotik menjadi glukosa
dan meningkatkan kandungan protein di dalam biomassa. Enzim-enzim yang
dihasilkan dari golongan kapang diproduksi melalui proses fermentasi media
padat (Darwis et al., 1990).
Trichoderma adalah salah satu fungi yang tersebar luas dan hampir dapat
ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Fungi ini tumbuh pada kisaran
suhu optimal 22-30°C. Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim
yang bermacam-macam, termasuk enzim selulase glukanase dan kitinase. Oleh
karena adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas
kayu yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa. Enzim selulase yang
dihasilkan Trichoderma viride mempunyai kemampuan dapat memecah selulosa
menjadi glukosa sehingga mudah dicerna oleh ternak. Selain itu Trichoderma
viride mempunyai kemampuan meningkatkan protein bahan pakan. Oleh karena
adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas kayu
yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa (Junaid, 2006).
Onilude (1996), menyatakan bahwa Trichoderma harzianum merupakan
kapang yang sangat penting sebagai perombak selulosa, menghasilkan enzim
Koloni kapang yang berwarna hijau tua dan bentuknya bola-bola konidia yang
berwarna hijau yang melekat satu sama lain (Fardiaz, 1992). Komposisi zat-zat
makanan eceng gondok fermentasi Trichoderma dalam bahan kering dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nutrisi eceng gondokdengan 1 gr Trichoderma harzianum.
Uraian Kandungan Nutrisi (%)
Protein kasar 19,56
Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013)
Hijauan
Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat
besar peranannnya bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)
baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun
untuk reproduksi. Persediaan rumput yang merupakan sumber pakan hijauan
di Indonesia sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, tanaman pakan
ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi.
Sebaliknya pada musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan akan sangat
berkurang dalam jumlah dan kualitasnya. Untuk mengatasi hal ini umumnya
peternak menggunakan limbah pertanian yang tersedia di sekitarnya untuk pakan
ternaknya (Astuti et al., 2004).
Pakan hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia.
Di daerah tropis seperti Indonesia ini, tampaknya sulit bagi domba untuk dapat
berproduksi optimal jika hanya mengandalkan hijauan yang berupa
(Handayanta, 2003).
Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan yang umumnya mengandung
selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme didalam
rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin tinggi pula kemampuan mencerna
selulosa (Siregar, 1994).
Konsentrat
Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang
kaya karbohidrat dan protein seperti bungkil inti sawit (BIS), dedak padi, bungkil
kedelai, bungkil kelapa, molases, ultra mineral, urea dan garam. Konsentrat untuk
ternak domba umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan
yang memiliki kandungan SK kurang dari 18% dan mudah dicerna. Penambahan
konsentrat setiap hari sangat besar manfaatnya dan memungkinkan ternak domba
untuk mengkonsumsi pakan yang lebih baik nilai gizinya, lebih palatabel serta
merata setiap harinya. Tentu saja pemberian pakan seperti itu akan menyebabkan
terjadinya peningkatan kecepatan pakan masuk ke alat pencernaan yang pada
akhirnya konsumsi pakan akan mengalami peningkatan pula (Murtidjo, 1993).
Tingkat Konsumsi dan Kecernaan
Kartadisastra, (1997) menyatakan bahwa tinggi rendah konsumsi pakan
pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan
faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Menurut Cahyono, (1998) konsumsi
juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.
Tingkat konsumsi (Voluntary Feet Intake) adalah jumlah pakan yang
tidak sengaja dikonsumsi oleh hewan bila bahan pakan tersebut diberikan
hidup dan menyesuaikan kondisi tubuh serta stress yang diakibatkan oleh
lingkungan, pakan yaitu sifat dan komposisi kimia pakan yang dapat
mempengaruhi konsumsi (Kartadisastra, 1997)
Menurut Tillman et al., (1981) nilai koefisien cerna tidak tetap untuk
setiap bahan pakan atau setiap ekor ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Komposisi kimiawi
Daya cerna berhubungan dengan komposisi kimiawi nya. Serat kasar
berisi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna
oleh ternak ruminansia secara enzimatis.
2. Pengolahan pakan
Beberapa perlakuan terhadap bahan pakan seperti pemotongan,
penggilingan dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus
dari hijauan menambah kecepatan jalannya bahan pakan melalui usus sehingga
menyebabkan pengurangan daya cerna 5-15%.
3. Jumlah pakan yang diberikan
Penambahan jumlah pakan yang dimakan ternak akan mempercepat arus
pakan kedalam usus, sehingga mempengaruhi daya cerna. Penambahan jumlah
pakan sampai dua kali lipat dari jumlah kebutuhan hidup pokok mengurangi daya
cerna 1-2% penambahan yang lebih besar akan menyebabkan daya cerna akan
semakin menurun.
4. Jenis ternak
Ternak ruminansia dapat mencerna serat kasar yang tinggi karena N
rendah dibandingkan non ruminansia, disamping adanya peran mikroorganisme
yang terdapat pada rumen.
Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan
oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan
perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan
yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut.
Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada berbagai jenis ternak
ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan
produk yaitu sekitar 15%.
Kecernaan Pakan
Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan
jumlah dan aktivitas mikroba dalam rumen. Kecernaan pakan adalah bagian pakan
yang tidak dieksresikan dalam feses dan selanjutnya dapat diasumsikan sebagai
bagian yang diserap oleh ternak. Selisih antara zat makanan yang dikandung
dalam bahan makanan dengan zat makanan yang ada dalam feses merupakan
bagian zat makanan yang dicerna (Mc Donald et al., 1995).
Menurut Mackie et al., (2002) adanya aktivitas mikroba dalam saluran
pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan. Biasanya dinyatakan dalam dasar
bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase maka disebut koefisien
cerna (Tillman et al., 1991).
Rata-rata kecernaan bahan kering hasil penelitian ini adalah 51,86%.
Kecernaan pakan tersebut lebih rendah dibandingkan kecernaan pakan yang
diperoleh Rianto et al., (2006) yang mendapatkan kecernaan bahan kering pada
diperoleh Soeharsono et al., (2004) yaitu sebesar 47,61%. Perbedaan ketiga
penelitian ini disebabkan penggunaan bahan pakan yang berbeda. Perbedaan jenis
bahan pakan tersebut menimbulkan kecernaan pakan yang berbeda pula, karena
komposisi kimianya berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan antara lain komposisi
pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Ransum yang kandungan proteinnya
rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi
rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan
banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan (Tillman et al., 1998).
Sistem Pencernaan Ruminansia
Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran
pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas
pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya
menuju tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus.
Disamping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran
(ekskresi) bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak dapat kembali
(Parakkasi,1995).
Frandson, (1992) menyatakan bagian-bagian sistem pencernaan adalah
mulut, pharink, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau
forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris
yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.
Proses utama pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik atau mikroba.
Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan
Pencernaan enzimatik atau kimawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh
sel-sel dalam tubuh berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al.,1991).
Menurut Arora, (1995) menyatakan bahwa rumen merupakan tabung besar
dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi
fermentasi mikroba. Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan
kapasitas paling banyak. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan
yang dikonsumsi. Retikulum merupakan perut yang mempunyai bentuk
permukaan menyerupai sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin serta
berhubungan langsung dengan rumen. Omasum merupakan bagian perut yang
mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk
fisik ini dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling makanan dan
menyerap sebagian besar air. Abomasum adalah bagian perut yang terakhir