• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Eceng Gondok Fermentasi pada Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Eceng Gondok Fermentasi pada Domba Lokal Jantan Lepas Sapih"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba

Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80%

populasinya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mempunyai

tubuh yang kecil sehingga disebut domba jawa atau domba gembel serta mampu

hidup di daerah yang gersang (Mulyono, 1998).

Ciri-ciri domba ekor tipis termasuk golongan domba berperawakan kecil,

dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg, bulu

wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata,

hidung, dan beberapa bagian tubuh lain, ekornya tidak menunjukkan adanya

deposisi lemak, telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi

menggantung, domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina

umumnya tidak bertanduk, keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat

prolifik (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah

berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi

pada daerah tropis dan makanan yang bur

Pakan Domba

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh

kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat

tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting,

menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya

(2)

Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan

ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan-bahan yang memiliki

kandungan serat kasar (SK)>18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji

polong-polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan-bahan yang memiliki kadar protein

kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari

35% (contoh: biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi- umbian dan sisa

penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan

protein kasar >20% (contoh: berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil,

bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti silase ikan).

4) Sumber mineral yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang

cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi-umbian. 5) Pakan tambahan

yaitu bahan-bahan tertentu yang ditambah kedalam ransum, seperti: obat-obatan,

anti biotika, hormon, air dan zat flavour. Kebutuhan Nutrisi Domba dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Domba Berat

Sumber: National Research Council (1995).

Pertumbuhan Domba

Pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan

cepat kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan

ternak domba dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, pakan dan lingkungan

(3)

pertumbuhan. Selain itu bobot tubuh pada awal fase penggemukan berhubungan

dengan bobot dewasa (Soeparno, 1994).

Herman (2003) menyatakan bahwa domba mengalami pertumbuhan yang

sangat cepat pada tahun pertama yaitu 50% bobot pada umur satu tahun dicapai

dalam tiga bulan pertama, 25% pada tiga bulan kedua dan 25% berikutnya dicapai

dalam enam bulan terakhir.

Domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat dari pada

domba betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih

banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan

(Anggorodi, 1990). Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan

penggemukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan

BB BK Energi Ca P

Sumber: National Research Council (1995).

Eceng gondok

Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma)

di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke

Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata

(4)

sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran

pakan ternak. Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam

tetapi berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar

0,4-0,8 meter, daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya

meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan

berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya

berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya

kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok selain sebagai tanaman pengganggu perairan, tanaman ini

dimanfaatkan manusia untuk mengatasi pencemaran, baik pencemaran yang

disebabkan oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga. Eceng gondok

dapat menyerap 50% N-organik dalam waktu 3,6 hari pada kolam pembersih

limbah yang berasal dari daerah pertanian yang kotor, dan dapat juga

menyerap timbunan logam yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti

Cr, Cu, Cn, Hg dan Cd (Setyanto dan Warniningsih, 2011).

Eceng gondok mengandung protein kasar 6.31%; serat kasar 18,3; BETN

57%; Lemak kasar 0,9%; abu 12,6%; Ca 1,4%; dan P sebesar 0,3%. Eceng

gondok mengandung anti nutrisi berupa nitrat 0,3%, oksalat 0,6% dan sianida 30

mg/kg basah (Fuskhah, 2000).

Fermentasi

Menurut Fardiaz (1992), fermentasi sering didefenisikan sebagai proses

pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan

(5)

karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri

tertentu.

Pertumbuhan kapang ditandai dengan adanya miselium dan konidia. Pada

proses fermentasi tahap awal, pertumbuhan kapang belum terlihat karena masih

dalam tahap adaptasi. Selanjutnya pertumbuhan sel kapang meningkat sejalan

dengan meningkatnya jumlah spora yang tumbuh di permukaan substrat

(Supriyati et al.,1998).

Mikroorganisme Lokal Saccharomyces sp

Saccharomyces sp merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki

kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces

merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk kelompok

Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 300C dan pH 4,8. Beberapa kelebihan

saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat

berkembang biak, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan

cepat mengadakan adaptasi. Beberapa spesies Saccharomyces mampu

memproduksi ethanol hingga 13,01%. Hasil ini lebih bagus dibanding genus

lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces

dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber

carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton,

mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28-300C. Beberapa

spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces

cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum

(6)

Lactobacillus sp

Lactobacilus sp adalah genus bakteri gram-positif, anaerob fakultatif atau

mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok

bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat

mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri

ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam tubuh manusia, bakteri ini

dapat ditemukan didalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka

bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari

Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat

baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan

mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus

ini telah memiliki genom sendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sering

digunakan untuk industri pembuatan yoghurt, keju, acar, bir, anggur (minuman),

cuka kimchi, cokelat dan makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk juga pakan

hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan asam, dibuat dengan “kultur awal”

yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan bakteri asam laktat yang

berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili, terutama L. Casei

dan L. Brevis adalah dua dari sekian banyak organisme yang membusukkan bir.

Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan

membentuk asam laktat

Rhizhopus sp

Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang

(7)

coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang

disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif.

Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak

sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini biasanya dipisahkan dari

hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contoh spesiesnya

adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi

(Postlethwait dan Hopson, 2006).

Menurut Handajani (2007), fermentasi bungkil kedelai memakai

Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari

41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2% sehingga diduga

dapat dipakai untuk alternatif sebagai bahan pemicu pertumbuhan.

Mikroorganisme ini mempunyai sifat–sifat sebagai berikut :

a. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim

amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids

yang kemudian akan menjadi asam amino.

b. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim

protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi peptide

sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.

c. Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim

lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

Pembuatan mikroorganisme lokal menggunakan beberapa bahan antara

lain air sumur, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt. Semuanya

dimasukkan ke galon, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan

(8)

mendapatkan indikasi apakah mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja, bila

kantong plastik menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme

dalam tahapan inokulan cair (Compost center, 2009). Komposisi zat-zat makanan

eceng gondok fermentasi MOL dalam bahan kering dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi zat-zat makanan eceng gondok fermentasi MOL.

Zat-Zat Makanan Kandungan (%)

Protein kasar 9.79

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (2013).

Trichoderma

Trichoderma merupakan salah satu jamur yang bersifat selulolitik yang

potensial menghasilkan selulase dalam jumlah yang relatif banyak untuk

mendegradasi selulosa. Trichoderma menghasilkan enzim kompleks selulase yang

dapat merombak selulosa menjadi selobiosa hingga menjadi glukosa.

Trichoderma memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai enzim

ekstraseluler, khususnya selulase yang dapat mendegradasi polisakarida kompleks

(Harman, 2006).

Apabila menggunakan mikroba ini, eceng gondok harus diolah terlebih

dahulu menjadi tepung, kemudian baru difermentasi selama empat hari pada suhu

ruang. Proses fermentasi dengan cara ini mampu meningkatkan nilai gizi yang

terkandung dalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81%

(6,31- 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61-21,82%). Proses amoniasi

(9)

kasar pakan, sejalan dengan peningkatan kadar N dari urea dan aktivitas mikrobia,

serta mampu meningkatkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik

eceng gondok dengan melonggarkan ikatan ester antara lignin dengan selulosa

dan hemiselulosa sehingga dapat mencerna pakan berserat (http://.id. Wikipedia.

org. Pemanfaatan Daun Eceng Gondok sebagai Bahan Pakan. 2005).

Trichoderma harzianum mampu secara spesifik menghasilkan enzim

selulase yang potensial untuk mendegradasi bahan lignoselulotik menjadi glukosa

dan meningkatkan kandungan protein di dalam biomassa. Enzim-enzim yang

dihasilkan dari golongan kapang diproduksi melalui proses fermentasi media

padat (Darwis et al., 1990).

Trichoderma adalah salah satu fungi yang tersebar luas dan hampir dapat

ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Fungi ini tumbuh pada kisaran

suhu optimal 22-30°C. Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim

yang bermacam-macam, termasuk enzim selulase glukanase dan kitinase. Oleh

karena adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas

kayu yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa. Enzim selulase yang

dihasilkan Trichoderma viride mempunyai kemampuan dapat memecah selulosa

menjadi glukosa sehingga mudah dicerna oleh ternak. Selain itu Trichoderma

viride mempunyai kemampuan meningkatkan protein bahan pakan. Oleh karena

adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas kayu

yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa (Junaid, 2006).

Onilude (1996), menyatakan bahwa Trichoderma harzianum merupakan

kapang yang sangat penting sebagai perombak selulosa, menghasilkan enzim

(10)

Koloni kapang yang berwarna hijau tua dan bentuknya bola-bola konidia yang

berwarna hijau yang melekat satu sama lain (Fardiaz, 1992). Komposisi zat-zat

makanan eceng gondok fermentasi Trichoderma dalam bahan kering dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi eceng gondokdengan 1 gr Trichoderma harzianum.

Uraian Kandungan Nutrisi (%)

Protein kasar 19,56

Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013)

Hijauan

Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat

besar peranannnya bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)

baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun

untuk reproduksi. Persediaan rumput yang merupakan sumber pakan hijauan

di Indonesia sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, tanaman pakan

ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi.

Sebaliknya pada musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan akan sangat

berkurang dalam jumlah dan kualitasnya. Untuk mengatasi hal ini umumnya

peternak menggunakan limbah pertanian yang tersedia di sekitarnya untuk pakan

ternaknya (Astuti et al., 2004).

Pakan hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia.

Di daerah tropis seperti Indonesia ini, tampaknya sulit bagi domba untuk dapat

berproduksi optimal jika hanya mengandalkan hijauan yang berupa

(11)

(Handayanta, 2003).

Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan yang umumnya mengandung

selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme didalam

rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin tinggi pula kemampuan mencerna

selulosa (Siregar, 1994).

Konsentrat

Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang

kaya karbohidrat dan protein seperti bungkil inti sawit (BIS), dedak padi, bungkil

kedelai, bungkil kelapa, molases, ultra mineral, urea dan garam. Konsentrat untuk

ternak domba umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan

yang memiliki kandungan SK kurang dari 18% dan mudah dicerna. Penambahan

konsentrat setiap hari sangat besar manfaatnya dan memungkinkan ternak domba

untuk mengkonsumsi pakan yang lebih baik nilai gizinya, lebih palatabel serta

merata setiap harinya. Tentu saja pemberian pakan seperti itu akan menyebabkan

terjadinya peningkatan kecepatan pakan masuk ke alat pencernaan yang pada

akhirnya konsumsi pakan akan mengalami peningkatan pula (Murtidjo, 1993).

Tingkat Konsumsi dan Kecernaan

Kartadisastra, (1997) menyatakan bahwa tinggi rendah konsumsi pakan

pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan

faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Menurut Cahyono, (1998) konsumsi

juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.

Tingkat konsumsi (Voluntary Feet Intake) adalah jumlah pakan yang

tidak sengaja dikonsumsi oleh hewan bila bahan pakan tersebut diberikan

(12)

hidup dan menyesuaikan kondisi tubuh serta stress yang diakibatkan oleh

lingkungan, pakan yaitu sifat dan komposisi kimia pakan yang dapat

mempengaruhi konsumsi (Kartadisastra, 1997)

Menurut Tillman et al., (1981) nilai koefisien cerna tidak tetap untuk

setiap bahan pakan atau setiap ekor ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu:

1. Komposisi kimiawi

Daya cerna berhubungan dengan komposisi kimiawi nya. Serat kasar

berisi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna

oleh ternak ruminansia secara enzimatis.

2. Pengolahan pakan

Beberapa perlakuan terhadap bahan pakan seperti pemotongan,

penggilingan dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus

dari hijauan menambah kecepatan jalannya bahan pakan melalui usus sehingga

menyebabkan pengurangan daya cerna 5-15%.

3. Jumlah pakan yang diberikan

Penambahan jumlah pakan yang dimakan ternak akan mempercepat arus

pakan kedalam usus, sehingga mempengaruhi daya cerna. Penambahan jumlah

pakan sampai dua kali lipat dari jumlah kebutuhan hidup pokok mengurangi daya

cerna 1-2% penambahan yang lebih besar akan menyebabkan daya cerna akan

semakin menurun.

4. Jenis ternak

Ternak ruminansia dapat mencerna serat kasar yang tinggi karena N

(13)

rendah dibandingkan non ruminansia, disamping adanya peran mikroorganisme

yang terdapat pada rumen.

Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan

oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan

perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan

yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut.

Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada berbagai jenis ternak

ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan

produk yaitu sekitar 15%.

Kecernaan Pakan

Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan

jumlah dan aktivitas mikroba dalam rumen. Kecernaan pakan adalah bagian pakan

yang tidak dieksresikan dalam feses dan selanjutnya dapat diasumsikan sebagai

bagian yang diserap oleh ternak. Selisih antara zat makanan yang dikandung

dalam bahan makanan dengan zat makanan yang ada dalam feses merupakan

bagian zat makanan yang dicerna (Mc Donald et al., 1995).

Menurut Mackie et al., (2002) adanya aktivitas mikroba dalam saluran

pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan. Biasanya dinyatakan dalam dasar

bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase maka disebut koefisien

cerna (Tillman et al., 1991).

Rata-rata kecernaan bahan kering hasil penelitian ini adalah 51,86%.

Kecernaan pakan tersebut lebih rendah dibandingkan kecernaan pakan yang

diperoleh Rianto et al., (2006) yang mendapatkan kecernaan bahan kering pada

(14)

diperoleh Soeharsono et al., (2004) yaitu sebesar 47,61%. Perbedaan ketiga

penelitian ini disebabkan penggunaan bahan pakan yang berbeda. Perbedaan jenis

bahan pakan tersebut menimbulkan kecernaan pakan yang berbeda pula, karena

komposisi kimianya berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan antara lain komposisi

pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Ransum yang kandungan proteinnya

rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi

rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan

banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan (Tillman et al., 1998).

Sistem Pencernaan Ruminansia

Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran

pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas

pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya

menuju tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus.

Disamping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran

(ekskresi) bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak dapat kembali

(Parakkasi,1995).

Frandson, (1992) menyatakan bagian-bagian sistem pencernaan adalah

mulut, pharink, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau

forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris

yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Proses utama pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik atau mikroba.

Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan

(15)

Pencernaan enzimatik atau kimawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh

sel-sel dalam tubuh berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al.,1991).

Menurut Arora, (1995) menyatakan bahwa rumen merupakan tabung besar

dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi

fermentasi mikroba. Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan

kapasitas paling banyak. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan

yang dikonsumsi. Retikulum merupakan perut yang mempunyai bentuk

permukaan menyerupai sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin serta

berhubungan langsung dengan rumen. Omasum merupakan bagian perut yang

mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk

fisik ini dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling makanan dan

menyerap sebagian besar air. Abomasum adalah bagian perut yang terakhir

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Domba
Tabel 2. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan
Tabel 3. Komposisi zat-zat makanan eceng gondok fermentasi MOL.
Tabel 4. Kandungan nutrisi eceng gondok dengan 1 gr Trichoderma harzianum.

Referensi

Dokumen terkait

The Parties shall endeavor to strengthen bilateral relations to develop further cooperation and to facilitate exchange of visits as well as to conduct

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

The more dense the data gets, the Storage size for the captured Amount of data increases extremely causing delays in processing and creating deliverables as well as the

Terdapat 4 (empat) proses tata kelola teknologi informasi yang harus diperhatikan oleh. perusahaan, masing-masing adalah

oleh peneliti dengan melalui proses pemeriksaan dari T i m Penilai Usul dan Laporan Penelitian Puslit IKIP Padang... WAPANi TERIMA

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda

Secara keseluruhan, hasil parameter pengujian keempat sampel menunjukkan bahwa sampel yang di ambil di desa mitra yaitu Desa Glagah Arum dan Desa Gedang

Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)-(f) untuk setiap unit penghasil kas (kelompok dari unit) untuk mana jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak