• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi terhadap Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan Lepas Sapih"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Lokal

Domba lokal lebih dikenal oleh masyarakat sebagai domba kampung atau

lokal. Domba jenis ini kurang produktif jika diusahakan secara komersial, karena

karkas (daging) yang dihasilkan sangat rendah. Demikian pula, bulunya kurang

mempunyai mutu baik. Jenis domba ini banyak juga diusahakan oleh masyarakat

dipedesaan sebagai sampingan saja. Ciri-ciri domba lokal/kacang/kampung

Indonesia adalah ukuran badan kecil, pertumbuhannya lambat, bobot badan

domba jantan 30 kg-40 kg dan domba betina 15 kg-20 kg, warna bulu dan tanda–

tandanya sangat beragam, bulunya kasar dan agak panjang, telinganya kecil dan

pendek, domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan bertanduk dan

ekornya kecil dan pendek (Cahyono, 1998).

Domba lokal atau domba kampung merupakan domba asli Indonesia.

Domba ini memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulunya maupun

karakteristiknya tidak seragam, dan hasil dagingnya relatif kecil atau sedikit

(Murtidjo, 1993).

Asal Usul Domba lokal

Domba sudah sejak lama diternakkan oleh manusia. Semua jenis domba

memiliki beberapa karakteristik yang sama. Adapun klasifikasi domba tersebut

yaitu: Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Mamalia, Ordo: Artiodactyla,

Sub-family: Caprinae, Genus: Ovis aries, Spesies: Ovis mouffon, Ovis orientalis

(2)

Domba yang sekarang merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya

diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu: 1) Mouflon (Ovis musimon), merupakan

jenis domba liar yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia kecil. 2) Argali

(Ovis ammon), merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia Tengah dan

memiliki tubuh besar yang mencapai tinggi 1,20 m. 3) Urial (Ovis vignei),

merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia (Murtidjo, 1993).

Pertumbuhan Domba Lokal

Seperti pada umumnya, domba mengalami proses pertumbuhan yang

sama, yakni pada awalnya berlangsung lambat, kemudian semakin lama

meningkat lebih cepat sampai domba itu berumur 3–4 bulan. Namun,

pertumbuhan tersebut akhirnya kembali lebih lambat pada saat domba itu

mendekati kedewasaan tubuh (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Menurut Soeparno (1994) pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang

meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh,

termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang serta

komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas.

Sementara itu menurut Sugeng (1991) pertumbuhan adalah berkenaan dengan

peningkatan bobot hidup sampai mencapai bobot tertentu sesuai dengan

kemasakan tubuh.

Sistem Pencernaan Domba

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun

kimiawi. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut

(3)

sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim

yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah

pencernaan (Tillman et al., 1991).

Proses pencernaan ternak ruminansia di mulai di ruang mulut. Di dalam

ruang mulut, pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel-partikel

kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva. Dari mulut, pakan

masuk ke rumen melalui oesophagus (Siregar, 1994).

Potensi dan Produktivitas Domba

Potensi ekonomi ternak domba sebagai lapangan usaha memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan dengan ternak besar lain, yakni: badan domba relatif kecil

dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi

yang cukup tinggi, domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam

pemeliharaan tidak memerlukan lahan atau tanha yang luas, investasi usaha ternak

domba membutuhkan modal relatif lebih kecil sehingga setiap investasi lebih

banyak unit produksi yang dapat tercapai, modal usaha nutuk ternak domba lebih

cepat berputarnya dan domba memiliki sifat suka bergerombol sehingga

memudahkan dalam pemeliharaannya (Murtidjo, 1992).

Dewasa ini, produktivitas domba lokal masih rendah. Peningkatan

produktivitas domba diperlukan dukungan ketersediaan pakan kontinyu dan

berkualitas. Hal ini dibuktikan pertambahan bobot badan domba lokal yang

dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g/ekor/hari, namun melalui perbaikan

teknologi pakan pertambahan bobot badan domba lokal mampu mencapai

57-132 g/ekor/hari (Prawoto et al., 2001). Purbowati (2005) menyatakan bahwa

(4)

bobot badan menghasilkan PBB harian 164 g/ekor/hari. Santi (2011) juga

menyatakan bahwa domba laktasi yang mengkonsumsi protein kasar sebesar

86,35 g/ekor/hari dan TDN 353,75 g/ekor/hari memiliki pertambahan bobot badan

harian anak domba prasapih sekitar 145,045 g/ekor/hari.

Pakan Domba

Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi

ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat

yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak,

protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).

Hijauan merupakan pakan berserat sebagai sumber energi. Hijauan

umumnya merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasar yang relatif

tinggi. Ruminansia mampu mencerna hijauan yang mengandung serat kasar yang

tinggi. Adanya mikroorganisme di dalam rumen menyebabkan semakin tinggi

populasi mikroorganisme sehingga kemampuan untuk mencerna selulosa tinggi

(Siregar, 1994).

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh,

kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut atau bernafas), memperbaiki

jaringan, bergerak selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan,

penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati, 2007).

(5)

Tabel 1. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan

Ket: PBB (Pertambahan bobot badan) DE (Digestible energy/ energi tercerna) ME (Metabolisible energy)

TP (Total protein)

DP (Digestible protein/ protein tercerna) Sumber: (Haryanto dan Andi, 1993).

Disamping mempengaruhi produktivitas ternak, pakan juga merupakan

komponen terbesar dalam biaya produksi dapat mencapai 60-80% dari

keseluruhan biaya produksi. Dengan demikian, dalam memproduksi pakan tidak

hanya perlu memperhatikan kualitasnya saja, tetapi harga pakan juga harus

ekonomis, murah dan terjangkau oleh kemampuan peternak (Siregar, 1994).

Hijauan

Makanan hijauan merupakan semua bahan makanan yang berasal dari

tanaman dalam bentuk daun-daunan. Kelompok tanaman ini adalah rumput

(graminae), leguminosa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Kelompok hijauan

biasanya disebut makanan kasar. Hijauan yang diberikan ke ternak ada dalam

bentuk hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan yang

berasal dari hijauan dan diberikan ke ternak dalam bentuk segar, sedangkan

hijauan kering adalah hijauan yang diberikan ke ternak dalam bentuk kering (hay)

(6)

Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari berat

badannya setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5–2% dari jumlah tersebut termasuk

suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan atau sejenisnya

terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak

ruminansia (Piliang, 2000).

Konsentrat

Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah

sejenis pakan komplit yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan

berperan sebagai pakan penguat. Mudah dicerna karena terbuat dari campuran

beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil,

kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Ternak ruminansia membutuhkan

konsentrat untuk mengisi kekurangan makanan yang diperolehnya dari hijauan.

Pemberian konsentrat pada setiap jenis hewan tidaklah sama (Novirma, 1991).

Untuk ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat dalam

ransumnya akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar tidak kurang dari

15% BK ransum. Oleh karena itu banyaknya pemberian konsentrat dalam formula

ransum harus terbatas agar ternak tidak terlalu gemuk. Pemberian konsentrat

terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi sendiri dapat berkurang

(7)

Bahan Penyusun Konsentrat Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dari pada

solid sawit. Produksi rata-rata sekitar 40 ton/ hari/ pabrik. Bahan pakan ini sangat

cocok terutama untuk pakan konsentrat ternak, namun penggunaannya sebagai

pakan tunggal dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, oleh

karenanya perlu diberikan secara bersama-sama dengan bahan pakan lainnya

(Mathius, 2003).

Pemberian bungkil inti sawit yang optimal adalah 1,5% dari bobot badan

untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak domba.

Pertambahan bobot badan harian akan semakin besar jika semakin besar

persentase bungkil inti sawit yang diberikan dalam ransum (Silitonga, 1993).

Kandungan nutrisi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit (%)

Nutrisi Kandungan

Bahan kering (%) 92,68

Protein kasar (%) 15,4

Lemak kasar (%) 2,4

Serat kasar (%) 16,9

TDN (%) 72

Energi (Kal/kg) 2810

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. Departemen Peternakan FP USU 2005

Dedak

Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras

yang mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan

bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya

(8)

proses pengolahan gabah menjadi beras, wajar jika serat kasar yang dikandung

dedak ini tinggi (Rasyaf, 1992).

Dedak pada musim panen melimpah, sebaiknya pada musim kemarau

berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini

disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau

ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak

(Balitnak, 2010).

Dedak mempunyai harga absolut yang relatif rendah tetapi kandungan

gizinya tidak mengecewakan. Dedak cukup mengandung energi dan protein, juga

kaya akan vitamin (Rasyaf, 1990). Hal tersebutlah yang menyebabkan dedak

dapat digunakan sebagai campuran formula ransum atau sebagai makanan

tambahan (Rasyaf, 1992). Kandungan nutrisi dedak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nutrisi dedak (%)

Nutrisi Kandungan

1 2 3

Sumber: 1. Rasyaf (1990) 2. Rasyaf (1992) 3. Kartadisastra (1994)

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya. Bungkil

kedelai merupakan sumber protein paling yang amat bagus sebab keseimbangan

asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Bungkil

kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan

(9)

Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12%

(Hutagalung dan Chang, 1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (%)

Uraian Kandungan nutrisi

Protein Kasar (%) 43,8

Serat Kasar (%) 4,4

Lemak Kasar (%) 1,5

Kalsium (%) 0,32

Posfor (%) 0,65

Energi Metabolisme (kkal/kg) 2240

Sumber: Hartadi et al (1990).

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan

minyak kelapa. Bahan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk

meningkatkan karkas (Parakkasi,1995).

Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk unggas serta

mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat harganya juga murah.

Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum maksimal sebesar 10 – 15%.

Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam lemak juga sebagai sumber Ca dan P

meskipun kandungannya sedikit (Hardjosworo, 2000). Penggunaan bungkil

kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus

diimbangi dengan penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak

dalam ransum. Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % ,

sedangkan nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan ketidakseimbangan

(10)

Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kelapa (%)

Uraian Kandungan Nutrisi

Protein Kasar (%) 17

Serat Kasar (%) 15

Lemak Kasar (%) 1,8

Kalsium (%) 0,2

Posfor (%) 0,6

Energi Metabolisme (Kkal/kg) 1540

TDN 79

Sumber:Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Program Studi Peternakan FP USU Medan (2009).

Urea

Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagai sumber NPN

(Non Protein Nitrogen) dan mengandung lebih banyak 45% unsur Nitrogen

sehingga pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan

kepada domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi

konsentratnya (Hartadi et al., 1990).

Urea dengan rumus molekul CO (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum

ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit resiko

keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk

kristal berwarna putih dan higroskopis (Sodiq dan Abidin, 2002).

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi

molases yang bentuk fisiknya berupa cairan kental dan berwarna hitam

kecoklatan. Walaupun harganya murah, namun kandungan gizi yang berupa

karbohidrat, protein dan mineralnya masih cukup tinggi dan dapat digunakan

untuk pakan ternak walaupun sifatnya sebagai pendukung. Molases dapat

dipergunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk

pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48-60% sebagai gula), kadar

(11)

kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti Cobalt, Boron,

Yodium, Tembaga, Magnesium dan seng sedangkan kelemahannya adalah kadar

Kalium dapat menyebabkan diare juga dikonsumsi terlalu banyak

(Rangkuti et al., 1985). Kandungan nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases (%)

Kandungan Zat Nilai Gizi

Bahan kering (%) 67,5a

Total digestible nutriens (TDN) 56,7b

Sumber: a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Program Studi Peternakan FP USU Medan(2009) b. Batubara et al (1993).

Mineral

Mineral merupakan nutrisi yang esensial selain digunakan untuk

memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh

ternak ruminansia terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Dijumpai ada 31 jenis

mineral yang terdapat pada tubuh ternak ruminansia yang dapat diukur tetapi

hanya 15 jenis mineral yang tergolong esensial untuk ternak ruminansia.

Agar pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen

membutuhkan 15 jenis mineral esensial makro seperti Ca, K, P, Mg, Na, Cl dan S,

4 jenis esensial mikro seperti Cu, Fe, Mn dan Zn dan 4 jenis mineral esensial

langka seperti I, Mo, Co dan Se (Siregar, 2008).

Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,

namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.

Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan

(12)

yang berperan dalam proses metabolisme di dalam makanan

(Setiadi dan Inounu, 1991). Kandungan beberapa mineral dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan beberapa mineral (%)

Uraian Kandungan

Kalsium karbonat 50,00

Pospor 5,00

Sumber: Eka Farma (2005).

Garam

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas

(Pardede dan Asmira, 1997).

Garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam

akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam

lebih sering terdapat dalam hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Karena

hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah

bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, nafsu makan hilang dan

produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Fermentasi

Menurut Winarno et al. (1990) fermentasi merupakan proses biokimia

yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pakan sebagai akibat

(13)

mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari asalnya

disebabkan karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah

komponen-komponen yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.

Selama proses fermentasi terjadi, bermacam-macam perubahan komposisi

kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta

perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan

penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan aakibat aktivitas dan

perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi

pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat

dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama

proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga

dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga

terjadi peningkatan kadar protein (Sembiring et al., 2006).

Mikroorganisme Lokal

Mikroorganisme lokal merupakan salah satu cara pengembangbiakan

mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme

dasar yang digunakan adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus

dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt. Mikroorganisme ini mempunyai

sifat–sifat sebagai berikut :

a. Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan

enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi

volatile fatty acids yang kemudian akan menjadi asam amino.

b. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan

(14)

menjadi peptide sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2

dan air.

c. Sifat lipolitik, mikroorganisma yaitu Lactobacillus akan menghasilkan

enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.

Pembuatan mikroorganisme lokal menggunakan beberapa bahan antara

lain air sumur, air gula, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt. Semuanya

dimasukkan ke galon, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan

dibiarkan selama 3 hari. Guna ditutup dengan kantong plastik adalah untuk

mendapatkan indikasi apakah mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja, bila

kantong plastik menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme

tersebeut (Takakura Method, 2009).

Rhizopus sp

Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu hifa yang membentuk

rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik,

sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang juga

disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif.

Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak

sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan

mengandung ratusan spora. Sporangiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya

oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contoh spesiesnya adalah

Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi

(15)

Hasil penelitian dengan melakukan fermentasi bungkil kedelai memakai

Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari

41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2% sehingga diduga

dapat dipakai untuk alternatif sebagai bahan pemicu pertumbuhan

(Handajani, 2007).

Saccharomyces sp

Saccharomyces merupakan genus khamir/ ragi/ en:yeast yang memiliki

kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces

merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk kelompok

Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 300C dan pH 4,8. Beberapa kelebihan Saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat

berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu

yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi. Beberapa

spesies saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13,01%. Hasil ini

lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon.

Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu

unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea,

ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi

antara 28 – 300C. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces boullardii dan saccharomyces uvarum

Saccharomyces yang dapat mengubah karbohidrat. Saccharomyces

merupakan inokulan yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang

mampu menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii,

(16)

berperan pada ragi tape adalah jenis Candida, Endomycopsis, Hansnula,

Amilomyces rouxii dan Aspergillus orizae.

Beberapa keuntungan hasil fermentasi terutama adalah asam asetat dan

alkohol dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun di dalam pakan

misalnya Clostridium botulinum. Ragi yang bersifat katabolik atau memecah

komponen yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana sehingga lebih

mudah dicerna.

Saccharomyces menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan ikatan

fosfor dalam phitin, sehingga dengan ditambahkan ragi tape dalam ransum akan

menambah ketersediaan mineral. Ragi bersifat katabolik atau memecah komponen

yang kompleks menjadi zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna

oleh ternak, maka dengan penambahan ragi tape dapat meningkatkan kegiatan

pencernaan dalam tubuh ternak sehingga pertumbuhan ternak menjadi optimal

(http://id.wikipedia.org, 2013).

Lactobacillus sp

Lactobacillus adalah bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau

mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok

bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan dari bakteri ini

umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat

ditemukan didalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis

dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari Lactobacillus

memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi

asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu

(17)

digunakan untuk industri pembuatan yoghurt, keju, sauerkraft, acar, bir, anggur

(minuman), cuka, kimchi, cokelat dan makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk

juga pakan hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan asam, dibuat dengan

”kultur awal”, yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan bakteri asam

laktat yang berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili,

terutama L. casei dan L. brevis adalah dua dari sekian banyak organisme yang

membusukkan bir. Cara kerja ini adalah dengan menurunkan pH bahan

fermentasinya dengan membentuk asam laktat (http://id.wikipedia.org, 2013).

Trichoderma harzianum

Klasifikasi Trichoderma sp. menurut Semangun (2000) adalah sebagai

berikut: Kingdom : Fungi, Phylum : Ascomycota, Class : Ascomycetes,

Subclass: Hypocremycetidae, Ordo: Hypocreales, Family:

Hypcreaceae, Genus: Trichoderma, Species : T. harzianum,

T.pseudokoningnii dan T. viridae

Trichoderma harzianum merupakan salah satu jamur yang bersifat

selulitik yang potensial menghasilkan selulase dalam jumlah yang relatif banyak

untuk mendegradasi selulosa. Trichoderma harzianum menghasilkan enzim

kompleks selulase yang dapat merombak selulosa menjadi selobiosa hingga

menjadi glukosa. Trichoderma harzianum memiliki kemampuan untuk

menghasilkan berbagai enzim ekstrasluler, khususnya selulase yang dapat

mendegradasi polisakarida kompleks (Harman, 2002)

Koloni Trichoderma harzianum pada media biakan PDA tumbuh dengan

(18)

Eceng Gondok

Eceng Gondok (Eichhornia crasippes) atau dalam bahasa Inggris disebut

“water hyacinth” mempunyai sistematika sebagai berikut; Divisio: Embryophytasi

phonogama, Sub Divisio: Angiospermae, Klas: Monocotyledone, Ordo:

Farinozae, Familia: Pontederaceae, Genus: Eichhornia, Species: Eichhornia

crassipes (Fuskhah, 2000).

Eceng gondok merupakan salah satu jenis gulma air yang

perkembangannya sangat cepat dan mempunyai daya penyesuaian terhadap

lingkungan yang tinggi, memiliki kelopak bunga berwarna ungu muda atau agak

kebiruan, akarnya serabut dan memiliki tudung akar berwarna merah. Eceng

gondok tumbuh sangat cepat, apabila tidak dikendalikan maka dalam waktu 3-4

bulan mampu menutupi lebih dari 70% permukaan danau, dan dari sisi hidrologi

eceng gondok dapat menyebabkan kehilangan air permukaan sampai 4 kali lipat

jika dibandingkan pada permukaan terbuka dan dapat menyebabkan pendangkalan

pada danau, sungai, atau daerah berair lainnya (Surhaini, 2010).

Kadar nutrisi daun eceng gondok dalam bentuk bahan kering (BK) yaitu

memiliki kadar protein kasar 6,31%, serat kasar 26,61%, lemak kasar 2,83%, abu

16,12%, dan memiliki kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,18%

(Mangisah et al., 2009). Eceng gondok segar mempunyai kandungan air sebesar

94,09%, dan dalam 100% bahan kering mempunyai kadar protein 11,95% dan

serat kasar 37,1% (Sumarsih et al., 2007).

Keunggulan dari tanaman eceng gondok adalah dapat digunakan sebagai

(19)

pertumbuhan dan produktifitas yang tinggi, asam amino yang terkandung di

dalam eceng gondok hampir sama pada rumput pakan dan memiliki kandungan

mineral yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian di Filipina menunjukkan

bahwa eceng gondok kaya akan protein yang ekuivalen dengan protein yang

terkandung dalam pakan komersial yaitu mengandung (asam amino, metionin,

kistin, lisin, besi, fosfat dan kalsium). Keunggulan eceng gondok dalam segi

kualitas yaitu eceng gondok yang difermentasi sebagai pakan ternak non

ruminansia ialah mampu meningkatkan kandungan protein kasar yang dibutuhkan

bagi ternak seperti unggas, serta melalui proses amoniasi mampu menurunkan

kadar serat kasar yang dilihat dari tingginya kandungan lignin pada daun eceng

gondok, dengan cara memecahkan ikatan lignoselulosa menjadi karbohidrat yang

mudah dicerna, sehingga dapat meningkatkan tingkat kecernaan pada ternak

ruminansia, serta mampu meningkatkan palatabilitas pada ternak (Surhaini, 2010).

Eceng gondok juga memiliki beberapa kekurangan dalam segi kualitas

antara lain kadar air yang terlalu tinggi, tekstur yang terlalu halus, banyak

mengandung hemiselulosa, protein sukar dirombak oleh bakteri rumen dan

kandungan mineral sangat tinggi, dan dengan daya serap mineral yang cukup

tinggi, eceng gondok yang berasal dari perairan tercemar dapat mengandung

logam berat beracun bagi ternak (Rahmawati et al., 2000). Komposisi zat-zat

(20)

Tabel 8. Komposisi zat-zat nutrisi eceng gondok dalam bahan kering (%)

Zat-Zat Makanan Kandungan (%)

Bahan Kering 87,27

Protein Kasar 13,25

Lemak 0,05

Energi Bruto (Kkal/kg) 3534

Sumber: Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB, Bogor (2003).

Karkas

Karkas adalah bobot tubuh dari ternak setelah pemotongan dikurangi dari

berat kepala, darah, organ-organ internal, kaki (carpus dan tarsus) kebawah dan

kulit (Soeparno, 1994).

Bobot karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran

pencernaan, darah, kepala, kulit, dan keempat kaki mulai dari persendian carpus

atau tarsus kebawah. dinyatakan bahwa dijumpai sedikit modifikasi, kadang

dengan atau tanpa ginjal, lemak ginjal, lemak pelvis, lemak sekitar ambing,

diaphragma dan ekor. karkas sebagai satuan produksi dinyatakan dalam bobot

karkas dan persentase karkas. persentase karkas adalah perbandingan antara bobot

karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan dan

(21)

Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot ternak, kondisi,

bangsa ternak, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum yang diberikan dan

cara pemotongan (Berg dan Butterfield, 1976).

Persentase karkas adalah berat karkas dibagi berat hidup ternak dikali

seratus persen (Soeparno, 1994). Persentase karkas domba khusus digemukkan

56-58%, domba yang gemuk 45-55%. rata-rata 50% bobot badan hidup adalah

karkas (Lawrie, 1995). Persentase karkas dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin

dan juga pengebirian serta tingkat makanan (Dewi, 2000).

Apabila ternak tidak diberi makan atau minum pada periode tertentu

(dua hari misalnya) maka persentase karkas akan meningkat karena berkurangnya

jumlah urine dan feses selama periode tertentu. komposisi pakan juga

berpengaruh terhadap besarnya persentase karkas ternak yang mendapat pakan

hijauan dengan mutu rendah, mengandung lebih banyak digesta didalam saluran

pencernaan nya dari pada ternak yang diberi pakan hijauan bermutu tinggi dengan

proporsi biji-bijian yang tinggi. Ternak yang dipuasakan ragam persentase

karkasnya dapat mencapai 4% lebih besar (Tulloh, 1978).

Perbedaan komposisi tubuh dan karkas di antara bangsa ternak disebabkan

oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa atau perbedaan bobot pada saat dewasa

(Soeparno, 1994).

Menurut Suryo (1997) proporsi komponen karkas dan potongan karkas

yang dikehendaki konsumen adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas

proporsi daging tanpa lemak (lean) yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak

(22)

Herman (1993) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong yang

diperoleh menyebabkan bobot karkas segar dan persentase karkas semakin tinggi.

Davendra (1977) menyatakan persentase karkas merupakan sifat penting

dalam kajian mengenai karkas. persentase karkas dipengaruhi oleh umur, jenis

kelamin dan pakan yang dikonsumsi. Persentase karkas merupakan faktor yang

penting untuk menilai produksi ternak pedaging, karena sangat erat hubungannya

dengan bobot hidup dimana semakin bertambah bobot hidup maka produksi

karkas meningkat.

Owen dan Norman (1977) menyatakan bahwa jika umur bertambah, maka

bobot tubuh bertambah sehingga akan meningkat persentase karkas.

Levi et al. (1967) juga mengatakan hal yang sama bahwa bobot badan

hidup erat hubungannya dengan umur, semakin tinggi bobot hidup maka

persentase karkas akan meningkat.

Lemak

Lemak merupakan jaringan yang bersifat dinamis, banyak terkumpul

dalam dinding rongga perut dan ginjal. jaringan lemak ternak ruminansia relatif

stabil dari pengaruh nutrisi dan lingkungan fisik dibanding dengan ternak

monogastrik (Crouse et al., 1981).

Menurut Berg dan Butterfield (1976) menyatakan jumlah lemak dalam

tubuh adalah paling beragam dan sangat tergantung pada jumlah pakan dan ragam

pakan yang dikonsumsi.

Lemak dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu lemak omental

(di bagian saluran pencernaan), lemak internal (disekitar ginjal dan pelvis), lemak

(23)

lemak subkutan domba bersifat lambat. Penimbunan lemak pada bagian

abdominal tidak diinginkan, karena akan mengurangi selisih antara berat hidup

dengan berat badannya. Salah satu cara mengurangi perlemakan adalah dengan

cara memvariasikan nutrisi ransum terutama energi dan protein. Peningkatan

kandungan energi ransum akan meningkatkan pula kandungan lemak tubuh dan

peningkatan kandungan protein ransum maka jumlah lemak abdominal akan

menurun (Hasibuan, 1996).

Lemak cadangan tidak hanya terbentuk dari lemak yang dimiliki tetapi

berasal dari karbohidrat dan adakalanya dari protein. Lebih kurang 50% dari

jaringan lemak terdapat di bawah kulit, sisanya ada disekeliling alat-alat tubuh

tertentu teristimewa ginjal, dalam membran disekeliling usus, dalam urat daging

dan di tempat-tempat lainnya (Anggorodi, 1984).

Tidak ada perbedaan dalam proporsi daging, tulang dan jaringan ikat

maupun pada perlemakan pada tingkat pemberian pakan yang berbeda pada

domba, tetapi berbeda dalam depot lemak domba yang mendapat pakan lebih

banyak mempunyai lemak subkutan lebih banyak (Frandson, 1992).

Non Karkas

Bobot non karkas diperoleh dengan menimbang bagian non karkas.

Persentase karkas diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot

potong, sedangkan persentase non karkas diperoleh dengan membandingkan

bobot non karkas dengan bobot potong. Penimbangan non karkas dilakukan untuk

masing-masing komponen yaitu kepala, darah, organ-organ dalam kecuali ginjal,

(24)

Non karkas adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala, kulit

dan bulu, darah, organ-organ internal, kaki bagian bawah dari sendi carpal untuk

kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki bagian belakang (Soeparno, 1994).

Menurut Ridawan (1991) pakan dapat mempengaruhi pertambahan berat

komponen non karkas domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan

energi yang tinggi mempunyai jantung, paru-paru yang lebih berat dari pada

domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi yang rendah.

Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen, omasum, usus

besar, usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi sebaliknya bagi berat kepala dan

kaki perlakuan dan nutrisi serta spesies pastura dan pangonan pada domba tidak

mempengaruhi berat kepala, kaki dan kulit pada berat tubuh yang sama

(Soeparno, 1994).

Kadar laju pertumbuhan beberapa komponen non karkas hampir sama

dengan kadar laju pertumbuhan tubuh, misalnya abomasum dan usus besar

mencapai kedewasaan hampir bersamaan dengan tubuh. Usus kecil tumbuh lebih

cepat dari pada usus besar dan abomasum. Berat rumen retikulum dan omasum

meningkat dengan cepat pada awal kehidupan post natal. Meskipun demikian

berat total saluran pencernaan menurun pada saat mencapai kedewasaan

(Berg dan Butterfield, 1976).

Herman (1993) semakin tinggi bobot potong yang diperoleh maka

semakin tinggi pula bobot non karkas dan persentase non karkas yang didapat.

Untuk menghasilkan bobot potong dan bobot non karkas maka erat kaitannya

dengan konsumsi hewan ternak selama masih hidup. Konsumsi yang tinggi akan

(25)

Menurut Soeparno (1994) nutrisi juga mempengaruhi persentase non

karkas terhadap berat hidup. Persentase karkas terhadap berat hidup biasanya

meningkat sesuai dengan peninggkatan berat hidup, tetapi persentase bagian non

karkas seperti kulit dan darah menurun.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

berlangsung selama 4 bulan dimulai dari bulan Agustus 2013 sampai dengan

bulan Nopember 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu domba lokal jantan lepas sapih sebanyak 20

ekor dengan rataan bobot badan 7,87±2,18 kg, pakan konsentrat yang terdiri dari

bungkil inti sawit, dedak, bungkil kedelai, molases, urea, mineral dan garam.

MOL sebagai fermentator, Trichoderma harzianum sebagai fermentator, kalbazen

sebagai obat cacing, anti bloat sebagai obat gembung, rodalon untuk desinfektan

dan air minum diberikan secara ad libitum.

Alat

Alat yang digunakan yaitu kandang individual 20 unit dengan ukuran

1 x 0,5 m beserta perlengkapannya, tempat pakan dan minum, timbangan untuk

(26)

berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan, grinder

digunakan untuk menghaluskan bahan pakan konsentrat, choper untuk menchoper

bahan pakan, autoklaf untuk mensterilkan bahan dan alat, termometer digunakan

untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang, alat penerangan kandang,

alat pembersih kandang dan alat tulis untuk menulis data.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan.

Ransum perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:

P0: Konsentrat + 100% Rumput

P1: Konsentrat + (40% Rumput + 60% Eceng gondok fermentasi

Mikroorganisme lokal)

P2: Konsentrat + (40% Rumput + 60% Eceng gondok fermentasi Trichoderma

harzianum)

P3: Konsentrat + 100% Eceng gondok fermentasi Mikroorganisme lokal

P4: Konsentrat + 100% Eceng gondok fermentasi Trichoderma harzianum

Model linear yang digunakan untuk rancangan acak lengkap (RAL)

adalah: Yij = + i + εij

Dimana :

Yij = Nilai pengamatan yang diperoleh dari satuan percobaan dari perlakuan ke-i

dan ulangan ke-j

= Rataan/nilai tengah

(27)

εij= Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(Hanafiah, 2000).

Susunan perlakuan penelitian adalah sebagai berikut:

P3U1 P4U3 P0U1 P1U4

P1U1 P3U3 P2U1 P4U2

P2U2 P0U4 P3U2 P2U3

P0U2 P2U3 P1U2 P0U3

P1U3 P4U1 P3U4 P4U4

Kaidah Keputusan

 Bila Fhit < F0,05 perlakuan tidak berbeda nyata (terima H0/tolak H1).

 Bila Fhit ≥ F0,05 perlakuan berbeda nyata (tolak H0/terima H1).

 Bila Fhit ≥ F0,01 perlakuan berbeda sangat nyata (tolak H0/terima H1).

Parameter Penelitian

a. Bobot Karkas (Kg)

Bobot karkas adalah bobot yang diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah

dipuasakan (bobot potong) dengan bobot darah, kepala, kaki, kulit, organ tubuh

bagian dalam (selain ginjal), alat reproduksi dan ekor.

b. Persentase Karkas (%)

Persentase karkas adalah bobot karkas segar dibagi dengan bobot tubuh kosong

dikali seratus persen.

c. Persentase Lemak (%)

1. Persentase lemak subkutan (%)

Diperoleh dari perbandingan bobot lemak subkutan dengan bobot karkas

dikali 100%.

(28)

Diperoleh dari perbandingan bobot lemak ginjal dengan bobot karkas dikali

100%.

3. Persentase lemak pelvis (%)

Diperoleh dari perbandingan bobot lemak pelvis dengan bobot karkas dikali

100%.

d. Bobot Non Karkas (kg)

Bobot ini diperoleh dengan menimbang berat kepala, kaki, kulit dan bagian organ

dalam.

e. Persentase Non Karkas

Persentase non karkas diperoleh dari perbandingan bobot non karkas dengan

bobot tubuh kosong dikali 100%.

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Kandang

Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan

pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan.

Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan Rhodallon

(dosis 10 ml/ 2,5 liter air).

Persiapan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian sebanyak 20 ekor yang terdiri

dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dan tiap perlakuannya terdiri dari 1 ekor domba.

Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan

(29)

Pengacakan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor.

Penempatan domba dengan sistem acak yang tidak membedakan bobot badan

domba. Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan domba.

Pemberian Pakan dan Minum

Pakan yang digunakan adalah eceng gondok fermentasi, rumput dan

konsentrat, pemberian air minum secara ad libitum dimana air minum diganti

setiap hari dan tempatnya dicuci bersih. Pemberian pakan eceng gondok

fermentasi, rumput dan konsentrat diberikan 2 x sehari.

Pemberian Obat-Obatan

Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan

obat cacing Kalbazen selama adaptasi untuk menghilangkan parasit dalam saluran

pencernaan, sedangkan obat lainnya diberikan apabila ternak sakit dan

disesuaikan.

Penimbangan Ternak Domba

Penimbangan bobot badan dilakukan pada awal dilakukannya perlakuan

penelitian dan pengambilan data pertambahan bobot badan selama dua minggu

sekali penimbangan selama tiga bulan.

Pemotongan Ternak Domba

Jumlah ternak domba yang dipotong sebanyak 20 ekor. Pemotongan

ternak domba dilakukan sesuai syariat Islam setelah dipuasakan selama 24 jam.

Pemotongan domba dilakukan dengan memotong vena jugularis, oesophagus dan

trachea (dekat tulang rahang bawah), tujuannya agar terjadi pengeluaran darah

(30)

(bobot darah) kemudian ujung oesophagus diikat agar isi rumen tidak keluar

apabila ternak digantung.

Kepala dilepaskan dari tubuh kemudian ditimbang (bobot kepala), kaki

depan (carpus) ke bawah dan kaki belakang (tarsus) ke bawah dilepas dan

ditimbang (bobot kaki), ekor dilepas dan ditimbang (bobot ekor). Kedua kaki

belakang ternak tersebut digantung kemudian kulitnya dilepas dan ditimbang

bobotnya (bobot kulit).

Semua organ tubuh bagian dalam dikeluarkan yaitu hati, limfa, jantung,

paru-paru, trachea, alat pencernaan, empedu dan alat reproduksi kecuali ginjal

kemudian ditimbang masing-masing.

Bobot yang diperoleh dari selisih bobot potong dengan bobot darah,

kepala, kaki, kulit, ekor, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal) dan alat

reproduksi disebut bobot karkas. Setelah diperoleh bobot karkas, karkas

dimasukkan ke dalam alat pendingin selama 24 jam untuk diuraikan agar

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan
Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit (%)
Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (%)
Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kelapa (%)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk subfaktor yang paling berpengaruh pada tujuh faktor keterlambatan yaitu komunikasi yang kurang baik antara tenaga kerja dan mandor dengan komunalitas sebesar

The title of this paper is ”Bentuk, Fungsi dan Makna Masjid Lautze di Jakarta Pusat.” The purpose of the research is to describe the form, the function, and the meaning of

PENGARUH ATRIBUT KUALITAS, HARGA, DESAIN DAN PELAYANAN SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP KEPUTUSAN

Pastikan permintaan maaf sederhana, seperti pernyataan oleh Frank Lorenzo, Ketua Continental Airlines, yang mengatakan dalam sebuah koran satu halaman penuh

oleh peneliti dengan melalui proses pemeriksaan dari T i m Penilai Usul dan Laporan Penelitian Puslit IKIP Padang... WAPANi TERIMA

Secara keseluruhan, hasil parameter pengujian keempat sampel menunjukkan bahwa sampel yang di ambil di desa mitra yaitu Desa Glagah Arum dan Desa Gedang

Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh (a)-(f) untuk setiap unit penghasil kas (kelompok dari unit) untuk mana jumlah tercatat dari goodwill atau aset tidak

Pangkalpinang dalam penegakan hukum penyedia jasa prostitusi. Dapat memberikan kontribusi kepada kalangan akademisi dan