• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur terhadap Kualitas Tidur Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur terhadap Kualitas Tidur Remaja"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 18 No 2 Hal 49-54 Juli 2018

Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur terhadap

Kualitas Tidur Remaja

The Effectiveness of Wudhu Therapy before Bedtime into Sleep Qualtiy in Teenagers

Nina Dwi Lestari

1

*, Muhammad Rofiqul Minan

1 1

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DATA NASKAH: Received: 09 Jan 2018 Reviewed: 18 Mar 2018 Revised: 02 Apr 2018 Accepted: 10 May 2018

*KORESPONDENSI:

ninadwilestari@umy.ac.id

DOI:

10.18196/mm.180215

TIPE ARTIKEL: Penelitian

Abstrak: Gangguan kualitas tidur memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan menurunnya konsentrasi seseorang. Penelitian mengenai terapi relaksasi khususnya wudhu terhadap kualitas tidur remaja belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi wudhu menjelang tidur terhadap kualitas tidur pada remaja. Penelitian ini adalah Quasy-Experimental with pretest-posttest control group design pada 60 remaja.Teknik sampling dengan Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Pretest dilakukan pada kedua kelompok selama 7 hari sebelum perlakuan dimulai pada kelompok intervensi. Terapi wudhu dilakukan pada kelompok eksperimen, sekali sehari setiap hari menjelang tidur malam selama seminggu.

Posttest dilakukan setiap hari selama seminggu, dilakukan saat bangun tidur (pagi hari) pada kedua kelompok, selama intervensi berlangsung pada kelompok eksperimen. Uji statistik menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata PSQI sebelum dan sesudah diberikan terapi wudhu yaitu 6.04 dan 3.94 (p

value 0,000). Rata-rata nilai PSQI pada kelompok kontrol pada pengukuran pertama adalah 6.23 dan 6.05 pada pengukuran kedua (p value 0,730). Terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara kelompok control dan kelompok eksperimen setelah diberikan terapi wudhu (p value 0,000, p<0,05). Terapi wudhu menjelang tidur terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas tidur remaja.

Kata kunci:Wudhu; Terapi; Kualitas Tidur; Remaja

Abstract: Sleep quality disorder have a serious impact on well-being and concentration. Research on wudhu therapy in teen’s sleep quality has never been done. The aim of this study was to examine the effectiveness of wudhu therapy to improving teen’s sleep quality. This is Quasy-Experimental with pretest-posttest control group design in 60 teenagers taken by Simple Random Sampling. Research instrument is Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Pretest conducted in both of groups during the 7 days before treatment started. Wudhu therapy performed on experiment group, once a day, every day for a week before the night's sleep. Posttest performed daily for a week when waking up (morning) in two groups, during an intervention in the experiment group. Statistical tests using T test. The results showed that mean value of PSQI before and after given wudhu therapy are 6.04 and 3.94 respectively (p value 0.000). Mean value of PSQI in control group at the first and second measurements are 6.05 and 6.23 respectively (p value 0.730). There is a significant differences in sleep quality between experiment and control group (p value 0.000, p < 0.05). Wudhu therapy proven to be effective towards improving teen’s sleep quality.

(2)

Vol 18 No

2

J

ul

i 2018

PENDAHULUAN

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia yang berperan penting dalam

me-ningkatkan stabilitas daya tahan tubuh.1 Manfaat

tidur dapat dirasakan secara optimal apabila tidur

tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.2

Adanya gangguan dalam kualitas tidur yang diaki-batkan oleh stres, insomnia, mimpi buruk, diabetes, tersumbatnya saluran pernapasan, akan membuat kualitas tidur menjadi buruk sehingga ketika bangun, tubuh dalam kondisi yang tidak segar

bugar.3

Gangguan dalam kualitas tidur dialami oleh berbagai tingkatan usia, salah satunya adalah

rema-ja. Penelitian yang dilakukan oleh Haryono et al.

(2009),4 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan

tidur pada remaja adalah sebesar 62,9%. Prevalensi gangguan tidur pada remaja di Indonesia berkisar

25% - 40%.5 Kualitas tidur yang buruk pada remaja

dapat mengakibatkan penurunan kinerja otak, dan

menurunnya tingkat konsentrasi.6

Hasil survey pendahuluan pada mahasiswa ke-perawatan tingkat akhir di Universitas Muhammadi-yah Yogyakarta (UMY) menunjukkan bahwa 81,3% mahasiswa mengeluhkan gangguan tidur yang di-akibatkan oleh beban tugas kuliah. Gangguan dalam kualitas tidur tersebut menyebabkan kurang konsentrasi dan keluhan fisik. Upaya yang sudah dilakukan adalah dalam bentuk mendengarkan mu-sik, mendengarkan murotal, dzikir dan pijat, akan tetapi hanya 19,2% mahasiswa yang menyatakan cara tersebut efektif dalam meningkatkan kualitas tidurnya.

Gangguan dalam kualitas tidur dapat diatasi dengan berbagai cara, diantaranya adalah melalui terapi relaksasi. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa relaksasi sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur. Relaksasi yang biasa dilakukan saat menjelang tidur yang terbukti memberikan pengaruh dalam peningkatan kualitas

tidur adalah teknik relaksasi aroma terapi,7 terapi

musik,8 terapi back massage.9 Upaya dalam

mening-katkan kualitas tidur dalam bentuk terapi relaksasi lain yang dimungkinkan efektif adalah wudhu. Pe-nelitian membuktikan bahwa wudhu memiliki

man-faat dalam mengatasi masalah gangguan tidur.10

Wudhu merupakan salah satu bentuk terapi

yang dapat meningkatkan fungsi neurologis.11 Air

wudhu yang digunakan, dapat bermanfaat dalam mendinginkan ujung saraf jari tangan dan kaki yang akan memberikan manfaat dalam memantapkan

konsentrasi dan membuat tubuh menjadi rileks. Saat melakukan gerakan wudhu akan memberikan

efek masage (pijatan) pada anggota tubuh yang

dibasuh, efek masage dapat mendorong tubuh

untuk mengeluarkan hormon endorfin yang

mem-berikan perasaan nyaman.12

Penelitian mengenai manfaat wudhu untuk kesehatan sudah banyak diteliti, akan tetapi pene-litian mengenai efektifitas wudhu sebagai terapi relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur, masih belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi wudhu terhadap kua-litas tidur khususnya pada remaja.

BAHAN DAN CARA

Metode penelitian ini adalah kuantitatif

dengan desain quasy experimental, pretest posttest

with control group design. Populasi penelitian ini

adalah remaja yang berjumlah 120 orang. Jumlah sampel yang diikutkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 responden, yang terbagi menjadi 30 responden yang termasuk dalam kelompok eksperi-men dan 30 responden lainnya sebagai kelompok

kontrol. Teknik sampling menggunakan simple

random sampling. Instrumen yang digunakan

beru-pa kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

dalam versi Bahasa Indonesia, yang telah teruji validitas dan reliabilitas oleh penelitian sebelumnya

di Indonesia yaitu oleh Agustin (2012),13 dengan nilai

r hitung>0,361 pada n=30, dan dengan koefisien Cronbachǯs Alpha sebesar 0,766 (>0,7). PSQI

digu-nakan untuk menilai kualitas tidur pada saat pretest

dan posttest.

Pretest dilakukan pada kedua kelompok

sela-ma 7 hari sebelum perlakuan dimulai pada kelom-pok intervensi. Terapi wudhu dilakukan menjelang tidur malam oleh responden secara mandiri, setiap hari selama 1 minggu, pada kelompok eksperimen.

Posttest dilakukan setiap hari selama 7 hari,

dilaku-kan pada saat bangun tidur (pagi hari) pada kedua kelompok, dilakukan selama intervensi berlangsung pada kelompok eksperimen. Pengukuran nilai

posttest dimulai ketika intervensi mulai dilakukan

pada kelompok eksperimen. Responden pada ke-lompok eksperimen, diberikan lembar monitoring untuk mengecek pelaksanaan terapi wudhu selama penelitian berlangsung.

Nilai PSQI yang merupakan hasil pretest dan

posttest berupa data ratio dalam rentang nilai

(3)

statis-Paired t test digunakan untuk melihat perbedaan

nilai pretest dan posttest dalam kelompok yang

sama. Penelitian ini telah dinyatakan lulus uji etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UMY dengan nomor etik 189/EP-FKIK-UMY/III/2017.

HASIL

Berdasarkan karakteristik responden, mayori-tas responden berjenis kelamin perempuan, baik pada kelompok eksperimen (83,3%), maupun ke-lompok kontrol (66,7%). Berdasarkan usia, semua responden pada kelompok intervensi berusia 22 tahun dan hampir semua responden kelompok kontrol berusia 22 tahun (96,7%). Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada

kelompok intervensi terdapat nilai rata-rata pretest

PSQI yaitu 6,04 sedangkan nilai rata-rata posttest

PSQI setelah diberikan terapi wudhu mengalami

penurunan menjadi 3,94 dengan p value 0.000

(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas tidur antara sebelum dan sesudah diberikan terapi wudhu. Kesimpulannya, kualitas tidur mahasiswa meningkat setelah dilakukan tindakan wudhu menjelang tidur. Nilai rata-rata PSQI pada kelompok

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Nilai Pretest-Postest Kualitas Tidur Remaja pada Masing-masing Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kelompok Pretest Postest P value

Mean ± SD Mean ± SD

Intervensi 6.04±1.67 3.94±1.06 0.000

Kontrol 6.23±1.89 6.05±2.17 0.730 nilai rata-rata PSQI pada pengukuran kedua, hasilnya tidak jauh berbeda yaitu 6,05. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0.730 (p>0.05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PSQI pada saat pengukuran pertama dan pengukuran kedua. Kualitas tidur mahasiswa tidak mengalami pening-katan tanpa melakukan wudhu menjelang tidur.

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata kualitas tidur pada saat pretest pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan (p value

0,674, p>0,05). Hasil ini berseberangan dengan nilai

rata-rata posttest pada kelompok intervensi dan

kontrol. Hasil uji statistik menggunakan

indepen-dent t-test menunjukkan nilai p value 0.000 (p<0.05)

yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai PSQI pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi wudhu dan nilai PSQI pengukuran kedua pada kelompok kontrol.

DISKUSI

Hasil analisis terhadap karakteristik responden berdasarkan usia pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden berada pada rentang usia 22-23 tahun. Menurut WHO, usia 19-25 tahun merupakan usia remaja akhir dimana terjadi perubahan menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan dari suatu tahap ke tahap berikutnya dan penuh dengan masalah serta mengalami perubahan baik emosi,

tubuh dan perilaku.10 Responden pada penelitian ini

(4)

Vol 18 No

2

J

ul

i 2018

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, res-ponden pada penelitian ini paling banyak yaitu ber-jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hal ini berkaitan dengan pendapat bah-wa perempuan sangat memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan lebih sensitif dibandingkan

dengan laki-laki.14 Seseorang yang sedang

mengala-mi cemas, akan berpengaruh terhadap kualitas ti-durnya. Kecemasan responden pada penelitian ini disebabkan karena responden sedang mengerjakan tugas akhir berupa KTI. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Albar (2014),15

ten-tang hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur mahasiswa selama penyusunan skripsi di

STIKES ǮAisyiyah Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (72,9%) dan menunjukkan bah-wa kualitas tidur mahasisbah-wa dipengaruhi oleh kece-masan yang dialami mahasiswa.

Hasil penelitian ini berseberangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nashori dan

Diana (2012),16 bahwa mahasiswa perempuan

memiliki kualitas tidur yang lebih tinggi disbanding-kan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini terjadi kare-na pada mahasiswa laki-laki lebih cenderung memu-lai tidur di waktu yang sudah sangat larut. Mayori-tas mahasiswa laki-laki memulai tidur ketika waktu menunjukkan pukul 12 malam, sedangkan pada mahasiswa perempuan memiliki kebiasaan tidur yang lebih baik yaitu tidur pada waktu yang lebih awal.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji

paired t-Test menunjukkan bahwa terdapat

perbe-daan yang signifikan terkait nilai PSQI pada kelom-pok intervensi, sebelum dan setelah melakukan

wudhu dengan p value 0,000. Hal ini menunjukkan

adanya peningkatan kualitas tidur setelah melaku-kan wudhu menjelang tidur.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2.

hasil uji paired t-Test menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara nilai PSQI saat pengukuran pertama dengan pengukuran ke dua

pada kelompok kontrol (p value 0,730). Hal ini

me-nunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifi-kan pada kualitas tidur pada saat pengukuran per-tama dan kedua, di kelompok kontrol.

Hasil dari uji Independent t-Test kelompok

in-tervensi dengan kelompok kontrol pada pretest

menunjukkan nilai signifikansi p 0,674 hal ini

me-nunjukkan bahwa kualitas tidur pada kedua kelom-pok memiliki kesamaan atau tidak adanya

perbe-daan dalam kualitas tidur. Hasil uji independent

t-Test kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

pada saat posttest memiliki nilai signifikansi p 0,000

(<0.05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan an-tara kelompok intervensi setelah melakukan wudhu menjelang tidur dengan kelompok kontrol pada pengukuran kedua.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi wudhu menjelang tidur terbukti efek-tif dalam meningkatkan kualitas tidur remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hariawan

(2015),17 mengenai pengaruh berwudhu terhadap

kualitas tidur lansia insomnia di PSTW Puspakarma

Mataram. Hasil uji Paired t-test menunjukkan hasil

yang signifikan ketika sebelum dan sesudah diberi-kan intervensi pada kelompok intervensi dengan

hasil p value 0.031 (p<0,05). Hasil dari nilai p

terse-but menunjukkan bahwa setelah dilakukan inter-vensi berupa wudhu pada kelompok interinter-vensi, terjadi penurunan skor pada pengukuran kualitas tidur PSQI sehingga setelah dilakukan wudhu kuali-tas tidur pada lansia membaik. Hal ini diperkuat kembali dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rinawati (2012),18 bahwa tidak terdapat perubahan

tingkat insomnia pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi berupa wudhu menjelang tidur. Wudhu memberikan ketenangan yang dimak-nai seperti perasaan nyaman, damai, tentram dan merasa bahagia karena wudhu juga meringankan

fungsi jantung dan memperlancar aliran darah.19

Pada saat melakukan wudhu terdapat efek masage

(pijatan) yang dapat mendorong tubuh untuk mengeluarkan hormon endorfin yang memberikan rasa nyaman. Saat tubuh dalam keadaan nyaman, saraf yang bekerja yaitu parasimpatik yang akan menurunkan semua fungsi yang dinaikkan oleh

saraf simpatik sehingga terjadi relaksasi.12

Relaksasi memberikan dampak pada tubuh dan pikiran menjadi rileks sehingga memudahkan seseorang untuk masuk ke kondisi tidur dan

me-ningkatkan kualitas tidur.18 Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2015),11

tentang pengaruh terapi wudhu sebelum tidur ter-hadap tingkat insomnia pada usia lanjut di PSTW

Unit Budi Luhur Yogyakarta didapatkan hasil nilai p

0.000 (p<0.05) yang artinya bahwa wudhu secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan ting-kat insomnia pada lansia.

(5)

oksigen menjadi terpenuhi dan air yang mengalir

memberikan efek menenangkan.10 Saat seseorang

sedang berkumur, otot-otot wajah akan bergerak sehingga dapat memberikan efek relaksasi pada

wajah.20 Saat membasuh muka, tangan dan kepala

dapat mengurangi dan menghilangkan kecemasan,

depresi dan stress.21 Saat membasuh telinga, ketika

seseorang menggosok telinga dengan lembut

da-pat meningkatkan tingkat konsentrasi.22 Pada saat

membasuh kaki akan memperlancar peredaran da-rah di kaki, karena kaki merupakan organ yang

paling jauh dari jantung.21

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa wudhu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, khususnya memiliki efek terhadap relak-sasi tubuh. Kondisi tubuh yang rileks pada akhirnya dapat menjadikan kualitas tidur seseorang semakin membaik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terapi wudhu yang dilakukan menjelang tidur, da-pat meningkatkan kualitas tidur mahasiswa

kepera-watan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

SIMPULAN

Wudhu menjelang tidur terbukti secara efektif dapat meningkatkan kualitas tidur mahasiswa

Keperawatan di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bajry AH. Tubuh Anda Adalah Dokter yang Terbaik. Purwakarta: Media Holistic Indonesia. 2013. 2. Riyadi S & Widuri H. Kebutuhan Dasar Manusia

Aktivitas Istirahat: Diagnosa NANDA. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2015.

3. Robotham D. Sleep as a Public Health Concern: Insomnia and Mental Health. J Public Mental Health, 2011;10 (4): 234-237.

4. Haryono A, Rindiarti A, Arianti A, Pawitri A, Ushuluddin A, Setiawati A, et al. Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.

5. Harmoniati DE, Sekartini R & Gunardi H. Intervensi Sleep Hygine pada Anak Usia Sekolah dengan Gangguan Tidur. Sari Pediatri. Departemen

dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. JOM, 2015; 2 (2): 1178-85.

7. Alissa D. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lemon (Citrus lemon) terhadap Kualitas Tidur pada Lansia. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2015.

8. Anggraeny. Pengaruh Terapi Musik Pop terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) yang Dirawat di RSUD Ambarawa. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Diponegoro. 2014. 9. Marethidta CA. Pengaruh Back Massage Durasi 20

Menit dan 40 Menit untuk Meningkatkan Kualitas Tidur. Skripsi Strata Satu. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.

10. Utami AS. Pengaruh Berwudhu terhadap Tingkat Kecemasan pada Siswa SMA yang Menghadapi Ujian Nasional. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2016. 11. Saputro DA. Pengaruh Terapi Wudhu sebelum Tidur

terhadap Tingkat Insomnia pada Lanjut Usia di PSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta. Skripsi Strata Satu. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2015.

12. Potter & Perry. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. Edisi 7. Vol 3: Jakarta: EGC. 2010.

13. Agustin D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur pada Pekerja Shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Skripsi Strata Satu. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2012 14. Agustiar W & Asmi Y. Kecemasan Menghadapi

Ujian Nasional dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XII SMA Negeri X Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi, 2010; 8 (1): 9-15.

15. Albar. Hubungan antara Kecemasan dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Selama Penyusunan Skripsi di Stikes Aisiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Aisiyah Yogyakarta. 2014.

16. Nashori F & Diana R. Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi antara Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa Perempuan. Indonesia Psycological Journal; 2012; 2 (2): 77-88.

17. Hariawan, H. Pengaruh berwudhu terhadap kualitas tidur lansia insomnia di PSTW Puspakarma Mataram. Thesis. Universitas Airlangga. 2015

(6)

Vol 18 No

2

J

ul

i 2018

Dusun Tilaman Wukirsari Imogiri Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: Sitikes Aisyiyah Yogyakarta. 2015. 19. Lela & Lukmawati. Ketenangan: Makna

Dawamul Wudhu (studi fenomenologis pada mahasiswa UIN Raden fatah Palembang. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islam. 2015; 1 (2): 55-66.

20. Matheer M. Kedahsyatan Manfaat Air Wudhu Berdasarkan Al-Quran dan As-sunah, Jakarta: PT Serambi semesta distribusi.2015.

21. Zein SA. Refresh & Install Ulang Otakmu dengan Shalat. Yogyakarta: Sabil. 2015.

Gambar

Tabel 3. Hasil Uji Statistik Independent T-Test

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, Pola pembelajaran yang dimaksud sesuai dengan anak berkebutuhan khusus biasa disebut dengan Individualized Education Program (IEP) atau Program

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Terdapat perbedaan penguasaan konsep fisika yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran adobe

Dalam teknik terbimbing ini, guru benar-benar memberikan bimbingan kepada siswa, guru tidak bisa membiarkan siswanya berpikir sendiri bagaimana cara berwawancara,

Muta’akhkhiri&gt;n, misalnya Ibn Hajar al-‘Asqala&gt;ni&gt; (w. Definisi yang mereka kemukakan, walaupun redaksinya tampak berbeda-beda tetapi pada prinsipnya isinya

Kalau kita tidak memiliki sikap yang jelas di pihak siapa kita berdiri, itu berarti kita tergiring menjadi tawanan Iblis.. Tuhan Yesus berkata:

Hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan kecenderungan fobia sosial antara remaja awal yang mempunyai tipe kepribadian ekstrovert

Kami juga memperkirakan SMSM akan memiliki posisi kas yang kuat sebagaimana kami memproyeksikan EBITDA tahun 2013 mencapai lebih dari Rp500 miliar dan leverage

Laporan target harga saham yang diterbitkan oleh Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing bukan merupakan rekomendasi untuk membeli, menjual, atau menahan suatu