Vol 18 No 2 Hal 49-54 Juli 2018
Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur terhadap
Kualitas Tidur Remaja
The Effectiveness of Wudhu Therapy before Bedtime into Sleep Qualtiy in Teenagers
Nina Dwi Lestari
1*, Muhammad Rofiqul Minan
1 1Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
DATA NASKAH: Received: 09 Jan 2018 Reviewed: 18 Mar 2018 Revised: 02 Apr 2018 Accepted: 10 May 2018
*KORESPONDENSI:
ninadwilestari@umy.ac.id
DOI:
10.18196/mm.180215
TIPE ARTIKEL: Penelitian
Abstrak: Gangguan kualitas tidur memberikan dampak buruk terhadap kesehatan dan menurunnya konsentrasi seseorang. Penelitian mengenai terapi relaksasi khususnya wudhu terhadap kualitas tidur remaja belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi wudhu menjelang tidur terhadap kualitas tidur pada remaja. Penelitian ini adalah Quasy-Experimental with pretest-posttest control group design pada 60 remaja.Teknik sampling dengan Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Pretest dilakukan pada kedua kelompok selama 7 hari sebelum perlakuan dimulai pada kelompok intervensi. Terapi wudhu dilakukan pada kelompok eksperimen, sekali sehari setiap hari menjelang tidur malam selama seminggu.
Posttest dilakukan setiap hari selama seminggu, dilakukan saat bangun tidur (pagi hari) pada kedua kelompok, selama intervensi berlangsung pada kelompok eksperimen. Uji statistik menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata PSQI sebelum dan sesudah diberikan terapi wudhu yaitu 6.04 dan 3.94 (p
value 0,000). Rata-rata nilai PSQI pada kelompok kontrol pada pengukuran pertama adalah 6.23 dan 6.05 pada pengukuran kedua (p value 0,730). Terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan antara kelompok control dan kelompok eksperimen setelah diberikan terapi wudhu (p value 0,000, p<0,05). Terapi wudhu menjelang tidur terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas tidur remaja.
Kata kunci:Wudhu; Terapi; Kualitas Tidur; Remaja
Abstract: Sleep quality disorder have a serious impact on well-being and concentration. Research on wudhu therapy in teen’s sleep quality has never been done. The aim of this study was to examine the effectiveness of wudhu therapy to improving teen’s sleep quality. This is Quasy-Experimental with pretest-posttest control group design in 60 teenagers taken by Simple Random Sampling. Research instrument is Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Pretest conducted in both of groups during the 7 days before treatment started. Wudhu therapy performed on experiment group, once a day, every day for a week before the night's sleep. Posttest performed daily for a week when waking up (morning) in two groups, during an intervention in the experiment group. Statistical tests using T test. The results showed that mean value of PSQI before and after given wudhu therapy are 6.04 and 3.94 respectively (p value 0.000). Mean value of PSQI in control group at the first and second measurements are 6.05 and 6.23 respectively (p value 0.730). There is a significant differences in sleep quality between experiment and control group (p value 0.000, p < 0.05). Wudhu therapy proven to be effective towards improving teen’s sleep quality.
Vol 18 No
2
J
ul
i 2018
PENDAHULUAN
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia yang berperan penting dalam
me-ningkatkan stabilitas daya tahan tubuh.1 Manfaat
tidur dapat dirasakan secara optimal apabila tidur
tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.2
Adanya gangguan dalam kualitas tidur yang diaki-batkan oleh stres, insomnia, mimpi buruk, diabetes, tersumbatnya saluran pernapasan, akan membuat kualitas tidur menjadi buruk sehingga ketika bangun, tubuh dalam kondisi yang tidak segar
bugar.3
Gangguan dalam kualitas tidur dialami oleh berbagai tingkatan usia, salah satunya adalah
rema-ja. Penelitian yang dilakukan oleh Haryono et al.
(2009),4 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan
tidur pada remaja adalah sebesar 62,9%. Prevalensi gangguan tidur pada remaja di Indonesia berkisar
25% - 40%.5 Kualitas tidur yang buruk pada remaja
dapat mengakibatkan penurunan kinerja otak, dan
menurunnya tingkat konsentrasi.6
Hasil survey pendahuluan pada mahasiswa ke-perawatan tingkat akhir di Universitas Muhammadi-yah Yogyakarta (UMY) menunjukkan bahwa 81,3% mahasiswa mengeluhkan gangguan tidur yang di-akibatkan oleh beban tugas kuliah. Gangguan dalam kualitas tidur tersebut menyebabkan kurang konsentrasi dan keluhan fisik. Upaya yang sudah dilakukan adalah dalam bentuk mendengarkan mu-sik, mendengarkan murotal, dzikir dan pijat, akan tetapi hanya 19,2% mahasiswa yang menyatakan cara tersebut efektif dalam meningkatkan kualitas tidurnya.
Gangguan dalam kualitas tidur dapat diatasi dengan berbagai cara, diantaranya adalah melalui terapi relaksasi. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa relaksasi sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur. Relaksasi yang biasa dilakukan saat menjelang tidur yang terbukti memberikan pengaruh dalam peningkatan kualitas
tidur adalah teknik relaksasi aroma terapi,7 terapi
musik,8 terapi back massage.9 Upaya dalam
mening-katkan kualitas tidur dalam bentuk terapi relaksasi lain yang dimungkinkan efektif adalah wudhu. Pe-nelitian membuktikan bahwa wudhu memiliki
man-faat dalam mengatasi masalah gangguan tidur.10
Wudhu merupakan salah satu bentuk terapi
yang dapat meningkatkan fungsi neurologis.11 Air
wudhu yang digunakan, dapat bermanfaat dalam mendinginkan ujung saraf jari tangan dan kaki yang akan memberikan manfaat dalam memantapkan
konsentrasi dan membuat tubuh menjadi rileks. Saat melakukan gerakan wudhu akan memberikan
efek masage (pijatan) pada anggota tubuh yang
dibasuh, efek masage dapat mendorong tubuh
untuk mengeluarkan hormon endorfin yang
mem-berikan perasaan nyaman.12
Penelitian mengenai manfaat wudhu untuk kesehatan sudah banyak diteliti, akan tetapi pene-litian mengenai efektifitas wudhu sebagai terapi relaksasi untuk meningkatkan kualitas tidur, masih belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi wudhu terhadap kua-litas tidur khususnya pada remaja.
BAHAN DAN CARA
Metode penelitian ini adalah kuantitatif
dengan desain quasy experimental, pretest posttest
with control group design. Populasi penelitian ini
adalah remaja yang berjumlah 120 orang. Jumlah sampel yang diikutkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 responden, yang terbagi menjadi 30 responden yang termasuk dalam kelompok eksperi-men dan 30 responden lainnya sebagai kelompok
kontrol. Teknik sampling menggunakan simple
random sampling. Instrumen yang digunakan
beru-pa kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
dalam versi Bahasa Indonesia, yang telah teruji validitas dan reliabilitas oleh penelitian sebelumnya
di Indonesia yaitu oleh Agustin (2012),13 dengan nilai
r hitung>0,361 pada n=30, dan dengan koefisien Cronbachǯs Alpha sebesar 0,766 (>0,7). PSQI
digu-nakan untuk menilai kualitas tidur pada saat pretest
dan posttest.
Pretest dilakukan pada kedua kelompok
sela-ma 7 hari sebelum perlakuan dimulai pada kelom-pok intervensi. Terapi wudhu dilakukan menjelang tidur malam oleh responden secara mandiri, setiap hari selama 1 minggu, pada kelompok eksperimen.
Posttest dilakukan setiap hari selama 7 hari,
dilaku-kan pada saat bangun tidur (pagi hari) pada kedua kelompok, dilakukan selama intervensi berlangsung pada kelompok eksperimen. Pengukuran nilai
posttest dimulai ketika intervensi mulai dilakukan
pada kelompok eksperimen. Responden pada ke-lompok eksperimen, diberikan lembar monitoring untuk mengecek pelaksanaan terapi wudhu selama penelitian berlangsung.
Nilai PSQI yang merupakan hasil pretest dan
posttest berupa data ratio dalam rentang nilai
statis-Paired t test digunakan untuk melihat perbedaan
nilai pretest dan posttest dalam kelompok yang
sama. Penelitian ini telah dinyatakan lulus uji etik di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UMY dengan nomor etik 189/EP-FKIK-UMY/III/2017.
HASIL
Berdasarkan karakteristik responden, mayori-tas responden berjenis kelamin perempuan, baik pada kelompok eksperimen (83,3%), maupun ke-lompok kontrol (66,7%). Berdasarkan usia, semua responden pada kelompok intervensi berusia 22 tahun dan hampir semua responden kelompok kontrol berusia 22 tahun (96,7%). Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada
kelompok intervensi terdapat nilai rata-rata pretest
PSQI yaitu 6,04 sedangkan nilai rata-rata posttest
PSQI setelah diberikan terapi wudhu mengalami
penurunan menjadi 3,94 dengan p value 0.000
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas tidur antara sebelum dan sesudah diberikan terapi wudhu. Kesimpulannya, kualitas tidur mahasiswa meningkat setelah dilakukan tindakan wudhu menjelang tidur. Nilai rata-rata PSQI pada kelompok
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Nilai Pretest-Postest Kualitas Tidur Remaja pada Masing-masing Kelompok Intervensi dan Kontrol
Kelompok Pretest Postest P value
Mean ± SD Mean ± SD
Intervensi 6.04±1.67 3.94±1.06 0.000
Kontrol 6.23±1.89 6.05±2.17 0.730 nilai rata-rata PSQI pada pengukuran kedua, hasilnya tidak jauh berbeda yaitu 6,05. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0.730 (p>0.05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PSQI pada saat pengukuran pertama dan pengukuran kedua. Kualitas tidur mahasiswa tidak mengalami pening-katan tanpa melakukan wudhu menjelang tidur.
Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa nilai
rata-rata kualitas tidur pada saat pretest pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p value
0,674, p>0,05). Hasil ini berseberangan dengan nilai
rata-rata posttest pada kelompok intervensi dan
kontrol. Hasil uji statistik menggunakan
indepen-dent t-test menunjukkan nilai p value 0.000 (p<0.05)
yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai PSQI pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi wudhu dan nilai PSQI pengukuran kedua pada kelompok kontrol.
DISKUSI
Hasil analisis terhadap karakteristik responden berdasarkan usia pada penelitian ini menunjukkan bahwa responden berada pada rentang usia 22-23 tahun. Menurut WHO, usia 19-25 tahun merupakan usia remaja akhir dimana terjadi perubahan menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan dari suatu tahap ke tahap berikutnya dan penuh dengan masalah serta mengalami perubahan baik emosi,
tubuh dan perilaku.10 Responden pada penelitian ini
Vol 18 No
2
J
ul
i 2018
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, res-ponden pada penelitian ini paling banyak yaitu ber-jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hal ini berkaitan dengan pendapat bah-wa perempuan sangat memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan lebih sensitif dibandingkan
dengan laki-laki.14 Seseorang yang sedang
mengala-mi cemas, akan berpengaruh terhadap kualitas ti-durnya. Kecemasan responden pada penelitian ini disebabkan karena responden sedang mengerjakan tugas akhir berupa KTI. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Albar (2014),15
ten-tang hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur mahasiswa selama penyusunan skripsi di
STIKES ǮAisyiyah Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (72,9%) dan menunjukkan bah-wa kualitas tidur mahasisbah-wa dipengaruhi oleh kece-masan yang dialami mahasiswa.
Hasil penelitian ini berseberangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nashori dan
Diana (2012),16 bahwa mahasiswa perempuan
memiliki kualitas tidur yang lebih tinggi disbanding-kan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini terjadi kare-na pada mahasiswa laki-laki lebih cenderung memu-lai tidur di waktu yang sudah sangat larut. Mayori-tas mahasiswa laki-laki memulai tidur ketika waktu menunjukkan pukul 12 malam, sedangkan pada mahasiswa perempuan memiliki kebiasaan tidur yang lebih baik yaitu tidur pada waktu yang lebih awal.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji
paired t-Test menunjukkan bahwa terdapat
perbe-daan yang signifikan terkait nilai PSQI pada kelom-pok intervensi, sebelum dan setelah melakukan
wudhu dengan p value 0,000. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan kualitas tidur setelah melaku-kan wudhu menjelang tidur.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2.
hasil uji paired t-Test menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai PSQI saat pengukuran pertama dengan pengukuran ke dua
pada kelompok kontrol (p value 0,730). Hal ini
me-nunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifi-kan pada kualitas tidur pada saat pengukuran per-tama dan kedua, di kelompok kontrol.
Hasil dari uji Independent t-Test kelompok
in-tervensi dengan kelompok kontrol pada pretest
menunjukkan nilai signifikansi p 0,674 hal ini
me-nunjukkan bahwa kualitas tidur pada kedua kelom-pok memiliki kesamaan atau tidak adanya
perbe-daan dalam kualitas tidur. Hasil uji independent
t-Test kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
pada saat posttest memiliki nilai signifikansi p 0,000
(<0.05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan an-tara kelompok intervensi setelah melakukan wudhu menjelang tidur dengan kelompok kontrol pada pengukuran kedua.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi wudhu menjelang tidur terbukti efek-tif dalam meningkatkan kualitas tidur remaja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hariawan
(2015),17 mengenai pengaruh berwudhu terhadap
kualitas tidur lansia insomnia di PSTW Puspakarma
Mataram. Hasil uji Paired t-test menunjukkan hasil
yang signifikan ketika sebelum dan sesudah diberi-kan intervensi pada kelompok intervensi dengan
hasil p value 0.031 (p<0,05). Hasil dari nilai p
terse-but menunjukkan bahwa setelah dilakukan inter-vensi berupa wudhu pada kelompok interinter-vensi, terjadi penurunan skor pada pengukuran kualitas tidur PSQI sehingga setelah dilakukan wudhu kuali-tas tidur pada lansia membaik. Hal ini diperkuat kembali dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rinawati (2012),18 bahwa tidak terdapat perubahan
tingkat insomnia pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi berupa wudhu menjelang tidur. Wudhu memberikan ketenangan yang dimak-nai seperti perasaan nyaman, damai, tentram dan merasa bahagia karena wudhu juga meringankan
fungsi jantung dan memperlancar aliran darah.19
Pada saat melakukan wudhu terdapat efek masage
(pijatan) yang dapat mendorong tubuh untuk mengeluarkan hormon endorfin yang memberikan rasa nyaman. Saat tubuh dalam keadaan nyaman, saraf yang bekerja yaitu parasimpatik yang akan menurunkan semua fungsi yang dinaikkan oleh
saraf simpatik sehingga terjadi relaksasi.12
Relaksasi memberikan dampak pada tubuh dan pikiran menjadi rileks sehingga memudahkan seseorang untuk masuk ke kondisi tidur dan
me-ningkatkan kualitas tidur.18 Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2015),11
tentang pengaruh terapi wudhu sebelum tidur ter-hadap tingkat insomnia pada usia lanjut di PSTW
Unit Budi Luhur Yogyakarta didapatkan hasil nilai p
0.000 (p<0.05) yang artinya bahwa wudhu secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan ting-kat insomnia pada lansia.
oksigen menjadi terpenuhi dan air yang mengalir
memberikan efek menenangkan.10 Saat seseorang
sedang berkumur, otot-otot wajah akan bergerak sehingga dapat memberikan efek relaksasi pada
wajah.20 Saat membasuh muka, tangan dan kepala
dapat mengurangi dan menghilangkan kecemasan,
depresi dan stress.21 Saat membasuh telinga, ketika
seseorang menggosok telinga dengan lembut
da-pat meningkatkan tingkat konsentrasi.22 Pada saat
membasuh kaki akan memperlancar peredaran da-rah di kaki, karena kaki merupakan organ yang
paling jauh dari jantung.21
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa wudhu memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, khususnya memiliki efek terhadap relak-sasi tubuh. Kondisi tubuh yang rileks pada akhirnya dapat menjadikan kualitas tidur seseorang semakin membaik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terapi wudhu yang dilakukan menjelang tidur, da-pat meningkatkan kualitas tidur mahasiswa
kepera-watan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
SIMPULAN
Wudhu menjelang tidur terbukti secara efektif dapat meningkatkan kualitas tidur mahasiswa
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bajry AH. Tubuh Anda Adalah Dokter yang Terbaik. Purwakarta: Media Holistic Indonesia. 2013. 2. Riyadi S & Widuri H. Kebutuhan Dasar Manusia
Aktivitas Istirahat: Diagnosa NANDA. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2015.
3. Robotham D. Sleep as a Public Health Concern: Insomnia and Mental Health. J Public Mental Health, 2011;10 (4): 234-237.
4. Haryono A, Rindiarti A, Arianti A, Pawitri A, Ushuluddin A, Setiawati A, et al. Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.
5. Harmoniati DE, Sekartini R & Gunardi H. Intervensi Sleep Hygine pada Anak Usia Sekolah dengan Gangguan Tidur. Sari Pediatri. Departemen
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. JOM, 2015; 2 (2): 1178-85.
7. Alissa D. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lemon (Citrus lemon) terhadap Kualitas Tidur pada Lansia. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2015.
8. Anggraeny. Pengaruh Terapi Musik Pop terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) yang Dirawat di RSUD Ambarawa. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Diponegoro. 2014. 9. Marethidta CA. Pengaruh Back Massage Durasi 20
Menit dan 40 Menit untuk Meningkatkan Kualitas Tidur. Skripsi Strata Satu. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.
10. Utami AS. Pengaruh Berwudhu terhadap Tingkat Kecemasan pada Siswa SMA yang Menghadapi Ujian Nasional. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2016. 11. Saputro DA. Pengaruh Terapi Wudhu sebelum Tidur
terhadap Tingkat Insomnia pada Lanjut Usia di PSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta. Skripsi Strata Satu. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2015.
12. Potter & Perry. Fundamental of Nursing: Concept, Process and Practice. Edisi 7. Vol 3: Jakarta: EGC. 2010.
13. Agustin D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur pada Pekerja Shift di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Skripsi Strata Satu. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2012 14. Agustiar W & Asmi Y. Kecemasan Menghadapi
Ujian Nasional dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XII SMA Negeri X Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi, 2010; 8 (1): 9-15.
15. Albar. Hubungan antara Kecemasan dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Selama Penyusunan Skripsi di Stikes Aisiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Aisiyah Yogyakarta. 2014.
16. Nashori F & Diana R. Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi antara Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa Perempuan. Indonesia Psycological Journal; 2012; 2 (2): 77-88.
17. Hariawan, H. Pengaruh berwudhu terhadap kualitas tidur lansia insomnia di PSTW Puspakarma Mataram. Thesis. Universitas Airlangga. 2015
Vol 18 No
2
J
ul
i 2018
Dusun Tilaman Wukirsari Imogiri Bantul Yogyakarta. Yogyakarta: Sitikes Aisyiyah Yogyakarta. 2015. 19. Lela & Lukmawati. Ketenangan: Makna
Dawamul Wudhu (studi fenomenologis pada mahasiswa UIN Raden fatah Palembang. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islam. 2015; 1 (2): 55-66.
20. Matheer M. Kedahsyatan Manfaat Air Wudhu Berdasarkan Al-Quran dan As-sunah, Jakarta: PT Serambi semesta distribusi.2015.
21. Zein SA. Refresh & Install Ulang Otakmu dengan Shalat. Yogyakarta: Sabil. 2015.